Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHUAN

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA.............

Dengan kasus “HERPES SIMPLEX

DI RUANGAN........”

RSUD SIDOARJO

Oleh :

MARSELIA SHAFIRA FHARADINA

0117052

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan HERPES SIMPLEX

Di ruangan MELATI

Nama Mahasiswa : Marselia Shafira Fharadina

Telah disetujui pada

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Pendidikan

Edy Siswantoro S,Kep,.Ns.,M.Kes.,M.Kep

NPP. 10.02.046

2
A. KONSEP MEDIS
a. DEFINISI
Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 1
dan 2, meliputi herpesorolabialis dan herpes genitalis. Penularan virus paling sering
terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret genital/oral dari individu yang
terinfeksi.
Di antara kedua tipe herpes simpleks, herpes genitalis merupakan salah satu
infeksi menular seksual yang perlu mendapat perhatian karena sifat penyakitnya yang
sukar disembuhkan dan sering rekuren, transmisi virus dari pasien asimtomatik,
pengaruhnya terhadap kehamilan/janin dalam kandungan dan pasien
imunokompromais, dampak psikologis, serta kemungkinan timbulnya resistensi virus.
Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota virus herpes yang primer
menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-
2 termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan ciri-ciri spektrum sel pejamu
bervariasi, siklus replikasi yang relatif cepat, mudahnya infeksi menyebar di biakan
sel, menimbulkan kerusakan sel yang cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi
laten khususnya pada ganglion sensorik.

b. ETIOLOGI

Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:

1 ) Virus Herpes Sim pleks Tipe I (HSV I)

Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes


simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian
kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai
baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi, selain itu dapat juga
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral
sex).

2 ) Virus Herpes Sim pleks Tipe II (HSV II)

3
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa
koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi
umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi
ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.

c. PATOFISIOLOGI
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup
di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain
kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih
banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer,
virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi
tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul
fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sens orik yang
mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang aks on untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.

d. TANDA DAN GEJALA


1.      Inokulasi kompl e k s pri m e r (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali
terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat.
Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja,
penderita sudah mengalami panas tinggi (39-40 oC ), disusul o leh pembesaran
kelenjar limfe submentalis, pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas
12.000/mm3, yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini
diikuti rasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-

4
5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-
6 minggu.

2. Herpes gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regional dan malaise. Lesi
berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus.
Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga
mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan.
Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.

3. Infeksi herpes kompleks di seminata


Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun, dimulai
dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru dan
menimbulkan viremia masif, yang berakibat gastroenteritis disfungsi ginjal dan
kelenjar adrenal, serta ensefalitis. Kematian banyak terjadi pada stadium viremia
yang berat.

4. Herpes genitalis (proge nital i s )


Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat
melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital.
Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau menggerombol, bilateral, pada dasar
kulit yang eritematus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau
ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala
konstitusi berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala dan 50%
mengalami limfadenopati inguinal.

e. KOMPLIKASI

Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat herpes kelamin atau herpes
genital, yaitu:

1. Penyakit menular seksual lain

5
Penderita herpes genital berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual lainnya,
seperti HIV. Risiko ini akan semakin meningkat jika penderita berhubungan seks
tanpa kondom.

2. Proktitis (radang rektum)

Herpes genital dapat membuat dinding bagian akhir usus besar (rektum) mengalami
peradangan. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang melakukan melakukan
hubungan seksual secara anal.

3. Meningitis

Virus HSV dapat menyebar hingga menyebabkan peradangan selaput otak dan saraf
tulang belakang (meningitis). Namun, hal ini jarang terjadi.

4. Gangguan pada saluran kemih

Luka pada herpes genital dapat menyebabkan peradangan di sepanjang kandung


kemih. Akibatnya, saluran lubang kencing (uretra) bisa tertutup.

5. Infeksi pada bayi baru lahir

Bayi yang dilahirkan dari wanita penderita herpes genital dapat tertular virus ini pada
saat persalinan. Kondisi tersebut bisa menimbulkan kerusakan otak, kebutaan, atau
kematian setelah lahir.

f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar
gejala yang dialami pasien dan mengenai perilaku seksualnya. Kemudian dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan area kelamin.

Dokter dapat menentukan seseorang menderita herpes kelamin atau herpes genital
dari luka lepuh pada area kelamin. Walaupun sering kali diagnosis herpes bisa
ditetapkan hanya dengan melihat luka yang muncul, dokter mungkin juga akan

6
melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikannya. Pemeriksaan tersebut
meliputi:

1) Pemeriksaan darah Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keberadaan antibodi


terhadap virus herpes, serta keberadaan virus herpes itu sendiri.
2) Pemeriksaan sampel cairan kelamin Pada prosedur ini, dokter akan mengambil
sampel cairan dari luka lepuh di kelamin. Sampel ini kemudian akan dibawa dan
diteliti di laboratorium untuk melihat keberadaan virus.

Pemeriksaan darah untuk mendeteksi keberadaan virus herpes juga perlu dilakukan
pada wanita hamil atau yang sedang berencana untuk hamil, agar tidak menular ke
bayi yang dikandung.

g. PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan untuk
mengendalikan gejala dan me nurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus
analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja
dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV
yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat
antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir,
dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan
untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi
kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami
kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap
hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical
dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau
profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan
melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk
mencegah infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.

7
Virus Herpes Hominis

h. WOC HERPES KOMPLES Imun menurun

Masuk ke daerah mukokutan

Virus menetap di susunan saraf


tepi kulit seumur hidup

Virus mengalami multipikasi

Virus menuju ke kelenjar limfe


regional

Invasi ke pembuluh darah

Faktor kekambuhan stress,


Bereproduksi di dalam kulit
imun menurun keletihan,
makanan, menstruasi
Infeksi primer
Infeksi rekuren

Rasa gatal dan Nyeri Infeksi sekunder


terbakar Vesikel
bergerombol

Suhu naik Malaise Virus menyerang otak

MK: Gangguan rasa nyaman


nyeri akut
MK: Hipertermia
·  Gangguan citra tubuh
8
Luka kotor dan bau

B. KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian

1.  Biodata

Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa
muda.

jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.

Pekerjaan;beresiko tinggi pada penjajak seks komersial

2.   Keluhan utama

Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanankesehatan


adalah nyeri pada lesi yang timbul.

3.   Riwayat penyakit sekarang

Pada beberapa kasus,timbul lesi/vesikel perkelompok pada penderita yang mengalami


demam ataupenyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita
yangmengalami trauma  fisik maupun psikis.

Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi hebat.

4.  Riwayat penyakit dahulu

Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpessimplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini.

5.  Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.

9
6.  Kebutuhan psikososial

Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang
dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi
perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau
identitas diri.

Reaksi yang mungkin timbul adalah:

·  Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.

·  Menarik diri dari kontak sosial.

·  Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

7. Kebiasaan sehari-hari

Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,
terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BABdan BAK pada herpes
simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan
menggunakan alat-alat pribadi secarabersama-sama atau klien yang mempunyai
kebiasaan melakukan hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan.

8.  Pemeriksaan fisik

·  Tekanan Darah

·   Nadi

·   Pernafasan

·   Suhu tubuh

·   Kulit

Kelembaban kulit, bersih, turgor, tidak terdapat pitting edema, warna kulit, tidak ada
hiperpigmentasi.

Kepala :

Bentuk kepala,kebersihan, berbau, terdapat lesi, warna rambut

10
Mata :

Reflek pupil , diameter pupil, konjungtiva, koordinasi gerak mata simetris dan mampu
mengikuti pergerakan.

Hidung :

Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung..

Telinga :

Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada,
reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.

Mulut :

Bentuk bibir, mukosa bibir, lidah, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan
gigi. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang
berisi cairan.

b. Diagnosa Keperawatan

a.     Nyeri akut b.d inflamasi jaringan.

b.   Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks body image

c. Kerusakan integritas kulit

d. Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung,
kontak droplet.

c. Hipertermia

c.  Intervensi keperawatan

a.       Nyeri akut b.d inflamasi jaringan

Hasil yang diharapkan:

1. Klien mengungkapkan nyeri hilang / berkurang.

11
2. Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol
nyeri secara benar .
3. Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.

Rencana keperawatan:

1. Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri.


R : Untuk mengetahui karakteristik nyeri
2. Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.
R : Untuk menurunkan nyeri
3. Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responsnya terhadap nyeri, akui
adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saat mengungkapkan nyerinya bertujuan
untuk lebih memahaminya.
R : Untuk mempermudah perawat mengkaji dalam proses keperawatan
4. Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakannya.
R : Supaya tidak ada kesalahan dalam tindakan.
5. Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab rasa nyeri.
R : Agar klien dan keluarga memahami penyebab utama nyeri.
6. Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi, imajinasi dan
ajarkan tehnik / metode yang dipilih.
R : Agar klien dapat menerima dengan baik segala tindakan keperawatan yang diberi.
7. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien.
R : Agar klien merasa nyaman dalam proses keperawatan.
8. Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesic.
R : Untuk meredakan nyeri pada klien.
9. Pantau TTV
R : Untuk mengetahui kondisi normal dari klien.
10. Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa nyeri.
R : Untuk mengetahui keberhasilan keperawatan dalam penurunan nyeri.

b.  Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks.

Hasil yang diharapkan:

12
1. Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya.
2. Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
3. Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru.

Rencana keperawatan:

1. Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.


R : Untuk tercapainya proses keperawatan antara klien dan perawat.
2. Dorong klien untuk menyatakan perasaannya , terutama tentang cara ia merasakan,
berpikir, atau memandang dirinya.
R : Agar klien bisa menerima dirinya sendiri dan percaya diri.
3. Jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan,atau
perawatan dirinya.
R : Agar klien bisa percaya diri atas dirinya sendiri.
4. Hindari mengkritik.
R : Agar klien tidak tersinggung dengan masalah keperawatan yang di alami.
5. Jaga privasi dan lingkungan individu.
R : Untuk menjaga kenyamanan klien.
6. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yang telah diberikan.
R : Untuk memberi kepahaman lebih banyak kepada klien bahwa semua akan baik-
baik saja jika melakukan prosedur tindakan keperawatan yang diberikan.
7. Tingkatkan interaksi sosial.
R : Agar klien bisa beradaptasi di lingkungannya.
8. Dorong klien untuk melakukan aktivitas.
R : Agar tubuh tetap sehat dengan beraktivitas.
9. Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.
R : Memberikan tindakan yang wajar tanpa adanya kesalah pahaman satu sama lain.
10. Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
R : Karena dengan menerima keadaan, segala hal baik akan terjadi dan jadi lebih
positif.
11. Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
R : Agar tetap terjalinnya interaksi sosial antara klien dan lingkungannya.
12. Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasi kan penilaian klien dan
pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka.

13
R : Agar klien mengerti bahwa mengutarakan penilaian/pendapat itu sangat
berpengaruh di lingkungannya, dan dukungan orang lain di sekitar sangat membantu
klien dalam pencapaian keperawatannya.
13. Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.
R : Agar membantu klien dalam mengatasi masalah fisiologis yang di alaminya.

c. Kerusakan integritas kulit

Hasil yang di harapkan:

1. Perfusi jaringan normal


2. Tidak ada tanda tanda infeksi
3. Ketebalan dan tekstur jaringan normal
4. Menunjukkan terjadi proses penyembuhan luka

Rencana keperawatan :

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


R : Untuk mengurangi tergeseknya kulit dengan baju klien.
2. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
R : Untuk mempercepat proses penyembuhan luka di kulit klien.
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
R : Agar selalu terpantau luka pada klien.
4. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
R : Untuk mengontrol aktivitas klien dengan memiliki luka pada kulitnya.
5. Observasi luka : Lokasi, kedalaman luka, tanda tanda infeksi lokal.
R : Untuk menghindari kesalahan keperawatan dilakukannya tindakan.
6. Ajarkan keluarga tentang luka dan perawatan luka
R : Agar keluarga klien bisa membantu klien dalam merawat lukanya.

d. Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung, kontak
droplet.

Hasil yang di harapkan :

1. Klien bebas dari tanda dan gejaa infeksi

14
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengarungi penularan, serta
penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan untuk timbulnya infeksi
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat

Rencana keperawatan :

1. Bersihkan lingkungan setelah di pakai pasien lain.


R : Supaya pasien baru yang akan menempati merasakan kenyamanan.
2. Pertahankan tekhnik isolasi.
R : Untuk mengurangi resiko penularan.
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan.
R : Agar menghindari resiko tertularnya bakteri dan virus.
4. Monitor dan tanda gejala infeksi sistemik dan lokal.
R : Agar selalu terkontrol tanda gejala dari infeksi
5. Dorong masukan nutrisi yang cukup.
R : Agar mempercepat proses penyembuhan
6. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala inveksi.
R : Agar jika terjadi inveksi pasien dan keluarga sudah paham tindakan selanjutnya.
7. Ajarkan cara menghindari infeksi.
R : Untuk mencegah tertularnya infeksi.

e. Hipertermia

Hasil yang di harapkan :

1. Suhu tubuh dalam rentang normal.


2. Nadi suhu RR dalam rentang normal.
3. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak pusing.

Rencana Keperawatan :

1. Monitor suhu sesering mungkin


R : Untuk mengetahui kenormalan suhu
2. Monitor warna dan suhu kulit
R : Untuk mengetahui adanya perubahan pada tubuh klien

15
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
R : Untuk mengontrol kenormalan tanda tanda vital
4. Monitor tingkat kesadaran
R : Supaya mengetahui kemajuan dalam tindakan keperawatan.
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
R : Agar panas pada klien dapat menurun dengan adanya obat.
6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
R : Untuk lebih membantu proses penurunan demam

d. Evaluasi Keperawatan

Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu untuk menilai tentang kriteria
hasil yang di capai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak sejauh mana tujuan dapat
sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam evaluasi ini dituliskan catatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan. Evaluasi yang diharapkan yaitu:

1.      Nyeri berkurang/hilang

2.      Mekanisme koping pasien dan keluarga baik

3.      Tidak terjadi infeksi

4.      Tidak terjadi komplikasi

16
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Masiswa : Marselia Shafira Fharadina

Nim : 0117052

Ruangan : Melati No. Reg : 003129

Pengkajian diambil : 04-02-2020 Jam : 11.20 BBWI

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. K Tgl. MRS : 04-02-2020
Umur : 25 Tahun Diagnosa Medis : Herpes
Simplex
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Alamat : jl. Mangga, Sleman Yogyakarta

2. Riwayat Keperawatan Klien


a) Keluhan Utama
Tuan K mengatakan gatal gatal di daerah mulutnya. Tuan K juga mengeluh nyeri
di wajahnya dan badan terasa panas saat malam hari.
b) Riwayat Keperawatan Sekarang
Riwayat kesehatan keluarga Tuan K. 25 tahun datang ke rmah sakit dengan
keluhan adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang di kelilingi oleh
daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir.
Sebelumnya Tuan K mengalami gatal gatal selama 2 hari.
c) Riwayat Keperawatan Yang Lalu
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini.

17
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini dan
keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM maupun
hipertensi.

3. Pola Aktivitas Sehari – hari (11 Pola Gordon)


a) Pola Presepsi Kesehatan, Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa ketempat
pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
b) Pola Nutrisi dan Mtabolisme
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 kali sehari ditambah
makanan ringan serta minum 4 gelas/hari. Namun saat sakit nafsu makan
pasien berkurang, tetapi tidak sampai mengurangi porsi makan sepert
biasanya. Di rumah sakit pasien masih dapat menghabiskan porsi makannya.
c) Pola Eliminasi
Untuk BAB dan BAK pasien tidak mengalami gangguan selama sakitnya yaitu
1x BAB dan 4x BAK.
d) Pola Aktivitas-Latihan
Pasien beraktivitas seperti biasa yaitu pergi ke kantor untuk bekerja, dan
melakukan kegiatan yang lain sesuai dengan rutinitasnya.
e) Pola Tidur-Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu 6-8
jam/hari. Ketika sakit pasien terkadang mengeluh kesulitan untuk tidur karena
merasakan nyeri dan badan terasa panas.
f) Pola Kognitif-Persepsi (Sensori)
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera
pasien masih berfungsi dalam batas normal.
g) Pola Konsep Diri
Pasien tahu kondisinya saat ini dan akan berusaha menerima segala kondisinya
saat ini. Pasien tidak merasa malu dan rendah diri dengan kondisinya saat ini.
h) Pola Hubungan Peran
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubugan sosialnya. Pasien merupakan
kepala keluarga dari istri dan seorang anaknya dan merupakan tulang
punggung bagi perekonomian keluarganya di samping istrinya.

18
i) Pola Seksualitas-Reprosuksi
Pasien berjenis kelamin laki laki, sudah menikah dengan seorang istri dan
telah memiliki seorang anak.
j) Pola Penanganan Masalah Stres
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akansembuh, tetapi harus
memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk berdo’a.
k) Pola Keyakinan, Nilai-nilai
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.

4.Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum / Keadaan Umum
Pasien masih bisa beraktivitas seperti biasanya, terdapat lepuhan yang di
kelilingi oleh daerah kemerahan berbentuk gelembung
2. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC Nadi : 112 x/ menit
TD : 130/90 mmHg Respirasi : 22x/ menit
3. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala bulat, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam lurus.
2. Mata
Isokor, reflek pupil simetris, diametris, diameter pupil kurang lebih 4 mm,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi
gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas
dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.
3. Hidung
Simetris, bersih tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.
4. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/mastoid. Cerumen
tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdering.
5. Mulut dan Faring
Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap, sekitar bibir

19
terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi
cairan,
6. Leher
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid

4. Pemeriksaan Integumen (Kulit)


Kulit bewarna sawo mateng, bersih, adanya bintik-bintik sekitar mulut.
5. Pemeriksaan Payudara dan Ketiak
Tidak ada benjolan di sekitar payudara dan ketiak, bersih.
6. Pemeriksaan Thoraks/Dada
Jantung :
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Teraba normal.
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal.
Auskultasi : Normal
Paru :
Inspeksi : Simetris, statis
Palpasi : Sterm fremitus kanan=kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-)
7. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, tidak ada massa
Perkuasi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+)
8.Pemeriksaan Kelamin dan daerah sekitarnya
Tidak di kaji

9. Ekstermitas :
Tidak ditemukan lesi maupun odem pada ekstrimitas atas maupun bawah.

5. Pemeriksaan dan Penunjang


a) Polymerase Chain Reaction (PCR)

20
b) Imunofluorescent
c) Serology
6. Penatalaksaan dan Terapi
Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan
mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit muncul, maka
gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau
lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat
mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau
salep antivirus tidak terbukti efektif.

- Tab Asiklovirr intravena 15 mg/kg setiap 8 jam (infeksi berat)


- Oral Asiklovir, famciclovir dan valacyclovir (infeksi pertama kali, genital)
- Salep Zovirak

7. Analisa Data

Data Etiologi Masalah

Ds : Virus Herpes Nyeri akut


Tn. K mengatakan nyeri
di wajahnya, Imun menurun
Do:
Masuk ke daerah
Pasien menahan nyeri
mukokutan
dengan ekspresi
menyeringai
Bereproduksi dalam kulit

Infeksi primer

Vesikel bergerombol

Gangguan rasa nyaman

21
Nyeri akut

Ds: Virus Herpes Hipertermia


Tn. K mengatakan badan
nya panas saat Imun menurun
beraktivitas dan saat
malam hari Masuk ke daerah
Do: mukokutan

TTV :
Bereproduksi dalam kulit
N : 112x/menit
Infeksi rekurer
TD : 130/90 mmHg

RR : 22x/menit Infeksi sekunder

S : 38 ºC
Suhu naik

Hipertermia

Ds: pasien terkadang Infeksi karena Virus Gangguan pola tidur


mengeluh kesulitan untuk Herpes
tidur karena merasakan
nyeri dan badan terasa MRS
panas.
Do: Hambatan lingkungan
(situasi kamar)
Pola tidur saat MRS < 8
jam
Gangguan pola tidur

B. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.
b) Hipertermia berhubungan dengan adaptasi fisiologis, proses infeksi.

22
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (situasi kamar)

C. Intervensi Kperawatan
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen Nyeri
berhubungan intervensi - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Untuk
dengan keperawatan selama durasi, frekuensi, kualitas, mengetahui
karakteristik nyeri
inflamasi 1x24 jam, maka intensitas nyeri.
jaringan. nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri -Untuk
mengetahui
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor yang
intensitas nyeri
 Tingkat nyeri mempeberat dan memperingan
-Untuk
menurun nyeri
mengurangi
 Mobilitas fisik - Monitor efek samping penyebab nyeri
membaik penggunaan analgesik
-Untuk
 Meningkatnya - Fasilitasi istirahat dan tidur mengetahui ke
- Jelaskan penyebab, periode dan efektifan nyeri
penyembuhan luka
 Status pemicu nyeri -Untuk
- Anjurkan menggunakan mengurangi nyeri
kenyamanan
meningkat analgetik secara tepat. -Untuk
- Kolaborasi pemberian analgetik, mengetahui
karakteristik nyeri
jika perlu.
-Agar obat
bekerja secara
efektif

-Untk mengurangi
nyeri

2. Hipertermia Setelah dilakukan 1. Manajemen Hipertermia


berhubungan intervensi - Identifikasi penyebab hipertermia
-Untuk
dengan keperawatan selama (mis : dehidrasi, terpapar
mengetahui
adaptasi 1x24 jam, maka lingkungan panas, penggunaan
penyebab
fisiologis, hipertermia menurun inkubator)
hipertermia
proses infeksi. dengan kriteria hasil: - Monitor suhu tubuh

23
 Termoregulasi - Monitor komplikasi hipertermia -Untuk
menurun dengan - Sediakan lingkungan yang dingin mengontrol suhu
suhu tubuh normal - Longgarkan atau lepaskan
-Untuk
36-37◦ C pakaian
mencegah
 Perfusi perifer - Basahi dan kipasi permukaan
komplikasi yang
membaik tubuh
mungkin timbul
 Status - Berikan cairan oral
kenyamanan - Ganti linen setiap hari atau lebih -Agar pasien

meningkat sering jika mengalami terasa nyaman


hiperhidrosis (keringat berlebih)
-Agar
menurunkan
suhu

-Supaya
kebutuhan
cairan terpenuhi

-Agar istirahat
tidur pasien
menjadi nyaman

3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Dukungan tidur


pola tidur intervensi - Identifikasi pola tidur dan pola
-Agar
berhubungan keperawatan selama pengganggu tidur
mengetahui
dengan 1x24 jam, maka pola - Modifikasi lingkungan tidur
karakteristik poa
hambatan tidur kembali normal - Lakukan prosedur untuk
tidur pasien
lingkungan dengan kriteria meningkatkan kenyamanan
(situasi hasil : - Ajarkan teknik relaksasi nafas -Untuk
kamar)  Keluhan sulit dalam memberikan
tidur menurun kenyamanan
 Keluhan sering
-Agar
terjaga pada
memberikan
malam hari
posisi yang
menurun
nyaman

24
-Supaya pasien
merasa rileks

D. Implementasi Keperawatan

Tgl Dx Implementasi TTD


05/02/202 Nyeri akut - Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
0 berhubungan dengan kualitas, intensitas nyeri.
inflamasi jaringan. - Mengidentifikasi skala nyeri
- Mengidentifikasi faktor yang mempeberat dan
memperingan nyeri
- Memonitor efek samping penggunaan analgesik
- Memfasilitasi istirahat dan tidur
- Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Menganjurkan menggunakan analgetik secara tepat.
-Mengkolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
05/02/202 Hipertermia - Mengidentifikasi penyebab hipertermia (mis :
0 berhubungan dengan dehidrasi, terpapar lingkungan panas, penggunaan
adaptasi fisiologis, inkubator)
proses infeksi - Memonitor suhu tubuh
- Memonitor komplikasi hipertermia
- Menyediakan lingkungan yang dingin
- Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
- Memberikan cairan oral
- Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih)
05/02/202 Gangguan pola tidur - Mengidentifikasi pola tidur dan pola pengganggu tidur
0 berhubungan dengan - Memodifikasi lingkungan tidur
hambatan - Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan
lingkungan (situasi - Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
kamar)

E. Evaluasi Keperawatan

25
Tgl Dx Evaluasi TTD
05/02/202 Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri berkurang.
0 dengan inflamasi jaringan. O: Pasien terlihat lebih rileks.
A: Masalah terasi.
P: Intervensi di hentikan.
05/02/202 Hipertermia berhubungan S: Pasien mengatakan masih sedikit panas
0 dengan adaptasi fisiologis, O: Suhu : 37,7 ºC RR : 13 N : 65x/menit TD : 120/100
proses infeksi. A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi di lanjutkan.
05/02/202 Gangguan pola tidur S: Pasien sudah mengatakan tidurnya sudah pulas.
0 berhubungan dengan O: Pasien terlihat segar saat bangun tidur.
hambatan lingkungan A: Masalah teratasi.
(situasi kamar). P: Intervensi.

C. LITERATUR

Aliya Raisa Nadya. Makalah Herpes.


https://www.academia.edu/12956704/MAKALAH_HERPES Diakses 06 Juli 2020

26
Ratih Yulia. Penyakit menular.
https://www.academia.edu/5516385/Penyakit_Menular_Seksual Diakses 06 Juli 2020

Alodokter. Komplikasi Genital (Herpes Simplex).


https://www.alodokter.com/herpes-genital/komplikasi Diakses 06 Juli 2020

Alodokter.Diagnosis Herpes Genital (Herpes Simplex).


https://www.alodokter.com/herpes-genital/diagnosis Diakses 06 Juli 2020

Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardi. Nanda North American Nursing Diagnosis
Association (2015)

Thomas, PH. 2016. Clinical Dematology, A color guide to diagnosis and therapy 6th
edition, Elsevier, 429-440

27

Anda mungkin juga menyukai