PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFENISI HERPES SECARA UMUM
Herpes adalah sejenis penyakit radang pada permukaan kulit, dengan tandatanda terjadi gelembung-gelembung kemerahan berair yang timbul berkelompok pada
permukaan kulit
Herpes merupakan golongan virus dengan ukuran sedang, terdiri dari DNA
dan mengalami replikasi didalam nukleus sel. Mereka cendrung menimbukan infeksi
laten yang mengintermiten seperti misanya herpes simpleks. Marwali. ( Prof. Dr.
Marwali Harahap )
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembunggelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
Herpes merupakaninfeksikulitkelamin yang disebabkanoleh virus yang
ditularkanmelaluihubunganseks.Terkadangditemukanjugapadamulutpenderitakarena
yang bersangkutanmelakukan oral seksdenganpenderita herpes.
Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita
karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes. ( Melanie
KS ).
Herpes adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. (Adhi
DJuanda, Ilmu penyakit kulit dan kelamin,2000:355)
2. KLASIFIKASI
a) Herpes Simpleks
Pengertian
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau virus herpes
hominis tipe I atau II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens. ( Ronny P. Handoko )
Herpes simpleks adalah yang disebabkan oleh herpes virus hominis, dengan
diameter 100 nm. ( Howard dan Cushing ).
Timbul erupsi kulit
Kadang terjadi limfadenopati regional
Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,
juga menghilang
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke
7
Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan
Etiologi
1. VHS tipe I dan II merupakan virus herpes
DNA yang
menjadi penyebab utama herpes simpleks.
2. Berdasarkan perbedaan struktur antigeniknya yaitu tipe I yang biasanya
menyebabkan infeksi pada daerah labial dan nongenital serta tipe II yang
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.
Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II
Predileksi
HSV tipe I
Kulit dan mukosa di luar
HSV tipe II
Kulit dan mukosa daerah
genetalia dan perianal
ayam
Serologi
Sifat lain
tipe I
Tidak bersifat onkogeni
tipe II
Bersifat onkogeni
Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
simpleks tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui
hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu
proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat
kelamin luar.
Manifestasi Klinis
1. Inokulasi kompleks primer ( primary inoculation complex )
primer dari virus herpes simplex
yang
adalah
infeksi
kontak
dengan
virus ini. Pada usia 1 -5 tahun, dengan waktu inkubasi adalah 3- 10 hari.
Sembuh spontan dalam waktu 2-6 minggu. Gejalanya adalah panas tinggi, gatalgatal dan pembengkakan bibir.
2. Herpes gingivostomatitis
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
denopati regional dan malaise.
3. Infeksi herpes simpleks diseminata
terjadi pada anak-anak usia 6 bulan 3 tahun,
terjadi viremia masif dan berakibat adanya
disfungsi dari ginjal dan kelenjar adrenal.
4. herpes vulvovaginitis akut
terjadi pada wanita dengan tempat adalah
disuria, lekore, sakit pada daerah genital,
glandula inguinalis.
5. herpes simpleks rekuren
ensefalitis,
dan
adenofatia
biasanya mengenai daerah wajah, dan tumbuh pada daerah infeksi terdahulu.
Biasanya terjadi pada usia muda.
6. herpes progenitalis atau herpes genitalis
merupakan erupsi akut yang terdiri atas vesikel yang bergerombol diatas kulit
atau selaput lendir yang eritematus. Bersifat
menahun.
Sumber 2
a. Herpes oro-labial.
Suhu dingin.
Panas sinar matahari.
Penyakit infeksi (febris).
Kelelahan.
Menstruasi.
b. Herpes Genetalis
Faktor pencetus pada herpes oro-labial.
Hubungan seksual.
Makanan yang merangsang.
Alcohol.
c. Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:
Penyakit DM berat.
Kanker.
HIV.
Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).
Radiasi.
Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup di luar
lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung
kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk
menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif
primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak,
menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi selsel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke
kelenjar limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi
tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase
laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah
yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion
radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada
manusia.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat
dilakukan secara virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada
permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi
(Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang
membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.
2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen
dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi,
pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan kultur
viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang hanya 75
%). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan
secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa
digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat
dibandingkan kultur virus.
b. Kultur Virus
Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang paling
baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain. HSV
dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat,
khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi sitoplasmik,
degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit untuk
berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan karena
waktu pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.
c.
Serologi
Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) ada
2 macam, yaitu:
a. Terapi Spesifik;
a) Infeksi primer
Topikal : Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir
krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1 jam
setelah munculnya gejala, meskipun juga pemberian yang terlambat juga
dilaporkan masih efektif dalam mengurangi gejala serta membatasi
b) Infeksi Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan dari herpes
genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap individu, bervariasi dari 2
kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun. Terdapat 2 macam terapi dalam mengobati
infeksi rekuren, yaitu
1. Terapi Episodik:
Acycovir, 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg p.o 3
x/hr,3 hr
Valacyclovir, 500 mg p.o 2 x/hr 3 hr, atau 1 gr p.o 1x/hr, 5 hr
Famciclovir, 125 mg p.o 2 x/hr,5 hr, atau 1 gr p.o 2 x/hr,1 hr
2.
Terapi Supresif:
Acyclovir 400 mg p.o 2 x/hr selama 6 th, atau
Famciclovir 250 mg p.o 2 x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hr selama 1 th
b. Terapi Non-Spesifik;
Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul
berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga
pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptic juga dibutuhkan untuk lesi
yang basah berupa jodium povidon secara topical untuk mengeringkan lesi,
mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan. Selain itu
pemberian antibiotic atau kotrimoksasol dapat pula diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder
Tujuan dari terapi tersebut masing-masing adalah untuk mempercepat
proses penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka
penularan.(
http://www.kulitkita.com/2009/03/penatalaksanaan-herpes-
simplex.html).
komplikasi
Virus herpes simplek mengakibatkatkan beragam penyakit mulai dari
gingivostomatitis
(peradangan
pada
gusi
dan
mukosa
mulut)
sampai
vesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf
spinal maupun ganglion selaput saraf sensoris dari nervus kranialis.
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar
akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali.
Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster .
virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan
diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion yang
lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.
Disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga
menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung
kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah
persyarafan tertentu. Gelembung gelembung ini terasa nyeri dan dapat
pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan
penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna Penyakit Herpes yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk
luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya
menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa
virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus
tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Penyakit
Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang
terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat
melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan
zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri dan terasa panas.
Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
Trauma / luka
Gatal-gatal
Kelelahan
Demam
Alkohol
Gangguan pencernaan
Obat obatan
Sinar ultraviolet
Stress
Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar
akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali.
Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada Herpes zoster. Tes diagnostik ini untuk
a. Pengobatan
1. Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin
menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat
diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
mg/hari)
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan
bagian terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat
yang
tidak
teratasi.(http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/herpes-
zoster-atau-dampa.html
B. ASKEP
1. PENGKAJIAN
Anamnesa
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Tempat/tanggal lahir
Nama penanggung jawab
Pendidikan
:
:
:
:
:
:
:
Agama
Suku
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
:
:
: Biasanya klien mengeluhkan panas
nyeri
dan
panas,
trauma / luka pada bagian luka atau bentolan, cepat lelah, benjolan
dirasakan setelah mengkonsumsi obat-obatan, haid tidak lancar dan stress
dan malu karena adanya banyak bula dibagian tubuh.
Riwayat kesehatan keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
ASPEK YANG DINILAI
GAMBARAN
Tanda vital
Kepala
Wajah
Mata
Mulut
penutup
Kulit wajah kering
Terdapat bula dibawah mata
Mata merah dan kotor
Wajah meringis
memerah
Terdapat bercak pada
mukosa
Biasanya sianosis
Biasanya pucat
Bibir bengkak
Basanya kalau mengenai
organ ini maka akan tampak
ada benjolan berisi air ( bula
)
Bewarna merah
Genitalia
Biasanya terdapat cairan
bening berbau ( keputihan )
2. ANALISA DATA
DATA
ETIOLOGI
DIAGNOSA
DS : biasanya klien
Kerusakan integritas
mengeluhkan
adanya luka
Pertahanan tubuh.
cairan
Inflamasi jaringan
O
1
dibagian kulit
tertentu
pembengkakan
bibir
adanya benjolan
Do :
rambut kering dan
kulit kepala kotor
terdapat bula
diwajah, bibir,
mata, leher,
ketiak, dan
pangkal paha.
2
Ds : biasanya klien
mengeluhkan :
inflamasi jaringan
Ds : biasanya klien
Perubahan penampilan
mengeluh :
stress
malu karena
adanya bula
dibagian tubuh
Do :
banyak bula
dibagian tubuh
yang tampak
( wajah, mata,
mulut )
klien menutupi
bagian herpes
dengan kerudung
3. DIAGNIOSA
1. Kerusakan integritas kulit b.d bula berisi cairan
2. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan
4. PEERIKSAAN PENUNJANG
Terapi Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan dari herpes
genitalis, dimana tingkat
2
*
*
*
*
*
*
*
dalam mengobati
infeksi rekuren, yaitu
Terapi Episodik:
Acycovir, 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg p.o 3 x/hr,3
hr
Valacyclovir, 500 mg p.o 2 x/hr 3 hr, atau 1 gr p.o 1x/hr, 5 hr
Famciclovir, 125 mg p.o 2 x/hr,5 hr, atau 1 gr p.o 2 x/hr,1 hr
Terapi Supresif:
Acyclovir 400 mg p.o 2 x/hr selama 6 th, atau
Famciclovir 250 mg p.o 2 x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hr selama 1 th
5. INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan
integritas kulit
Rencana Keperawatan
NOC
KH :
NIC
baik bisa
cairan
dipertahankan
longgar
Hindari kerutan pada tempat
hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
Perfusi jaringan baik
Mampu melindungi
tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap
kulit dan
ACV, acycloguanosine
Monitor aktivas dan mobilisasi
pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
(sensasi, temperatur,
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami
NOC
Pain level
Pain Management
jaringan
Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol
nyeri (tahu
mengontrol nyeri,
ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
menggunakan
respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
mampu
teknik farmakologi
manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,
lampau
Bantau pasien dan keluarga untuk
intensitas, frekuensi
nyeri berkurang
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penenangan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menetukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
manajemen nyeri.
Analgesic Administration
Tentukan lokasi , karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek intruksi dokter tentang jenis
teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu
Gangguan citra
tubuh b.d
perubahan
penampilan
KH :
tubuhnya.
Monitor frekuensi mengkritik
dirinya.
Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan
prognosis penyakit.
Dorong klien mengunkapkan
perasaanya
Identifikasi arti pengurangan