Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Vertigo” dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1) Vertigo Sentral
a. Anti kolinergik
Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b. Simpatomimetika
Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
Golongan antihistamin
Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus
vestibularis adalah :
Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2
jam
Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
d. Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita
dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
Terapi kausal
Terapi simtomatik
Terapi rehabilitative
2. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus
dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari
pertama.
B. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan
vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat
merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu
obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang
direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
C. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat
memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat
diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang
kuat.
D. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan
untuk mencegah dehidrasi.
E. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan
vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan
dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat
dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien
bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan
membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
F. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi
sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
2.2 Asuhan Keperawatan Vertigo
I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
Biodata
Nama : Ny. S
Umur :43 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Suku Bangsa :Sunda, Indonesia
Alamat :Jln. Warung Contong RT.05 RW.14 Cimahi
Tanggal Masuk :05 Desember 2005 – Pkl. 09.15
Tanggal Dikaji :6 Desember 2005 – Pkl. 10.00
No. Register :051125 – 0003
Diagnosa Medis :Susp. Stroke + Vertigo
Nama : Tn. S
Umur :50 tahun
Suku Bangsa :Jawa, Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Alamat :Jln. Warung Contong RT.05 RW.14 Cimahi
Hubungan dgn klien :Suami
B. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing
b.Minum
1400-1600 cc 1200-1400 cc
Jumlah
Air putih, air teh Air putih
Jenis
manis
Tidak ada Kopi, soda
Pantangan
Tidak ada Klien sering merasa
Keluhan
mual
2 Pola eliminasi
a.BAB
Frekuensi 1-2 x/hari Baru 1x selama
Kosistensi Lembek Lembek
b.BAK Kuning
Frekuensi + 3x/hari
3-4x/hari Kuning jernih
Warna
Khas kuning Tidak ada
Keluhan Tidak ada
3 Pola Istirahat Tidur
a.Siang Kadang-kadang + 1 jam/hari
b.Malam + 6-7 jam/hari + 5-6 jam/hari
c.Keluhan Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygiene
a.Mandi 2x/hari Belum pernah
b.Gosok gigi 2x/hari 1x sehari
c.Keramas 2x/seminggu Belum pernah
d.Gunting kuku 1x/minggu keramas Belum
pernah
selamadirawat
5 Aktivitas Klien dapat Aktifitas berat
beraktivitas klienselama di RS
secaramandiri dibantu
setiap harinya. olehkeluarga dan
perawatklien
tampak hati-hati
saatmelakukan
aktivitas
D. Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
TD:120/100 mmHg
N:78x/menit
R:20x/menit
S:36,50 C
Penglihatan
Kedua mata simetris, konjungtiva sedikit anemis, sclera an
ikterik, tidak ada nyeri trkan disekitar bola mata, lapang
pandang klien baik
Pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan pada tragus, fungsi pendengaran baik.
Sistem Pernapasan
Sistem pencernaan
Sistem kardiovaskuler
Sistem endokrin
8. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
08.50 9. Mefasilitasi istirahat dan Ipus
tidur
11.45 Dian
7. Melakukan program
skrining bahaya lingkungan
V. Catatan perkembangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nyeri kronis b.d kerusakan sistem syaraf ditandai S : Pasien mengeluh nyeri pada kepala
dengan : O:
DS : pasien mengeluh nyeri pada kepala Tampak meringis
DO : Gelisah
Tampak meringis Bersikap protektif
Gelisah Pola tidur berubah
Bersikap protektif A : Masalah nyeri kronis teratasi sebagian
Pola tidur berubah P : Lanjutan intervensi
Observasi :
1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi rspon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan
analgesik
Terapeutik :
7. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
9. Fasilitasi istirahat dan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
11. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri
13. Annjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
14. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
15. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
https://scribd.com/doc/266863531/Askep-Vertigo
https://www.academia.edu/13191922/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENGA
N_VERTIGO_APLIKASI_NANDA
https://www.academia.edu/37839274/Askep_vertigo