HERPES ZOSTER
2020
1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg
menyerang kulit dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah
infeksi primer (ilmu penyakit kulit dan kelamin). Herpes zoster adalah radang kulit akut yang
bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya
(persyarafannya). Infeksi ini dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan
terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam
bentuk cacar air). (Smeitzer, Suzanne C.2010)
1.2 Klasifikasi
2
Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.
3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4
1.4 Manifestasi klinis
1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal lokal
(nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna
abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta.
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir
selalu unilateral
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a) Herpes zosrter of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zosrter servikalis : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zosrter torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zosrter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zosrter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zosrter atikum : menyerang telinga.
(Prof.dr.Adhi Juwanda, 2012)
1.5 Patofisiologi
Virus varisella zoster diakibatkan oleh infeksi virus alfa menetap dalam bentuk laten
neuron ganglion, virus ini menetap dalam tubuh manusia yang pernah menderita cacar
air sebelumnya, Invasi virus tersebut menyerang susunan saraf tepi dan menyerang
ganglion anterior masuk melalui aliran darah dan menetap di ganglion sensorik ketika
sistem imun dalam tubuh manusia mulai turun, maka akan mengakibatkan atau
membangkitkan virus varisella tersebut. Reaktivasi virus tersebut menyebabkan
kelainan/lesi pada kulit daerah ganglion sehingga menyebabkan penyakit herpes zoster.
Herpes zoster ini merangsang pelepasan mediator nyeri seperti bradikinin, serotonin,
histamine yang akan merangsang nosiseptor sehinggga muncul nyeri pada kulit, terasa
panas dan dapat diambil masalah keperawatan nyeri akut. Virus Herpes Zoster ini juga
merangsang dan melepaskan zat progen endogen yang akan menyebabkan peningkatan
suhu tubuh dan menyebabkan demam pada penderita sehingga dapat diambil masalah
keperawatan hipertermi.
Pada saat infeksi virus herpes ini bereplikasi di saraf tepi tepatnya dipintu masuk virus
dan beredar didalam limfe regional, kemudian invasi kedalam menempatkan diri dan
bereproduksi didalam kulit, selaput lender sehinga muncul eritrema dan vesikel yang
5
bergerombol/ berkelompok sehingga muncul lesi pada kulit dan bisa diambil masalah
keperawatan kerusakan integritas kulit. Apabila terdapat lesi pada kulit kemudian tidak
tau perawatan dan pengobatan menyebabkan vesikel pecah dan menyebar ke bagian lain
kemudian terpapar oleh lingkungan luar (kuman/ bakteri) bisa muncul masalah
keperawatan resiko infeksi.
6
1.6 Pathway
Invasi virus varisella
zoster
Menyerang ganglion
anterior
Menetap diganglion
sensorik
Reaktifasi virus
varisella zoster
HERPER ZOSTER
Proses infeksi
Merangsang pelepasan
mediator kimiawi
Terjadi replikasi virus
ditempat pintu masuk virus
Merangsang Merangsang
nosiseptor peningkatan suhu Invasi kedalam
tubuh
7
Muncul Demam Menempatkan diri dan
gejala lokal bereproduksi didalam kulit,
selaput lendir
Hipertermi
Nyeri, rasa Timbul eritrema dan vesikel
terbakar didaerah berkelompok
luka
Terpapar lingkungan
luar (kuman/ bakteri)
Resiko
infeksi
8
1.7 Pemeriksaan penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
4. Kultur virus
1.8 Penatalaksanaan
A. Medis
9
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan me nurunkan pengeluaran virus. Obat
antivirus analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan
ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantag onisasi DNA
polymerase HSV yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan
replikasi virus.( Judith M. Wilkinson. 2010).
Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak
asiklovir, famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak
awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan mempersingkat gejala.
Apabila obat tertunda sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya
memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih
setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat
mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan
krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau
profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan
keharusan melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV.
Vaksin untuk mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.
10
Akupunktur telah terbukti secara ilmiah efektif mengatasi nyeri. Misalnya,
nyeri wajah pada neuralgia trigeminal, nyeri punggung bawah, nyeri leher, nyeri haid,
nyeri pasca-infeksi herpes, maupun nyeri kronik pada kasus keganasan. Mekanisme
kerja akupunktur dalam mengatasi nyeri adalah melalui penglepasan berbagai senyawa
kimiawi dalam tubuh di tingkat lokal yang selanjutnya akan menstimulasi
penglepasan neurotransmiter di tingkat segmental di medula spinalis dan sistem saraf
pusat di otak untuk mengeluarkan zat opioid endogen, yaitu beta endorfin yang
merupakan senyawa kimiawi yang diproduksi oleh tubuh sendiri dan berperan penting
dalam mengurangi rasa nyeri.
Beberapa intervensi dalam terapi akupunktur, di antaranya akupunktur manual
(perangsangan menggunakan jarum pada titik akupunktur), elektroakupunktur
(perangsangan listrik pada titik akupunktur), akupunktur termal (perangsangan panas
pada titik akupunktur), sonopunktur (perangsangan menggunakan gelombang
ultrasound pada titik akupunktur), akuapunktur (perangsangan dengan menyuntikkan
cairan pada titik akupunktur), laserpunktur (perangsangan menggunakan sinar LASER
pada titik akupunktur), cat-gut embedding/akupunktur tanam benang (menanamkan
benang cat-gut pada titik akupunktur).
Akupunktur umumnya dilakukan 2–3 kali per minggu tergantung keadaan
penyakitnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Satu seri pengobatan terdiri atas
10–12 kali dan bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan seri berikutnya dengan interval
antarseri berkisar 1–2 minggu.
C. Penatalaksanaan terapi komplementer herpes dengan Bekam
Bekam telah banyak dipakai untuk meredakan nyeri pada beberapa gangguan
seperti: nyeri muskuloskeletal (termasuk sprain, strain traumatik dan pasca - fraktur),
gejala terkait herpes zoster, nyeri punggung bawah dan nyeri lumbal (lumbago) seperti
herniasi diskus lumbal, nyeri skeletal, nyeri leher yang salah satunya spondilosis
servikal, nyeri bahu, migren dan nyeri kepala lain, dismenorea, atralgia sederhana, gout
arthritis, rheumatoid arthritis, chronic fatigue syndrome, fibromialgia, osteoartritis lutut,
carpal tunnel syndrome (CTS), plantar fasciitis, brachialgia paraesthetica nocturna,
trigeminal neuralgia, fatigue pada atlet, dan sebagainya.
Nyeri masih merupakan masalah dunia. Pengobatan nyeri saat ini masih belum
sampai tahap yang memuaskan terkait kronisitas dan efek samping obat yang ada.
Akibat ketidakpuasan dengan pengobatan yang ada, banyak pasien yang memilih terapi
tradisional untuk pengobatan nyerinya. Terapi bekam merupakan salah satu terapi
tradisional yang banyak dipakai untuk meredakan keluhan nyeri. Terapi bekam telah
11
dipakai di banyak negara di dunia. Bekam menurunkan nyeri melalui efek
antinosiseptifnya, dengan cara stimulasi sistem saraf perifer dan menurunkan stres
oksidatif.
1.9 Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2012 adalah sebagai berikut:
1) Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.
3) Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang
sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus,
nausea, dan gangguan pengecapan.
5) Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus
secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis
ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat
terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan
anus. Umumnya akan sembuh spontan.
1.10 Pengkajian
1. Biodata
12
A. Identitas Pasien
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien,
umur pasien biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai
dewasa, tanggal masuk ruma sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan
dari pengobatan, penanggung jawab pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan
persetujuan dari pihak pasien dan petugas kesehatan.
2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan
adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada
fase-fase awal baik pada herpes zoster maupun simpleks.
B. Riwayat penyakit sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
C. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini.
D. Riwayat penyakit dahulu
diderita kembali oleh pasien yang pernah mengalami penyakit herpes simplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini
E. Riwayat psikososial.
Kaji respon pasien terhadap penyakit yang diderita serta peran dalam keluarga dan
masyarakat, respon dalam keluarga maupun masyarakat.
3. Pola Kehidupan
13
Dengan adanya nyeri dan gatal yang dirasakan, terjadi penurunan pola saat
aktifitas berlebih ,sehingga pasien akan membatasi pergerakan aktivitas .
D. Pola Hubungan dan peran
Pasien akan sedikit mengalami penurunan psikologis, isolasi karena adanya
gangguan citra tubuh.
4. Pengkajian fisik
1) Keadaan Umum
a. Tingkat Kesadaran
b. TTV
2) Head To Toe
a. Kepala
wajah : ada lesi (ukuran > 1 , bentuk :benjolan berisi air , penyebaran : merata
dengan kulit )
b. Rambut
Warna rambut hitam, tidak ada bau pada rambut, keadaan rambut tertata rapi.
c. Mata (Penglihatan)
Adanya Nyeri tekan, ada penurunan penglihatan.
d. Hidung (Penciuman)
septum nasi tepat ditengah, tidak terdapat secret, tidak terdapat lesi, dan tidak
terdapat hiposmia.
e. Telinga (Pendengaran)
Inspeksi
Daun telinga : tidak terdapat lesi, kista epidemoid, dan keloid
Lubang telinga : tidak terdapat obstruksi akibat adanya benda asing.
Palpasi
Tidak terdapat edema, tidak terdapat nyeri tekan pada otitis media dan
mastoidius.
f. Mulut dan gigi
Mukosa bibir lembab, tidak pecah-pecah, warna gusi merah muda, tidak terdapat
perdarahan gusi, dan gigi bersih.
g. Abdomen
Inspeksi
Bentuk : normal simetris
Benjolan : tidak terdapat lesi
14
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Tidak terdapat massa / benjolan
Tidak terdapat tanda tanda asites
Tidak terdapat pembesaran hepar
h. Integument
- Ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri,
- edema di sekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder.
- akral hangat
- turgor kulit normal/ kembali <1 detik
- terdapat lesi pada permukaan kulit wajah
15
1.12 Diagnosa keperawatan herpes zooster.
2= Cukup berat
3= Sedang
4= Ringan
5 = Tidak ada
2 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan Perawatan kulit: pengobatan
integritas kulit keperawatan diharapkan topikal (3584)
b/d lesi, masalah Kerusakan integritas
vesikel kulit teratasi dengan kriteria O: observasi luka pada kulit
berkelompok hasil : pasien
pada kulit
(00046): Penyembuhan luka : N: berikan lingkungan yang
16
sekunder (1163) bersih untuk meminimalisir
resiko infeksi pada luka
Indikator S S
Kode A T E: Edukasi pasien untuk
110320 pembentuka 3 1 membersihkan dengan sabun
n bekas luka antibakteri dan tidak
110311 kulit 2 5 menggaruk luka untuk
maserasi meminimalisir bekas luka dan
infeksi
keterangan :110320 C: Kolaborasi pemberian
1= Tidak ada antibiotic topikal untuk daerah
yang terkena dengan tepat
2= Terbatas
3= Sedang
4= Besar
5= sangat besar
keterangan: 110311
1= Sangat besar
2= Besar
3= Sedang
4= Terbatas
5= Tidak ada
17
DAFTAR PUSTAKA
18