S U H EN D R I
0442282200004
1
1. Konsep Teori
A. Definisi
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi kepala yang
disertai atau tanpa pendarahan interstitial dalam substansi kepala tanpa diikuti
adanya pukulan atau benturan mendadak pada kepala dengan atau tanpa kehilangan
B. Klasifikasi
Glaslow Coma Scale > 12, tidak ada kelainan dalam CT-Scan, tiada lesi
operatif dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Trauma kepala ringan
Cedera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS : 15 (sadar penuh)
laserasi dan abrasi. Cedera kepala ringan adalah cedera kepala karena
tekanan atau terkena benda tumpul. Cedera kepala ringan adalah cedera
suatu penelitian kadar laktat rata-rata pada penderita cedera kepalaa ringan
1,59 mmol/L.
Glaslow Coma Scale 9-12, lesi operatif dan abnormalitas dalam CT-Scan
2
dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Pasien mungkin bingung atau
13). Pada suatu penelitian cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam
Glaslow Coma Scale < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit. Hampir
100% cedera kepala berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan
cacat yang permanen. Pada cedera kepala berat terjadinya cedera kepala
C. Etiologi
1. Cedera akselerasi terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak
bergerak
2. Cedera deselerasi terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam,
seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala membentur kaca
depan mobil
3
4. Cedera coup-countre coup terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan
otak bergerak dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang
tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali terbentur
dalam substansia alba serta robeknya pembuluh darah yang memfiksasi otak
D. Manifestasi Klinis
Tanda gejala pada pasien dengan cedera otak menurut Wijaya dan Putri (2013),
adalah:
1. Cedera otak ringan – sedang
a. Disorientasi ringan
b. Amnesia post traumatik
c. Hilang memori sesaat
d. Sakit kepala
e. Mual muntah
f. Vertigo dalam perubahan posisi
g. Gangguan pendengaran
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan cedera otak menurut Pretyana D
A (2017), antara lain:
4
1. Deficit neurologis
2. Infeksi sistemik (pneumonia, septikemia)
3. Infeksi bedah neuro (infeksi luka, osteomielitis, meningitis, ventrikulitis,
abses otak)
4. Osifikasi heterotrofik (nyeri tulang pada sendi-sendi yang menunjang berat
badan)
5. Epidural hematoma (EDH) adalah berkumpulnya darah di dalam ruang
epidural di antara tengkorak dan dura meter. Keadaan ini sering di akibatkan
karena terjadi fraktur tulang tengkorak yang menyebabkan arteri meningeal
tengah terputus atau rusak (laserasi) dimana arteri ini berada diantara dura
meter dan tengkorak daerah inferior menuju bagian tipis tulang temporal dan
terjadi hemoragik sehingga menyebabkan penekanan pada otak.
5
9. Kadar elektrolit
Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan tekanan
intrakranial
10. Screen toxilogy
Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran
11. Rontgen thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen thoraks menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural
12. Toraksentesis menyatakan darah/cairan
13. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)
Analisa gas darah adalah salah satu tes diagnostic untuk menentukan status
repirasi. Status respirasi yang dapat digambarkan melalui pemeriksaan AGD
ini adalah status oksigenasi dan status asam basa,
G. Penatalaksanaan Dasar
1. Keperawatan
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya
cairan infus dextrose 5%, amnifusin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi
d. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring
2. Medis
a. Terapi obat-obatan
1) Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema
serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma
2) Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu
mannitol 20 % atau glukosa 40 % atau gliserol 10 %
3) Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisillin)
atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidasol
4) Pembedahan bila ada indikasi (hematom epidural besar,
hematom sub dural, cedera kepala terbuka, fraktur impresi >1
diplo)
6
5) Lakukan pemeriksaan angiografi serebral, lumbal fungsi, CT
Scan dan MRI (Satynagara, 2010)
2. Pathway
Resiko Perfusi
Selebral tidak
efektif
Defisit nutrisi
7
3. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan cedera kepala difokuskan pada penilaian terhadap
status neurologis pasien cedera kepala merupakan tindakan utama yang harus
dilakukan sebelum pengobatan diberikan.
1) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa
yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, no. register,
tanggal masuk rumah sakit, diagnose medis (Desmawati, 2013).
2) Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pada klien dengan cedera kepala biasanya mengalami penurunan
kesadaran (Hariyani & Budiyono, 2012)
b. Riwayat penyakit sekarang
yang mungkin didapatkan meliputi penurunan kesadaran, lateragi,
mual muntah, sakit kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralysis,
perdarahan, fraktur, hilang keseimbangan, sulit menggenggam,
amnesia seputar kejadian, tidak bias beristirahat, kesulitan
mendengar, mengecap dan menciumbau, sulit mencerna atau
menelan makanan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit system persyarafan, riwayat
trauma masa lalu, riwayat penyakit systemic atau
pernafasan,cardiovaskuler dan metabolik.
d. Pengkajian Pola Fungsional
a) Nutrition (nutrisi)
Mengalami penurunan berat badan karena adanya
penurunan intake nutrisi akibat mual/muntah (Desmawati,
2013
b) Eliminasi
Gangguan ginjal, hematemesis ,feses dengan darah segar,
melena, diare, konstipasi, distensi abdomen (Desmawati,
2013).
8
c) Aktivitas dan Istirahat
Keletihan, kelemahan, toleransi terhadap latihan rendah,
kebutuhan untuk istirahat lebih banyak, takikardia,
takipnea, kelemahan otot dan penurunan kekuatan
(Desmawati, 2013)
d) Presepsi / Kognitif
Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan (Desmawati, 2013).
e) Self perception
Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, (Muttaqin, 2012).
f) Role Relationship
lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya (Desmawati,
2013).
g) Sexuality
Perubahan pada fungsi seksual pada saat sakit (Desmawati,
2013).
h) Coping/ stress tolerance
Interaksi sosial: stress karena keadaannya, kesulitan biaya
ekonomi, kesulitan koping dengan stressor yang ada
(Muttaqin, 2012).
i) Life Principles
Sering sakit kepala, mudah marah, tidak mampu
berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi (Desmawati,
2013).
j) Safety / protection
Bebas dari cedera fisik atau gangguan system imun
k) Comfort /kenyamanan / nyeri Nyeri kepala, sakit kepala
(Desmawati, 2013).
l) Growth / development
Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik, dampak
negatife terhadap system pertahanan tubuh dalam melawan
penyakit (Desmawati, 2013).
9
e. Pemeriksaan fisik
1) Kaji GCS
10
perubahan ukuran pupil, bola mata tidak dapat mengikuti
perintah, anisokor.
6) Status motoric
menahan gravitasi
4 : normal
naik.
11
Peningkatan TIK yang cukup tinggi, menyebabkan turunnya batang
&Suddart, 2012).
3. Diagnosis Keperawatan
kepala
4. Resiko infeksi
12
4. Intervensi
13
akupresur, terapi usic,
Gejala dan tanda minor biofeedback terapi pijat,
Subjektif: (tidak tersedia) aromaterapi, tehknik imajinasi
Objektif: terbimbing, kompres hangat
1.tekanan darah meningkat atau dingin)
2.pola nafas berubah b) Kontrol lingkunngan yang
3.nafsu makan berubah memperberat rasa nyeri(mis.
proses berfikir terganggu Suhu ruangan, pencahayaan,
5.menarik diri kebisingan)
6/berfokus pada diri sendiri c) Fasilitas istirahat dan tidur
7.diaforesis
Edukasi :
Kondisi klinis terkait: a) Jelaskan penyebab, periode
1.kondisi pembedahan dan pemicu nteri
2.cedera traumatis b) Jelaskan strategi meredakan
3.infeksi nyeri
4.sindrom usic akut c) Anjurkan memonitor nyeri
5. glaukoma secara mandiri d) Anjurkan
menggunakan analgetik secara
tepat
e) Ajarkan tekhnik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
2 Resiko Perfusi Serebral Tidak efektif
Definisi Perfusi Serebral (L.02014) Manajemen Peningkatan
Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke Tekanan Intrakranial
Definisi (I.09325)
otak
Faktor Risiko
Keadekuatan aliran darah serebral untuk Definisi
menunjang fungsi otak
1. Keabnormalan masa protrombin dan atau
Mengidentifikasi dan
tromboplastin parsial
Ekspektasi mengelola peningkatan tekanan
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
dalam rongga kranial
14
3. Aterosklerosis aorta
4. Diseksi arteri Meningkat Tindakan
5. Fibrilasi atrium
6. Tumor otak Kriteria Hasil Observasi
7. Stenosis karotis
8. Miksoma atrium 1. Tingkat kesadaran meningkat Identifikasipenyebab
9. Aneurisma serebri 2. Kognitif meningkat peningkatan TIK
10. Koagulopati (mis. anemia sel sabit) 3. Tekanan intrakranial menuru (mis. lesi, gangguan
11. Dilatasi kardiomiopati 4. Sakit kepala menuru metabolisme, edema
12. Koagulopati intravaskuler diseminata 5. Gelisah menurun serebral)
13. Embolisme 6. Kecemasan menurun Monitor tanda atau
14. Cedera kepala 7. Agitasi menurun gejala peningkatan
15. Hiperkolesteronemia 8. Demam menurun TIK (mis. tekanan
16. Hipertensi 9. Nilai rata-rata tekanan darah darah meningkat,
17. Endocarditis infektif membaik tekanan nadi melebar,
18. Katup prostetik mekanis 10. Kesadaran membaik bradikardia, pola
19. Stenosis mitral 11. Tekanan darah sistolik membaik napas ireguler,
20. Neoplasma otak 12. Takanan darah diastolik membaik kesadaran menurun)
21. Infark miokard akut 13. Refkeks saraf membaik Monitor MAP (Mean
22. Sindrom sick sinus Arterial Pressure)
23. Penyalahgunaan zat Monitor CVP (Central
24. Terapi trombolitik Verious Pressure),
25. Efek samping tindakan (mis. tindaka jika perlu
operasi bypass) Monitor PAWP, jika
perlu
Kondisi Klinis Terkait Monitor PAP, jika perlu
Monitor ICP (Intra
1. Stroke Cranial Pressure), jika
2. Cedera kepala tersedia
3. Aterosklerotik aortik Monitor CPP (Cerebral
4. Infark miokard akut Perfusion Pressure)
5. Diseksi arteri Monitor gelombang ICP
15
6. Embolisme Monitor status
7. Endokarditis infektif pernapasan
8. Fibrilasi atrium Monitor intake dan
9. Hiperkolesteronemia output cairan
10. Hipertensi Monitor cairan serebro-
11. Dilatasi kardiomiopati spinalis (mis. warna,
12. Koagulasi intravaskuler diseminata konsistensi)
13. Miksoma atrium
14. Neoplasma otak Terapeutik
15. Segmen ventrikel kiri akinetik
16. Sindrom sick sinus Minimalkan stimulus
17. Steosis karotid dengan menyediakan
18. Stenonsis mitral lingkungan yang
19. Hidrosefalus tenang
20. Infeksi otak (mis. meningitis, ensefalitis, Berikan posisi semi
abses serebri) Fowler
Hindari manuver
Valsava
Cegah terjadinya kejang
Hindari penggunaan
PEEP
Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
Atur ventilator agar
PaCO2 optimal
Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
Kolaborasipemberian
sedasi dan anti
16
konvulsan, jika perlu
Kolaborasi pemberian
diuretik osmosis, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika
perlu
17
c) Fasilitasi menentukan
Objektif: pedoman diet
1.Bising Usus Hiperaktif d) Berikan makanan tinggi serat
2.Otot Pengunyah Melemah untuk mencegah konstipasi
3.Membran Mukosa Pucat e) Berikan makanan tinggi
4.Sariawan kalori dan tinggi protein
5.Serum Albumin Turun f) Berikan suplemen makanan,
6.Rambut Rontok Berlebihan jika perlu
7.Diare g) Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogratik jika
asupan oral dapat di toleransi
Kondisi klinis:
1.Stroke Edukasi :
2.Parkinson a) Anjurkan posisi duduk, jika
3.Mobiussyndrom/ perlu
4.Cerebral Palsy/ b) Ajarkan diet yang di
5.Cleft Lip programkan
6.Cleft Palate
7.Amyotropic Lateral Sclerosis
8.Kerusakan Neuromuskular
9.Luka Bakar
10.Kanker
11.Infeksi
12.Aids
13.Penyakit Kronis
14.Enterokolitis
15.Fibrosis Kistic
18
2.1.2 Implentasi Keperawatan
19
DAFTAR PUSTAKA
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Dianostik .
jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018).
Tandra, H. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes . Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama (21-6) .
Hasdianah. (2012). Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak Anak Dengan
Solusi Herbal . Yogyakarta: Nuha Medika.
Mulyati. (t.thn.). Hubungan Indeks Masa Tubuh (IMT) Dengan Kadar Gula Darah Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2 . Gizi Universitas muhammadiyah .
20