Anda di halaman 1dari 18

BAB 11

PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFENISI HERPES SECARA UMUM
Herpes adalah sejenis penyakit radang pada permukaan kulit, dengan tandatanda terjadi gelembung-gelembung kemerahan berair yang timbul berkelompok pada
permukaan kulit
Herpes merupakan golongan virus dengan ukuran sedang, terdiri dari DNA
dan mengalami replikasi didalam nukleus sel. Mereka cendrung menimbukan infeksi
laten yang mengintermiten seperti misanya herpes simpleks. Marwali. ( Prof. Dr.
Marwali Harahap )

Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembunggelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
Herpes merupakaninfeksikulitkelamin yang disebabkanoleh virus yang
ditularkanmelaluihubunganseks.Terkadangditemukanjugapadamulutpenderitakarena
yang bersangkutanmelakukan oral seksdenganpenderita herpes.
Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita
karena yang bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes. ( Melanie
KS ).
Herpes adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes (virus
herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat
mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. (Adhi
DJuanda, Ilmu penyakit kulit dan kelamin,2000:355)

2. KLASIFIKASI
a) Herpes Simpleks
Pengertian
Infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks atau virus herpes
hominis tipe I atau II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit
yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens. ( Ronny P. Handoko )
Herpes simpleks adalah yang disebabkan oleh herpes virus hominis, dengan
diameter 100 nm. ( Howard dan Cushing ).
Timbul erupsi kulit
Kadang terjadi limfadenopati regional
Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh,

yang tersering di daerah ganglion torakalis.


Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papulpapul dan
dalam waktu 1224 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 710 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 23 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental

juga menghilang
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadangkadang sampai hari ke

7
Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan

parut (pitted scar)


Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive
terhadap nyeri yang dialami.

Etiologi
1. VHS tipe I dan II merupakan virus herpes

homunis yang merupakan virus

DNA yang
menjadi penyebab utama herpes simpleks.
2. Berdasarkan perbedaan struktur antigeniknya yaitu tipe I yang biasanya
menyebabkan infeksi pada daerah labial dan nongenital serta tipe II yang
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual.
Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II

Predileksi

HSV tipe I
Kulit dan mukosa di luar

HSV tipe II
Kulit dan mukosa daerah
genetalia dan perianal

Kultur pada chorioallatoic

Membentuk bercak kecil

membran (CAM) dari telur

Membentuk pock besar


dan tebal

ayam
Serologi

Antibodi terhadap HSV

Antibodi terhadap HSV

Sifat lain

tipe I
Tidak bersifat onkogeni

tipe II
Bersifat onkogeni

Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Herpes Virus Hominis (HVH).


Herpes Simplex Virus (HSV)
Varicella Zoster Virus (VZV)
Epstein Bar Virus (EBV)
Citamoga lavirus (CMV)
Namun yang paling sering herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes

simpleks tipe I dan tipe II. Cara penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui
hubungan kelamin seperti : melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu
proses persalinan/partus pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat
kelamin luar.
Manifestasi Klinis
1. Inokulasi kompleks primer ( primary inoculation complex )
primer dari virus herpes simplex
yang

adalah

infeksi

menghasilkan reaksi lokal dan sistemik

hebat, pada penderita muda yang pertama kali

kontak

dengan

virus ini. Pada usia 1 -5 tahun, dengan waktu inkubasi adalah 3- 10 hari.
Sembuh spontan dalam waktu 2-6 minggu. Gejalanya adalah panas tinggi, gatalgatal dan pembengkakan bibir.
2. Herpes gingivostomatitis
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda
denopati regional dan malaise.
3. Infeksi herpes simpleks diseminata
terjadi pada anak-anak usia 6 bulan 3 tahun,
terjadi viremia masif dan berakibat adanya
disfungsi dari ginjal dan kelenjar adrenal.
4. herpes vulvovaginitis akut
terjadi pada wanita dengan tempat adalah
disuria, lekore, sakit pada daerah genital,
glandula inguinalis.
5. herpes simpleks rekuren

dengan tanda panas tinggi, limfa

dapat mengenai paru-paru dan


gastroenteritis,

ensefalitis,

serviks. Dengan gejala panas,


keputihan

dan

adenofatia

biasanya mengenai daerah wajah, dan tumbuh pada daerah infeksi terdahulu.
Biasanya terjadi pada usia muda.
6. herpes progenitalis atau herpes genitalis
merupakan erupsi akut yang terdiri atas vesikel yang bergerombol diatas kulit
atau selaput lendir yang eritematus. Bersifat

menahun.

Sumber 2
a. Herpes oro-labial.
Suhu dingin.
Panas sinar matahari.
Penyakit infeksi (febris).
Kelelahan.
Menstruasi.
b. Herpes Genetalis
Faktor pencetus pada herpes oro-labial.
Hubungan seksual.
Makanan yang merangsang.
Alcohol.
c. Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:
Penyakit DM berat.
Kanker.
HIV.
Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).
Radiasi.
Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup di luar
lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain kontak langsung
kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki kemampuan untuk
menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif
primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak,
menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi selsel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke
kelenjar limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi
tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase
laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi daerah
yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion

radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada
manusia.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat
dilakukan secara virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada
permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi
(Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang
membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.
2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen
dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi,
pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan kultur
viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang hanya 75
%). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan
secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal. Tes ini biasa
digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena hasilnya yang lebih cepat
dibandingkan kultur virus.
b. Kultur Virus
Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang paling
baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain. HSV
dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat,
khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel rekuren.
Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan terjadinya granulasi sitoplasmik,
degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak. Sejak virus sulit untuk
berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan karena
waktu pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.
c.

Serologi

Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai


gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai konfirmasi
pada orang-orang yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital, menentukan
apakah pasangan seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi
dan orang yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan
jenis infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan serologi ini diambil
dari darah atau serum.

Penatalaksanaan
Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) ada
2 macam, yaitu:
a. Terapi Spesifik;
a) Infeksi primer
Topikal : Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir
krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1 jam
setelah munculnya gejala, meskipun juga pemberian yang terlambat juga
dilaporkan masih efektif dalam mengurangi gejala serta membatasi

perluasan daerah lesi. (Rekomendasi FDA & IHMF)


Sistemik : Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang
diberikan begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau
Acyclovir tablet 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau Famciclovir
1500 mg dosis tunggal yang diminum 1 jam setelah munculnya gejala
prodromal.

b) Infeksi Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan dari herpes
genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap individu, bervariasi dari 2
kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun. Terdapat 2 macam terapi dalam mengobati
infeksi rekuren, yaitu
1. Terapi Episodik:
Acycovir, 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg p.o 3

x/hr,3 hr
Valacyclovir, 500 mg p.o 2 x/hr 3 hr, atau 1 gr p.o 1x/hr, 5 hr
Famciclovir, 125 mg p.o 2 x/hr,5 hr, atau 1 gr p.o 2 x/hr,1 hr

2.

Terapi Supresif:
Acyclovir 400 mg p.o 2 x/hr selama 6 th, atau
Famciclovir 250 mg p.o 2 x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hr selama 1 th

b. Terapi Non-Spesifik;
Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul
berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga
pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan
individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptic juga dibutuhkan untuk lesi
yang basah berupa jodium povidon secara topical untuk mengeringkan lesi,
mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan. Selain itu
pemberian antibiotic atau kotrimoksasol dapat pula diberikan untuk mencegah
infeksi sekunder
Tujuan dari terapi tersebut masing-masing adalah untuk mempercepat
proses penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka
penularan.(

http://www.kulitkita.com/2009/03/penatalaksanaan-herpes-

simplex.html).
komplikasi
Virus herpes simplek mengakibatkatkan beragam penyakit mulai dari
gingivostomatitis

(peradangan

pada

gusi

dan

mukosa

mulut)

sampai

keratokonjuctivitis (peradangan pada kornea dan konjungtiva), penyakit genital, dan


infeksi pada bayi baru lahir, abortus, eritema nodusa. Herpes simplek menjadi
penginfeksi yang laten pada sel saraf, dan umumnya terjadi rekurensi (kekambuhan).
Menurut keperawatan medical bedah komplikasi jarang terjadi, komplikasinya
terjadi karena penyebaran ekstragenital, seperti pada bokong, paha atas atau bahkan
pada ata karena menyentuh lesi. Masalah potensial lainnya adalah meningitis aseptic
dan stress emosionnal yang berat yang berhubungan dengan diagnosis.
b) Herpes zoster
Pengertian
Penyakit setempat yang terjadi terutama pada orangtua yang khas
ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi

vesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf
spinal maupun ganglion selaput saraf sensoris dari nervus kranialis.
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar
akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali.
Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster .
virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan
diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit proteinvirion yang
lengkap dengan diameternya 150200 nm, dan hanya virion yang
terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 1421 hari.
Disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga
menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung
kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah
persyarafan tertentu. Gelembung gelembung ini terasa nyeri dan dapat
pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan
penyakit kelamin, dan dapat sembuh sempurna Penyakit Herpes yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk
luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya
menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi, bahwa
virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus
tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks. Penyakit
Herpes genitalis berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang
terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif disaat
melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar. Orang dengan

herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu berhubungan seks


agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes simpleks
bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif. Pada
waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.
Manifestasi Klinis
Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes

zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri dan terasa panas.
Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan

manifestasi pertama dari immunocompromised.


Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum
tulang.

Trauma / luka

Gatal-gatal

Kelelahan

Demam

Alkohol

Gangguan pencernaan

Obat obatan

Sinar ultraviolet

Haid tidak lancar

Stress

Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA
hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi

chickenpox pada masa anak anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar
akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali.
Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada Herpes zoster. Tes diagnostik ini untuk

membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :


Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan

herpes zoster dan herpes simplex.


Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan

diagnosis herpes virus


Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
Pemeriksaan histopatologik
Pemerikasaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Penatalaksanaan

a. Pengobatan
1. Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin

untuk mencegah vesikel pecah


Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan
antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20

menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik

(basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.


2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus
dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat
menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral,
topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua
pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap

postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara A, Vira A) dapat
diberikan lewat infus intravena atau salep mata.

Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan


efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan

penyembuhan dan menekan respon immune.


Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.

3. Penderita dengan keluhan mata


Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan
dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi
opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik,
anti virus dapat diberikan

4. Neuralgia Pasca Herpes zoster


Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut,
maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 75

mg/hari)
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan
bagian terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat
yang

tidak

teratasi.(http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/04/herpes-

zoster-atau-dampa.html

B. ASKEP
1. PENGKAJIAN
Anamnesa
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Tempat/tanggal lahir
Nama penanggung jawab
Pendidikan

:
:
:
:
:
:
:

Agama
Suku
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang

:
:
: Biasanya klien mengeluhkan panas

tinggi, gatal-gatal, pembengkakan bibir, keputihan,

nyeri

dan

panas,

trauma / luka pada bagian luka atau bentolan, cepat lelah, benjolan
dirasakan setelah mengkonsumsi obat-obatan, haid tidak lancar dan stress
dan malu karena adanya banyak bula dibagian tubuh.
Riwayat kesehatan keluarga

: Apakah ada anggota keluarga yang

menderita penyakit herpes, dan penyakit keturunan, penyakit kelainan


darah dan penyakit seperti yg di alami klien. Tetapi karena herpes bukan
penyakt keturunan RKK ini tidak terlalu bepengaruh besar.
Riwayat kesehatan dahulu: Apakah klien mempunyai penyakit yang sama
pada masa lalu.
Pemeriksaan fisik

PEMERIKSAAN FISIK
ASPEK YANG DINILAI

GAMBARAN

Tanda vital

Biasanya TTV pada klien herpes


tergantung dari keparahan dan
tingkat strees yang mereka alami.

Kepala

Biasanya rambut kering,

Wajah

kulit kepala kotor


Biasanya terdapat bula
diwajah
Klien memakai kerudung

Mata

Mulut

penutup
Kulit wajah kering
Terdapat bula dibawah mata
Mata merah dan kotor
Wajah meringis
memerah
Terdapat bercak pada
mukosa

Leher, ketiak, dan pangkal paha

Biasanya sianosis
Biasanya pucat
Bibir bengkak
Basanya kalau mengenai
organ ini maka akan tampak
ada benjolan berisi air ( bula

)
Bewarna merah
Genitalia
Biasanya terdapat cairan
bening berbau ( keputihan )

2. ANALISA DATA

DATA

ETIOLOGI

DIAGNOSA

DS : biasanya klien

Masuknya virus dan

Kerusakan integritas

mengeluhkan
adanya luka

bakteri kedalam sistem

kulit b.d bula berisi

Pertahanan tubuh.

cairan

Inflamasi jaringan

Nyeri akut b.d

O
1

dibagian kulit
tertentu
pembengkakan
bibir
adanya benjolan
Do :
rambut kering dan
kulit kepala kotor
terdapat bula
diwajah, bibir,
mata, leher,
ketiak, dan
pangkal paha.
2

Ds : biasanya klien

mengeluhkan :

inflamasi jaringan

adanya rasa nyeri


dan panas diarea
luka
gatal-gatal pada
area bula
keputihan
demam
Do :
klien tampak
meringis
wajah memerah
adanya cairan
bening berbau
suhu tidak normal
3

Ds : biasanya klien

Perubahan penampilan

mengeluh :
stress
malu karena
adanya bula
dibagian tubuh
Do :
banyak bula
dibagian tubuh
yang tampak
( wajah, mata,
mulut )
klien menutupi
bagian herpes
dengan kerudung

3. DIAGNIOSA
1. Kerusakan integritas kulit b.d bula berisi cairan
2. Nyeri akut b.d inflamasi jaringan
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan

Gangguan citra tubuh


b.d perubahan
penampilan

4. PEERIKSAAN PENUNJANG
Terapi Rekuren
Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan dari herpes
genitalis, dimana tingkat
2

*
*
*
*
*
*
*

kekambuhan berbeda pada tiap individu, bervariasi dari

kali/tahun hingga lebih

dari 6 kali/tahun. Terdapat 2 macam terapi

dalam mengobati
infeksi rekuren, yaitu
Terapi Episodik:
Acycovir, 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg p.o 3 x/hr,3
hr
Valacyclovir, 500 mg p.o 2 x/hr 3 hr, atau 1 gr p.o 1x/hr, 5 hr
Famciclovir, 125 mg p.o 2 x/hr,5 hr, atau 1 gr p.o 2 x/hr,1 hr
Terapi Supresif:
Acyclovir 400 mg p.o 2 x/hr selama 6 th, atau
Famciclovir 250 mg p.o 2 x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hr selama 1 th, atau
Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hr selama 1 th

5. INTERVENSI
Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan
integritas kulit

Rencana Keperawatan
NOC
KH :

NIC

Integritas kulit yang

b.d bula berisi

baik bisa

cairan

dipertahankan

menggunakan pakaian yang

longgar
Hindari kerutan pada tempat

hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi
Perfusi jaringan baik
Mampu melindungi

tidur
Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering


Mobilisasi (ubah posisi pasien)

kulit dan

pasien setiap dua jam sekali


Oleskan obat topikal Acyclovir,

ACV, acycloguanosine
Monitor aktivas dan mobilisasi

pasien
Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan

(sensasi, temperatur,

Anjurkan pasien untuk

mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan alami

sabun dan air hangat.


Nyeri akut b.d
inflamasi

NOC
Pain level

Pain Management

Lakukan pengkajian nyeri seara

jaringan

Pain control
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol
nyeri (tahu
mengontrol nyeri,

kualitas dan faktor prespitasi


Observasi reaksi nonverbal dari

ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui

menggunakan

pengalaman nyeri pasien


Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim

untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa
nyeri berkurang

kesehatan lain tentang

dengan

ketidakefektifan kontrol nyeri masa

menggunakan

karakteristik, durasi, frekuensi,

mampu
teknik farmakologi

komprehensif termasuk lokasi,

manajemen nyeri
Mampu mengenali
nyeri (skala,

lampau
Bantau pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan dukungan


Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu

intensitas, frekuensi

dan tanda nyeri)


Menyatakan rasa
nyaman setelah

ruangan, pencahayaan dan

nyeri berkurang

kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penenangan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan

inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menetukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non

farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi

nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil

Monitor penerimaan pasien tentang

manajemen nyeri.
Analgesic Administration
Tentukan lokasi , karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat
Cek intruksi dokter tentang jenis

obat, dosis dan frekuensi.


Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika

pemberian lebih dari satu


Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan berat nyeri


Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian, dan dosis optimal


Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara

teratur
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik

pertama kali
Berikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat


Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala

Gangguan citra
tubuh b.d
perubahan
penampilan

KH :

Bodi image positif


Mempertahankan
interaksi sosial.

Kaji secara verbal dan non


verbal, respon klien terhadap

tubuhnya.
Monitor frekuensi mengkritik

dirinya.
Jelaskan tentang pengobatan,
perawatan, kemajuan dan

prognosis penyakit.
Dorong klien mengunkapkan

perasaanya
Identifikasi arti pengurangan

melalui pemakaian alat bantu.


Fasilitasi kontak dengan individu
lain dalam kelompok kecil.

Anda mungkin juga menyukai