Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN


DIABETES MELLITUS (DM)

Disusun Oleh:
Faradilla Maulana 0117044

Program Studi Ilmu Keperawatan


SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Mojokerto
2020

1
Pernyataan

Dengan ini kami menyatakan bahwa:


Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah ditulis kan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah
ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapatkan
sangsi sesuai peraturan yang berlaku.

....,...,....
Nama Nim Tanda Tangan Mahasiswa
Faradilla Maulana 0117044

FORMAT PENILAIAN MAKALAH:

2
No Aspek yang dinilai Bobot Nilai – Kriteriapenilaian
Mak
s
1. Pendahuluan 2% 2 Menjelaskan topik, tujuan, dan
deskripsi singkat makalah
Supervisial, tidak spesifik
Sangat spesifik dan relevan
2 Laporan analisis 5% 5 Laporan lugas dan ringkas serta
masalah lengkap
Intervensi 16% 16 Penjelasan teori konsep dasar
keperawatan keperawatan/fisiologi/patofisio
yang diusulkan logi terkait
Analisis peran perawat dalam
intervensi serta kaitan
intervensi dengan proses
keperawatan
Pengalaman atau realita di klinik
dan gap
Literature review
Ide logis dan rasional
Analisa kritis rencana aplikasi ide
atau hasil pembahasan
Literatur yang digunakan terkini
dan berkualitas serta extensive
Kesimpulan 2% 2 Menyimpulkan makalah dan
menuliskan refleksi atas kritik
jurnal
Pengurangan nilai -7,5% -7,5 Nilai akan mendapatkan
pengurangan jika kriteria
berikut masuk tidak terpenuhi:
Jumlah halaman< 10 atau lebih
dari 20 halaman (batas
toleransi 5%)
Tidak mengikuti aturan penulisan
referensi dengan benar
Penulisan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, termasuk tanda
baca
NILAI MAKSIMAL 25

Komentar Fasilitator:
......................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.......................................................................
Presentasi Kelompok (5%)

3
No ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
1 Kemampuan mengemukakan intirasi makalah 1
2 Kemampuan menggunakan media & IT 1
3 Kontribusi yang bermanfaat bagi kelompok 1
4 Kemampuan berdiskusi (responsive, analitis) 2

Soft skill yang dinilai selama diskusi: team work, berpikir kritis, komunikasi
Komentar Fasilitator:
......................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.........................................................................................
Penilaian mahasiswa lain: (nilai maksimum 10)
No POINT PENILAIAN ASPEK YANG DINILAI PROSENTASE
Aktif bertanya 10%
Aktif memberikan 10%
ide/pendapat
Inovatif dan kreatif dalam
1 Selama proses
memberikan pendapat.
diskusi
Kemampuan analitik dalam 30%
(50%)
mengajukan pertanyaan
dan memberikan solusi
Ringkas dan padat 20%
Isi resume 20%
2 Resume (50%)
Simpulan & saran 10%
TOTAL NILAI MAKSIMUM 10

4
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Gerontik yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien Lansia Dengan Diabetes Mellitus (DM)”
dalam makalah ini, penyusun tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penyusun
menulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hartin Suidah., S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan
telaten membimbing kami.
2. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi kami dalam belajar.
3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan sarannya.
Penyusun menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah.Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun maupun
bagi pembaca.

Mojokerto, 20 September 2020

Penyusun

5
Daftar Isi

Lembar Pernyataan...................................................................................................2
Format Penilaian......................................................................................................3
Kata Pengantar.........................................................................................................5
Daftar Isi...................................................................................................................6
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................7
B. Rumusan Masalah........................................................................................9
C. Tujuan..........................................................................................................9
BAB II. LANDASAN TEORI
Konsep Medis Diabetes Mellitus (DM) Pada Lansia.................................10
BAB III. PEMBAHASAN
Teori Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Pasien
Diabetes Mellitus (DM).............................................................................18
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................24
B. Saran...........................................................................................................24
Daftar Pustaka........................................................................................................25

6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah,
2010). Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh
status kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi
yang semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. 
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada
panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian,
jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan
setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan
Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun,
yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan
24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.
Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI
(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang,
2010).

7
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang
akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya
hidup terutama di kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit
degeneratif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis tentang Diabetes mellitus (DM) pada lansia?
2. Bagaimana teori asuhan keperawatan gerontik pada pasien Diabetes Mellitus
(DM)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis tentang Diabetes mellitus (DM) pada lansia
2. Untuk mengetahui teori asuhan keperawatan gerontik pada pasien Diabetes
Mellitus (DM)

8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulinatau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan
sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan proteinsehubungan dengan kurangnya sekresi
insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan
Suddarth, 2002). Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan
multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia.
( Mary,2009)
2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup
15% populasi pada panti lansia.
3. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar:
a. Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin
tidak berfungsi dengan baik).
b. Gaya hidup (life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab
terjadinya diabetes mellitus.

9
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia
dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah
bagian dari proses penuaan itu sendiri.
4. Klasifikasi
a. Diabetes melitus tipe I
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus
tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
b. Diabetes melitus tipe II
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi
insulin. Karakteristik DM tipe II:
1) Sukar terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan tidak harus dengan insulin
3) Onset lambat
4) Gemuk atau tidak gemuk
5) Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6) Tidak berhubungan dengan HLA
7) Tidak ada antibodi sel islet
8) 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9)  ± 100% kembar identik terkena

10
5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan
ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan
tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia
kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi.
Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi
degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus
dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya
gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta
kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh
dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :
a. Katarak                                     
b. Glaukoma
c. Retinopati
d. Gatal seluruh badan
e. Pruritus Vulvae
f. Infeksi bakteri kulit
g. Infeksi jamur di kulit
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati viseral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
n. Penyakit pembuluh darah perifer
o. Penyakit koroner
p. Penyakit pembuluh darah otak
q. Hipertensi

11
6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap
insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal  tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat.

12
7. Pathway

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi
vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah
mencapai kadar glukosa darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan
diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein,
75% Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
Kandungan rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah
arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.

13
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes.
Pemeriksaan sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa
klien lansia secara fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran.
Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup
dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil.
Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan
permulaan yang sangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan
NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan
kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta membantu
menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau
untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM
pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan
efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat
dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang 
telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
e. Pendidikan
1) Diet yang harus dikomsumsi
2) Latihan
3) Penggunaan insulin
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1) Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

14
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
10. Komplikasi Diabetes Melitus
Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis
(DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang
termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic,
neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
a. Komplikasi akut
Diabetes ketoasidosis
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat
pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk
sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh
infeksi ( penyakit)
b. Komplikasi kronis:
1) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh
retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya
aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah
pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut
sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan
perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina
atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
2) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom
Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
3) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan
autonomic.
4) Displidemia

15
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
5) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal,
mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2,
hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat
mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati,
nepropati, dan penyakit makrovaskular.
6) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya
sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi.
7) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat
hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima
pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

16
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi
insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak,
apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
b. Kekurangan volume cairan
c. Gangguan integritas kulit
d. Resiko terjadi injury

17
3. Intervensi
a. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
- Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
- Kriteria Hasil :
1) Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
2) Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
- Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
R/ Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
R/ Mengidentifikasikan kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan
terapeutik.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan
keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
R/ Hiperglikemi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
menurunkan motilitas atau fungsi lambung (distensi atau ileus
paralitik).
4) Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya
melalui oral.
R/ Pemberian makanan melalui oral lebih baik diberikan pada klien
sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
5) Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
R/ Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberi informasi pada
keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.
6) Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka
rangsang, cemas, sakit kepala.
R/ Pada metabolism kaborhidrat (gula darah akan berkurang dan
sementara tetap diberikan tetap diberikan insulin, maka terjadi

18
hipoglikemia terjadi tanpa memperlihatkan perubahan tingkat
kesadaran.
7) Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
R/ Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih akurat daripada
memantau gula dalam urine.
8) Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
R/ Insulin regular memiliki awitan cepat dan dengan cepat pula
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian melalui IV
karena absorpsi dari jaringan subkutan sangat lambat.
9) Kolaborasi dengan ahli gizi.
R/ Bermanfaat dalam penghitungan dan penyesuaian diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
b. Kekurangan volume cairan
- Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
- Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital
stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas
normal.
- Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
R/ Hipovolemi dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannya hipovolemi saat tekanan darah sistolik turun
≥ 10 mmHg dari posisi berbaring ke duduk atau berdiri.
2) Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
R/ Perlu mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratoris terhadap keadaan
ketoasidosis. Napas bau aseton disebabkan pemecahan asam
asetoasetat dan harus berkurang bila ketosis terkoreksi.
3) Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
R/ Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan pola dan frekuensi
pernapasan normal. Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan,
pernapasan dangkal dan cepat serta sianosis merupakan indikasi dari

19
kelelahan pernapasan atau kehilangan kemampuan melalui kompensasi
pada asidosis.`
4) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
R/ Merupakan indicator tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang
adekuat.
5) Pantau masukan dan pengeluaran
R/ Memperkirakan kebutuhan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan terapi yang diberikan.
6) Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
R/ Mempertahankan hidrasi atau volume sirkulasi.
7) Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.
R/ Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung
sehinnga sering menimbulkan muntah dan secara potensial
menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit.
8) Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB,
nadi tidak teratur
R/ Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat berpotensi
menimbulkan kelebihan cairan dan gagal jantung kronis.
9) Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
R/ Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan
dan respon klien secara individual.
c. Gangguan integritas kulit
- Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau
menunjukkan    penyembuhan.
- Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
- Intervensi :
1) Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge,
frekuensi ganti balut.
R/ Menandakan aliran sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan infeksi
2) Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
R/ Menurunkan tekanan pada edema dan menurunkan iskemia

20
3) Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
R/ Menurunkan iritasi dermal.
4) Beri perawatan kulit seperti penggunaan  lotion
R/ Menghilangkan kekeringan pada kulit dan robekan pada kulit
5) Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
R/ Mencegah terjadinya infeksi
6) Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku tetap pendek
R/ Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh karena garukan
7) Motivasi klien untuk makan makanan TKTP
R/ Makanan TKTP dapat membantu penyembuhan jaringan kulit  yang
rusak
d. Resiko terjadi injury
- Tujuan : pasien tidak mengalami injury
- Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami
injury
- Intervensi :
1) Hindarkan lantai yang licin.
R/ Lantai licin dapat menyebabkan risiko jatuh pada pasien.
2) Gunakan bed yang rendah.
R/ Mempermudah pasien untuk naik dan turun dari tempat tidur.
3) Orientasikan klien dengan ruangan.
R/ Lansia daya ingatnya sudah menurun, sehingga diperlukan orientasi
ruangan agar lansia bisa menyesuaikan diri terhadap ruangan.
4) Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/ Lansia sudah mengalami penurunan dalam fisik, sehingga dalam
melakukan aktivitas sehari diperlukan bantuan dari orang lainsesuai
dengan yang dapat ditoleransi
5) Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
R/ Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi lansia.
4. Implementasi
Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik
sesuai dengan rencana yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada
kasus dan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan.
5. Evaluasi

21
Pada tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana
keperawatan gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. S DENGAN KASUS DIABETES MELLITUS
Tanggal pengkajian : 20 september 2020
A. DATA BIOGRAFI
Nama : Ny. S
Umur : 70 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Tidak tamat SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status Perkawinan : Janda
Nama Panti : Mawar
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Diagnosa Medis : Diabetes mellitus
B. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Meninggal

22
C. PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :-
Alamat pekerjaan :-
Berapa jarak dari rumah : -
Alat transportasi :-
Pekerjaan sebelumnya :-
Berapa jarak dari rumah : -
Alat transportasi :-
Sumber-sumber pendapatan & kecukupan terhadap kebutuhan : Kebutuhan ditanggung
oleh Panti Werda Harapan Ibu Ngaliyan Semarang
D. LINGKUNGAN HIDUP
Tipe tempat tinggal : Permanen
Jumlah kamar : 4 kamar tidur dan 2 kamar mandi
Kondisi tempat tinggal : Bersih
Jumlah orang yang tinggal di rumah : 8 orang
Derajat privasi : Baik
Tetangga dekat : Baik
Alamat/ telepon :-
E. REKREASI
Hobi / minat : Pasien mengikuti kegiatan di panti dengan baik
Keanggotaan organisasi : Kegiatan olahraga yang diadakan panti biasanya
adalah senam seminggu sekali pada hari jumat.
Liburan / perjalanan : Ny. S mengatakan saat di panti tidak pernah pergi
kemana-mana, hanya tiduran di kamar.
SISTEM PENDUKUNG
Perawat / bidan / dokter / fisioterapi : Pengurus panti
Jarak dari rumah :-
Rumah sakit :-
Klinik :- Jaraknya : -
Pelayanan kesehatan di rumah :-
Makanan yang dihantarkan :-
Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga : -

23
Lain-lain : Pada saat klien sakit maka pengurus panti akan memberikan obat sedangkan
jika ada anggota panti yang sakit dan memerlukan penanganan emergensi,
ada dokter dari pihak puskesmas untuk memeriksa dan merujuk apabila
kondisi memburuk.

F. DIKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan ritual : Jarang beribadah
Yang lainnya :-
G. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
Pada waktu itu saya menderita katarak, sehingga diharuskan operasi tetapi saat
akan dilakukan operasi ternyata gula, tekanan darah, kolesterol, dan asam urat
saya tinggi semua sehingga operasi tidak jadi dilakukan. Setiap hari penglihatan
saya berkurang sehingga lama kelamaan saya tidak bisa menglihat,
2. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu :
Ny. S berkata, “Saya punya penyakit gula dan tekanan darah saya tinggi mbak Ny.
S sudah sejak lama ± 5 tahun yang lalu. Kemarin dicek gulanya hampir 400.
Sekarang yang dirasakan badannya nggak enak semua, lemes, sendi-sendinya
kaya kaku terus buat digerakin sakit, sering pipis, sering kesemutan kakinya
mbak.”
3. Keluhan utama :
Ny. S berkata, “ini mbak saya sering pusing, leher saya terkadang kaku selain itu
juga tangan saya kram dan kaki saya terkadang kesemutan.”
Ny. S berkata, “Sakit disini mbak (tengkuk). Saya tensinya tinggi. Saya ndak bisa
tidur semalaman, pusing. Nggak tau kenapa kok sakit sekali.”
P: Klien mengatakan nyeri kepala ketika bangun
Q: Klien mengatakan nyeri kepala seperti dipukul
R: Nyeri pada kepala bagian belakang dekat tengkuk leher
S: Skala 5 dari 10, nyeri mengganggu aktivitas klien
T: Nyeri terjadi 2-3 menit, mulai muncul saat bangun dari posisi berbaring ke
posisi duduk
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Pasien mengalami pusing, tangan dan kaki kram terkadang kesemutan,
tengkuk sakit, tensi tinggi, dan paien mengalami gangguan tidur.

24
b. Riwayat Kesehatan Pasien ;
Pasien mengatakan Kemarin dicek gulanya hampir 400. Sekarang yang
dirasakan badannya nggak enak semua, lemes, sendi-sendinya kaya kaku terus
buat digerakin sakit, sering pipis, sering kesemutan.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan menderita katarak, sehingga diharuskan operasi tetapi saat
akan dilakukan operasi ternyata gula, tekanan darah, kolesterol, dan asam
uratnya tinggi semua sehingga operasi tidak jadi dilakukan. Setiap hari
penglihatan pasien berkurang sehingga lama kelamaan pasien tidak bisa
menlihat.
Pemahaman & penatalaksanaan masalah kesehatan : Pasien kurang mengetahui penyebab
masalah kesehatan yang dihadapi
Tidak mengetahui tentang diit : -
Obat-obatan : Ny. S mengkonsumsi metformin, kalk,vitamin B komplex dan
vitamin C.
Status imunisasi : belum pernah mendapat vaksinasi baik selama di panti
maupun sebelum di panti
Tetanus, difteri :-
Influenza :-
Pneumotoracks :-
Alergi :-
Obat-obatan :-
Makanan :-
Faktor lingkungan :-
Penyakit yang diderita :
Hipertensi Rheumatod Asthma Dimensia
Lain-lain sebutkan : Diabetes mellitus
H. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI
Indeks Kats : A / B/ C / D /E / F / G
Oksigenasi :-
Cairan & elektrolit :-
Nutrisi : Ny. S makan 3 kali sehari, jika lauk dari panti tidak cocok
biasanya Ny. S membeli sendiri lauk dari penjual sayur yang

25
biasanya berjualan di panti. Ny. S minum air putih dan setiap
pagi minum teh manis.
Eliminasi : BAK : 3-6 kali dalam sehari, urin warna kuning
Ny. S mengatakan tidak merasakan nyeri saat BAK. Tidak ada
inkontinensia urine
BAB : 1 hari sekali, konsistensi padat kadang cair, warna
kuning dan bau khas.
Aktivitas : Pasien bisa jalan sendiri tapi pakai tongkat
Istirahat dan tidur : Ny. S tidur malam pukul 22.00 WIB bangun pukul 05.00
WIB, jumlah tidur malam 7 jam, Ny. S tidak pernah tidur
siang.
Personal hygiene : Pasien mandiri dalam melakukan mandi, sikat gigi,
berpakaian, dan merapikan tempat tidur.
Seksual : Tidak terkaji
Rekreasi : Ny. S mengatakan saat di panti tidak pernah pergi kemana-
mana, hanya tiduran di kamar.
Psikologis :
Persepsi klien : Baik mampu mengontrol emosi
Konsep diri : Baik
Emosi : Stabil
Adaptasi : Baik
Mekanisme pertahanan diri/ mekanisme koping : Baik
I. TINJAUAN SISTEM/PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis, GCS 4-5-6
Tanda-tanda vital :
TD = 150/90 mmHg, Nadi= 90 x/menit, Suhu = 360C, RR = 20 x/menit
1. Kulit : kulit keriput
2. Kepala : Mesocephal, rambut berwarna putih, tidak ada lesi, dan tidak ada
nyeri tekan pada kepala
3. Mata : Klien tidak memakai kacamata, kedua mata klien sudah tidak bisa
melihat, tidak ikterik.
4. Hidung : Keadaan bersih, tidak ada luka atau lesi, tidak ada massa.
5. Mulut dan gigi : Bibir lembab, gigi masih lengkap, tidak ada sariawan

26
6. Leher : Tidak ada benjolan atau massa pada leher, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid.
7. Telinga : Kedua telinga simetris, telinga sedikit kotor
8. Dada :
a. Inspeksi : Dada tampak simetris kanan dan kiri, tulang dada terlihat
jelas.
b. Auskultasi : Bunyi jantung normal, tidak terdengar suara nafas tambahan
c. Perkusi : Terdengar suara redup saat diketuk
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
9. Payudara :
a. Inspeksi : Tampak kendor
b. Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada
bengkak, adanya perubahan puting susu (payudara menyusut)
10. Abdomen :
a. Inspeksi : Cekung, tidak ada lesi.
b. Auskultasi : Terdengar peristaltik usus dengan jelas 7x/menit.
c. Perkusi : Suara timpani.
d. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak teraba
pembesaran hepar, tidak teraba pembesaran ginjal.
11. Genetalia : Pasien sudah menopause, tidak ada nyeri panggul, tidak ada
luka, tidak ada perdarahan.
12. Ektremitas :
a. Atas : Kuku bersih, capilary refil kembali <3 detik, kekuatan otot 4/4
b. Bawah : Kuku bersih, capilary refil kembali <3 detik, telapak kaki
pecah-pacah, terdapat luka di punggung kaki, kekuatan otot 4/4
13. Riwayat psikososial : Pasien tampak sedih dan merasa khawatir
J. STATUS KOGNITIF/AFEKTIF/SOSIAL
1. Short Porteble Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
2. Mini-Mental State Exam (MMSE)
3. Inventaris Depresi Beck
4. APGAR keluarga
K. DATA PENUNJANG
Tidak ada

27
INDEKS KATZ
(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari)

Nama Klien : Ny. S Tanggal : 20 September 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 70 tahun
Agama : Islam TB / BB : 150 cm / 40 kg
Tahun pendidikan : Tidak tamat SD Gol darah :-
Alamat :-
Skore Kriteria
Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
A
berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu
B
dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
C
dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian dan satu fungsi tambahan.
Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
D
berpakaian, kekamar kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua aktivitas hisup sehari-hari, kecuali mandi,
E
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
F Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak diklasifikasikan
Lain-lain
sebagai sebagai C, D, E, A atau F

Kategori : A

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE

28
(SPMSQ)
(Penilaian ini untuk mengetahui fungsi intelektual lansia)

Nama Klien : Ny. S Tanggal : 20 September 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 70 tahun
Agama : Islam TB / BB : 150 cm / 40 kg
Tahun pendidikan : Tidak tamat SD Gol darah :-
Alamat :-
Skore No. Pertanyaan Jawaban
+ _
+ 1. Tanggal berapa hari ini 20
+ 2. Hari apa sekarang? Minggu
+ 3. Apa nama tempat ini? Mawar
4. Berapa nomor telepon anda? Tidak menjawab
Dimana alamat anda
(tanyakan bila tidak memiliki telepon)
+ 5. Berapa umur anda? 70
+ 6. Kapan anda lahir? Tidak menjawab
+ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
+ 8. Siapa presiden sebelumnya? SBY
+ 9. Siapa nama kecil ibu anda? Sri
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari 20-3= 17-3=
setiap angka baru, semua secara menurun 15-3= 12-3=
9-3= 6-3= 3-3=0
8 2 Jumlah kesalahan total 2

Keterangan
1. Kesalahan 0 – 2 = Fungsi intelektual utuh
2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan intelektual ringan
3. Kesalahan 5 – 7 = Kerusakan intelektual sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan intelektual berat

MINI – MENTAL STATE EXAM (MMSE)


(Menguji Aspek – aspek Kognitif dari Fungsi Mental)

Nilai SkorPasie Pertanyaan


Maksimu
n

29
m
Orientasi
5 5 (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang)?
5 4 Sekarang dimana kita : (negara) (propinsi) (kota/kabupaten)
(rumah sakit/no rumah) (jalan)?
Registrasi
3 3 Perawat menyebutkan nama 3 Objek (bola, kursi, sepatu) : 1
detik untuk mengatakan tiap benda masing-masing.
Minta klien mengulang ketiga objek tsb setelah anda telah
mengatakannya.
Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar.
Bila masih salah, ulangi penyebutan obyek tsb sampai kx dapat
mengulang dengan benar.
Sebutkan jumlah Percobaan berapa kali: 1 kali
Perhatikan dan Kalkulasi
5 3 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai 100 ke bawah
Beri 1 angka untuk tiap jawaban yang benar
Berhentilah setelah 5x hitungan (93-8679-65)
Kemungkinan lain : Eja kata DUNIA dari belakang ke depan
Mengingat
3 3 Minta untuk mengulang ketiga objek diatas. Berikan 1 poin
untuk setiap kebenaran.
Bahasa
9 7 Apakah nama benda-benda ini? Tunjukkan pencil & arloji (2
poin )
Ulangi kata-kata ini JIKA TIDAK DAN ATAU TETAPI (1
poin)
Laksanakan ketiga perintah ini : AMBIL KERTAS DENGAN
TANGAN KANANMU, LIPAT PADA BAGIAN
TENGAH, LETAKKAN DI LANTAI (POIN 3)
Baca dan laksanakan kalimat ini (poin 1)
PEJAMKAN MATA ANDA
Tuliskan sebuah kalimat (1 poin)
Tirukan gambar ini gambar polygon ( 1 poin)
Nilai total 25

Kaji tingkat kesadaran sepanjang kontinum :

30
Composmenti Apatis Sumnolen Suporus Coma
s

Keterangan :
Nilai maksimal 27-30 : normal
Nilai 22 – 26 : ciriga gg fungsi kognitif
≤ 23 : gangguan fungsi kognitif +
Nilai < 21 : indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan
lanjut.

INVENTARIS DEPRESI BECK


Untuk mengetahui tingkat depresi lansia dari beck dan Deck (1972)

Nama Klien : Ny. S Tanggal : 20 September 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 70 tahun
Agama : Islam TB / BB : 150 cm / 40 kg
Tahun pendidikan : Tidak tamat SD Gol darah :-
Alamat :-

31
Skor Uraian
e
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih / tidak bahagia dimana saya tak dapat menghadapinya
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Psimisme
3 Saya merasa bahwa msa depan adalah sis-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai pa-apa untuk memandang ke depan
1 Saya merasa tidak berkecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami / istri)
2 Bila melihat kehidupan ke belakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya.
0 Saya merasa tidak gagal
D. Ketidak puasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa mburuk / ktak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak menyukai diri sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada
mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minta saya pada orang lain danmempunyai sedikit
perasaan pada mereka.
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumhya
0 Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain.
I. Keragu-raguan

32
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya tidak emmpunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. perubahan gambaran diri
3 Saya merasa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan saya
ini dan membuat saya tak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan kerja
3 Saya tidak emlakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
1 Saya memerlukan tambahan untuk mulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah lebih dari biasanya
0 Saya tidak merasa lelah lebih dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari biasanya


Total skor: 16
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-15 Depresi sedang
16+ Depresi berat
Dari beck AT, Beck RW : Screening depresed patient in family practice (1972)

33
Singkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia

Nama Klien : Ny. S Tanggal : 20 September 2020


Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 70 tahun
Agama : Islam TB / BB : 150 cm / 40 kg
Tahun pendidikan : Tidak tamat SD Gol darah :-
Alamat :-
No Uraian Fungsi Skore
1. Saya puas saya dapat kembali pada keluarga (teman- 0
teman) saya utnuk membantu pada waktu sasuatu Adaption
menyusahkan saya
2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 1
Partnershi
membicarakan sesuatu dengan saya dan
p
emngungkapkan masalah dengan saya
3. Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya 0
menerima dan mendukung keinginan saya untuk Growth
melakukan aktiviats atau arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya 0
mengekspresikan efek atau berespons terhadap
Affection
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5. Saya puas dengan teman-teman saya dan saya 2
Resolve
menyediakan waktu bersama-sama

Penilaian :
Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab :
- Selalau : skore 2 Total 3
- Kadang-kadang : skore 1
- Hampir tidak pernah : skore 0
Dari : smilksteion G : 1982
Disfungsional/fungsional keluarga jika skor total < 3

Skala nyeri obyektif


(diadopsi dari PAINAD – Pain Assesment in Advanced Demenstia – Scala

34
ITEM 0 1 2 SKOR
Bernafas normal Kadang sulit Nafas sulit & 0
bernafas berbunyi/
Periode Periode
hiperventilasi hiperventilasi
singkat panjang/
Pernafasan Cheyne
– Stokes
Vokalisasi Tidak ada Kadang Kesulitan 0
negatif mengerang / memanggil /
pembicaraan meraung keras/
terbatas pada menangis
ketidaksetujuan
Ekspresi Senyum/ Sedih / takut / Grimas / meringis 1
fasial tiada mengernyit
ekspresi
Bahasa Rileks Tegang / distressed Badan kaku/ 0
tubuh pacing / tangan
fidgeting mengepal /
lutut ditarik /
menendang2
Consolabilit Tidak perlu Bisa ditenangkan Tidak bisa 1
y ditenan dengan suara ditenangkan
gkan atau sentuhan
Skor Total 2
Kategori nyeri : Ringan

PENGKAJIAN RESIKO JATUH


(MORSE FALL SCALE)

35
VARIABEL SKOR SKOR
KX
Riwayat jatuh Tidak ada 0
Ada 25 25
Diagnosis Tidak ada 0
sekunder
Ada 15 15
Alat bantu Tidak ada / tirah baring / berdiri dengan 0
gerak bantuan total
Kruk / tongkat / walker 15 15
Furniture 30
Infus Tidak ada 0 0
Ada 20
Gait / langkah Normal / tirah baring / kursi roda 0 10
Lemah 10
Terganggu / tidak mampu 20
Status mental Tahu keterbatasan diri 0 0
Tidak Tahu keterbatasan diri 15
Skor Total 65

Kriteria skor total ≥ 50 : resiko jatuh +

SKRINING STATUS NUTRISI


DIADOPSI DARI MINI NUTRITIONAL ASSESSMENT – NESTLE NUTRITION
INSTITUTE

BB : 40 kg
TB : 150 cm
BMI : 26

36
VARIABEL SKOR SKOR
KX
Apakah asupan makanan Sanagt berkurang 0
Agak berkurang 1 1
dalam 3 bulan terakhir
Tidak berkurang 2
ini berkurang karena
kehilangan nafsu
makan atau masalah
dalam mengunyah,
menelan atau mencerna
makanan?
Adakah penurunan BB 3 >3 kg 0
Tidak tahu 1
bulan terakhir?
1-3 kg 2
Tidak ada 3 3
Mobilitas Hanya di tempat tidur/kursi 0
Bisa bangkit dari tempat 1
tidur/kursi tapi tidak keluar
rumah
Bisa keluar rumah 2 2
Mengalami stress Ya 0 0
Tidak 2
psikologis atau
penyakit akut dalam 3
bulan terakhir
Body massa indeks < 19 0
19 - < 21 1
21 - < 23 2
≥ 23 3 3
Skor total 9

Kriteria : skor 12 – 14 : Status nutrisi normal


: skor 8 – 11 : Resiko malnutrisi
:≤7 : Malnutrisi
: ≤ 11 : Rujuk ke ahli gizi untuk pemeriksaan lanjut

ANALISA DATA
Data Masalah
No
(Sign / Symptom) (Problem)
1 2 3

37
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

NURSING CARE PLAN (NCP)

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 2 3 4 5

38
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulinatau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma
klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan proteinsehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara
absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.
B. Saran
Dari makalah yang telah kami buat, diharapkan semua mahasiswa mampu menyerap
informasi dan isi makalah ini. Baik itu sebagai referensi maupun sebagai bahan acuan
untuk mengerjakan tugas selanjutnya.

39
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,
Jakarta:EGC, 1997.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri
Asuhan Keperawatan.  Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC, 2002.

40

Anda mungkin juga menyukai