Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ANTI VIRUS

“ VIRUS HERPES DAN INFEKSI CMV”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

AGUNG DIAN PRATIWI (G 701 15 012)


NOVITA PRATIWI (G 701 15 052)
JESICA RUNDUBELO (G 701 15 089)
FEBRIYANI BARRE (G 701 15 122)
MIFTAHUL JANNAH (G 701 15 174)
WIDIYASTUTI DARWIS (G 701 15 234)
LAURENSIANA ( G 701 15 197)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan kita tidak terlepas dari yang namanya penyakit.
Meskipun sebagian orang menganggap dirinya sehat dan tidak pernah terserang
penyakit, tetapi perlu kita ketahui manusia hidup pasti pernah mengalami suatu
penyakit. Entah itu penyakit ringan maupun penyakit membahayakan yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang ada disekitar kita. Salah satunya virus yang
merupakan suatu organisme aselular yang tidak memiliki organel. Virus tidak
dapat berkembang biak sendiri, ia membutuhkan sel mahluk hidup lain yang akan
dijadikan sebagai inangnya. Itulah mengapa suatu mahluk hidup khususnya
manusia dapat mengalami suatu penyakit.
Penyakit herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung gelembung berkelompok. Gelembung gelembung ini berisi air pada
dasar peradangan. Professor george kinghom, genitourinary, medicine consultant
di royal hallamshire hospital mengatakan bahwa semua orang dewasa berpotensi
untuk terinfeksi virus herpes, ada yang disertai dengan beberapa gejala dan ada
juga tanpa menunjukkan gejala.
Berbicara tentang penyakit herpes tak terlepas dari virus yang merupakan
mahluk setengah hidup dan berkembang biak dari bahan bahan sel mahluk hidup
lainnya. Untuk menghindari serbuan dari sistem kekebalan tubuh, dia akan masuk
keserabut syaraf dan membuat dirinya dalam keadaan tidak aktif. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh akan suli untuk mendeteksinya. Dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai macam-macam virus herpes dan penatalaksanaannya.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu virus herpes?
2. Bagaimana penggolongan virus herpes?
3. Apa itu infeksi CMV?
4. Bagaimana cara penularan CMV?
5. Bagaimana pathogenesis infeksi CMV?
6. Bagaimana manifestasi klinis infeksi CMV?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian virus herpes
2. Untuk mengetahui penggolongan virus herpes
3. Untuk mengetahui infeksi CMV
4. Untuk mengetahui cara penularan CMV
5. Untuk mengetahui pathogenesis infeksi CMV
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis infeksi CMV

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
Penyakit herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung gelembung berkelompok. Gelembung gelembung ini berisi air pada
dasar peradangan. Professor george kinghom, genitourinary, medicine consultant
di royal hallamshire hospital mengatakan bahwa semua orang dewasa berpotensi
untuk terinfeksi virus herpes, ada yang disertai dengan beberapa gejala dan ada
juga tanpa menunjukkan gejala.
Beberapa definisi dari herpes adalah sebagai berikut :
a. Herpes genitalis adalah infeksi homunis pada tractus genetalia bagian bawah
b. Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh HSV tipe I atau tipe II, yang dapat
berlangsung primer atau rekuren.
Herpes dsiebut juga fever blister, cold store, herpes labialis, herpes progenitalis
(Fadlun,2011).

2. Macam-Macam Herpes
a. HERPES SIMPLEKS
 Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh
adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
 Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
1) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)

4
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut
herpes simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis,
herpesfebrilis. Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia
kanak-kanak melalui udara dan sebagian kecil melalui kontak
langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai baju/handuk mandi
bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk
mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro
genital (oral sex).
2) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga
terjadi tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan
tenaga medik. Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di
bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula
terjadi akibat hubungan seksualorogenital.
 Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus
dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks
tidak dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi
melalui cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus
herpes simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel
melalui fusi langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer,
virus menginvasi sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak,
menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih banyak virion untuk
menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer, virus
menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.

5
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi
tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi
awal timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel
sensorik yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi
disepanjang akson untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis
tempat virus berdiam tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada
manusia.
 Manifestasi Klinis
 Inokulasi kompleks primer (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru
pertama kali terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan
sistemik yang hebat. Manifestasinya dapat berupa herpes labialis.
Dalam waktu 24 jam saja, penderita sudah mengalami panas tinggi
(39-40oC), disusul oleh pembesaran kelenjar limfe submentalis,
pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3, yang 75-
80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti
rasa sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia
antara 1-5 tahun. Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan
sembuh spontan setelah 2-6 minggu.
 herpes gingivostomatitis
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa
muda. Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati
regionaldan malaise. Lesi berupa vesikel yang memecah dan terlihat
sebagai bercak putih atau ulkus. Kelainan ini dapat meluas ke
mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga mengakibatkan rasa sakit,
bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan. Pada anak-anak
dapat terjadi dehidrasi dan asidosis. Kelainan ini berlangsung antara
2-4 minggu.

6
 Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun,
dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat
mengenai paru-paru dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat
gastroenteritis disfungsi ginjal dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis.
Kematian banyak terjadi pada stadium viremia yang berat.
 Herpes genitalis (proge nitalis)
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan
dapat melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital,
maupun anogenital. Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau
menggerombol, bilateral, pada dasar kulit yang eritematus, kemudian
berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau ulkus yang dangkal
disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala konstitusi berupa
demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami
limfadenopati inguinal.
 Penatalaksanaan Medis
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan
untuk mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran virus. Obat
antivirus analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-
obatan ini bekerja dengan menyebabkan deaktivasi atau
mengantagonisasi DNA polymerase HSV yang pada gilirannya
menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga obat antivirus yang
dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir, dan
valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan
untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda
sampai lesi kulit muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien
yang mengalami kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya
ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat mengurangi frekuensi

7
kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau salep
antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau profilaksis dianjurkan
untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan melakukan
seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah
infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.
 Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah
pasangan seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah
pertama menuju pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes,
kontak intim harus dihindari ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau
kesemutan mungkin terjadi sebelum luka berkembang. Hubungan seksual
harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat menyebar ketika
tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran
herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual.
Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan
meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat
menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain
dari tubuh. Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun
dan air sesegera mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian
dengan siapa pun.

b. HERPES GENITALIS
 Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin,
kulit di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh
virus herpes simpleks.

 Etiologi

8
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes
simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua
jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan
kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes bisanya
tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki
organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual
(misalnya sifilis atau cangkroid).
 Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala
awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil
yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang
melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih
dan ketika berjalan akan timbul nyeri.
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan
jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar.
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas
dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan
tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk
kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka
bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan
hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di
sekitar anus atau di dalam rektum.

9
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi
HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya,
menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap
pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di
sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali
aktif untuk kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan
kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali
di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis.
Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial
terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.
 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan
status imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang
yang belum punya kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2,
yang biasanya menjadi lebih berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan
sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
 infeksi oro-fasial
 infeksi genital
 infeksi kulit lainnya
 infeksi okular
 kelainan neurologist
 penurunan imunitas
 herpes. neonatal
 Penatalaksanaan

10
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes
genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal
sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat.
Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya
pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan
anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan
membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko
menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani
herpes genital adalah:
 Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8
jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14
hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat
mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
 Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif
menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2.
 Valasiklovir (Valtres)
Adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap
berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
bioavaibilitas asiklovir sampai 54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg
valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir

11
200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode
awal.
 Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit
menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi
dengan HSV yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk
mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau
membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas infeksi.

c. HERPES ZOSTER
 Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih
dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster
merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama
dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus
yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella
zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm.
Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan
diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang
bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh
bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang
tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
 Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes
(penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan
DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga

12
menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut
saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat
laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion
sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20%
orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan
biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari
ganglion ke kulit area dermatom.
 Pengobatan
 Pengobatan topical
Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok
kalamin untuk mencegah vesikel pecah
Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan
larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari
selama 20 menit
Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama
3x sehari.
 Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi
sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi
herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat
diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif
pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya
memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral
lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara–A, Vira–A) dapat
diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid dapat
digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun
penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan

13
penyembuhan dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik
dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin
diberikan untuk menyembuhkan priritus.
 Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan
hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus
ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan
salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
 Neuralgia Pasca Herpes zoster
Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase
akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya:
amitriptilin 10–75 mg/hari)
Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional
merupakan bagian terpenting perawatan
Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi
berat yang tidak teratasi.
 Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah
pemberian vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon
spesifik limfosit sitotoksik terhadap virus tersebut pada pasien seropositif
usia lanjut. Vaksin herpes zoster dapat berupa virus herpes zoster yang
telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut yang berperan
sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti
dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada
pasien yang rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten,
serta imunosupresi.

3. Infeksi Cytomegalovirus (CMV)

14
Infeksi Cytomegalovirus (CMV) adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
infeksi oleh cytomegalovirus, suatu virus yang tergolong keluarga virus herpes
yang dapat menyebar dengan mudah melalui cairan tubuh, seperti darah, air liur,
urin, mani, dan air susu ibu. Hampir semua orang akan terinfeksi oleh virus ini
tetapi kondisi ini jarang menimbulkan gejala karena sistem kekebalan tubuh
mampu melawan virus ini. Namun, pada orang-orang yang sistem kekebalan tubuh
yang melemah, seperti orang yang telah melakukan transplantasi organ atau
sedang dalam pengobatan kemoterapi, mereka dapat mengalami gejala, seperti
demam, diare, gangguan penglihatan dan bahkan kejang. Tidak ada pengobatan
untuk kondisi ini. Sekali terinfeksi, virus tetap hidup dalam tubuh orang tersebut,
tetapi biasanya dalam stadium dorman (inaktif), seumur hidup. Ada tiga tipe CMV:
CMV Primer (ketika seseorang terinfeksi oleh CMV untuk pertama kalinya), CMV
Rekuren (reaktifasi dari infeksi CMV sebelumnya yang dorman) dan CMV
Kongenital (infeksi CMV yang berasal dari ibu yang terinfeksi CMV). CMV
primer pada wanita hamil dapat menyebabkan CMV kongenital pada bayi baru
lahir karena virus dapat ditularkan kepada sang bayi. Bayi-bayi yang menderita
CMV kongenital lahir dengan penyakit ikterus, pembesaran limpa, ruam, dan berat
badan lahir yang rendah. Mereka juga memiliki resiko tinggi untuk mengalami
ketulian dan masalah perkembangan di kemudian hari. Meskipun CMV tidak
menyebabkan komplikasi apapun pada orang yang normal, sehat, hal ini harus
diperhatikan apabila mengenai orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
melemah, wanita hamil, dan bayi yang terinfeksi. Orang-orang yang termasuk
dalam kelompok resiko tinggi ini biasanya diobati dengan antivirus untuk
mencegah komplikasi.
Tanda dan gejala Infeksi Cytomegalovirus yang mungkin timbul:
Bayi anda dilahirkan dengan berat lahir yang rendah
Bayi anda menderita Ikterus
Bayi anda menderita Kejang
Bayi anda menderita Pneumonia

15
Bayi anda menderita Tuli
Bintik-bintik keunguan kecil pada bayi
Demam
Kehilangan selera makan
Kelelahan
Kelenjar getah bening bengkak
Menderita Diare
Menderita Pneumonia
Nyeri otot (mialgia)
Sakit tenggorokan

4. Cara Penularan
Penularan citomegalovirus ini berlangsung secara horisontal, vertikal dan
hubungan seksual. Penularan horisontal terjadi melalui droplet infection dan
kontak dengan air ludah dan air seni. Sementara itu transmisi vertikal adalah
penularan proses infeksi maternal di janin. Infeksi Citomegalovirus kongenital
umumnya terjadi karena transmisi trans-placenta selama kehamilan dan di
perhatikan 0,5%-2,5% dari populasi neonatal. Dimasa peripartum infeksi
citomegalovirus timbul akibat pemaparanterhadap sekresi serviks yang telah
terinfeksi melalui air susu ibu dan tindakan transfusi darah.

5. Patogenesis
a. Pada periode awal bisa ditransmisikan secara vertical melalui transplantal,
perinatal
b. Pada saat dewasa dapat terinfeksi melalui kontak dengan anak yang terinveksi
citomegalovirus, kontak seksual, donor darah, dan teerpapar produk darah
yang terpapar Citomegalovirus.
c. Citomegalovirus akan menginfeksi sel epitel saluran kelenjar. Yang sering
terkena adalah kelenjar saliva. Sel yang terinfeksiakan terlihat membesar.

16
d. Masa inkubasi selama 4-8 minggu, dan virus ini menetap seumur hidup dan
bisa rekuren dan reinfeksi jika ada suatu pencetus misalnya daya tahan tubuh
yang rendah.
e. Citomegalovirus dapat ditemukan di urine, saliva, air mata, semen, darah, air
susu, fase sekresi ginjal dan orofaring.
f. Citomegalovirus banyak terjadi pada wanita reproduksi < 30 tahun karena
ekskresi virus di sekresi genial dan urine akan berkurang dengan
bertambahnya usia

6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi Citomegalovirus sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi
:
a. Inveksi Citomegalovirus kongenital
 Infeksi akut
Gejala klinis pada infeksi CMV kongenital akut dapat berupa hepatomegali
dengan ukuran dapat mencapai 4-7 cm dibawah arkus kosta kanan,
permukaan rata dan tidak nyeri tekan. Hematonegali dapat berlangsung
sampai bayi berusia 2 bulan tetapi dapat juga ditemukan sampai di usia 12
bulan. Seperti hepatomegali, pembesaran limpa merupakan gejala yang
sering ditemukan pada bayi dengan infeksi CMV kongenital. Ukuran limpa
dapat membesar sampai 10-15 cm dibawah arkus aorta sebelah kiri. Pada
infeksi CMV kongenital, seringkali hanya dijumpai splemonegali dan
petekia. Ikterus merupakan manifestasi klinis yang sering ditemukan. Pola
hiperbilirubinemia berfariasi, bisa ditemukan stelah lahir atau bertahap.
Ikterus kadang kadang dapat terjadi pada masa bayi dini dengar kadar
puncak bilirubin pada bulan ketiga kehidupan.
Pada infeksi CMV kongenital akut, petekia dapat merupakan satu-satunya
gejala klinis yang ditemukan, tetapi lebih ditemukan bersama-sama

17
hepatonegali dan splenomegali. Petekia dapat menetap sampai beberapa
minggu setelah lahir, bukan petekia dapat timbul karena menangis, batuk
atau tindakan seperti uji toniquet setelah anak usia beberapa bulan.
Ditemukan adanya pengaruh langsung CMV terhadap megakarosit dengan
akibat menumbuhnya jumlah trombosit pada minggu pertama berkisar
antara 20.000-60.000/L. Pada beberapa kasus, petekia tidak mempunyai
hubungan dengan trombositopenia.
Intrauterine Growth Retardition (IUGR) telah dilaporkan terjadi pada 40%
diantara 34 kasus, sedangkan prematuritas terjadi pada 34% bayi. Dengan
infeksi CMV congenital.BB bayi yang menderita infeksi CMV congenitas
secara bermakna lebih rendah dari bayi sehat. Pada CMV congenital juga
dapat disertai kelainan gigi, kelapisan email gigi menjadi tipis dan gigi
menjadi gelap.
Pneumonitis jarang dijumpai pada infeksiprenatal dan pasca transpalantasi
 Penyulit lanjut dari Infeksi CMV Kongenital
Tuli sensoris merupakan kecacatan yang paling sering disebabkan oleh
infeksi CMV Medeari. (dikutip dari Stagno ).
Cytomegalovirus dapat mengadakan replikasi pada berbagai struktur
telinga dalam, seperti pada membrane Reissner, stria vaskularis, kanalis
semilunaris pada organ korti dan nervus VIII. Pada umumnya tuli sensoris
lebih banyak ditemukan pada infeksi congenital yang simtomatik, tetapi
karena sukar melakukan pemeriksaan fungsi pendenganran pada bayi maka
sulit mengatakan berapa banayak kasus infeksi congenital simptomatik
yang menderita kelainan saat lahir atau masa bayi. Hampir 50% kasus
gangguan pendengaran terjadi atau makin meberat stelah umur 1 tahun.
kebanyakan kasusterjadi pada umur 2-3 tahun walaupun beberapa kasus
mengalami onset gangguan pendengaran pada umur yang lebih tua.

18
CMV merupakan virus tersering yang menyebabkan gangguan
perkembangan atau retardasi mental.

b. Infeksi CMV Perinatal


Masa inkubasi infeksi CMV perinatal biasanya antara 4-12 minggu. Infeksi
CMV congenital perlu dibedakan dengan perinatal oleh karena infeksi CMV
kongenital mempunyai morbiditas dan gejala sisa yang lebih berarti.
Kenanyakan infeksi CMV perinatal asimtomatik dan berasal dari reaktifasi
atau infeksi lekurens oleh karena mempunyai kadar antibode yang beragam.
Manifestasi klinis kebanyakan berupa pneumonitis yang terjadi pada umur <
4 bulan. Bayi premature dan bayi cukup bulan yang menderita penyakit lain
mempunyai resiko lebih tinggi. (Azhali M.S, Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak, Hal: 327)

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah :

19
a. Penyakit herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung gelembung berkelompok. Gelembung gelembung ini berisi air pada
dasar peradangan.
b. Herpes terbagi atas beberapa jenis yaitu herpes simpleks, hepes genitalis, dan
herpes zoster.
c. Infeksi Cytomegalovirus (CMV) adalah suatu kondisi medis yang ditandai
dengan infeksi oleh cytomegalovirus, suatu virus yang tergolong keluarga virus
herpes yang dapat menyebar dengan mudah melalui cairan tubuh, seperti darah,
air liur, urin, mani, dan air susu ibu.
d. Penularan citomegalovirus ini berlangsung secara horisontal, vertikal dan
hubungan seksual.
e. Pathogenesis CMV adalah ditransmisikan secara vertical melalui transplantal,
perinatal - Pada saat dewasa dapat terinfeksi melalui kontak dengan anak yang
terinveksi citomegalovirus, kontak seksual, donor darah, dan teerpapar produk
darah yang terpapar Citomegalovirus- Citomegalovirus akan menginfeksi sel
epitel saluran kelenjar- Masa inkubasi selama 4-8 minggu, dan virus ini
menetap seumur hidup dan bisa rekuren dan reinfeksi jika ada suatu pencetus
misalnya daya tahan tubuh yang rendah- Citomegalovirus dapat ditemukan di
urine, saliva, air mata, semen, darah, air susu, fase sekresi ginjal dan orofaring-
Citomegalovirus banyak terjadi pada wanita reproduksi < 30 tahun karena
ekskresi virus di sekresi genial dan urine akan berkurang dengan bertambahnya
usia.
f. Manifestasi klinis infeksi Citomegalovirus sangat bervariasi, dapat dibagi
menjadi Inveksi Citomegalovirus congenital dan Infeksi CMV Perinatal
2. Saran
Dengan selesainya makalah ini diharapkan pembaca dapat mengambil manfaat
dan pengetahuan dari makalah ini sehingga pembaca dapat mengetahui apa itu virus
herpes dan penanganannya, dan dapat mencari referensi lain di buku-buku, jurnal
dan internet.

20
DAFTAR PUSTAKA

21
Drs. irianto koes. 2008. Mikrobiologi menguak dunia mikroorganisme. Bandung: Cv
Yrama Widya.

Fadlun dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Salemba Medika Jakarta.

Azhali M.S. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Universitas Padjajaran. Bandung.

22

Anda mungkin juga menyukai