Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS VERTIGO

Disusun Oleh :

YULIANTI RAMPALINO, S.Kep


2019032104

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA
PALU
2020

1
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN VERTIGO
Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang
berputar dialamraya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar
dirinya ( vertigo objektif). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere
yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak
dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari
jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin
bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau
sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, unstable), otonomik (pucat,
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau
gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan
diatur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual
dan system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan
diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan
dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak
atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya
berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi
bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata.
dingin,mual, muntah) dan pusing.
Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan
penderita sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya serasa
berputar atau bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering disusul dengan
muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah kehilangan kesadaran.
Sering kali disertai gejala-gejala penyakit telinga lainnya. (Manjoer, Arif, dkk.
2002) Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang

2
otak yang serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin, Arif.
2008)
B. Anatomi vetigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a.   Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses transduksi yaitu
mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
 Reseptor mekanis divestibulum
 Resptor cahaya diretina
 Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b.   Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
 Saraf vestibularis
 Saraf optikus
 Saraf spinovestibulosrebelaris.
c.   Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi, komparasi,
integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum, kortex serebri,
hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis.
C. ETIOLOGI
1. Lesi vestibular :
a. Fisiologik
b. Labirinitis
c. Meniere
d. Obat ; misalnya quinine, salisilat.
e. Otitis media
f. Motion sickness
g. Benign post-traumatic positional vertigo”
2. Lesi saraf vestibularis
a. Neuroma akustik
b. Obat ; misalnya streptomycinNeuronitis
c. Vestibular

3
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
a. Infark atau perdarahan pons
b. Insufisiensi vertebro-basilar
c. Migraine arteri basilaris
d. Sklerosi diseminata
e. Tumor
f. Siringobulbia
g. Epilepsy lobus temporal
D. BERDASARKAN PENYAKIT :
1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :
a. Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
b. Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis media purulenta
akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan
perdarahan.
c. Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma, serangan
vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ), mabuk gerakan, vertigo
postural.
d. Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
e. Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli
posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2. Penyakit SSP :
a.Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis, anemia, hipertensi
kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta,
sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
b. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
c.Trauma kepala/ labirin.
d. Tumor.
e.Migren.
f. Epilepsi.

4
3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula
adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia.
5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6. Intoksikasi.
E. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan kepusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini
adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus
menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah
sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis
dengan nuklei N. III,IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh
reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan
kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan
yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi
fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh
berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanandan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses
lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan
penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi
kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan
tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada
rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi
akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu,
respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala
lainnya.

5
Pathway vertigo

6
F. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi
suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita
sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris,Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor
fossa cranii posterior, kelainan gigi/odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan
iskemisepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo
pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini adalah
:Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna.
2. Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan
akut, dibedakan menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis
kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan
okuler,intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan
endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
4) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta,perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteriavestibulokoklearis.

7
2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularisanterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis
multipleks, hematobulbi,sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.
G. TANDA DAN GEJALA VERTIGO
1.   Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye
secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari
pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan
buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer
dapat melakukan percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler
labih sering ditemukan dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan
strok. Contoh gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa posterior,
migren basiler.
2.  Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling
sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi.
Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo
posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh
neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.

8
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli),
vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
  Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu
berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti
tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan
cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita
sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap
penderi penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada penyakit
ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah mendadak.
Gejala ini berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering
penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila ia
berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan
digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara
gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.

9
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo
posisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus
ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral
tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu
benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah
pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila
kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit
meniere, vertigo pasca trauma.

N VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL


O (VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina Sukar menelan
3 menurun Kelumpuhan otot-otot
4 Jantung berdebar wajah Sakit kepala yang parah
5 Hilang keseimbangan Kesadaran terganggu
6 Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berkata-kata
7 Perasaan seperti mabuk Hilangnya koordinasi
8 Otot terasa sakit Mual dan muntah-muntah
9 Mual dan muntah-muntah Tubuh terasa lemah
10 Memori dan daya pikir
11 menurun
Sensitif pada cahaya terang dan
Suara
Berkeringat

10
H. MANIFESTASI KLINIS
1. Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reaksi
dan lembab yaitu mual, muntah,
2. rasa kepala berat,
3. nafsu makan turun,
4. lelah,
5. lidah pucat dengan selaput putih lengket,
6. nadi lemah,
7. puyeng (dizziness),
8. nyeri kepala,
9. penglihatan kabur, tinitus,
10. mulut pahit,
11. mata merah,
12. mudah tersinggung,
13. gelisah,
14. lidah merah dengan selaput tipis.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.

11
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :
Terdiri dari :
1. Terapi kausal.
2. Terapi simtomatik.
3. Terapi rehabilitatif.
K. PENCEGAHAN
1. Melatih posisi duduk. Dalam posisi duduk, pegang sebuah benda sejajar dengan
mata, lalu meliriklah ke kanan dan ke kiri. Masih dengan memegang benda
sejajar dengan mata, coba untuk menoleh ke kanan dan ke kiri. Lakukanlah
latihan ini secara berulang-ulang.
2. Melatih posisi berdiri. Dengan posisi berdiri, cobalah untuk mengayunkan badan
ke depan dan ke belakang. Jika belum stabil, bisa juga memanfaatkan tembok
untuk sedikit menopang tubuh . Lakukanlah cara ini secara rutin setiap hari.
3. Latihan duduk dengan balance ball. Dengan menggunakan bola keseimbangan
yang biasa digunakan pada senam pilates, cobalah untuk duduk di atasnya.
Secara perlahan, angkat kaki tak menyentuh tanah sehingga tampak seperti
dalam posisi duduk melayang. lakukan latihan ini secara rutin setiap pagi.
4. Latihan berdiri dan berjalan dengan trampolin. Berdirilah di atas trampolin, dan
ayun tubuh ke depan dan ke belakang. Jika ingin berjalan, maka lakukan gerakan
tersebut dengan tatapan menghadap ke depan. Lalu bergantian lakukan gerakan
tersebut dengan menatap ke samping kanan, lalu coba menatap ke kiri.
5. Latihan melempar dan menangkap bola. Latihan ini sangat membantu
mengembalikan keseimbangan dinamis. Agar lebih menyenangkan, Anda bisa
lakukan latihan ini bersama anak atau teman.
6. Latihan cross over step. lakukan latihan ini dengan cara menyilangkan kaki di
depan lalu melangkah ke samping. Praktik seperti ini juga biasa dilakukan dalam
latihan dansa.

12
BAB II

KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
a. Letih, lemah, malaise
b. Keterbatasan gerak
c. Ketegangan mata, kesulitan membaca
d. Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
e. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau
karena perubahan cuaca.
2. Sirkulasi
a. Riwayat hipertensi
b. Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
c. Pucat, wajah tampak kemerahan.
3. Integritas Ego
a. Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
b. Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
c. Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
d. Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
4. Makanan dan cairan
a. Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju,
alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG
(pada migrain).
b. Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
c. Penurunan berat badan

13
5. Neurosensoris
a. Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
b. Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
c. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
d. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
e. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
f. Perubahan pada pola bicara/pola pikir
g. Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
h. Penurunan refleks tendon dalam
i. Papiledema.
6. Nyeri/ kenyamanan
a. Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain,
ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
b. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
c. Fokus menyempit
d. Fokus pada diri sendiri
e. Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
f. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
7. Keamanan
a. Riwayat alergi atau reaksi alergi
b. Demam (sakit kepala)
c. Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
d. Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
8. Interaksi sosial
a. Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan
dengan penyakit.
9. Penyuluhan / pembelajaran
a. Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
b. Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone,
menopause.

14
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan stres dan ketegangan, iritasi/ tekanan syaraf,
vasospressor, peningkatan.
2. Ketidakefektifan Koping berhubungan dengan ketidak-adekuatan kesempatan
untuk bersiap terhadap stresor.
3. cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

15
C. Intervensi
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Nyeri akut NOC a.
Posisikan pasien untuk
berhubungan  Pain level memaksimalkan
dengan stress  Pain control ventilas
dan ketegangan,  Comfort level b. Identifikasi pasien
iritasi/ tekanan kriteria hasil : perlunya pemasangan
syaraf, a. Mampu mengontrol nyeri alat jalan nafas buatan
vasospasme, (tahu penyebab nyeri,
c. Lakukan fisioterapi
peningkatan mampu menggunakan dada jika perl
intrakranial tehnik nonfarmakologi
d. Keluarkan sekret
untuk mengurangi nyeri, dengan batuk atau
mencari bantuan) suctio
b. Melaporkan bahwa nyeri e. Auskultasi suara
berkurang dengan nafas, catat adanya
menggunakan manajemen suara tambahan
nyeri f. Monitor respirasi dan
c. Mampu mengenali nyeri status oksigen.
(skala, intensitas, frekuensi
g. Posisikan pasien untuk
dan tanda nyeri) mengurangi dispneu.
d. Menyatakan rasa nyaman Respiratory monitoring
setelah nyeri berkurang.a. Monitoring frekuensi,
irama dan kedalaman
nafas.
b. Monitoring gerakan
dada, lihat
kesimetrisan.
c. Monitor pola nafas :
takipneu
d. Beri terapi pengobatan
respirasi.
Ketidakefektifan NOC : NIC :
Koping  Decision making Dicision making
 Role inhasmet a. Menginformasikan klien
berhubungan
 Sosial support alternatif atau solusi lain
dengan ketidak- kriteria hasil: penanganan
adekuatan a. Mengidentifikasi pola b. Memfasilitasi klien
koping yang efektif membuat keputusan
kesempatan
b. Mengungkapkan secara c. Bantu klien

16
untuk bersiap verbal tentang koping mengidentifikasi
terhadap stresor. yang efektif keuntungan, kerugian
c. Mengatakan penurunan dari keadaan.
stres Role inhasment :
d. Klien mengatakan telah a. Bantu klien untuk
menerima tentang identifikasi bermacam
keadaanya. macam nilai kehidupan
e. Mampu mengidentifikasi b. Bantu klien identifikasi
strategi tentang koping strategi positif untuk
mengatur pola nilai yang
dimiliki
Coping enhasment :
a. Anjurka klien untuk
mengidentifikasi
gambaran perubahan
peran yang realistis
b. Gunakan pendekatan
tenang dan menyakinkan
c. Hindari pengambilan
keputusan pada saat
klien berada dalam stres
berat
d. Berikan informasi aktual
yang terkait dengan
diagnosis, terai dam
prognosis.

NOC NIC
cemas Anxiety production
 Anxiety self control
berhubungan  Anxiety level a. Gunakan pendekatan
 Coping yang menenangkan
dengan
kriteria hasil: b. Nyatakan dengan jelas
perubahan dalam harapan terhadap
a. Klien mampu
status kesehatan mengidentifikasi dan perilaku
mengungkapkan gejala c. Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan

17
cemas selama prosedur
b. Mengidentifikasi dn d. Pahami prespektif klien
menunjukkan tehnik untuk terhadap situasi stres
mengontrol cemas e. Temani klien untuk
c. Vital sign dalan batas memberikan keamanan
normal dan mengurangi takut
d. Postur tubuh, ekpresi f. Dorong keluarga untuk
wajah, bahasa tubuh dan menemani anak
tingkat aktivitvas g. Lakukan back/neck rub
menunjukkan h. Dengarkan dengan
berkurangnya kecemasan penuh perhatian
i. Identifikasi tingkat
kecemasan
j. Bantu klien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
k. Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
l. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

gangguan pola
NOC : NIC
tidur  anxiety reduction Sleep enhancement
berhubungan  comfort level a. Determinasi efek efek
 pain level medikasi terhadap pola
dengan kurang Kriteria Hasil : tidur
kontrol tidur a. Jumlah jam tidur dalam batas b. Jelaskan pentingnya tidur
normal 5-8 jam/hari yang adekuat
b. Pola tidur, kualitas dalam c. Fasilitasi untuk
batas normal mempertahankan aktivitas
c. Perasaan segar sesudah tidur sebelum tidur
atau istirahat d. Ciptakan lingkungan yang

18
d. Mampu mengidentifikasi hal nyaman
hal yang meningkatkan tidur e. Kolaborasi pembarian obat
tidur
f. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga tentang
teknik tidur pasien
g. Instrusikan untuk
memonitor tidur pasien
h. Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
i. Monitor/catat kebutuhan
tidur pasien setiap hari dan
jam.

DAFTAR PUSTAKA

Carpernito L.J, 1999.Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,


DiagnosisKeperawatan dan Masalah Kolaboratif , ed. 2, EGC, Jakarta.
Doenges M. E 1999,Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
danpendokumentasian pasien, ed.3, EGC, Jakarta.
http://www.kalbefarma.com/Tanggal 6 April 2011Kang L S, 2004.

19
www.scribd.com/doc/52456463/laporan-pendahuluan-vertigo#scribd Diakses pada hari
sabtu,21 maret 2015 pukul 19:00 wita.
http://hidayat2wordpress.com/2009/04/23/askep-vertigo/ Diakses pada hari sabtu,21
maret 2015 pukul 19.00 wita.
http://odesyafar.wordpress.com/tag/askep-gangguan-sistem-persyarafan-pada-pasien-
vertigo/ Diakses pada hari sabtu,221 maret 2015 pukul 20:00 wita.
Pengobatan Vertigo dengan Akupunktur , Cermin Dunia Kedokteran , Jakarta,
William &Wilkins, 2008.Nursing: Menafsirkan tanda-tanda dan gejala penyakit,
indekspermata puri media, Jakarta.
Manjoer, Arif, dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3. EGC : Jakarta
Muttaqin, Arif. (2011). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika

20
21

Anda mungkin juga menyukai