Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN VERTIGO

Disusun oleh :

1. DIAN AYU SAFITRI (192102009)


2. FIRDA SURYA AJJANNAH (192102013)
3. IPUS SONIA (192102015)
4. RINDA SEPTIANA (192102023)

DIII KEPERAWATAN STIKES PEMKAB JOMBANG

Jalan Dr. Soetomo No.75-77 Telp.0321-870214


2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan
Keperawatan Vertigo” dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Jombang, 17 November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................6

2.1 Konsep Teori Vertigo.............................................................................................6

2.2 Asuhan Keperawatan Vertigo.................................................................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................26

3.1 Kesimpulan...........................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vertigo merupakan kasus yang sering ditemui. Secara tidak langsung kitapun
pernah mengami vertigo ini. Kata vertigo berasal dari bahasa Yunani “vertere” yang
artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan
sebagai pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti
berjungkir balik. Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan
presentasi wanita lebih banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia
yang lebih tua yaitu diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari
kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari
kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini
sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu
system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau
pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata
karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.
Oleh karena itu, pembelajaran mengenai vertigo beserta asuhan keperawatannya
dirasa sangat penting dan perlu. Dengan memiliki pengetahuan yang baik beserta
pemberian asuhan keperawatan yang benar, maka diharapkan agar kasus vertigo ini
dapat berkurang dan masyarakat bisa mengetahui akan kasus vertigo ini dan bisa
mengantisipati akan hal tersebut.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep teori vertigo?
2. Bagaimana asuhan keperawatan vertigo?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep teori vertigo
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan vertigo
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Teori Vertigo


A. Definisi
Vertigo merupakan salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam
telinga bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam
artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa 'berputar' ataupun
melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. Hal
ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh
kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh
kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com)
Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memutar atau
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002)
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ
tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan
tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem
vestibular, system visual dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk
memperetahankan keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem
system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau
dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya
berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik
menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita
saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari
pada bolamata. (Lumban Tobing. S.M, 2003) 
B. Etiologi
 Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak)
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karenan bakteri
 Peradangan syaraf vestibuler
 Penyakit Meniere
 Kelainan neurologis
C. Tanda dan gejala
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput
putih lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan
selaput tipis.

1) Vertigo Sentral

Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,


paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan
pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan
berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu
pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk
hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia.
Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan
tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan
dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan
vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior, migren
basiler.
2) Vertigo perifer

Lamanya vertigo berlangsung:

 Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.

Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional


berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala
misalnya berguling sewaktu tidur atau menengadah mengambil
barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo berlangsung beberapa detik
kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional berigna adalah
trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan

 Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.

Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.


Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman
pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita
biasanya 30-60 tahun pada permulaan munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan
kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan
tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika
menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari kaki lainnya dan
membentuk garis lurus kedepan.

 Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa


minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai
pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang
menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung  beberapa
hari sampai beberapa minggu. Sering penderita merasa lebih lega
namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia berbaring diam.
D. Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otologi seperti
meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke VIII,
dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologik. Seperti
gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit neurologik
lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggu, vertigo juga diakibatkan oleh
terganggunya saraf III, IV, dan VI yang menyebabkan terganggunya penglihatan
sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan sempoyongan jika berjalan dan
merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan keseimbangan.
Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya
fungsi telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo. Begitupula
dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi pasokan darah ke pembuluh
darah di telinga sehingga dapat menyebabkan parese N VIII.
Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat
mempengaruhi tekanan darah pada seseorang. Sehingga menimbulkan tekanan
darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo dengan perjalanannya seperti
diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-beda.
E. Komplikasi
1) Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap berdiri dan berjalan.
2) Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan
otot.
F. Pemeriksaan Penunjang
Meliputi uji tes keberadaan bakteri melalui laboratorium, sedangkan untuk
pemeriksaan diagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus
vertigo antara lain:
1. Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
 Pemeriksaan neurologik
 Pemeriksaan otologik
 Pemeriksaan fisik umum
2. Pemeriksaan khusus
 ENG
 Audiometri dan BAEP
 Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan
 Radiologik dan Imaging
 EEG, EMG
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan
seperti :

a. Anti kolinergik
 Sulfas Atropin : 0,4 mg/im
 Scopolamin : 0,6 mg IV bisa diulang tiap 3 jam
b. Simpatomimetika
 Epidame 1,5 mg IV bisa diulang tiap 30 menit
c. Menghambat aktivitas nukleus vestibuler
 Golongan antihistamin
 Golongan ini, yang menghambat aktivitas nukleus
vestibularis adalah :
 Diphenhidramin: 1,5 mg/im/oral bisa diulang tiap 2
jam
 Dimenhidrinat: 50-100 mg/ 6 jam.
d. Jika terapi di atas tidak dapat mengatasi kelainan yang diderita
dianjurkan untuk terapi bedah. Terapi menurut (Cermin Dunia
Kedokteran No. 144, 2004: 48) Terdiri dari :
 Terapi kausal
 Terapi simtomatik
 Terapi rehabilitative
2. Penatalaksanaan Keperawatan
A. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus
dibiarkan berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari
pertama.
B. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan
vestibular perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat
merasakan bahwa dengan memfiksir pandangan mata pada suatu
obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari yang
direntangkan ke depan, temyata lebih enak daripada berbaring
dengan kedua mata ditutup.
C. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat
memudahkan terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat
diperkecil dengan relaksasi mental disertai fiksasi visual yang
kuat.
D. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan
untuk mencegah dehidrasi.
E. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan
vestibular perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan
dramatis pada hari pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat
dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi penting dari
terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien
bahwa neuronitis vestibularis dan sebagian besar gangguan
vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter
harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk beradaptasi akan
membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
F. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut
mereda. Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi
sistem saraf pusat untuk gangguan vestibular akut.
2.2 Asuhan Keperawatan Vertigo
I. Pengkajian
A. Pengumpulan Data
 Biodata
Nama : Ny. S
Umur :43 tahun
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Suku Bangsa :Sunda, Indonesia
Alamat :Jln. Warung Contong RT.05 RW.14 Cimahi
Tanggal Masuk :05 Desember 2005 – Pkl. 09.15
Tanggal Dikaji :6 Desember 2005 – Pkl. 10.00
No. Register :051125 – 0003
Diagnosa Medis :Susp. Stroke + Vertigo

 Biodata Penanggung Jawab

Nama : Tn. S
Umur :50 tahun
Suku Bangsa :Jawa, Indonesia
Agama :Islam
Pendidikan :SMA
Alamat :Jln. Warung Contong RT.05 RW.14 Cimahi
Hubungan dgn klien :Suami
B. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang

 Alasan Masuk Rumah sakit


3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh nyeri
kepaladan pusing berdenyut, keluhan tidak disertai mual
dan muntah,keluhan disertai telinga berdenging dan klien
merasakan tubuhnyalemah sebelah kanan, kemudian
keluarga langsung membawa klienke poly neurologi RS.
Dustira setelah diperiksa dokter akhirnyaklien disarankan
untuk dirawat di Ruang Perawatan VIII RS.Dustira.

 Keluhan Utama
Klien mengeluh pusing

 Keluhan Saat Didata


Klien Pada saat didata klien mengeluh pusing dan sakit
kepala,keluhan dirasakan seperti berputar-putar, rasa
pusing datang hilangtimbul. Dan klien mengatakan susah
tidur pada malam hari karenapusing, keluhan pusing
bertambah apabila klien melakukan aktivitas seperti
berjalan ke kamar mandi, keluhan pusingberkurang apabila
klien beristirahat seperti tidur terlentang. Pusingdan nyeri
kepala menyebar ke daerah pundak/leher. Jika
diukurdengan skala nyeri 1-10 pusing dan nyeri kepala
kliendikategorikan ke dalam skala 5 (nyeri sedang)
b) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang
dideritanyaseperti sekarang ini. Klien juga tidak mempunyai
riwayat penyakitjantung, hipertensi dan diabetes melitus klien
mempunyai riwayatpenyakit hipertensi dan kurang darah
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang
memilikipenyakit seperti klien dan tidak ada yang memiliki
riwayat penyakitketurunan seperti hipertensi dan diabetes melitus
serta penyakitmenular seperti TBC.
d) Struktur Keluarga
Klien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara klien memiliki 2 orang
anakdan tinggal bersama 2 orang anaknya dan suami klien
C. Pola Gordon
No Pola Aktivitas Di Rumah Di Rumah Sakit
1 Pola Nutrisi
a.Makanan
Frekuensi 3x 1 sehari 3x 1 sehari
Jenis Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk
pauk pauk,buah

Porsi/jumlah 1 porsi habis 1/2 porsi


minum habisTinggi garam,

Pantangan Tidak ada Pedas

b.Minum
1400-1600 cc 1200-1400 cc
Jumlah
Air putih, air teh Air putih
Jenis
manis
Tidak ada Kopi, soda
Pantangan
Tidak ada Klien sering merasa
Keluhan
mual
2 Pola eliminasi
a.BAB
Frekuensi 1-2 x/hari Baru 1x selama
Kosistensi Lembek Lembek

Warna berbentuk Kuning

b.BAK Kuning

Frekuensi + 3x/hari
3-4x/hari Kuning jernih
Warna
Khas kuning Tidak ada
Keluhan Tidak ada
3 Pola Istirahat Tidur
a.Siang Kadang-kadang + 1 jam/hari
b.Malam + 6-7 jam/hari + 5-6 jam/hari
c.Keluhan Tidak ada Tidak ada
4 Personal Hygiene
a.Mandi 2x/hari Belum pernah
b.Gosok gigi 2x/hari 1x sehari
c.Keramas 2x/seminggu Belum pernah
d.Gunting kuku 1x/minggu keramas Belum
pernah
selamadirawat
5 Aktivitas Klien dapat Aktifitas berat
beraktivitas klienselama di RS
secaramandiri dibantu
setiap harinya. olehkeluarga dan
perawatklien
tampak hati-hati
saatmelakukan
aktivitas

D. Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum Kesadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital :
TD:120/100 mmHg
N:78x/menit
R:20x/menit
S:36,50 C

 Sistem panca indera

 Penglihatan
Kedua mata simetris, konjungtiva sedikit anemis, sclera an
ikterik, tidak ada nyeri trkan disekitar bola mata, lapang
pandang klien baik
 Pendengaran
Bentuk telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan pada tragus, fungsi pendengaran baik.

 Sistem Pernapasan

Bentuk hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung,


mukosa hidung lembab, tidak ada nteri tekan pada hidung, fungsi
penciuman baik.

 Sistem pencernaan

Bentuk abdomen datar, bising usus terdengar di 4 kuadran


abdomen dengan frekuensi 10xx/menit.Tidak ada distensi
abdomen perkusi pada hepar terdengar dulness,pada lambung
timpani. Tidak ada nyeri tekan pada setiap kuadran,tidak teraba
pembesaran hepar.

 Sistem kardiovaskuler

Tidak ada peningkatan vena jugolaris, conjungtiva sedikit


anemis,akral hangat, tidak ada pembesaran jantung, bunyi jantung
S1 dan S2reguler, tidak terdengar suara jantung tambahan.
Tekanan darah 100/20mmHg capilary revil lime kembali setelah 1
detik, denyut nadi78x/menit

 Sistem perkemihan dan genetalia

Tidak teraba distansi kandung kemih, tidak teraba pembesaran


ginjaldan nyeri tekan pada ginjal kiri dan kanan, klien mengatakan
tidak adakeluhan saat BAK

 Sistem endokrin

Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan tidak


adapembesaran kelenjar tyroid.
 Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atasBentuk tangan kanan dan kiri simetris, klien dapat


melakukangerakan fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, rotasi secara
mandiri,reflek biceps positif, reflek triceps positif, reflek
brachioradialispositif.

 Ektremitas bawahBentuk kedua kaki simetris, klien dapat melakukan


fleksi, ekstensi,abduksi, adduksi secara mandiri, reflek patella positif
(ekstensi),reflek achiles positif (ekstensi), refleks babinski negatif,
reflekchadok negatif, kekuatan otot
II. Analisa data
NO
DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : pasien mengeluh nyeri Kerusakan sistem syaraf Nyeri kronis
pada kepala
DO :
 Tampak meringis
 Gelisah
 Bersikap protektif
 Pola tidur berubah
2. Kegagalan mekanisme Resiko cedera
pertahanan tubuh
3.
III. Intervensi

DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
Nyeri kronis b.d kerusakan Tujuan : Menejemen nyeri
sistem syaraf ditandai dengan : Setelah dilakukan tindakan 1.08238
DS : pasien mengeluh nyeri keperawatan dalam 1x24 jam Observasi :
pada kepala masalah nyeri kronis teraasi 1. Identifikasi lokasi,
DO : Kriteri hasil : karakteristik, durasi,
 Tampak meringis  Gelisah menurun frekuensi, kualitas,
 Gelisah  Bersikap protektif intensitas nyeri

 Bersikap protektif menurun 2. Identifikasi skala nyeri

 Pola tidur berubah  Pola tidur teratasi 3. Identifikasi rspon nyeri


non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan
terapi komplementer
yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping
penggunaan analgesik
Terapeutik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Annjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Risiko cedera b.d kegagalan Setalah dilakukan tindakan Manajemen keselamatan
mekanisme pertahanan tubuh keperawatan selama 1x24 jam lingkungan
masalah risiko cedera teratasi 1.14513
Observasi :
1. Identifikasi kebutuhan
keselamatan
Terapeutik :
2. Hilangkan bahaya
keselamatan
lingkungan
3. Memodifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan bahaya
dan risiko
4. Sediakan alat bantu
keamanan lingkungan
5. Gunakan perangkat
pelindung
6. Fasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
7. Lakukan program
skrining bahaya
lingkungan
Edukasi :
1. Ajarkan individu,
keluarga dan kelompok
risiki tinggi bahaya
lingkungan
IV. Implementasi
DIAGNOSA PUKU IMPLEMENTASI TTD DAN NAMA
KEPERAWATAN L KEPERAWATAN TERANG
PERAWAT
Nyeri kronis b.d kerusakan 07.00 1. Mengidentifikasi lokasi, Dian
sistem syaraf ditandai karakteristik, durasi,
dengan : frekuensi, kualitas,
DS : pasien mengeluh intensitas nyeri
nyeri pada kepala 07.15 2. Mengidentifikasi skala Dian
DO : nyeri
 Tampak meringis
07.30 3. Mengidentifikasi repon Dian
 Gelisah
nyeri non verbal
 Bersikap protektif
 Pola tidur berubah 07.45 4. Mengidentifikasi faktor Firda
yang memperberat dan
memperingan nyeri

08.00 5. Memonitor keberhasilan Surya


terapi komplementer yang
sudah diberikan
08.10 6. Memonitor efek samping Surya
penggunaan analgesik

08.20 7. Memberikan teknik non Firda


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
08.35 Ipus

8. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
08.50 9. Mefasilitasi istirahat dan Ipus
tidur

09.00 10. Mempertimbangkan jenis Ipus


dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
09.15 Rinda
11. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri

09.30 12. Menjelaskan strategi Rinda


meredakan nyeri

09.40 13. Menganjurkan memonitor Riinda


nyeri secara mandiri

09.55 14. Menganjurkan Rinda


menggunakan analgetik
10.00 secara tepat Dian
15. Mengajarkan teknik non
farmakologis untuk
10.15 mengurangi rasa nyeri Dian

16. Mengkolaborasi pemberian


analgetik, jika perlu

Risiko cedera b.d kegagalan 10.30 1. Mengidentifikasi Firda


mekanisme pertahanan kebutuhan keselamatan
tubuh
10.45 2. Menghilangkan bahaya Firda
keselamatan lingkungan

10.55 3. Memodifikasi lingkungan Ipus


untuk meminimalkan
bahaya dan risiko

11.00 4. Menyediakan alat bantu Ipus


keamanan lingkungan

11.20 5. Mengunakan perangkat Rinda


pelindung

11.30 6. Mefasilitasi relokasi ke Rinda


lingkungan yang aman

11.45 Dian
7. Melakukan program
skrining bahaya lingkungan

12.00 8. Mengajarkan individu, Dian


keluarga dan kelompok
risiki tinggi bahaya
lingkungan

V. Catatan perkembangan
DIAGNOSA KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN
Nyeri kronis b.d kerusakan sistem syaraf ditandai S : Pasien mengeluh nyeri pada kepala
dengan : O:
DS : pasien mengeluh nyeri pada kepala  Tampak meringis
DO :  Gelisah
 Tampak meringis  Bersikap protektif
 Gelisah  Pola tidur berubah
 Bersikap protektif A : Masalah nyeri kronis teratasi sebagian
 Pola tidur berubah P : Lanjutan intervensi
Observasi :
1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi rspon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
6. Monitor efek samping penggunaan
analgesik
Terapeutik :
7. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
8. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
9. Fasilitasi istirahat dan tidur
10. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
11. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
12. Jelaskan strategi meredakan nyeri
13. Annjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
14. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
15. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu

Risiko cedera b.d kegagalan mekanisme S:-


pertahanan tubuh O:-
A : Masalah risiko cedera teratasi sebagian
P : Lanjutan intervensi
Observasi :
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan
Terapeutik :
2. Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan
3. Memodifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan risiko
4. Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
5. Gunakan perangkat pelindung
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang
aman
7. Lakukan program skrining bahaya
lingkungan
Edukasi :
8. Ajarkan individu, keluarga dan
kelompok risiki tinggi bahaya
lingkungan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Vertigo termasuk kedalam gangguan keseimbangan yang dinyatakan sebagai


pusing, pening, sempoyangan, rasa seperti melayang atau dunia seperti berjungkir balik.
Kasus vertigo di Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih
banyak daripada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada Usia yang lebih tua yaitu
diatas 50 tahun.
Vertigo merupakan salah satu kelainan yang dirasakan akibat manifestasi dari
kejadian atau trauma lain. Misalnya adanya cidera kepala ringan. Salah satu akibat dari
kejadian atau trauma tersebut ialah seseorang akan mengalami vertigo. Kasus ini
sebaiknya harus segera ditangani, karena jika dibiarkan begitu saja akan menggangu
system lain yang ada di tubuh dan juga sangat merugikan klien karena rasa sakit atau
pusing yang begitu hebat. Terkadang klien dengan vertigo ini sulit untuk membuka mata
karena rasa pusing seperti terputar-putar. Ini disebabkan karena terjadi
ketidakseimbangan atau gangguan orientasi.
DAFTAR PUSTAKA

https://scribd.com/doc/266863531/Askep-Vertigo

https://www.academia.edu/13191922/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_PASIEN_DENGA
N_VERTIGO_APLIKASI_NANDA

https://www.academia.edu/37839274/Askep_vertigo

Anda mungkin juga menyukai