Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Vertigo merupakan kasus yang sering di temui. Secara tidak langsung
kita pun pernah mengalami vertigo ini. Kata vertigo berhasal dari bahasa
Yunani vertere yang artinya memutar. Vertigo termasuk kedalam gangguan
keseimbangan yang dinyatakan sebagai pusing, pening, sempoyongan, rasa
seperti melayang atau dunia seperti mengjungkir balik. Kasus vertigo di
Amerika adalah 64 orang tiap 100.000, dengan presentasi wanita lebih
banyak dari pada pria. Vertigo juga lebih sering terdapat pada usia yang lebih
tua yaitu di atas 50 tahun.
Vertigo terjadi pada sekitar 32 % kasus, dan sampai dengan 56,4 %
pada populasi orangtua. Sementara itu, angka kejadian vertigo pada
anak-anak tidak diketahui, tetapi dari studi yang lebih baru pada populasi
anak sekolah di Skotlandia dilaporkan sekitar 15 % anak paling tidak pernah
merasakan sekali serangan pusing dalam periode satu tahun. Sebagian besar
(hampir 50%) diketahui sebagai paroksimal vertigo yang disertai
dengan gejala- gejala migrain (pucat, mual, fonofobia, dan fotofobia)
Vertigo merupakan salah satu gejala sakit kepala yang sering disertai
pusing yang berputar. Menurut data di Amerika keluhan pusing merupakan
alasan 5,6 juta orang berkunjung ke klinik. Menurut beberapa penelitian
menyatakan bahwa 1/3 orang mengeluhkan pusing mengalami vertigo.
Angka kejadian vertigo sendiri tidak banyak hanya 4,9% (vertigo terkait
migrain sebanyak 0,89%

dan benign

paroxysmal

positional

vertigo

(BPPV) sebanyak 1,6%). Walaupun vertigo bukan merupakan salah satu


penyakit yang banyak dikenal orang dan dengan angka kejadian yang
tinggi, namun seseorang dengan vertigo
berisiko

jatuh

saat beraktivitas

dapat

berbahaya

karena

akibat gangguan keseimbangan hingga

kehilangan kesadaran/pingsan.
Pada tahun 2009 di Indonesia angka kejadian vertigo sangat tinggi
sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75 tahun ( Miralza Diza, 2008),
pada tahun 2010, 50% dari usia 40-50 tahun dan juga merupakan keluhan
nomor tiga paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek
umum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Vertigo?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Vertigo?
3. Bagaimana etiologi Vertigo?
4. Apa saja klasifikasi Vertigo ?
5. Apa saja faktor resiko Vertigo?
6. Apa manifestasi klinik Vertigo?
7. Bagaimana patofisiologi Vertigo?
8. Bagaimana tes diagnostik Vertigo?
9. Bagaimana terapi Vertigo?
10. Bagaimana penatalaksanaan Vertigo?
11. Apa komplikasi Vertigo?
12. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan Vertigo?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk

memenuhi

tugas

pembuatan

makalah

mata

kuliah

keperawatan medikal bedah 1.


2. Tujuan Khusus :
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi Vertigo


Untuk memahami definisi dari Vertigo
Mengetahui etiologi Vertigo
Untuk mengetahui klasifikasi dari Vertigo
Untuk mengetahui faktor resiko Vertigo
Dapat mengetahui manifestasi klinik Vertigo
Memahami patofisiologi Vertigo
Untuk mengetahui tes diagnostik Vertigo
Mengetahui terapi untuk Vertigo
Mengetahui penatalaksanaan Vertigo
Mengeteahui komplikasi Vertigo
Mengetahui dan memahami cara memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
Vertigo

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi
Vertere

suatu

istilah

dalam

bahasa

latin

yang

merupakan bahasa lain dari vertigo, yang artinya memutar.


Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing.
Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau
gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang

berada

di

bawah

pengaruh

(nistagmus).Sedangkan
neurologi,

2005,

saraf

menurut

mendefinisikan

otonom

Gowers
vertigo

dan

Kapita
adalah

mata
Selekta
setiap

gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek


disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan
sistem keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak
atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita
bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual
dan

kehilangan

keseimbangan.Vertigo

bisa

berlangsung

hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa


jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika
berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun
penderita tidak bergerak sama sekali.

B. Anatomi dan fisiologi

Gambar sel saraf


1

Jaringan Saraf
a

Neuron
Neuron adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan
fungsional sistem persarafan.
Neuron terdiri dari:
1) Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi
nukleus

yang

di

dalamnya

terdapat

nukleolus.

Di

sekelilingnya terdapat perikarion yang berisi neurofilamen


yang berkelompok yang disebut neurofibril. Di luarnya
berhubungan dengan dendrit dan akson yang memberikan
dukungan terhadap proses-proses fisiologis.

2) Dendrit
Dendrit adalah tonjolan yang menghantarkan informasi
menuju badan sel. Merupakan bagian yang menjulur keluar
dari badan sel dan menjalar ke segala arah. Khususnya di
korteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai tonjolantonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit.
3) Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan
informasi keluar dari badan sel disebut akson. Dendrit dan
akson secara kolektif sering disebut sebagai serabut saraf atau
tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan
dan meneruskan pesan-pesan neural disebabkan sifat khusus
membran sel neuron yang mudah dirangsang dan dapat
menghantarkan pesan elektrokimia.
Klasifikasi sruktural neuron
Klasifikasi sruktural neuron berdasarkan pada hubungan
antara dendrit, badan sel dan akson mencakup:
1) Neuron tanpa akson
Secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson.
Neuron ini belokasi pada otak dan beberapa organ perasa
khusus
2) Neuron bipolar
Ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan
neuron unipolar dan multipolar. Neuron bipolar sangat jarang

ada, tetapi meraka ada di dalam rongga perasa khusus, neuron


ini

menyiarkan

ulang

informasi

tentang

penglihatan,

penciuman dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap


rangsang ke neuron-neuron lainnya.
3) Neuron unipolar
Di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson
melakukan proses secara berlanjutan. Dalam suatu neuron,
segmen awal dari cabang dendrit membawa aksi potensial
dan neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik
dari saraf tepi merupakn neuron unipolar dan sinaps neuron
berakhir di sistem saraf pusat (SSP).
4) Neuron multipolar
Neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan
satu akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang sebagian
besar berada di SSP. Contoh tipe neuron ini adalah seluruh
neuron motorik yang mengendalikan otot rangka.
Klasifikasi fungsional
1) Neuron sensorik
Neuron sensorik merupakan neuron unipolar atau disebut
juga dengan serabut aferen yang menghubungkan antara
reseptor sensorik dan batang otak atau otak. Neuron ini
mengumpulkan informasi dengan memperhatikan lingkungan
luar tubuh. Tubuh manusia memiliki sekitar 10 juta neuron
sensorik. Neuron sensorik somatis melakukan pengawasan di

luar tubuh dan neuron sensorik viseral memonitor kondisi di


dalam tubuh.
Reseptor sensoorik yang lebih spesifik meliputi:
a

Eksteroseptor, menyediakan informasi tentang kondisi


lingkungan luar dan lingkunagan yang didapat dari
indera seperti penglihatan, penciuman, pendengaran dan
peraba.

Proprioseptor, memonitor keadaan posisi dan pergerakan


otot rangka dan sendi.

Interoseptor, memonitor kondisi sistem pencernaan,


pernapasan, kardiovaskuler, perkemihan, reproduksi,
serta beberapa sensasi perasa dan rasa nyeri.

2) Neuron motorik
Neuron motorik atau neuron eferen membawa instruksiinstruksi dari SSP menuju efektor perifer. Tubuh manusia
memiliki sekitar 500 ribu neuron motorik. Akson-akson
pembawa pesan dari SSP yang disebut dengan serabut eferen,
terdiri atas sistem saraf somatis (SSS) dan sistem saraf
otonom (SSO).
3) Interneuron
Interneuron atau neuron eferen berada di antara neuron
sensorik dan motorik. Interneuron terdapat di seluruh otak
dan batang otak. Tubuh manusia memiliki 20 juta interneuron

dan berespons untuk mendistribusikan setiap informasi dari


neuron sensorik dan mengkoordinasikan aktivitas motorik.
b

Neuroglia
Neuroglia adalah Penyokong, pelindung neuron-neuron SSP
dan sebagai sumber nutrisi bagi neuron-neuron otak dan medula
spinalis. Ada empat sel neuroglia yaitu:
a

Mikroglia, sel ini ditemukan di seluruh SSP dan dianggap


berperan penting dalam proses melawan infeksi.

Ependimal, berperan dalam produksi cairan serebrospinal


(CSS).

Astroglia, berperan sebagai barier darah-otak, memperbaiki


kerusakan

jaringan

neuron

dan

menjaga

perubahan

interstisial.
d
c

Oligodendroglia, berperan dalam menghasilkan mielin.

Sel Schwann
Sel schwann membentuk mielin maupun neurolema saraf tepi.
Membren plasma sel schwann secara konsentris mengelilingi
tonjolan neuron sistem saraf tepi (SST).

Mielin
Mielin merupakan suatu kompleks protein yang mengisolasi
tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran ion natrium dan kalium
melintasi membran neuronal dengan hampir sempurna. Selubung
meilin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf, dan terdapat

celah-celah yang tidak memiliki mielin, yang disebut nodus


Renvier.
e

Transmisi sinaps
Neuron menyalurkan sinyal-sinyal saraf ke seluruh tubuh.
Kejadian listrik ini yang kita kenal dengan impuls saraf. Impuls
saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia di
antara neuron.
Neuron tidak bersambung satu sama lain. Tempat dimana
neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan organ
efektor disebut sinaps. Sinaps merupakan satu-satunya tempat
dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron ke neuron
lainnya atau efektor. Agar proses ini menjadi efektif, maka sebuah
pesan tidak selalu harus melalui perjalanan melalui akson, tetapi
bisa ditransmisikan melalui jalan lain untuk menuju sel lainnya.
Sinaps bisa bersifat elektrik untuk melakukan kontak antarsel
atau bersifat kimia dengan melibatkan neurotransmiter.
1) Sinaps listrik
Sinaps-sinaps listrik terletak di SSP dan SST, tetapi sinapssinaps tersebut jarang ada. Sinaps ini sering ada di pusat otak,
termasuk di vestibular nuklei, dan juga ditemukan di mata dan
sekitar di ganglia SSP.
2) Sinaps kimia
Situasi dari sinaps kimia jauh lebih dinamis dibandingkan
dengan sinaps listrik, karena sel-sel tidak berpasangan. Pada

10

sinaps kimia, suatu potensial aksi dapat muncul dengan atau


melepaskan

sejumlah

neurotransmiter

menuju

neuron

postsinaps. Kondisi ini akan mengintervensi sel-sel postsinaps


sehingga lebih sensitif terhadap stimulus yang muncul.
f

Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam
neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson.
Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis
dan juga direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antarneuron.
Setiap neuron melepaskan satu transmiter. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga
dengan bantuan zat-zat kimia ini, neuron dapat lebih mudah dalam
menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron dan trnsmiter
tersebut (Ganong, 1999).

2. Otak
Otak dilapisi oleh selaput otak yang disebut selaput meninges.
Selaput meninges terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan durameter, lapusan
araknoid, dan lapisan piameter.
a

Lapisan durameter yaitu lapisan yang terdapat di paling luar dari


otak dan bersifat tidak kenyal. Lapisan ini melekat langsung
dengan tulang tengkorak. Berfungsi untuk melindungi jaringanjaringan yang halus dari otak dan medula spinalis.

11

Lapisan araknoid yaitu lapisan yang berada dibagian tengah dan


terdiri dari lapisan yang berbentuk jaring laba-laba. Ruangan dalam
lapisan ini disebut dengan ruang subaraknoid dan memiliki cairan
yang disebut cairan serebrospinal. Lapisan ini berfungsi untuk
melindungi otak dan medulla spinalis dari guncangan.

Lapisan piameter yaitu lapisan yang terdapat paling dalam dari otak
dan melekat langsung pada otak. Lapisan ini banyak memiliki
pembuluh darah. Berfungsi untuk melindungi otak secara langsung.
Otak dibagi menjadi 3 bagian besar : serebrum, serebellum dan

batang otak. Semua berada dalam satu bagian struktur tubuh yang
disebut tengkorak, yang melindungi otak dan cedera.
a

Serebrum
Serebrum terdiri dari dua hemisfer dan empat lobus. Pada
cerebrum terletak pusat 2 saraf yang mengatur semua kegiatan
sensorik dan motorik juga mengatur proses penalaran intelegensia
dan ingatan.
Di bagi menjadi 4 lobus yaitu :
1) Frontalis (lobus terbesar), terletak pada fossa anterior. Area ini
mengontrol

perilaku

individu,

membuat

keputusan,

kepribadian dan menahan diri.


2) Parietalis (lobus sensorik). Area ini menginterpretasikan
sensasi kecuali sensasi baru. Lobus parietal mengatur individu
mampu mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.

12

3) Temporalis, mengintegrasikan

sensasi,

kecap, bau

dan

pendengaran, ingatan jangka pendek sangat berhubungan


dengan daerah ini.
4) Oksipital, terletak pada lobus posterior hemisfer serebri.
Bagian ini bertanggung jawab untuk menginterpretasikan
penglihatan.
b

Serebellum
Terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh dura
meter yang menyerupai atap tenda, yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum.
Fungsi serebellum yaitu:
1

Mengatur

otot-otot

postural

tubuh.

Serebellum

mengkoordinasi penyesuaian secara cepat dan otomatis


dengan memelihara keseimbangan tubuh.
2

Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan


sadar dan bawah sadar.

Batang otak
Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medula spinalis dan
kebagiab rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak
yang lebih tinggi. Bagian-bagian batang otak dari bawah ke atas
adalah medula oblongata, pons dan mensensefalon (otak tengah).
Di sepanjang batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang
berjalan naik dan turun. Batang otak merupakn pusat transmiter
dan refleks dari SSP.

13

Pons

berbentuk

jembatan

serabut-serabut

yang

menghubungkan kedua hemisfer hemisfer serebellum, serta


menghubungkan mensensefalon di sebalah atas dengan
medula oblongata di bawah. Pons merupakan mata rantai
penghubung yang penting pada jaras kortikoserebelaris yang
menyatukan hemisfer serebri dan sereblellum. Bagian bawah
pons berperan dalam pengaturan pernapasan.
2

Medulla oblongata merupak pusat reflek yang penting untuk


jantung, vasokonstriktor, pernapasan, bersin, batuk, menelan,
pengeluaran air liur dan muntah.

Mensensefalon (otak tengah) merupakan bagian pendek dari


batang otak yang letaknya di atas pons. Secara fisiologis
mensensefalon mempunyai peran yang penting dalam
pengaturan respons-respons tubuh.

Diensefalon
Diensefalon memproses ransang sensori dan membantu
memulai atau memodifikasi reaksi tubuh terhadap ransangransang tersebut. Diensefalon dibagi menjadi empat bagian yaitu
talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus Diencephalon
sebagai pusat penyambung sensasi bau yang diterima. Semua
impuls memori sensasi dan nyeri melalui bagian ini.
1

Talamus, talamus merupak stasiun transmiter yang penting


dalam otak dan juga merupakan pengintegrasi subkortikal yang
penting

14

Hipotalamus, hipotalamus terletak di bawah talamus yang


berfungsi pengendalian secara tidak sadar kontaksi otot-otot
skeletal, pengendalian fungsi otonom, koordinasi aktivitas
sistem persarafan dan endokrin, sekresi hormon ADH dan
hormon oksitosin, menghasilkan dorongan emosi dan perilaku,
koordinasi antara fungsi otonom dan volunter dan mengatur
suhu tubuh.

Subtalamus, fungsi belum jelas diketahui, tetapi lesi pada


subtalamus dapat menimbulkan diskinesia dramatis yang
disebut hemibalismus.

Epitalamus, berhubungan dengan sistem limbik dan sedikit


berperan pada beberapa dorongan emosi dasar dan integritasi
informasi olfaktorius. Epifisis menyekresi malatonin dan
membantu mengatur irama sirkadian tubih serta menghambat
hormon-hormon gonadotropin.

e
I
II

III

Saraf kranial
Saraf kranial
Olfaktorius
Optikus

Okulomotorius

Komponen
Sensorik
Sensorik

Motorik

Fungsi
Penciuman
Penglihatan
1. Mengangkat kelopak
mata atas
2. Konstraksi pupil
Sebagian besar

IV

Troklearis

Motorik

Trigeminus

Motorik

gerakan ekstraokular.
Gerakan mata ke bawah dan ke
dalam
Otot temporalis dan maseter
(menutup

rahang

dan

mengunyah) gerakan rahang


15

ke lateral
1. Kulit wajah, dua pertiga
depan kulit kepala, mukosa
mata, mukusa hidung dan
rongga mulut, lidah dan
Sensorik

gigi.
2. Refleks kornea atau refleks
mengedip,

komponen

sensorik dibawa oleh saraf


kranial V, respons motorik
VI

Abdusens

Motorik

Motorik
VII

Fasialis

melalui saraf kranial VII


Deviasi mata ke lateral
1. Otot-otot dan ekspresi
wajah termasuk otot dahi,
sekeliling mata serta mulut.
2. Lakrimasi dan salivasi
Pengecapan dua pertiga depan

Sensorik

lidah (rasa manis, asam dan


asin)

VII

vestibulokoklea

ris
Cabang
koklearis

Sensorik

Keseimbangan

Sensorik

pendengaran
1. Faring:

IX

Glosofaringeus

Motorik

menelan,

muntah
2. Parotis: salivasi
Faring,
laring:

Motorik
X

XI

menelan,

refleks muntah;fonasi: visera


abdomen
Faring,laring: menelan, refleks

Vagus

Asesorius

refleks

Sensorik

muntah; visera leher, thoraks

Motorik

dan abdomen
Otot
sternokleidomastoideus
dan bagian atas dari
16

otot trapazeus;
pergerakan kepala dan
XII

Hipoglosus

Sistem limbik

Motorik

bahu
Pergerakan lidah

Sistem limbik berkaitan dengan:


Suatu pendirian atau respons emosional yang mengarahkan
pada tingkah laku individu.
1) Suatu respons sadar terhadap lingkungan.
2) Memberdayakan fungsi intelaktual darri korteks serebri
secara tidak sadar dan memfungsikan batang otak secara
otomatis untuk merespons keadaan.
3) Memfasilitasi penyimpanan suatu memori dan menggali
kembali simpanan memori yang diperlukan.
4) Merespons suatu pengalaman dan ekspresi suasana hati,
terutama reaksi takut, marah dan emosi yang berhubungan
dengan perilaku seksual.

C. Etiologi
Vertigo merupakan suatu gejala, sederet penyebabnya
antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan pada telinga
bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau banyak aliran
darah

ke

otak,

dll.

Tubuh

merasakan

posisi

dan

mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan


yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki

17

saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo


bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di
dalam otaknya sendiri.(Anonim, 2004)
Menurut Burton tahun 1990 penyebab dari vertigo yaitu :
1. Lesi vestibular :
a. Fisiologik
b. Labirinitis
c. Menire
d. Obat ; misalnya quinine, salisilat.
e. Otitis media
f. Motion sickness
g. Benign post-traumatic positional vertigo
2. Lesi saraf vestibularis
a. Neuroma akustik
b. Obat ; misalnya streptomycin
c. Neuronitis
d. vestibular
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
a. Infark atau perdarahan pons
b. Insufisiensi vertebro-basilar
c. Migraine arteri basilaris
d. Sklerosi diseminata
e. Tumor
f. Siringobulbia
g. Epilepsy lobus temporal

D. Klasifikasi
Vertigo yang terjadi oleh karena kelainan pada sistem
vestibular disebut vertigo vestibular, dan yang timbul pada
kelainan sistem somatosensori dan visual disebut vertigo
nonvestibular.

18

Perbedaan klinis Vertigo vestibular dan nonvestibular adalah


sebagai berikut :
1. Vertigo Vestibular.
a. Sifat vertigo : rasa berputar.
b. Serangan : Episodik
c. Mual/Muntah : (+)
d. Gg.Pendengaran : kadang-kadang
e. Gerakan Pencetus : Gerakan kepala
2. Vertigo Nonvestibular.
a. Sifat vertigo : Melayang
b. sifat serangan :kontinyu
c. tidak ada mual/muntah
d. tidak ada gannguan pendengaran
e. gerakan objek visual sebagai pencetus
f. situasi pencetus karena keramaian

Berdasarkan etiologi , maka vertigo dibagi atas :


1. Vertigo perifer : jika kelainan di sistem vestibular,
labirin
2. Vertigo sentral : jika kelainan di batang otak,
serebellum, korteks serebri

E. Faktor resiko
Faktor Resiko Terjadinya Vertigo
1.

Adanya inflmasi atau infeksi.

2.

Adanya inflamasi pada jaringan ikat di kornea mata.

3.

Adanya fluktuasi tekanan cairan di dalam telinga (penyakit meniere).

4.

Sering mengkonsumsi alkohol.

5.

Ototoksisitas (adanya keracunan pada telinga).

19

6.

Menggunakan preparat antibiotik dalam jangka panjang.

7.

Dipicu oleh penyakit sistem saraf pusat sepert tumor, kerusakan leher, dan
stroke.

F. Manifestasi klinis
Gejala Vertigo Yang Sering Dijumpai
1.

Merasakan pusing yang sangat luar biasa.

2.

Perasaan berputar yang disertai dengan timbulnya mual dan muntah.

3.

Wajah yang pucat.

4.

Mengalami kesulitan berdiri dan bergerak.

5.

Telinga terasa berdengung.

6.

Gangguan penglihatan sepert pandangan kabur.

7.

Berkeringat dingin dan denyut nadi cepat.

G.

Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi normal, informasi yang tiba dipusat integrasi
alat keseimbangan tubuh yang berasal dari reseptor vestibular, visual dan
propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron dan
wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang
muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik.

20

Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar
tidak

berlangsung

dan

muncul

tanda-tanda

kegawatan

dalam

bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon
penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.

Penyimpangan KDM
Trauma kepala, infeksi,obat
obatan
Sistem keseimbangan(vestibuler) tubuh
terganggu
Vertigo akibat
penyakit menire
Merangsang
ekuilibrium
pada system
vestibuler
Ransangan di
teruskan ke
pusat vestibuler
di korteks

Vertig
o
Disfungsi
vestibuler
Hantaran implus
Ke serebral
terganngu

Perubahan
status
kesehatan
Kurang
informasi
Kurang
pengetahuan
21

Fungsi koordinasi
keseimbangan
serebral terganggu
Merangsang
chemoreseptor
Timbul perasaan
tringger zone
seperti berputar putar
area dekat
medula dan
Kesulitan
pusat muntah di
keseimbangan tubuh
medula
Mual, muntah
berulang

kekurangan
volume cairan

Resiko injuri

Koping tak
efektif
ansietas

ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Intake
nutrisi
menurun

22

H. Tes diagnostik
1. Tes Audiologik, tidak dibutuhkan untuk untuk setiap
pasien dengan keluhan pusing, tapi mungkin lebih tepat
jika ada masalah pendengaran.
a. Audiogram,
menilai
pendengaran.

Abnormalitas

memberikan kesan vertigo otologik. Sering cukup


untuk

penegakkan

diagnosis.

Upaya

untuk

memisahkan otologik dari sumber vertigo lain.


b. Brainstem Auditory Evoked Potensial (BAEP). Test
nurofisiologi ini dipergunakan bila diduga adanya
carebello pontine tumor, terutama neuroma akus tikus
atau multiple sklerosis. Kombinasi pemeriksaan BERA
dan CT Scan dapat menunjukkan konfirmasi diagnostik
tumor.
c. Otoacoustic Emission (OAE) menilai suara oleh telinga
pasien sendiri. Cara ini cepat dan sederhana. OAE
berguna dalam mendeteksi malingering, gangguan
pendengaran

sentral

dan

orang-

orang

dengan

neuropati auditorik. Dalam situasi ini, OAE dapat


dilakukan

bahkan

bila

pendengaran

subjektif

berkurang. Ketika ada potensi malingering, sering


audiologist
pendengaran

melakukan
objektif,

beberapa
tes

tes

dapat

untuk

uji

mendeteksi

kehilangan pendengaran psikogenik. OAE biasanya

23

tidak membantu padang orang- orang usia > 60 tahun


karena OAE menurun dengan usia.
d. Electrocochleografi (ECOG) adalah sebuah potensi
bangkitan yang menggunakan electrode perekam
yang

diposisikan

dalam

gendang

telinga.

ECOG

membutuhkan frekuensi pendengaran yang tinggi.


ECOG

yang

abnormal

memberi

kesan

penyakit

Meniere. ECOG itu sulit dan interpretasi dari hasil


harus memnuhi penilaian bentuk gelombang.
2. Pemeriksaan laboraturim darah, dilakukan bila ada gejala
spesifik kompleks dan tidak ada pemeriksaan rutin untuk
pasien

denga

keluhan

pusing.

Dalam

faktanya

pemeriksaan kimia, hitung jenis , tes toleransi glukosa, tes


alergi tidak secara rutin diperiksa.
3. Pemeriksaan Radiologi, foto tengkorak, foto vertebrae
servikal, CT scan kepala dan sinus tidak direkomendasikan
secara rutin dalam evaluasi vertigo.
a. MRI kepala, mengevaluasi kesatuan struktural batang
otak, serebelum, periventrikuler substansia putih, dan
kompleks

nervus

VIII.

MRI

tidak

secara

rutin

dibutuhkan untuk evaluasi vertigo tanpa penemuan


neurologis yang lain berkaitan.
b. CT Scan tulang temporal memberikan resolusi tinggi
dari struktur telinga daripada MRI dan juga lebih baik
untuk evaluasi lesi yang melibatkan tulang. CT tulang
temporal

mutlak

dibutuhkan

untuk

diagnosis

24

dehiscence canal superior. Jenis koronal langsung


resolusi tinggi adalah yang terbaik untuk diagnosis ini.
CT Scan tulang temporal banyak memancarkan radiasi
dan untuk alasan ini, tes VEMP direkomendasikan
sebagai tes awal untuk dehiscence canal superior.
4. Pemeriksaan lainnya
a. EEG digunakan untuk diagnosis kejang. Hasilnya
sangat rendah untuk pasien dengan keluhan pusing.
b. Ambulatory Monitor atau Holter Monitoring digunakan
untuk mendeteksi aritmia atau sinus arrest.

I. Terapi
Langkah-langkah untuk meringankan atau mencegah gejala
vertigo :
1. Tarik

napas dalam-dalam dan pejamkan mata

2. Tidur

dengan posisi kepala yang agak tinggi

3. Buka

mata pelan-pelan, miringkan badan atau kepala kekiri

dan kekanan
4. Bangun

secara perlahan dan duduk dulu sebelum beranjak

dari tempat tidur


5. Hindari

posisi membungkuk bila mengangkat barang

6. Gerakkan

kepala secara hati-hati (Anonim, 2004)

Jenis-jenis terapi vertigo adalah

25

1. Medikamentosa berupa obat-obat anti vertigo, obat-obat


anti

muntah.

Contohnya

meklizin,

dimenhidrinat,

perfenazin dan skopolamin.


2. Tindakan, misalnya vertigo debris dilakukan tindakan
dengan menggunakan vibrator yang memberikan getaran
tertentu di daerah kepala sehingga kotoran yang melekat
pada sistem keseimbangan menjadi lepas atau hancur.
Tindakan yang lain adalah fisioterapi pada daerah leher
atau

operasi

pada

tulang

leher

yang

mengalami

penekanan. (Suriadi, dr,ib kt, 2004)


J.

Penatalaksanaan
3.

Vertigo posisional Benigna (VPB)


a. Latihan
Latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari
dan merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada
posisinya untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah
vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini
diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi
respon vertigo.
b.

Obat-obatan

26

Obat

anti vertigo seperti miklisin,

betahistin atau fenergen

dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan


latihan atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini
menekan rasa enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita
yang merasa efek samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri.
Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya
dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
2.

Neurotis Vestibular
Terapi farmakologi dapat
pemberian anti

berupa

terapi

spesifik

misalnya

biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer

pada neurinitis vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan


menjauhi telinga yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika
dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat atau benda.
3.

Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)


Rasa tidak stabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu
obat supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada penderita
ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri
tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh
dikurangi.

4.

Sindrom Vertigo Fisiologis

27

Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi


karena terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang
diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
5.

Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)


a. TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala
b.

klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam


RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.

Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau


penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan
jika kambuh bisa meninggalkan cacat.
Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
1.

Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat


dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti
vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa
dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi

terhadap serangan berikutnya.


2.
Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh
menjadi lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli
ada yang menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat
anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan
yang baik.
3.
Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi
infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
I. Komplikasi
1.
Penyakit Meniere

28

Penyakit Meniere adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan


sistem syaraf dalam telinga. salah seorang dokter menyampaikan
bahwa ini adalah masalah kronis yang sangat fatal yang mana akan
menimbulkan beberapa gejala seperti vertigo, telinga berdengung,
gangguan pendengaran dan bisa juga ada rasa tekanan dalam telinga.
2.
Trauma Telinga dan Labirintitis
Trauma telinga atau labirintitis adalah masalah pendengaran berupa
tuli mendadak yang terjadi karena hal lain seperti ledakan atau suara
yang menggangu telinga dalam waktu yang lama misalnya saat anda
dalam perjalanan panjang. Hal ini juga bisa menimbulkan
komplikasi vertigo bila sampai menimbulkan gangguan pada syaraf
telinga yang akhirnya akan merasakan sensasi berputar pada
pandangan mata.
3.
Epidemic Atau Akibat Otitis Media Kronika
Adalah masalah serius yang terjadi karena ada peradangan pada
telinga bagian tengah. Masalah peradangan telinga ada 2 level mulai
dari akut sampai kronik. Yang jelas peradangan telinga bisa
menimbulkan komplikasi vertigo pada diri anda. Penyebabnya
adalah bakteri yang merusak telinga bagian dalam dan tengah
seperti

streptococcus

pneumoniaedan

ditambah

haemophilus

influenzae serta moraxella cattarhalis.


4.

Penyakit Saraf Akustikus Serebelum Atau Sistem Kardiovaskuler.


Penyakit syaraf akustikus serebelum dan sistem kordiovaskuler
jarang terjadi namun perlu anda lakukan pencegahan berupa
menghindari suara keras, musik rock dan hindari sesuatu yang
merusak telinga. Sering periksa ke dokter bila perlu.

29

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian
proses

keperawatan

keperawatan

psikokologis.
Maksud

dari

sosial,

yang
dan

pengkajian

adalah langkah awal dari


meliputi

spiritual
adalah

aspek

biologis.

serta

komprehensif

untuk

mendapatkan

informasi atau data teutang pasien. Data iersebut berasal


dari pasien (data primer), dari keluarga (data sekunder),
data dari catatan yang ada (data tersier). pengumpulan
melalui

wawancara,

observasi

langsung

dan

mellihat

secara medis. adapun data yang diperlukan pasien pada


klien

deugan

masalah

appendiksitis

berikut :
1.
Data dasar
a. ldentitas
klien, digunakan untuk

adalah

sebagai

memudahkan

mengenal dan membandingkan antara klien yang


satu dengan

klien yang lain. Identitas klien meliiputi

30

umur, jenis kelamin, pendidikan.


alamat,
medis.
b. Riwayat

agama, pekerjaan,

tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa


penyakit

penyakitnya,
keluhan

sekarang

meliputi

pekerjaan

awal gejala yang dirasakan klien,

timbul

nyeri,

secara

bertahap

atau

mendadak dibagian perut kanan bawah.


c. Riwayat penyakit terdahulu meliputi penyakit yang
berhubungan dengan penyakit sekarang.
kecelakaan.

riwayat

dirawat di rumah sakit dan

riwayat pemakaian obat,


d. Riwayat kesehatan keluarga
keluarga

riwayat

yang mempunyai

meliputi

anggota

riwayat penyakit

kerurunan seperti diabetes melitus, asma, jantung,


ginjal.
e. Riwayat kesehatan keluarga meliputi, mekanisme
koping yang digunakan
masalah

dan

klien

bagairnana

untuk mengatasi
besarnya

motivasi

kesernbuhan dan cara klien menerima keadaannya.


f. Kebiasaan sehari-hari meliputi pola nutrisi. eliminasi,
personal hygiene. istirahat tidur, aktivitas dan latihan
serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan,
2.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik secara umum dilakukan mulai dari
ujung rambut sampai dengan ujung kaki menggunakan
empat tehnik, yaitu

palpasi, inspeksi, auskultasi. dan

perkusi namun unruk pemeriksaan fisik pada penyakit

31

vertigo lebih di fokuskan kepada pemeriksaan 12 pasang


saraf kranial
B. Diagnosa keperawatan
1.

Kekurangan volume cairan berhubungan

dengan mual muntah


2.
Resiko injuri
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan

berhubungan

dengan

intake

yang

tidak

adekuat
4.

Ansietas

berhubungan

5.

perubahan status kesehatan


Kurang
pengetahuan

dengan
berhubungan

dengan kurangnya informasi

C. Intervensi
1.

Kekurangan volume cairan


NIC :
a. Fluid balance
b. Hydration
c. Nutritional Status : Food and Fluid Intake
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia
dan BB, BJ urine normal,
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan
d. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
e. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
f. Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
g. PH urin dalam batas normal
h. Intake oral dan intravena adekuat
NIC :
32

a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat


b. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
d.
e.
f.
g.
h.

( Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )


Monitor vital sign setiap 15menit 1 jam
Kolaborasi pemberian cairan IV
Monitor status nutrisi
Berikan cairan oral
Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50

100cc/jam)
i. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
j. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
meburuk
k. Atur kemungkinan tranfusi
l. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
2.
Resiko injuri
NOC :
a. Risk Kontrol
b. Immune status
c. Safety Behavior
Kriteria hasil:
a. Klien terbebas dari cedera
b. Klien
mampu
menjelaskan
cara/metode
untukmencegah injury/cedera
c. Klien mampu menjelaskan

factor

risiko

dari

lingkungan/perilaku personal
d. Mampumemodifikasi gaya hidup untukmencegah
injury
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f. Mampu mengenali perubahan status kesehatan
NIC :
Environment Management (Manajemen lingkungan)
a Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

33

b Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai


dengan kondisi fisik dan fungsi kognitif pasien dan
riwayat penyakit terdahulu pasien
c Menghindarkan
lingkungan
yang

berbahaya

(misalnya memindahkan perabotan)


d Memasang side rail tempat tidur
e Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f Menempatkan saklar lampu ditempat yang mudah
g
h
i
j
k

dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
Memberikan penerangan yang cukup
Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien.
Mengontrol lingkungan dari kebisingan
Memindahkan
barang-barang
yang
dapat

membahayakan
Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan status kesehatan
dan penyebab penyakit.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang

3.

dari kebutuhan
NOC:
a. Nutritional status: Adequacy of nutrient
b. Nutritional Status : food and Fluid Intake
c. Weight Control
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan masa tbuh dan berat badan dalam
batas normal
b. Memiliki nilai

laboraturium

(misalnya

transferrin,

albumin, dan elektrolit) dalam batas normal


NIC
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
34

c. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat


untuk mencegah konstipasi
d. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian.
e. Monitor adanya penurunan BB dan gula darah
f. Monitor lingkungan selama makan
g. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
h. Monitor turgor kulit
i. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb
dan kadar Ht
j. Monitor mual dan muntah
k. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
l. Monitor intake nuntrisi
m. Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
n. Kolaborasi

dengan

dokter

tentang

kebutuhan

suplemen makanan seperti NGT/ TPN sehingga intake


cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
o. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oval
4.

Ansietas
NOC :
a. Kontrol kecemasan
b. Koping
Kriteria hasil:
a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan
gejala cemas
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan
tehnik untuk mengontol cemas
c. Vital sign dalam batas normal

35

d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan


tingkat

aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
pasien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
selama prosedur
d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
e. Berikan informasi

faktual

mengenai

diagnosis,

tindakan prognosis
f. Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
g. Instruksikan pada pasien untuk menggunakan tehnik
relaksasi
h. Dengarkan dengan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat kecemasan
j. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
k. Dorong pasien
5.

untuk

mengungkapkan

perasaan,

ketakutan, persepsi
Kurang pengetahuan
NOC
a. Kowlwdge : disease process
b. Kowledge : health Behavior
Kriteria hasil:
a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

36

b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur


yang dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
penyakit, dengan cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat
f. Sediakan informasi pada

pasien tentang kondisi,

dengan cara yang tepat


g. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
h. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
i. Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi

atau

mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat


atau diindikasikan
j. Eksplorasi kemungkinan

sumber

atau

dukungan,

dengan cara yang tepat

37

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Menurut

Gowers

Kapita

Selekta

neurologi,

2005,

mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa


gerakan tubuh penderita atau objek-objek disekitar penderita
yang bersangkutan dengan gangguan sistem keseimbangan
(ekuilibrum).Vertigo

merupakan

suatu

gejala,

sederet

penyebabnya antara lain akibat kecelakaan, stres, gangguan


pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu sedikit atau
banyak aliran darah ke otak, dll.
Gejala Vertigo yang sering dijumpai biasanya merasakan pusing yang
sangat luar biasa, perasaan berputar yang disertai dengan timbulnya mual dan
muntah, wajah yang pucat, mengalami kesulitan berdiri dan bergerak, telinga
terasa berdengung, gangguan penglihatan sepert pandangan kabur, dan

38

berkeringat dingin dan denyut nadi cepat. Komplikasi yang biasa terjadi pada
vertigo adalah Penyakit Meniere, Trauma Telinga dan Labirintitis, Epidemic
atau akibat otitis media kronika dan penyakit saraf akustikus Serebelum
B.

Saran
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan malakah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat baik untuk penulis maupun untuk pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.artikelkeperawatan.info/artikel/penyimpangan-kdmvertigo.html
https://id.scribd.com/doc/193250486/Vertigo
https://id.scribd.com/document/246826961/Anatomi-DanFisiologi-Sistem
https://id.scribd.com/doc/292395155/Asuhan-KeperawatanVertigo
https://id.scribd.com/document/47163418/ASUHANKEPERAWATAN-VERTIGO

39

https://id.scribd.com/document/29798042/Asuhan-keperawatanpada-klien-dengan-Vertigo
http://febypurnama-tentorium.blogspot.co.id/2012/10/vertigoanamnesis-pemeriksaan-fisik.html

40

Anda mungkin juga menyukai