PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering di temui. Secara tidak langsung
kita pun pernah mengalami vertigo ini. Kata vertigo berhasal dari bahasa
Yunani vertere yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa
seperti melayang atau dunia seperti mengjungkir balik. Kasus vertigo di
Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih
banyak dari pada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada usia yang lebih
tua yaitu di atas 50 tahun.
Vertigo terjadi pada sekitar 32 % kasus, dan sampai dengan 56,4 %
pada populasi orangtua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada
anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi
anak sekolah di Skotlandia dilaporkan sekitar 15 % anak paling tidak pernah
merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar
(hampir 50%) diketahui sebagai paroksimal vertigo yang disertai
dengan gejala- gejala migrain (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia)
Vertigo merupakan salah satu gejala sakit kepala yang sering disertai
pusing yang berputar. Menurut data di Amerika keluhan pusing merupakan
alasan 5,6 juta orang berkunjung ke klinik. Menurut beberapa penelitian
menyatakan bahwa 1/3 orang mengeluhkan pusing mengalami vertigo.
Angka kejadian vertigo sendiri tidak banyak hanya 4,9% (vertigo terkait
migrain sebanyak 0,89%
dan benign
paroxysmal
positional
vertigo
jatuh
saat beraktivitas
dapat
berbahaya
karena
kehilangan kesadaran/pingsan.
Pada tahun 2009 di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi
sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun ( Miralza Diza, 2008),
pada tahun 2010, 50% dari usia 40-50 tahun dan juga merupakan keluhan
nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek
umum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Vertigo?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Vertigo?
3. Bagaimana etiologi Vertigo?
4. Apa saja klasifikasi Vertigo ?
5. Apa saja faktor resiko Vertigo?
6. Apa manifestasi klinik Vertigo?
7. Bagaimana patofisiologi Vertigo?
8. Bagaimana tes diagnostik Vertigo?
9. Bagaimana terapi Vertigo?
10. Bagaimana penatalaksanaan Vertigo?
11. Apa komplikasi Vertigo?
12. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan Vertigo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi
tugas
pembuatan
makalah
mata
kuliah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Vertere
suatu
istilah
dalam
bahasa
latin
yang
berada
di
bawah
pengaruh
(nistagmus).Sedangkan
neurologi,
2005,
saraf
menurut
mendefinisikan
otonom
Gowers
vertigo
dan
Kapita
adalah
mata
Selekta
setiap
kehilangan
keseimbangan.Vertigo
bisa
berlangsung
Jaringan Saraf
a
Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan
fungsional sistem persarafan.
Neuron terdiri dari:
1) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi
nukleus
yang
di
dalamnya
terdapat
nukleolus.
Di
2) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi
menuju badan sel. Merupakan bagian yang menjulur keluar
dari badan sel dan menjalar ke segala arah. Khususnya di
korteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai tonjolantonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit.
3) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel disebut akson. Dendrit dan
akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau
tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan
dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus
membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat
menghantarkan pesan elektrokimia.
Klasifikasi sruktural neuron
Klasifikasi sruktural neuron berdasarkan pada hubungan
antara dendrit, badan sel dan akson mencakup:
1) Neuron tanpa akson
Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson.
Neuron ini belokasi pada otak dan beberapa organ perasa
khusus
2) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan
neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipolar sangat jarang
menyiarkan
ulang
informasi
tentang
penglihatan,
2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksiinstruksi dari SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia
memiliki sekitar 500 ribu neuron motorik. Akson-akson
pembawa pesan dari SSP yang disebut dengan serabut eferen,
terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan sistem saraf
otonom (SSO).
3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron
sensorik dan motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak
dan batang otak. Tubuh manusia memiliki 20 juta interneuron
Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP
dan sebagai sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula
spinalis. Ada empat sel neuroglia yaitu:
a
jaringan
neuron
dan
menjaga
perubahan
interstisial.
d
c
Sel Schwann
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi.
Membren plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi
tonjolan neuron sistem saraf tepi (SST).
Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung
meilin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat
Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh.
Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls
saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di
antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana
neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ
efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat
dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron
lainnya atau efektor. Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah
pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson, tetapi
bisa ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel
atau bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmiter.
1) Sinaps listrik
Sinaps-sinaps listrik terletak di SSP dan SST, tetapi sinapssinaps tersebut jarang ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak,
termasuk di vestibular nuklei, dan juga ditemukan di mata dan
sekitar di ganglia SSP.
2) Sinaps kimia
Situasi dari sinaps kimia jauh lebih dinamis dibandingkan
dengan sinaps listrik, karena sel-sel tidak berpasangan. Pada
10
sejumlah
neurotransmiter
menuju
neuron
Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson.
Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis
dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron.
Setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
dengan bantuan zat-zat kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam
menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron dan trnsmiter
tersebut (Ganong, 1999).
2. Otak
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan
araknoid, dan lapisan piameter.
a
11
Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak
dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
Otak dibagi menjadi 3 bagian besar : serebrum, serebellum dan
batang otak. Semua berada dalam satu bagian struktur tubuh yang
disebut tengkorak, yang melindungi otak dan cedera.
a
Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Pada
cerebrum terletak pusat 2 saraf yang mengatur semua kegiatan
sensorik dan motorik juga mengatur proses penalaran intelegensia
dan ingatan.
Di bagi menjadi 4 lobus yaitu :
1) Frontalis (lobus terbesar), terletak pada fossa anterior. Area ini
mengontrol
perilaku
individu,
membuat
keputusan,
12
3) Temporalis, mengintegrasikan
sensasi,
kecap, bau
dan
Serebellum
Terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh dura
meter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum.
Fungsi serebellum yaitu:
1
Mengatur
otot-otot
postural
tubuh.
Serebellum
Batang otak
Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medula spinalis dan
kebagiab rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak
yang lebih tinggi. Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas
adalah medula oblongata, pons dan mensensefalon (otak tengah).
Di sepanjang batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang
berjalan naik dan turun. Batang otak merupakn pusat transmiter
dan refleks dari SSP.
13
Pons
berbentuk
jembatan
serabut-serabut
yang
Diensefalon
Diensefalon memproses ransang sensori dan membantu
memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap ransangransang tersebut. Diensefalon dibagi menjadi empat bagian yaitu
talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus Diencephalon
sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Semua
impuls memori sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
1
14
e
I
II
III
Saraf kranial
Saraf kranial
Olfaktorius
Optikus
Okulomotorius
Komponen
Sensorik
Sensorik
Motorik
Fungsi
Penciuman
Penglihatan
1. Mengangkat kelopak
mata atas
2. Konstraksi pupil
Sebagian besar
IV
Troklearis
Motorik
Trigeminus
Motorik
gerakan ekstraokular.
Gerakan mata ke bawah dan ke
dalam
Otot temporalis dan maseter
(menutup
rahang
dan
ke lateral
1. Kulit wajah, dua pertiga
depan kulit kepala, mukosa
mata, mukusa hidung dan
rongga mulut, lidah dan
Sensorik
gigi.
2. Refleks kornea atau refleks
mengedip,
komponen
Abdusens
Motorik
Motorik
VII
Fasialis
Sensorik
VII
vestibulokoklea
ris
Cabang
koklearis
Sensorik
Keseimbangan
Sensorik
pendengaran
1. Faring:
IX
Glosofaringeus
Motorik
menelan,
muntah
2. Parotis: salivasi
Faring,
laring:
Motorik
X
XI
menelan,
Vagus
Asesorius
refleks
Sensorik
Motorik
dan abdomen
Otot
sternokleidomastoideus
dan bagian atas dari
16
otot trapazeus;
pergerakan kepala dan
XII
Hipoglosus
Sistem limbik
Motorik
bahu
Pergerakan lidah
C. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya
antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga
bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran
darah
ke
otak,
dll.
Tubuh
merasakan
posisi
dan
17
D. Klasifikasi
Vertigo yang terjadi oleh karena kelainan pada sistem
vestibular disebut vertigo vestibular, dan yang timbul pada
kelainan sistem somatosensori dan visual disebut vertigo
nonvestibular.
18
E. Faktor resiko
Faktor Resiko Terjadinya Vertigo
1.
2.
3.
4.
5.
19
6.
7.
Dipicu oleh penyakit sistem saraf pusat sepert tumor, kerusakan leher, dan
stroke.
F. Manifestasi klinis
Gejala Vertigo Yang Sering Dijumpai
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
G.
Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi normal, informasi yang tiba dipusat integrasi
alat keseimbangan tubuh yang berasal dari reseptor vestibular, visual dan
propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan
wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang
muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik.
20
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar
tidak
berlangsung
dan
muncul
tanda-tanda
kegawatan
dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
Penyimpangan KDM
Trauma kepala, infeksi,obat
obatan
Sistem keseimbangan(vestibuler) tubuh
terganggu
Vertigo akibat
penyakit menire
Merangsang
ekuilibrium
pada system
vestibuler
Ransangan di
teruskan ke
pusat vestibuler
di korteks
Vertig
o
Disfungsi
vestibuler
Hantaran implus
Ke serebral
terganngu
Perubahan
status
kesehatan
Kurang
informasi
Kurang
pengetahuan
21
Fungsi koordinasi
keseimbangan
serebral terganggu
Merangsang
chemoreseptor
Timbul perasaan
tringger zone
seperti berputar putar
area dekat
medula dan
Kesulitan
pusat muntah di
keseimbangan tubuh
medula
Mual, muntah
berulang
kekurangan
volume cairan
Resiko injuri
Koping tak
efektif
ansietas
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake
nutrisi
menurun
22
H. Tes diagnostik
1. Tes Audiologik, tidak dibutuhkan untuk untuk setiap
pasien dengan keluhan pusing, tapi mungkin lebih tepat
jika ada masalah pendengaran.
a. Audiogram,
menilai
pendengaran.
Abnormalitas
penegakkan
diagnosis.
Upaya
untuk
sentral
dan
orang-
orang
dengan
bahkan
bila
pendengaran
subjektif
melakukan
objektif,
beberapa
tes
tes
dapat
untuk
uji
mendeteksi
23
diposisikan
dalam
gendang
telinga.
ECOG
yang
abnormal
memberi
kesan
penyakit
denga
keluhan
pusing.
Dalam
faktanya
nervus
VIII.
MRI
tidak
secara
rutin
mutlak
dibutuhkan
untuk
diagnosis
24
I. Terapi
Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala
vertigo :
1. Tarik
2. Tidur
3. Buka
dan kekanan
4. Bangun
6. Gerakkan
25
muntah.
Contohnya
meklizin,
dimenhidrinat,
operasi
pada
tulang
leher
yang
mengalami
Penatalaksanaan
3.
Obat-obatan
26
Obat
Neurotis Vestibular
Terapi farmakologi dapat
pemberian anti
berupa
terapi
spesifik
misalnya
4.
27
28
streptococcus
pneumoniaedan
ditambah
haemophilus
29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
proses
keperawatan
keperawatan
psikokologis.
Maksud
dari
sosial,
yang
dan
pengkajian
spiritual
adalah
aspek
biologis.
serta
komprehensif
untuk
mendapatkan
wawancara,
observasi
langsung
dan
mellihat
deugan
masalah
appendiksitis
berikut :
1.
Data dasar
a. ldentitas
klien, digunakan untuk
adalah
sebagai
memudahkan
30
agama, pekerjaan,
penyakitnya,
keluhan
sekarang
meliputi
pekerjaan
timbul
nyeri,
secara
bertahap
atau
riwayat
riwayat
yang mempunyai
meliputi
anggota
riwayat penyakit
dan
klien
bagairnana
untuk mengatasi
besarnya
motivasi
31
berhubungan
dengan
intake
yang
tidak
adekuat
4.
Ansietas
berhubungan
5.
dengan
berhubungan
C. Intervensi
1.
100cc/jam)
i. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
k. Atur kemungkinan tranfusi
l. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
2.
Resiko injuri
NOC :
a. Risk Kontrol
b. Immune status
c. Safety Behavior
Kriteria hasil:
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien
mampu
menjelaskan
cara/metode
untukmencegah injury/cedera
c. Klien mampu menjelaskan
factor
risiko
dari
lingkungan/perilaku personal
d. Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah
injury
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC :
Environment Management (Manajemen lingkungan)
a Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
33
berbahaya
dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan
barang-barang
yang
dapat
membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang
3.
dari kebutuhan
NOC:
a. Nutritional status: Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : food and Fluid Intake
c. Weight Control
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan masa tbuh dan berat badan dalam
batas normal
b. Memiliki nilai
laboraturium
(misalnya
transferrin,
dengan
dokter
tentang
kebutuhan
Ansietas
NOC :
a. Kontrol kecemasan
b. Koping
Kriteria hasil:
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
tehnik untuk mengontol cemas
c. Vital sign dalam batas normal
35
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
e. Berikan informasi
faktual
mengenai
diagnosis,
tindakan prognosis
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
g. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien
5.
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Kurang pengetahuan
NOC
a. Kowlwdge : disease process
b. Kowledge : health Behavior
Kriteria hasil:
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
36
atau
sumber
atau
dukungan,
37
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
Gowers
Kapita
Selekta
neurologi,
2005,
merupakan
suatu
gejala,
sederet
38
berkeringat dingin dan denyut nadi cepat. Komplikasi yang biasa terjadi pada
vertigo adalah Penyakit Meniere, Trauma Telinga dan Labirintitis, Epidemic
atau akibat otitis media kronika dan penyakit saraf akustikus Serebelum
B.
Saran
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan malakah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat baik untuk penulis maupun untuk pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/penyimpangan-kdmvertigo.html
https://id.scribd.com/doc/193250486/Vertigo
https://id.scribd.com/document/246826961/Anatomi-DanFisiologi-Sistem
https://id.scribd.com/doc/292395155/Asuhan-KeperawatanVertigo
https://id.scribd.com/document/47163418/ASUHANKEPERAWATAN-VERTIGO
39
https://id.scribd.com/document/29798042/Asuhan-keperawatanpada-klien-dengan-Vertigo
http://febypurnama-tentorium.blogspot.co.id/2012/10/vertigoanamnesis-pemeriksaan-fisik.html
40