Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA HARGA DIRI

RENDAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2


Dosen Ampu : Ira Oktavia, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep J

Disusun oleh kelompok 2:

1. Angella Wylhellmina 7. Laurensia Wulandita Ansiga


(1420119019) (1420119027)
2. Annita Dowansiba (1420119063) 8. Natalia Christiani Turnip
(1420119051)
3. Anti Anisa Fitri (1420119010)
4. Ayu Sita Utami (1420119006) 9. Silvi Putri Yantika (1420119030)

5. Chyntia Daryanti (1420119050) 10. Sister Elsa Riani Sitompul


(1420119034)
6. Fitriyani (1420119007)
11. Yeri Dwi Astuti (1420119055)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-
Nya dapat menyusun serta menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini saya membahas ” Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Harga Diri Rendah”.
Dalam penyusunan makalah ini banyak mendapatkan bantuan berupa arahan,
bimbangan serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu Ira Oktavia, S.Kep, Ners, M.Kep, Sp.Kep J selaku dosen mata kuliah Keperawatan
Jiwa 2
2. Kepada orang tua kami yang telah memberikan dukungan dalam segi materi dan do’a.
3. Kepada teman-teman kelompok 2 yang telah bekerja sama dalam penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
sehingga masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun akan diterima sebagai suatu masukan yang berharga. Harapan saya semoga
karya tulis ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca. Demikian makalah ini
penulis buat, semoga amal dan budi yang telah diberikan kepada semua pihak mendapat
imbalan pahala dan selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin.

Bandung, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
Daftar Gambar.....................................................................................................................iii
Daftar Tabel.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS..........................................................................................
2.1 .......................................................................................................................................
2.2 .......................................................................................................................................
2.3 .......................................................................................................................................
2.4 .......................................................................................................................................
2.5 .......................................................................................................................................
2.6........................................................................................................................................
2.7........................................................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN KASUS.....................................................................................
3.1 .......................................................................................................................................
3.2 .......................................................................................................................................
3.3 .......................................................................................................................................
3.4 .......................................................................................................................................
3.5........................................................................................................................................
3.6........................................................................................................................................
3.7........................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

DAFTAR GAMBAR

ii
iii
DAFTAR TABEL

Tabel
Tabel 3. Analisa Data
Tabel 3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 3. Intervensi Keperawatan
Tabel 3. Implementasi dan Evaluasi

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di zaman teknologi serba maju ini banyak sekali kita jumpai permasalahan yang
beragam yang harus kita hadapi, bisa terjadi secara internal maupun internal, semakin
majunya teknologi tidak dapat dipungkiri menyebebabkan masalah kesehatan yang
serius pada manusia. Koping yang bisa digunakan oleh setiap orang berbeda—beda
sesuai dengan masing—masing orang yang mengalami, jika tidak menggunakan
koping yang adaptif maka seseorang dapat mengalami gangguan jiwa dan gangguan
mental emosional karena depresi.
Salah satu gangguan jiwa yaitu depresi adalah salah satu gangguan dengan 300
juta orang penderita, menurut World Health Organization (WHO) tahun 2017 bahwa
suasana hati dan tanggapan emosional dalam menanggapi respon kehidupan, dapat
menyebabkan gangguan yang serius dan berdampak pada tempat kerja, sekolah
maupun keluarga, bahkan bunuh diri bisa dilakukan akibat dari depresi, bunuh diri
menyebabkan setiap tahunnya terdapat 800.000 orang meninggal dunia, kisaran umur
15- 29 tahun meninggal karena bunuh diri dan terbanyak kedua angka kematian.Hasil
sidang World Health Assembly pada 2013 menyatakan depresi ditingkat negara
semakin meningkat secara global.
Depresi merupakan bentuk satu ganguan jiwa yang ditandai dengan
kemurungan, kelesuan, tidak berhairah, putus asa, dan tidak berguna (Nasir dan
Muhith, 2011), depresi juga dapat menonaktifkan hubungan fungsional, sosial dan
fisik, dan meningkankan angka bunuh diri (Holm dan Severinsson dalam wood, E at
all, 2017) Gejala paling khas sering terjadi saat berduka cita dan individu yang
melaporkan keadaan depresi, seperti mengalami kesedihan, insomnia, penurunan nafsu
makan. Beberapa peneliti telah mencatat bahwa kesedihan tidak selalu menghasikan
gejala kognitif depresi, seperti halnya harga diri rendah atau perasaan tidak berharga
(Friedman, R A. 2012).
Bahkan sebanyak 1.752 kasus amyotrophic lateral sclerosis (ALS), dengan
depresi didiagnosis klinis atau pengguna anti depresan dikaitkan dengan ALS, yakni
diagnosis depresi meningkan resiko ALS sebanyak 3,6 kali lipat (Jacquelyn J. Cragg et

1
al. , 2016). Sehingga perubahan pada individu yang mengalami depresi akan
menyebababkan perubahan fisik, perubahan perasaan, perubahan pikiran dan
perubahan kebiasaan sehari—hari (Haryanto, dkk. 2015).
Harga diri yang tinggi dikaitkan dengan anxiety yang rendah, efektif dalam
kelompok dan penerimaan orang lain terhadap dirinya, sedangkan masalah kesehatan
dapat menyebabkan harga diri rendah, sehingga harga diri rendah dikaitkan dengan
hubungan interperonal yang buruk dan beresiko terjadinya depresi dan skizofrenia,
sehingga perasaan negatif mendasari hilangnya kepercayaan diri dan harga diri
individu dan menggambarkan gangguan harga diri (Muhith, A, 2016).
Adapun faktor penyebab dari harga diri rendah yang pertama yaitu faktor
predisposisi meliputi faktor yang mempengaruhi harga diri seperti penolakan dari
orang tua, harapan dan ideal diri yang tidak bisa tercapai, selalu menemui kegagalan,
tanggung jawab personal yang kurang serta ketergantungan terhadap orang lain, faktor
performa peran seperti peran gender, tuntutan kerja dan budaya yang dapat
mempengaruhi, sedangkan faktor identitas diri meliputi tekanan yang disebabkan dari
orang – orang terdekat seperti orang tua yang kurang percaya akan dirinya, tekanan
dari kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial, yang kedua yaitu faktor stresr
pencetus dapat terjadi diakibatkan oleh truma seperti penganiyaan seksual dan pskosial
atau ancaman yang dapat mengganggu kehidupan, ketegangan peran yang
mengakibatkan individu frustasi atas posisi yang didapatkan. (Fitria dkk, 2013)
Menurut Undang—Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 bahwa
kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis,
untuk menegaskan kandungan UU nomor 36 tahun 2009 pada pasal 144 ayat (1)
menyebutkan upaya kesehatan jiwa ditunjukan setiap orang dapat menikmati
kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, dan gangguan lain yang dapat
mengganggu kesehatan jiwa, ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
preventif, promotif, kuratif, rehabilitatid pasien gangguan jiwa dan masalah
psikososial.
Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan jiwa adalah sikap positif
yang menggambarkan kedewasaan kepribadian yang mana seseorang terbebas dari
gangguan jiwa. Seseorang dikatakan sehat jiwa apabila pengendalian diri terhadap
menangani stresor di lingkungan sekitar tanpa tekanan fisik dan psikologis dengan
selalu berfikir positif, yang mengarah pada kestabilan emosi baik internal maupun
eksternal (Nasir dkk, 2016). Menurut Kemenkes tahun 2013, menunjukan gangguan
emosional sebesar 6% usia produktif mulai dari 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta
orang mengalami gejala depresi dan kecemasan. Sedangkan 1, 7 per 1000 penduduk
atau sekitar 400.000 orang mengalami seperti schrizophenia, gangguan jiwa berat.
Sedangkan 6,0% atau 37.728 dari subjek 703.946 orang secara nasional yang menjadi
subjek analisis gangguan mental dengan gangguan mental tertinggi adalah Sulawesi
Tengah dengan 11,6%, untuk Provinsi Lampung dengan presentase 1,2% adalah yang
terendah, sedangkan Provinsi Jawa Tengah dengan prresentase 4,6% menempati
urutan ke 12 dari 33 provinsi.
Gangguan harga diri rendah menggambarkan perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan, dan merasa gagal untuk mencapai keinginannya (Muhith,
A, 2016) . Dengan gangguan harga diri yang rendah seseorang akan menghadapi
suasana hati dan ingatan tentang masa lalu yang negatif dan lebih rentan mengalami
depresi ketika menghadapi stress karena pola pikir yang buruk tentang diri sendiri,
tujuan hidup yang tidak jelas, dan masa depan yang lebih psimi, semakin rendah harga
diri seseorang akan lebih berisiko terkena gangguan kepribadian(Betty dkk. 2016).
Untuk itulah dalam kesempatan ini penulis tertarik mengambil pembahasan
dengan mengangkat judul: “Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Harga Diri
Rendah”.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari harga diri rendah?
2) Apa penyebab dari harga diri rendah?
3) Apa saja tanda dan gejala dari harga diri rendah?
4) Bagaimana rentang respon konsep diri harga diri rendah?
5) Apa etiologi dari harga diri rendah?
6) Bagaimana proses terjadinya masalah pada harga dri rendah?
7) Bagaimana mekanisme koping pada harga diri rendah?
8) Bagaimana penatalaksanaan pada harga diri rendah?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui definisi dari harga diri rendah
b) Untuk mengetahui penyebab dari harga diri rendah
c) Untuk mengetahui tanda dan gejala dari harga diri rendah
d) Untuk mengetahui rentang respon konsep diri harga diri rendah
e) Untuk mengetahui etiologi dari harga diri rendah
f) Untuk mengetahui proses terjadinya masalah pada harga dri rendah
g) Untuk mengetahui mekanisme koping pada harga diri rendah
h) Untuk mengetahui penatalaksanaan pada harga diri rendah
2) Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Keperawatan secara holistik dan
komprehensif kepada klien dengan Gangguan Harga Diri Rendah.
1.4 Manfaat Penulisan
Menambah wawassan kami sebagai penulis dalam hal melakukan studi
kasus dan mengaplikasikan ilmu tentang asuhan keperawatan pasien dengan
masalah gangguan harga diri rendah.

Wandono, W. A., & Arum Pratiwi, S. (2017). Upaya peningkatan harga diri
rendah pada pasien depresi (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidakberarti, dan rendah
diri yang berkepanjangan akibat evaluasi dirinegatif terhadap diri sendiri,
penurunan harga rendah ini dapat bersifatsituasional maupun kronis atau menahun
(Keliat dkk, 2011).
Menurut NANDA (2015) Harga Diri Rendah didefinisikan sebagai evaluasi diri
negatif yang berkembang sebagai respons diri terhadap hilangnya atau berubahnya
perawatan diri pada seseorang yang sebelumnya memiliki evaluasi diri negatif
(Wahyuni, 2017).
Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Harga Diri Rendah
adalah perasaan tidak berharga atau tidak berarti berkepanjangan yang
ditimbulkan dari berubahnya evaluasi diri, penurunan diri ini dapat bersifat
situasional maupun kronik. Harga diri rendah situasional adalah suatu kegagalan
dalam menjalankan fungsi dan peran yang terjadi secara tiba-tiba misalnya
perasaan malu terhadap diri sendiri karena sesuatu (korban pemerkosaan),
sedangkan harga diri rendah kronis adalah evaluasi perasaan diri sendiri yang
negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
Menurut Damaiyanti (2012) harga diri rendah ada secara situasional dan
kronik, yaitu :
1. Situasional, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami atau istri, perasaan malu karena sesuatu (korban
pemerkosaan).
2. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri yang berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronik atau pada
klien gangguan jiwa.

5
2.2 Penyebab Harga Diri Rendah
Harga diri rendah disebabkan karena adanya ketidakefektifan koping individu
akibat kurangnya umpan balik yang positif. Penyebab harga diri rendah juga dapat
terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya.
Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,
pekerjaan atau pergaulan.
Menurut NANDA (2015) faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi
faktor Predisposisi dan faktor Presipitasi yaitu :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi penolakan dari orang
tua,seperti tidak dikasih pujian, dan sikap orang tua yang terlalu mengekang,
sehingga anak menjadi frustasi dan merasa tidak berguna lagi serta merasa
rendah diri.
b. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah juga meliputi ideal diri seperti
dituntut untuk selalu berhasil dantidak boleh berbuat salah, sehingga anak
kehilangan rasa percaya diri.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal misalnya ada
salah satu anggota yang mengalami gangguan mental sehingga keluarga merasa
malu dan rendah diri. Pengalaman traumatik juga dapat menimbulkan harga diri
rendah seperti penganiayaan seksual, kecelakaan yang menyebabkan seseorang
dirawat di rumah sakit dengan pemasangan alat bantu yang tidak nyaman
baginya. Respon terhadap trauma umumnya akan mengubah arti trauma dan
kopingnya menjadi represi dan denial.
2.3 Tanda dan Gejala
Menurut Carpenito, L.J dan Keliat, B A dalam buku Kartika Sari
(2015)tanda dan gejala pada harga diri rendah yaitu :
1. Data Subjektif
a. Mengintrospeksi diri sendiri.
b. Perasaan diri yang berlebihan.
c. Perasaan tidak mampu dalam semua hal.
d. Selalu merasa bersalah
e. Sikap selalu negatif pada diri sendiri.
f. Bersikap pesimis dalam kehidupan.
g. Mengeluh sakit fisik.
h. Pandangan hidup yang terpolarisasi.
i. Menentang kemampuan diri sendiri.
j. Menjelek-jelekkan diri sendiri.
k. Merasakan takut dan cemas dalam suatu keadaan.
l. Menolak atau menjauh dari umpan balik positif.
m. Tidak mampu menentukan tujuan.
2. Data Obyektif
a. Produktivitas menjadi menurun.
b. Perilaku distruktif yang terjadi pada diri sendiri.
c. Perilaku distruktif yang terjadi pada orang lain.
d. Penyalahgunaan suatu zat.
e. Tindakan menarik diri dari hubungan sosial.
f. Mengungkapkan perasaan bersalah dan malu.
g. Muncul tanda depresi seperti sukar tidur dan makan.
h. Gampang tersinggung dan mudah marah.
2.4 Rentang Respon Konsep Diri
Respon individu terhadap konsep dirinya dimulai dari respon
adaptif dan maladaptif. Menurut Keliat dalam Ade Herman (2011)
rentang respon digambarkan sebagai berikut :
Respon adaptif Respon maladaptif

Akulturasi Konsep diri Harga diri Keracunan


Depersonalisasi positif Rendah Identitas diri

Gambar 2.1. rentang Respon adaptif dan maladaptif


Sumber : Keliat dalam Ade Herman (2011)
Keterangan :
1. Aktualisasi diri : Pernyataan konsep diri positif dengan pengalaman sukses.
2. Konsep diri positif : Mempunyai pengalaman positif dalam perwujudan dirinya.
3. Harga diri rendah : Perasaan yang negatif pada diri sendiri, hilangnya percaya diri,
tidak berharga lagi, tidak berdaya, dan pesimis.
4. Keracunan identitas : Kegagalan seseorang untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa anak-anak.
5. Dipersonalisasi : Perasaan sulit membedakan diri sendiri dan merasa tidak nyata
dan asing.
2.5 Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
menurut (Muhith, 2015)
1. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri Rendah
yaitu:
a. Perkembangan individu yang meliputi
1) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak dicintai
kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal pula
untuk mencintaui orang lain.
2) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang tuanya atau
orang tua yang penting/dekat individu yang bersangkutan.
3) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang tua atau orang
terdekat sering mengkritik sering merevidasikan individu.
4) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan merasa rendah
diri.
b. Ideal diri
1) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
2) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
3) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa percaya diri.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga Diri Rendah
menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin ditimbulkan dari sumber
internal dan eksternal seperti:
a. Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga keluarga
merasa malu dan rendah diri.
b. Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan psikologis
atau menyaksikan kejadian yang mengancam kehidupan, aniaya fisik,
kecelakaan, bencana alam dalam perampokan. Respon terhadap trauma pada
umunya akan mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan
denial.
3. Perilaku
a. Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan mengobservasi
penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan, pakaian. Kemudian Perawat
mendiskusikannya dengan Klien untuk mendapatkan pandangan Klien tentang
gambaran dirinya.
b. Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang Rendah
merupakan masalah bagi banyak orang dan mengekspresikan melalui tingkat
kecemasan yang sedang sampai berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri
yang negatif membenci diri sendiri dan menolak diri sendiri (Pardede, Keliat, &
Wardani, 2013).
2.6 Proses Terjadinya Masalah
Harga diri seseorang didapatkan dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan
harga diri rendah akan terjadi ketika perlakuan orang lain mengancam dirinya.
Tingkat harga diri seseorang berada dalam tingkat tinggi sampai rendah. Seseorang
yang mempunyai harga diri tinggi maka dapat beradaptasi dengan lingkungan secara
efektif, sedangkan jika seseorang memiliki harga diri yang rendah maka lingkungan
yang dilihat akan terasa mengancam bagi dirinya. Penyebab harga diri rendah juga
dapat terjadi pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas
keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai,
tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal
disekolah, pekerjaan atau pergaulan.
Seseorang yang berada pada situasi stressor berusaha menyelesaikannya tapi
tidak tuntas serta ditambah pikiran tidak mampu atau merasa gagal menjalankan
fungsi dan peran itu bisa disebut dengan kondisi harga diri rendah situasional, jika
pada situasi tersebut lingkungan tidak mendukung positif dan justru menyalahkan
secara terus menerus maka akan mengakibatkan harga diri rendah kronis.
2.7 Mekanisme Koping
Seseorang dengan harga diri rendah memiliki mekanisme koping jangka
pendek dan jangka panjang. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak
memberikan hasil yang telah diharapkan individu, maka individu dapat
mengembangkan mekanis koping jangka panjang (Direja, 2011). Mekanisme tersebut
mencakup sebagai berikut :
1. Jangka Pendek
a. Aktivitas yang dilakukan untuk pelarian sementara yaitu : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonton tv secara terus menerus.
b. Aktivitas yang memberikan penggantian identitas bersifat sementara, misalnya
ikut kelompok sosial, agama, dan politik).
c. Aktivitas yang memberikan dukungan bersifat sementara misalnya perlombaan.
2. Jangka Panjang
a. Penutupan identitas : terlalu terburu-buru mengadopsi identitas yang disukai
dari orang-orang yang berarti tanpa memperhatikan keinginan atau potensi diri
sendiri.
b. Identitas Negatif : asumsi identitas yang bertentangan dengan nilai-nilai dan
harapan masyarakat.
2.8 Penatalaksanaan
Menurut NANDA 2015 terapi yang dapat diberikan pada penderita Harga Diri
Rendah yaitu :
1. Psikoterapi
Terapi ini digunakan untuk mendorong klien bersosialisasi lagi dengan
orang lain. Tujuannya agar klien tidak menyendiri lagi karena jika klien menarik
diri, klien dapat membentuk kebiasaan yang buruk lagi.
2. Therapy aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok sangat relevan untuk dilakukan pada klien harga
diri rendah. Terapi aktivitas kelompok ini dilakukan dengan menggunakan
stimulasi atau diskusi untuk mengetahui pengalaman atau perasaan yang dirasakan
saat ini dan untuk membentuk kesepakatan persepsi atau penyelesaian masalah.
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1

3.2

3.3

3.4

Analisa Data
3. Tabel Analisa Data
NO. DATA PENDUKUNG MASALAH

Diagnosa Keperawatan
Tabel 3. Diagnosa Keperawatan

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.
2.
3.

Rencana Keperawatan
3
Tabel 3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Tujuan:

Kriteria Hasil:

2. Tujuan:

Kriteria Hasil:

3. Tujuan:

Kriteria Hasil:

Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3. Implementasi dan Evaluasi


Hari/Tgl No Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx
22-11-2021 1

22-11-2021 2

22-11-2021 3
23-11-2021 1
23-11-2021 2
23-11-2021 3

4
5
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

6
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, E. D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia Residual Dengan


Masalah Harga Diri Rendah Kronik Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainudin Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Ponorogo).
SIHOMBING, R. I., Harefa, A. R., Samosir, E. F., Simatupang, S. M., Hutagalung, S. N.
S., & Romayanti, Y. (2021). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. L
Dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah.

Anda mungkin juga menyukai