DI RUANGAN........”
RSUD SIDOARJO
Oleh :
0117052
MOJOKERTO
2020
1
LEMBAR PENGESAHAN
Di ruangan MELATI
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Pendidikan
NPP. 10.02.046
2
A. KONSEP MEDIS
a. DEFINISI
Herpes simpleks adalah infeksi yang disebabkan Herpes Simplex Virus (HSV) tipe 1
dan 2, meliputi herpesorolabialis dan herpes genitalis. Penularan virus paling sering
terjadi melalui kontak langsung dengan lesi atau sekret genital/oral dari individu yang
terinfeksi.
Di antara kedua tipe herpes simpleks, herpes genitalis merupakan salah satu
infeksi menular seksual yang perlu mendapat perhatian karena sifat penyakitnya yang
sukar disembuhkan dan sering rekuren, transmisi virus dari pasien asimtomatik,
pengaruhnya terhadap kehamilan/janin dalam kandungan dan pasien
imunokompromais, dampak psikologis, serta kemungkinan timbulnya resistensi virus.
Herpes simplex virus (HSV) tergolong anggota virus herpes yang primer
menimbulkan penyakit pada manusia. Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) dan HSV-
2 termasuk sub family alphaherpesvirinae dengan ciri-ciri spektrum sel pejamu
bervariasi, siklus replikasi yang relatif cepat, mudahnya infeksi menyebar di biakan
sel, menimbulkan kerusakan sel yang cepat, dan kemampuan menimbulkan infeksi
laten khususnya pada ganglion sensorik.
b. ETIOLOGI
3
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa
koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi
umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi
ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
c. PATOFISIOLOGI
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup
di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain
kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih
banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer,
virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi
tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul
fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sens orik yang
mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang aks on untuk
bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa
menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
4
5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh spontan setelah 2-
6 minggu.
2. Herpes gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regional dan malaise. Lesi
berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus.
Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga
mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan.
Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.
e. KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat herpes kelamin atau herpes
genital, yaitu:
5
Penderita herpes genital berisiko tinggi tertular penyakit menular seksual lainnya,
seperti HIV. Risiko ini akan semakin meningkat jika penderita berhubungan seks
tanpa kondom.
Herpes genital dapat membuat dinding bagian akhir usus besar (rektum) mengalami
peradangan. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang melakukan melakukan
hubungan seksual secara anal.
3. Meningitis
Virus HSV dapat menyebar hingga menyebabkan peradangan selaput otak dan saraf
tulang belakang (meningitis). Namun, hal ini jarang terjadi.
Bayi yang dilahirkan dari wanita penderita herpes genital dapat tertular virus ini pada
saat persalinan. Kondisi tersebut bisa menimbulkan kerusakan otak, kebutaan, atau
kematian setelah lahir.
f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada tahap awal pemeriksaan, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar
gejala yang dialami pasien dan mengenai perilaku seksualnya. Kemudian dokter akan
melakukan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan area kelamin.
Dokter dapat menentukan seseorang menderita herpes kelamin atau herpes genital
dari luka lepuh pada area kelamin. Walaupun sering kali diagnosis herpes bisa
ditetapkan hanya dengan melihat luka yang muncul, dokter mungkin juga akan
6
melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikannya. Pemeriksaan tersebut
meliputi:
Pemeriksaan darah untuk mendeteksi keberadaan virus herpes juga perlu dilakukan
pada wanita hamil atau yang sedang berencana untuk hamil, agar tidak menular ke
bayi yang dikandung.
7
Virus Herpes Hominis
B. KONSEP KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Biodata
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa
muda.
2. Keluhan utama
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada aera kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi hebat.
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpessimplek atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini.
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
9
6. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian mukaatau yang
dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi
perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,penampilan peran, atau
identitas diri.
7. Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,
terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan BABdan BAK pada herpes
simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita olehklien yang mempunyai kebiasaan
menggunakan alat-alat pribadi secarabersama-sama atau klien yang mempunyai
kebiasaan melakukan hubunganseksual dengan berganti ganti pasangan.
8. Pemeriksaan fisik
· Tekanan Darah
· Nadi
· Pernafasan
· Kulit
Kelembaban kulit, bersih, turgor, tidak terdapat pitting edema, warna kulit, tidak ada
hiperpigmentasi.
Kepala :
10
Mata :
Reflek pupil , diameter pupil, konjungtiva, koordinasi gerak mata simetris dan mampu
mengikuti pergerakan.
Hidung :
Telinga :
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada,
reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.
Mulut :
Bentuk bibir, mukosa bibir, lidah, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan
gigi. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang
berisi cairan.
b. Diagnosa Keperawatan
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks body image
d. Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung,
kontak droplet.
c. Hipertermia
c. Intervensi keperawatan
11
2. Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol
nyeri secara benar .
3. Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
Rencana keperawatan:
b. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes
simpleks.
12
1. Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya.
2. Menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
3. Melakukan pola-pola penanggulangan yang baru.
Rencana keperawatan:
13
R : Agar klien mengerti bahwa mengutarakan penilaian/pendapat itu sangat
berpengaruh di lingkungannya, dan dukungan orang lain di sekitar sangat membantu
klien dalam pencapaian keperawatannya.
13. Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.
R : Agar membantu klien dalam mengatasi masalah fisiologis yang di alaminya.
Rencana keperawatan :
d. Resiko infeksi b.d pemajanan melalui kontak (kontak langsung, tidak langsung, kontak
droplet.
14
2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengarungi penularan, serta
penatalaksanaannya
3. Menunjukkan kemampuan untuk timbulnya infeksi
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
Rencana keperawatan :
e. Hipertermia
Rencana Keperawatan :
15
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
R : Untuk mengontrol kenormalan tanda tanda vital
4. Monitor tingkat kesadaran
R : Supaya mengetahui kemajuan dalam tindakan keperawatan.
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam
R : Agar panas pada klien dapat menurun dengan adanya obat.
6. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
R : Untuk lebih membantu proses penurunan demam
d. Evaluasi Keperawatan
Merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu untuk menilai tentang kriteria
hasil yang di capai apakah sesuai dengan tujuan atau tidak sejauh mana tujuan dapat
sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam evaluasi ini dituliskan catatan dengan kriteria
waktu yang telah ditentukan. Evaluasi yang diharapkan yaitu:
16
ASUHAN KEPERAWATAN
Nim : 0117052
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Nama Pasien : Tn. K Tgl. MRS : 04-02-2020
Umur : 25 Tahun Diagnosa Medis : Herpes
Simplex
Jenis Kelamin : Laki - laki
Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : PNS
Alamat : jl. Mangga, Sleman Yogyakarta
17
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini dan
keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM maupun
hipertensi.
18
i) Pola Seksualitas-Reprosuksi
Pasien berjenis kelamin laki laki, sudah menikah dengan seorang istri dan
telah memiliki seorang anak.
j) Pola Penanganan Masalah Stres
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akansembuh, tetapi harus
memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk berdo’a.
k) Pola Keyakinan, Nilai-nilai
Pasien masih menjalankan ibadah rutin.
4.Pemeriksaan Fisik
1. Kesan Umum / Keadaan Umum
Pasien masih bisa beraktivitas seperti biasanya, terdapat lepuhan yang di
kelilingi oleh daerah kemerahan berbentuk gelembung
2. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh : 38 ºC Nadi : 112 x/ menit
TD : 130/90 mmHg Respirasi : 22x/ menit
3. Pemeriksaan kepala dan leher
1. Kepala dan Rambut
Bentuk kepala bulat, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam lurus.
2. Mata
Isokor, reflek pupil simetris, diametris, diameter pupil kurang lebih 4 mm,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi
gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas
dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.
3. Hidung
Simetris, bersih tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.
4. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/mastoid. Cerumen
tidak ada, reflek suara baik dan telinga sedikit berdering.
5. Mulut dan Faring
Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap, sekitar bibir
19
terdapat bintik bintik kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi
cairan,
6. Leher
Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid
9. Ekstermitas :
Tidak ditemukan lesi maupun odem pada ekstrimitas atas maupun bawah.
20
b) Imunofluorescent
c) Serology
6. Penatalaksaan dan Terapi
Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk mengurangi dan
mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit muncul, maka
gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali atau
lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat
mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau
salep antivirus tidak terbukti efektif.
7. Analisa Data
Infeksi primer
Vesikel bergerombol
21
Nyeri akut
TTV :
Bereproduksi dalam kulit
N : 112x/menit
Infeksi rekurer
TD : 130/90 mmHg
S : 38 ºC
Suhu naik
Hipertermia
B. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan.
b) Hipertermia berhubungan dengan adaptasi fisiologis, proses infeksi.
22
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (situasi kamar)
C. Intervensi Kperawatan
Diagnosa
No. Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen Nyeri
berhubungan intervensi - Identifikasi lokasi, karakteristik, - Untuk
dengan keperawatan selama durasi, frekuensi, kualitas, mengetahui
karakteristik nyeri
inflamasi 1x24 jam, maka intensitas nyeri.
jaringan. nyeri menurun - Identifikasi skala nyeri -Untuk
mengetahui
dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor yang
intensitas nyeri
Tingkat nyeri mempeberat dan memperingan
-Untuk
menurun nyeri
mengurangi
Mobilitas fisik - Monitor efek samping penyebab nyeri
membaik penggunaan analgesik
-Untuk
Meningkatnya - Fasilitasi istirahat dan tidur mengetahui ke
- Jelaskan penyebab, periode dan efektifan nyeri
penyembuhan luka
Status pemicu nyeri -Untuk
- Anjurkan menggunakan mengurangi nyeri
kenyamanan
meningkat analgetik secara tepat. -Untuk
- Kolaborasi pemberian analgetik, mengetahui
karakteristik nyeri
jika perlu.
-Agar obat
bekerja secara
efektif
-Untk mengurangi
nyeri
23
Termoregulasi - Monitor komplikasi hipertermia -Untuk
menurun dengan - Sediakan lingkungan yang dingin mengontrol suhu
suhu tubuh normal - Longgarkan atau lepaskan
-Untuk
36-37◦ C pakaian
mencegah
Perfusi perifer - Basahi dan kipasi permukaan
komplikasi yang
membaik tubuh
mungkin timbul
Status - Berikan cairan oral
kenyamanan - Ganti linen setiap hari atau lebih -Agar pasien
-Supaya
kebutuhan
cairan terpenuhi
-Agar istirahat
tidur pasien
menjadi nyaman
24
-Supaya pasien
merasa rileks
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi Keperawatan
25
Tgl Dx Evaluasi TTD
05/02/202 Nyeri akut berhubungan S: Pasien mengatakan nyeri berkurang.
0 dengan inflamasi jaringan. O: Pasien terlihat lebih rileks.
A: Masalah terasi.
P: Intervensi di hentikan.
05/02/202 Hipertermia berhubungan S: Pasien mengatakan masih sedikit panas
0 dengan adaptasi fisiologis, O: Suhu : 37,7 ºC RR : 13 N : 65x/menit TD : 120/100
proses infeksi. A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi di lanjutkan.
05/02/202 Gangguan pola tidur S: Pasien sudah mengatakan tidurnya sudah pulas.
0 berhubungan dengan O: Pasien terlihat segar saat bangun tidur.
hambatan lingkungan A: Masalah teratasi.
(situasi kamar). P: Intervensi.
C. LITERATUR
26
Ratih Yulia. Penyakit menular.
https://www.academia.edu/5516385/Penyakit_Menular_Seksual Diakses 06 Juli 2020
Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardi. Nanda North American Nursing Diagnosis
Association (2015)
Thomas, PH. 2016. Clinical Dematology, A color guide to diagnosis and therapy 6th
edition, Elsevier, 429-440
27