Dibuat untuk memenuhi tugas Clinical Study Departemen Keperawatan Medikal Bedah 1
yang dibimbing oleh:
OLEH:
NOVEMBER 2020
i
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN
CLINICAL STUDY
Pembimbing Institusi
Pembimbing Institusi
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Cedera Kepala Sedang” tanpa halangan apapun. Adapun tugas ini dibuat untuk
memenuhi mata kuliah Clinical Study Departemen Keperawatn Medikal Bedah 1.
Dalam penyusunan tugas ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga kami
mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ns. Rahmawati Maulidia, S.Kep., M.Kep. selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan.
2. Ns. Dafir Firdaus, S.Kep., M.Kep. selaku dosen penanggung jawab mata kuliah Clinical
Study Departemen Keperawatan Anak.
3. Ns. Wiwik Agustina, S.Kep., M.Biomed selaku dosen pembimbing kelompok 5 mata kuliah
Clinical Study Departemen Keperawatan Medikal Bedah 1 yang telah berkenan meluangkan
waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam menyusun makalah.
4. Orang tua kami yang selalu mendoakan dan mendukung.
5. Dan teman-teman di STIKes Maharani Malang yang telah senantiasa mendukung dalam
penyusunan makalah.
Dalam penyusunan tugas ini kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini sangat jauh dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini, dan dalam pembuatan laporan lainnya. Akhir kata, semoga tugas ini
dapat berguna bagi kita semua.
(Penulis)
2
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
BAB 1.............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
1.2 Tujuan.................................................................................................................................5
1.3 Manfaat...............................................................................................................................5
BAB II............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Pengertian...........................................................................................................................6
2.6 Penatalaksaan...................................................................................................................10
2.9 Pathway.............................................................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................24
ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................................................24
3
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan........................................................................................27
BAB IV........................................................................................................................................38
PENUTUP....................................................................................................................................38
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................38
4.2 Saran..................................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................39
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
1.1 Rumusan Masalah
1.1.1 Bagaimana tinjauan teori mengenai Ensefalopati?
1.1.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Ensefalopati?
1.2 Tujuan
1.1.3 Mampu memahami teori mengenai Ensefalopati.
1.1.4 Mampu menyusun asuhan keperawatan Ensefalopati.
1.3 Manfaat
1.1.5 Kemampuan pemahaman tentang teori keperawatan gawat darurat dengan
Ensefalopati.
1.1.6 Kemampuan mahasiswa dalam menyusun asuhan keperawatan Ensefalopati.
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut Brunner dan Suddarth (2001), cedera kepala adalah cedera yang terjadi pada
kulit kepala, tengkorak dan otak, sedangkan Doenges, (1999) cedera kepala adalah cedera kepala
terbuka dan tertutup yang terjadi karena, fraktur tengkorak, kombusio gegar serebri, kontusio
memar, leserasi dan perdarahan serebral subarakhnoid, subdural, epidural, intraserebral, batang
otak.
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi terhadap
kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce & Neil. 2006).
Adapun menurut Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala adalah suatu
kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, bahwa cedera kepala adalah trauma pada
kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi baik secara langsung ataupun tidak langsung pada
kepala yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran bahkan dapat menyebabkan
kematiaan.
7
2.2 Klasifikasi Cedera Kepala
Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2 macam yaitu:
1) Cedera kepala terbuka
Luka kepala terbuka akibat cedera kepala dengan pecahnya tengkorak atau luka penetrasi,
besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa dan bentuk dari benturan, kerusakan
otak juga dapat terjadi jika tulang tengkorak menusuk dan masuk kedalam jaringan otak dan
melukai durameter saraf otak, jaringan sel otak akibat benda tajam/ tembakan, cedera kepala
terbuka memungkinkan kuman pathogen memiliki abses lngsung ke otak.
8
2.4 Manifestasi Klinis Cedera Kepala
Gejala-gejala yang ditimbulkan tergantung pada besarnya dan distribusi cedera otak, diantaranya
yaitu:
1. Cedera kepala ringan menurut Sylvia A (2005)
Kebingungan saat kejadian dan kebinggungan terus menetap setelah cedera.
Pusing menetap dan sakit kepala, gangguan tidur, perasaan cemas.
Kesulitan berkonsentrasi, pelupa, gangguan bicara, masalah tingkah laku
2. Cedera kepala sedang, Diane C (2002)
Kelemahan pada salah satu tubuh yang disertai dengan kebinggungan atau hahkan
koma.
Gangguan kesedaran, abnormalitas pupil, awitan tiba-tiba defisit neurologik, perubahan
TTV.
Gangguan penglihatan dan pendengaran, disfungsi sensorik, kejng otot, sakit kepala,
vertigo dan gangguan pergerakan.
3. Cedera kepala berat, Diane C (2002)
Pupil tidak aktual, pemeriksaan motorik tidak aktual, adanya cedera terbuka, fraktur
tengkorak dan penurunan neurologik.
Nyeri, menetap atau setempat, biasanya menunjukan fraktur.
Fraktur pada kubah kranial menyebabkan pembengkakan pada area tersebut.
10
2.6 Penatalaksaan
1) Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan
berat ringannya trauma.
2) Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
3) Pemberian analgetik.
4) Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu; manitol 20%, glukosa 40% atau
gliserol.
5) Antibiotik yang mengandung barier darah otak (pinicilin) atau untuk infeksi anaerob
diberikan metronidazole.
6) Makanan atau caioran infus dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan) 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
7) Pembedahan. (Smelzer, 2001)
12
2.8 Patofisiologi Cedera Kepala
Cedera percepatan aselerasi terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala
yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda
tumpul. Cedera perlambatan deselerasi adalah bila kepala membentur objek yang secara relatif
tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin terjadi secara
bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila
posisi badan diubah secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan
posisi rotasi pada kepala, yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba
dan batang otak.
Berdasarkan patofisiologinya, ada dua macam cedera otak, yaitu cedera otak primer dan
cedera otak sekunder. Cedera otak primer adalah cedera yang terjadi saat atau bersamaan dengan
kejadian trauma, dan merupakan suatu fenomena mekanik. Umumnya menimbulkan lesi
permanen. Tidak banyak yang bisa kita lakukan kecuali membuat fungsi stabil, sehingga sel-sel
yang sedang sakit bisa mengalami proses penyembuhan yang optimal. Cedera primer, yang
terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi substansi
alba, cedera robekan atau hemoragi karena terjatuh, dipukul, kecelakaan dan trauma saat lahir
yang bisa mengakibatkan terjadinya gangguan pada seluruh sistem dalam tubuh. Sedangkan
cedera otak sekunder merupakan hasil dari proses yang berkelanjutan sesudah atau berkaitan
dengan cedera primer dan lebih merupakan fenomena metabolik sebagai akibat, cedera sekunder
dapat terjadi sebagai kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera.
Cidera kepala terjadi karena beberapa hal diantanya, bila trauma ekstra kranial dapat
menyebabkan adanya leserasi pada kulit kepala selanjutnya bisa perdarahan karena mengenai
pembuluh darah. Karena perdarahan yang terjadi terus- menerus dapat menyebabkan hipoksia,
hiperemi peningkatan volume darah pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta
vasodilatasi arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhirnya peningkatan
tekanan intrakranial (TIK), adapun, hipotensi (Soetomo, 2002).
Namun bila trauma mengenai tulang kepala akan menyebabkan robekan dan terjadi
perdarahan. Cidera kepala intra kranial dapat mengakibatkan laserasi, perdarahan dan kerusakan
jaringan otak bahkan bisa terjadi kerusakan susunan syaraf krani
13
Benturan kepala
2.9 Pathway
Trauma
Cidera kepala
14
PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN
A. Identitas Klien
Nama :Ny. L No.RM :11 48 32 24
Usia : 38 th Tgl. Masuk : 7 Oktober 2020
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl. Pengkajian : 12 Oktober 2020
Alamat : Jl. Candi Panggung Sumber Informasi :Klien
No. Telepon :- Nama klg. Dekat yang bisa dihubungi: Tn. C
Status Pernikahan : Janda
Agama : Islam Status : Suami
Suku : Jawa Alamat : Jl. Candi Panggung
Pendidikan : SMA No. Telepon :-
Pekerjaan : tidak bekerja Pendidikan : SMU
Lama Bekerja :- Pekerjaan : Pedagang
15
D. Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan (jenis & waktu) : tidak pernah
b. Operasi (jenis & waktu) : belum pernah operasi sebelumnya
c. Penyakit:
Akut :-
Kronis : tidak ada riwayat penyakit kronis.
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Lamanya
(-)
3. Imunisasi (tidak terkaji)
( ) BCG ( ) Hepatitis
( ) Polio ( ) Campak
( ) DPT ( ) ....................
4. Kebiasaan (tidak terkaji)
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok ()
Kopi ()
Alkohol ()
x x x
3 3
8 th 9 th
7 5 3
16
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Meninggal
: Tinggal serumah
F. Riwayat Lingkungan
Jenis Rumah Pekerjaan
Kebersihan .................................................... ................................................
...
Bahaya kecelakaan ...................................................
...................................................
Polusi ................................................... ................................................
...
Ventilasi ................................................... ....................................
...............
Pencahayaan ................................................... ................................................
...
.......................... ................................................... ................................................
...
G. Pola Aktivitas-Latihan
Jenis Rumah Rumah Sakit
17
Makan/Minum 0 4
Mandi 0 4
Berpakaian 0 4
Toiletting 0 4
Mobilitas 0 4
Berpindah 0 4
Berjalan 0 4
Naik tangga 0 4
Pemberian Skor: 0=mandiri, 1=alat bantu, 2=dibantu orang lain (1 orang), 3=dibantu
orang lain (>1 orang), 4=tidak mampu
H. Pola Nutrisi
Jenis Rumah Rumah Sakit
Makan
Jenis diit/makanan .................................................... Enteral nutrisi
Frekuensi/pola 3 x sehari 6 x sehari
Porsi yang dihabiskan 1 porsi habis 250 cc
Komposisi menu Nasi, sayur, lauk TKTP Cair
Pantangan tinggi garam -
Nafsu makan baik - NGT
Minum
Jenis minuman air putih Air putih
Frekuensi/pola minum ± 5x /hari 1800 cc via NGT
Gelas yang dihabiskan 1 gelas habis -
Sukar menelan tidak ada -
Pemakaian gigi palsu tidak ada -
I. Pola Eliminasi
Jenis Rumah Rumah Sakit
BAB
Frekuensi/pola 3 x sehari BAB 1 x
Konsistensi padat lunak encer
Warna & bau kuning kecoklatan, bau khas kuning normal
Kesulitan tidak ada tidak ada
Upaya mengetasi tidak ada tidak ada
18
BAK
Frekuensi/pola ± 6-7x /hari terpasang cath
Konsistensi cair cair
Warna & bau kuning kuning jernih
Kesulitan tidak ada masih menggunakan cath
Upaya mengatasi tidak ada
J. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit
Tidur siang: Lamanya 1,5 jam -
- Jam .....s/d...... 13.00-14.30 -
- Kenyamanan stl tidur nyaman -
Tidur malam: Lamanya 4 jam -
- Jam .....s/d...... 20.00-03.00 -
- Kenyamanan stl tidur nyaman -
- Kebiasaan sbl tidur tidak ada
- Kesulitan tidak ada -
- Upaya mengatasi tidak ada -
19
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit
Dengan kondisis yang sekarang ini klien tidak putus asa, klien selalu optimis akan
hidupnya
N. Pola Komunikasi
1. Bicara: ( ) Normal ( ) Bahasa utama: jawa
(√ ) Tidak Jelas ( ) Bahasa daerah
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) Afek........................................
2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri
( ) Kos/asrama
(√ ) Bersama orang lain,yaitu: suami dan anak-anaknya
3. Kehidupan Keluarga
a. Adat istiadat yang dianut: Jawa
b. Pantangan adat dan agama yang dianut: Tidak ada
c. Penghasilan Keluarga: ( ) < Rp 250.000 ( ) Rp 1 juta – 1,5 juta
( ) Rp 250.000 – 500.000 (√ ) Rp 1,5 juta – 2
juta
( ) Rp 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
O. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( ) Tidak ada ( √) Ada
20
2. Upaya yang dilakukan pasangan: (√ ) Perhatian (√ ) Sentuhan
( ) Lain-lain,
seperti ...................................................................................................................
Q. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Pasien lemah
a. Kesadaran : apatis GCS 345
b. Tanda tanda vital: Tek.darah : 110/60mmHg
Suhu : 36,2 oC
Nadi : 100x/m
Pernapasan : 22x/m
2. Kepala dan leher
a. Kepala:
Bentuk meshopeal, benjolan dengan diameter 10 cm pada rempiral kiri, Distribusi
Rambut merata Warna kulit kepala lembab (agak kotor)
Keluhan: -
b. Mata
Bentuk Simetris Konjungtiva: normal, sklera: Putih
Pupil: (√) Reaksi terhadap cahaya ( √) Isokor ( ) Meiosis ( ) Pin Point ( ) Midriasis
Tanda radang: -
Fungsi penglihatan: ( ) Baik ( ) Kabur
Penggunaan alat bantu: ( ) ya ( ) tidak
Apabila ya: ( ) kaca mata ( ) lensa kontak
( ) minus.....ka/ki ( ) plus....ka/ki
Pemeriksaan mata terakhir: tidak pernah
Riwayat operasi: tidak ada
c. Hidung
Bentuk simetris Warna bersih Pembengkakan (-) Nyeri tekan (-) Pendarahan (-).
Riwayat Alergi (-) Cara mengatasi (-)
Penyakit yang pernah terjadi (-)
21
Warna bibir putih Mukosa kering Ulkus (-) Lesi (-) Massa (-) Warna lidah putih
Perdarahan gusi (-) Karies (-)
Gangg bicara (-)
Pemeriksaan gigi terakhir tidak pernah
e. Telinga
Bentuk simetris Warna bersih Lesi (-) Massa (-) Nyeri (-) Nyeri Tekan (-)
Fungsi Pendengaran baik Alat bantu pendengaran (-)
Masalah Yang Pernah Terjadi: (-)
f. Leher
Kekakuan (-) Nyeri/nyeri tekan (-)
Benjolan/ Massa (-) Keterbatasan gerak (-)
Vena jugularis : tidak ada pembesaran, Tiroid tidak ada pembesaran, Trakea
simetris Keluhan: (-)
3. Upaya untuk mengatasi (-)
4. Dada
Bentuk Normal chest Pergerakan Dada simetris
Nyeri/nyeri tekan (-) Massa (-) Peradangan (-)Taktil
Fremitus simetris Pola Nafas reguler
Jantung
Inspeksi: tidak ada ictus cordis
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS 4-5 Sinistra
Perkusi: Dullnes
Auskultasi: suara 1 dan 2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Paru:
Inspeksi: normochest, lesi tidak ada, oedema tidak ada
Palpasi: tidak ada massa
Perkusi: sonor disemua lapang paru
Auskultasi: Rh (-), wh (-), vesikuler
5. Payudara dan ketiak
Benjolan/Massa: (-) Nyeri/nyeri tekan (-)
Bengkak (-) Kesimetrisan: Simetrisx
6. Abdomen
Inspeksi: tidak ada lesi
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Perkusi: dullnes
Palpasi: supel
7. Genitalia
Inspeksi : bersih, tidak mengalami gangguan, terpasang kateter no 16
dengan isi di bag 1000 cc
Palpasi :-
Keluhan :-
22
8. Ekstremitas
Kekuatan otot: - Kontraktur (-) Pergerakan (+) Deformitas (-) Pembengkakan
(-)
Edema (-) Nyeri/nyeri tekan (-) Pus/luka (-)
S. Pengobatan
a. Terapi
23
- Infus NaCl 0,9 % 20 tpm
- Antrain 3x1 amp IV (IK)
- Ranitidin 3x1 amp (IK)
- Diit cair tinggi kalori tinggi protein via NGT 250 cc 6 kali sehari
- Mika-miki, cegah dekubitus dan risiko jatuh
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
24
sirkulasi jaringan otak yang Hematoma
dapat mengganggu kesehatan.
Do:
- Hasil foto x ray Kode: 00201 TIK Meningkat
pada kepala Domain 4: aktivitas / istirahat
dengan adanya Kelas 4: respon Auto regulasi darah ke otak
benjolan pada kardiovaskular /pulmonal. terganggu
kepala sebelah
kiri.
- Benjolan dengan Kalo sudah actual datanya Aliran Darah ke Otak Menurun
dameter 10 cm harus berkolaborasi, menjaadi
- Kekuatan Umum: di
Lemah Hipoksia
- Kesadaran Apatis
- GCS: 345
- Pupil Isokor Resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral
2. Ds: Resiko Cedera Gangguan saraf motorik
- Kode: 00035
25
- Kekuatan otot 2
Domain : 5
Persepsi/kognisi Penurunan Kesadaran
Kelas : 5
Komunikasi
26
27
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
28
1 Ketidakefektian 1. Perfusi Jaringan: Serebral 3. Monitor Tekanan Intrakranial / TIK
perfusi jaringan Kode :(0406) 4. Kode(2590)
serebral b.d Definisi: kecukupan aliran darah melalui pembuluh
cedera otak darah otak untuk mempertahankan fungsi otak. Definisi: pengukuran dan intepretasi data
pasien untuk pengaturan intrakranial
Skala Outcome: 2 ke 4
Indikator 1 2 3 4 5 Aktivitas-aktivitas:
040613 TD sistolik 1 2 3 4 5 Monitor status neurologi setiap 2 jam:
tingkat kesadaran, pupil, reflex,
040614 TD diastolik 1 2 3 4 5
kemampuan motorik, nyeri kepala, kaku
040603 Sakit kepala 1 2 3 4 5 kuduk
040611 Keadaan pingsan 1 2 3 4 5
040619 Penurunan tingkat 1 2 3 4 5 Monitor tanda vital dan temperature setiap
kesadaran 2 jam
29
2 Resiko cedea b.d 1. Manajemen Lingkungan
Definisi: keparahan dari tanda dan gejala dari cedera Kode (6480)
tubuh Aktivitas-aktivitas:
Kode : 1913
Ciptakan lingkungan yang aman bagi
Skala Target Outcome pasien
Dipertahankan pada 3 ditingkatkan ke 5 singkirkan bahaya lingkungan
sediakan tempat tidur yang rendah yang
191311 Cedera kepala 1 2 3 4 5 sesuai
4 terbuka sediakan tempat tidur dan lingkungan
yang bersih dan nyaman
191315 Cedera kepala 1 2 3 4 5 sediakan kasur yang kokoh
tertutup
191316 Gangguan 1 2 3 4 5
mobilitas
30
5.
3 Hambatan
mobilitas fisik b/d 1. Mobilitas 1. Terapi Latihan: Ambulasi
penurunan Skala target dipertahankan 2 ditingkatkan ke 5 Kode (0221)
kekuatan otot dan Indikator 1 2 3 4 5 Aktivitas-aktivitas:
ketahanan otot Pergerakan ekstremitas 1 2 3 4 5 Berikan pasien pakaian yang tidak
Kekuatan otot 1 2 3 4 5 mengekang
Rentang gerak (ROM) 1 2 3 4 5 Konsultasikan pada ahli terapi fisik
Kelemahan fisik 1 2 3 4 5 mengenai rencana ambulasi, sesuai
dengan kebutuhan
Bantu pasien untuk perpindahan sesuai
dengan kebutuhan
Instruksiakan ketersediaan perangkat
pendukung jika sesuai
Bantu pasien dengan ambulasi awal dan
jika diperlukan
31
urutkan aktivitas perawatan harian
untuk meningkatkan efek dari terapi
terapi latihan tertentu
berikan pakaian yang tidak mengambat
pergerakan opasien
32
000507 Warna kulit 1 2 3 4 5 diri dan penguatan.
1 2 3 4 5 Monitor respon emosi, fisik, social dan
000509 Kecepatan 1 2 3 4 5 spiritual terhadap aktivitas.
berjalan 1 2 3 4 5
000510 Jarak berjalan 1 2 3 4 5 6. Peningkatan Mekanika Tubuh
1 2 3 4 5 Kode :0104
000511 Toleransi dalam 1 2 3 4 5 Definisi : memfasilitasi penggunaan postur dan
menaiki tangga 1 2 3 4 5 penggerakan dalam aktivitas sehari-hari untuk
000516 Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5 mencegah kelelahan dan ketegangan atau injuri
bagian atas 1 2 3 4 5 musculoskeletal.
000517 Kekuatan tubuh 1 2 3 4 5
bagian bawah 1 2 3 4 5 Aktivitas-aktivitas :
000518 Kemudahan Kaji komitmen pasien untuk belajar dan
dalam melakukan menggunakan postur (tubuh) yang benar.
1 2 3 4 5
Aktivitas Hidup Harian Kolaborasi dengan fisioterapi dalam
1 2 3 4 5
(Activities of Daily mengembangkan peningkatan mekanika
Living/ADL) tubuh.
000514 Kemampuan Kaji pemahaman pasien mengenai
1 2 3 4 5
untuk berbicara ketika mekanika tubuh dan latihan.
1 2 3 4 5
melakukan aktivitas fisik Informasikan pada pasien tentang
pentingkan postur yang benar untuk
Skala 1-5 mencegah kelelahan,ketegangan dan injuri.
1: sangat terganggu 5: tidak terganggu Edukasi pasien mengenai bagaimana
menggunakan postur tubuh yang benar.
Kaji kesadaran pasien tentang abnormalitas
musculoskeletal.
Edukasi penggunaan matras atau tempat
duduk jika di indikasikan.
Instruksikan pasien agar tidak tidur
telungkup.
Bantu pasien untuk memposisikan tidur
yang tepat
Bantu pasien untuk menghindari duduk
33
dalam waktu yang lama dan posisi yang
sama.
Intruksikan pasien untuk menggerakan kaki
terlebih dahulu kemudian badan ketika
memulai berjalan dari posisi berdiri
Gunakan prinsip mekanika tubuh ketika
menangani pasien dan memindah peralatan
Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi latihan postur yang sesuai.
Bantu pasien untuk memilih aktivitas
pemanasan sebelum melakukan
aktivitasnya.
Bantu pasien untuk latihan ROM pasif dan
aktif
Monitor perbaikan postur dan berikan
informasi tentang kemungkinan posisi
penyebab nyeri otot atau sendi.
4 Gangguan Kognisi Peningkatan Komunikasi: Kurang Bicara kode
Komunikasi Verbal Kode : (0900) (4976)
b.d Gangguan Definisi : kemampuan untuk melaksanakan proses
fisiologis mental yang kompleks Aktivitas-aktivitas:
Skala target dipertahankan 3 ditingkatkan ke 5 monitor kecepatan bicara, tekanan,
kecepatan, kuantitas, volume, dan diksi
Indikator 1 2 3 4 5 monitor proses kignitif, anatimis dan
090014 Komunikasi jelas 1 2 3 4 5 fisiologis terkait dengan kemampuan
sesuai usia berbicara ( misalnya memori,
090015 Komunikasi sesuai 1 2 3 4 5 pendengaran, dan bahasa)
usia ulangi apa yang disampaikan pasien
090013 Pemahamna tentang 1 2 3 4 5 untuk menjamin akurasi
makna situasi instruksikan pasiena untuk bicara pelan
090003 Perhatian 1 2 3 4 5 ungkapakan pertanyaan dimana pasien
090004 Konsentrasi 1 2 3 4 5 dapat menjawab dengan menggunakan
090005 Orientasi kognisi 1 2 3 4 5 jawaban sederhana ya atau tidak
34
090009 Memproses 1 2 3 4 5
informasi
1: Sangat terganggu
2: Bnayak terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu
2. Komunikasi
Kode : (0902)
Definisi : penerimaan interprestasi, ekspresi lisan,
tertulis dan pesan non verbal
Skala target dipertahankan 3 ditingkatkan ke 5
Indikator 1 2 3 4 5
090202 Mengunakan bahasa 1 2 3 4 5
lisan
090206 Menganali pesan 1 2 3 4 5
yang diterima
090210 Interppretasi akurat 1 2 3 4 5
terhadap pesan yang
diterima
090208 Pertukaran pesan 1 2 3 4 5
yang akurat dengan orang
lain
1: Sangat terganggu
2: Bnayak terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit tergang
5: Tidak tergangu
35
3.4 Implementasi dan Evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1 Resiko Ketidak Monitro adanya S:
efektifan perfusi kebingungan, perubahan O:
jaringan serebral pikiran, keluhan pusing, - Hasil foto x ray pada kepala
pingsan dengan adanya benjolan pada
Monitor status neurologi kepala sebelah kiri.
dengan ketat dan bandingkan - Benjolan dengan dameter 10 cm
dengan nilai normal - Kekuatan Umum: Lemah
Monitor tanda-tanda vital - Kesadaran Apatis
Monitor TIK dan CPP - GCS: 345
Analisa pola TIK - Pupil Isokor
Biarkan TIK kembali ke
nilai normal diantara A: Masalah Resiko
aktivitas keperawatan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Serebral teratasi sebagian
Monitor TIK dan respon
neurologi terhadap aktivitas
P: intervensi dilanjutkan
perawatan
Catat perubahan pasien
dalam berespon terhadap
stimulus
2. Resiko cedera Ciptakan lingkungan yang S:-
aman bagi pasien
singkirkan bahaya O:
lingkungan - Kesdaran apatis
sediakan tempat tidur yang - KU: Lemah
rendah yang sesuai - GCS : 345
sediakan tempat tidur dan - Hb: 10,56/dL
lingkungan yang bersih
36
dan nyaman A: Resiko Cedera Teratasi
sediakan kasur yang kokoh sebagian
identifikasi kekurangan
baik kognitif atau fisik dari P: Intervensi Dilanjutkan
pasien yang mungkin
meningkatkan potensi
jatuh pada lingkungan
tertentu
kaji riwayat jatuh bersama
dengan pasien dan
keluarga
bantu ambulasi individu
yang memiliki
ketidakseimbangan
letakkan tempat tidur
mekanik pada posisi yang
paling rendah
37
tentukan kesiapan pasien
untk terlibat dalam aktivitas
atau protokol latihan
kolaborasi dengan ahli terapi
fisik untuk menentukan
posisi optimal bagi pasien
selama latihan dan jumlah
pengulangan untuk setisp
pols gerakan
evaluasi fungsi sensori
(misalnya, penglihatan,
pendengaran, dan perabaan)
jelaskan protokol dan
rasional latihan pada pasien
dan keluarga
urutkan aktivitas perawatan
harian untuk meningkatkan
efek dari terapi terapi latihan
tertentu
berikan pakaian yang tidak
mengambat pergerakan
opasien
tentukan batasan pergerakan
sendi dan efeknya terhadap
fungsi sendi
kolaborasi dengan ahli terapi
fisik dalam mengembangkan
dan menerapkan sebuah
program latihan
pakaikan baju yang tidak
menghambat pergerakan
pasien
bantu pasien mendapatkan
38
posisi tubuh yang optimal
untuk pergerakan sendi pasif
maupun aktif
dukung latihan ROM pasif
atau ROM dengan bantuan
ssuai indikasi
4 Hambatan monitor kecepatan bicara, S:
komunikasi verbal tekanan, kecepatan, O:
kuantitas, volume, dan diksi - Pasien Tampak Lemah
monitor proses kignitif, - Cara Bicara Pasien Tidak Jelas
anatimis dan fisiologis A:Masalah Hambatan
terkait dengan kemampuan Komunikasi Verbal Teratasi
berbicara ( misalnya sebagian
memori, pendengaran, dan
bahasa) P: Intervensi dilanjutkan
ulangi apa yang disampaikan
pasien untuk menjamin
akurasi
instruksikan pasiena untuk
bicara pelan
ungkapakan pertanyaan
dimana pasien dapat
menjawab dengan
menggunakan jawaban
sederhana ya atau tidak
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau deselerasi
terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak (Pierce & Neil.
2006). Adapun menurut Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala
adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif,
tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi
atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif
dan fungsi fisik.
Cedera kepala adalah trauma pada kulit kepala, tengkorak, dan otak yang terjadi
baik secara langsung ataupun tidak langsung pada kepala yang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kesadaran bahkan dapat menyebabkan kematiaan.
4.2 Saran
Dalam memberikan perawatan kepada klien CKS harus dilakukan lebih intensif,
karena mobilitas klien terbatas, pernafasan klien juga harus sangat diperhatikan dan klien
juga mengalami penurunan kesadaran, dikarenakan bila tidak klien akan semakin sesak
nafas serta kesadaran semakin menurun mengakibatkan pernafasan akan terganggu dan
akan semakin membuat klien mengalami penurunan kesadaran dan bisa membuat klien
koma atau kesadaran semakin berkurang.
Untuk pembuatan makalah ini,kami menyadari masih banyak kekurangan, kami
berharap bagi pembaca untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.
40
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 3. Jakarta : EGC.
Doengoes, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Heller, J. L., dkk,Subdural Hematoma , MedlinePlus Medical Encyclopedia, 2012.
Hudak & Gallo. Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Volume II. Jakarta: EGC; 1996
Disfungsi
Pierce A. Grace & Neil R. Borley, 2006, Ilmu Bedah, Jakarta : Erlangga
batang otak
Sastrodiningrat, A. G. 2006. Memahami Fakta-Fakta pada Perdarahan Subdural Akut . Majalah
Afasia
Kerusakan saraf
Kedokteran Nusantara Volume 39, No.3 Halaman 297- 306.FK USU: Medan.
motorikmotorik
Hambatan
mobilitas fisik
41