Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH PATOLOGI

(HERPES)

KELOMPOK :

1. AGUSTIN DWI, AMd. Keb


2. MEYLYA RAHMAWATI, AMd. Keb
3. YAYUK, AMd. Keb
4. RISKY PUTRI, AMd. Keb

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA KEDIRI
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat dan
penyertaannya sehingga kami  dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Oligohidramnion”, kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyusun makalah ini.
Penyusunan makalah ini telah kami selesaikan dengan lancar, tetapi saya menyadari
bahwa penyusunan tugas makalah ini masih jauh dari kata sempurna, jadi saya mohon untuk
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun demi perbaikan dalam penyusunan
tugas makalah ini.
Akhir kata saya berharap tugas ini sangat berguna dan membantu menyumbangkan
pengetahuan tentang mata kuliah asuhan kebidanan patologi khususnya bagi mahasiswa
Kebidanan.

Malang, Februari 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes genital termasuk penyakit menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang.
Torres melaporkan bahwa HSV-II telah menginfeksi lebih dari 40% penduduk dunia.
Syahputra, dkk, di Amerika, Inggris, dan Australia ditemukan kurang lebih 50% wanita
dengan HSV-II positif. Di Eropa, HSV-II berkisar antara 7-16%, Afrika 30-40%, oleh karena
itu dikatakan bahwa saat ini herpes genitalis sudah merupakan endemik di banyak negara. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada angka yang pasti, dari 13 rumah sakit, disebutkan bahwa
herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual dengan gejala ulkus genital adalah
kasus yang sering dijumpai. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah
seseorang dengan perilaku yang tidak sehat.
Untuk mengatasi peningkatan prevalensi penderita herpes genetalis diperlukan adanya
pendidikan terhadap pasien tentang bahaya PMS dan komplikasinya, pentingnya mematuhi
pengobatan yang diberikan, cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya, dan cara-cara menghindari infeksi PMS di masa dating. Selain itu untuk wanita
hamil dengan infeksi herpes genitalis harus melaksanakan kultur virus tiap minggu dari
serviks dan genitalia eksterna sebagai jalan lahir. Persalinan secara sectio
caesaria direkomendasikan untuk mencegah infeksi bayi baru lahir. Herpes genitalis
merupakan salah satu penyakit menular seksual yang masih sering di jumpai di Indonesia.
Setiap orang dewasa mempunyai kesempatan untuk terjangkit penyakit ini dan penularannya
pun sangat mudah, yaitu kontak langsung atau melalui hubungan seksual, maka dari itu
penulis tertarik untuk menulis tentang penatalaksaan herpes genitalis.

 1.2 TUJUAN
1. Mengetahui definisi Herpes
2. Mengetahui macam-macam herpes
3. Mengetahui definisi Herpes genital
4. Mengetahui Etiologi Herpes genital
5. Mengetahui patofisiologi herpes genital

3
6. Mengetahui manifestasi klinis herpes genital
7. Mengetahui penatalaksanaan herpes genital
8. Mengetahui Pencegahab herpes genital

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
A. DEFINISI UMUM
Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang
bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes.
Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut:
1.    Herpes Simpleks
2.    Herpes Genitalis
3.    Herpes Zoster
4.    Herpes Zoster Oftalmik
 
B. MACAM-MACAM HERPES
1.      HERPES SIMPLEKS
a.       Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritemat osa pada daerah
dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun
rekurens.

b.      Etiologi
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes simpleks:
1 )   Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang  ditimbulkan biasanya disebutherpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian
kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai
baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas

5
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2 )   Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan  melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi tanpa
koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik. Lokalisasi lesi
umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah genitalia lesi
ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksualorogenital.

c.   Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus dengan
mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak dapat hidup
di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui cara selain
kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes simpleks memiliki
kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi langsung dengan
membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi sel pejamu dan cepat
berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu dan melepaskan lebih
banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya. Pada infeksi aktif primer,
virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar limfe regional dan
menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi tetapi
tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal timbul fase
laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sensorik yang mempersarafi
daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang akson untuk bersembunyi di
dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam tanpa menimbulkan
sitotoksisitas atau gejala pada manusia.

     d. Manifestasi Klinis
1.      Inokulasi kompl e k s  pri m e r  (primary inoculation complex)
Infeksi primer herpes simpleks pada penderita usia muda yang baru pertama kali
terinfeksi virus ini dapat menyebabkan reaksi lokal dan sistemik yang hebat.
Manifestasinya dapat berupa herpes labialis. Dalam waktu 24 jam saja, penderita

6
sudah mengalami panas tinggi (39-40 oC ), disusul  o leh pembesaran kelenjar
limfe submentalis,  pembengkakan bibir, dan lekositosis di atas 12.000/mm3,
yang 75-80%nya berupa sel polimorfonuklear. Terakhir, bentuk ini diikuti rasa
sakit pada tenggorokan. Insidens tertinggi terjadi pada usia antara 1-5 tahun.
Waktu inkubasinya 3-10 hari. Kelainan akan sembuh sp ontan setelah 2-6
minggu.
2. herpes  gingivostomatiti s
Kebanyakan bentuk ini terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda.
Manifestasi klinis berupa panas tinggi, limfadenopati regional dan malaise. Lesi
berupa vesikel yang memecah dan terlihat sebagai bercak putih atau ulkus.
Kelainan ini dapat meluas ke mukosa bukal, lidah, dan tonsil, sehingga
mengakibatkan rasa sakit, bau nafas yang busuk, dan penurunan nafsu makan.
Pada anak-anak dapat terjadi dehidrasi dan asid osis. Kelainan ini berlangsung
antara 2-4 minggu.
3. Infeksi herpes kompleks di seminata
Bentuk herpes ini terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 3 tahun,
dimulai dengan herpes gingivostomatitis berat. Jenis ini dapat mengenai paru-paru
dan menimbulkan viremia masif, yang berakibat  gastroenteritis disfungsi ginjal
dan kelenjar adrenal, serta ensefalitis. Kematian banyak terjadi pada stadium
viremia yang berat.
4. Herpes genitalis (proge nital i s )
Infeksi primer terjadi setelah melalui masa tunas 3-5 hari. Penularan dapat
melalui hubungan seksual secara genito-genital, orogenital, maupun anogenital.
Erupsinya juga berupa vesikel tunggal atau  menggerombol, bilateral, pada dasar
kulit yang eritematus, kemudian berkonfluensi, memecah, membentuk erosi atau
ulkus yang dangkal disertai rasa nyeri. 31% penderita mengalami gejala k onstitusi
berupa demam, malaise, mialgia, dan sakit kepala; dan 50% mengalami
limfadenopati inguinal.
  
e.  Penatalaksanaan Medis

7
Karena infeksi HSV tidak dapat disembuhkan, maka terapi ditujukan
untuk mengendalikan gejala dan menurunkan pengeluaran virus. Obat antivirus
analognukleosida merupakan terapi yang dianjurkan. Obat-obatan ini bekerja
dengan menyebabkan deaktivasi atau mengantagonisasi DNA polymerase HSV
yang pada gilirannya menghentikan sintesis DNA dan replikasi virus. Tiga  obat
antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir, famsiklovir,
dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan untuk
mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit
muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami
kekambuhan 6 kali atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap
hari yang dapat mengurangi frekuensi kekambuhan sebesar 75%.  Terapi topical
dengan krim atau salep antivirus tidak terbukti efektif. Terapi supresif atau
profilaksis dianjurkan untuk mengurangi resiko infeksi perinatal dan keharusan
melakukan seksioses area pada wanita yang positif HSV. Vaksin untuk mencegah
infeksi HSV-2 sekarang sedang diteliti.

f.   Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan
seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju
pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari ketika
luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum luka
berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes bahkan dapat
menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan risiko penyebaran
herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak seksual. Busa spermisida
dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan meskipun bukti mengenai hal ini
kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar dengan menyentuh luka dan kemudian
menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan
sabun dan air sesegera mungkin. Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa
pun.

2.     HERPES GENITALIS

8
a.  Definisi
Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit
di sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks.
b.   Etiologi
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes simpleks
yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual,
sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks
tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama
bantalan kuku) dan bisa ditularkan kebagian tubuh lainnya (misalnya permukaan
mata). Luka herpes bisanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga
memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual
(misalnya sifilis atau cangkroid).

c.   Patofisiologi
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan
yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini
pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan
dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. 
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. 
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala
berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan
pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk
di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus,
maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum.

9
Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV),
luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di
sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk
kembali menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf
panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan
menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan
penyakit di kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan
kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu
berat.

d.      Manifestasi Klinis


Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status
imunitas host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya
kekebalan sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV-2, yang biasanya menjadi lebih
berat, dengan gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi.
Berbagai macam manifestasi klinis:
1.         infeksi oro-fasial
2.         infeksi genital
3.         infeksi kulit lainnya
4.         infeksi okular
5.         kelainan neurologist
6.         penurunan imunitas
7.         herpes. neonatal
 

e.  Penatalaksanaan
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
a) menjaga kebersihan lokal, b) menghindari trauma atau faktor pencetus.

10
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai
40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki
beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi
kulit dapat juga terjadi. Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan
kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu
mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes
pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah:
a)  Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama
5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5%
dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta
mempercepat penyembuhan.
b)   Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat
replikasi HSV-1 dan HSV-2.
c)      Valasiklovir (Valtres)
adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah
menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai
54%. Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam
darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan
asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

f.    Pencegahan
Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit
menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV
yang sangat menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah
menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya
satu orang yang bebas infeksi.

11
3.   HERPES ZOSTER
a. Definisi
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal
dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus
varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
b. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri
dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162
sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat
dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang
tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
c. Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan
multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan
menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen
dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion
sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Sekitar 20% orang yang
menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi
sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom. 

d. Manifestasi Klinis
Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu
unilateral.
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a.    Herpes zorter of taimika     : menyerang dahi dan sekitar mata
b.   Herpes zorter servikali        : menyerang pundak dan lengan
c.    Herpes zorter torakalis        : menyerang dada dan perut

12
d.   Herpes zorter lumbalis        : menyerang bokong dan paha.
e.    Herpes zorter sakralis         : menyerang sekitar anus dan getalia
f.    Herpes zorter atikum          : menyerang telinga.

     Pengobatan
1)      Pengobatan topical
      Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
      Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3x sehari selama 20  menit
      Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik       
(basitrasin / polysporin )    untuk mencegah infeksi sekunder selama 3x sehari.
2)      Pengobatan sistemik
Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan
replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan
keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral.
Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun
hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia. Antiviral lain yang
dianjurkan adalah vidarabine (Ara–A, Vira–A) dapat diberikan lewat infus intravena atau
salep mata. Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan
efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan
dan menekan respon immune. Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk
manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b.  Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang
nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat
diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan 
c.   Neuralgia Pasca Herpes zoster
1)   Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat
diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya: amitriptilin 10–75 mg/hari)

13
2)   Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian
terpenting perawatan
3)      Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak
teratasi.

e.    Klasifikasi Herpes Zoster


1.     Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus
(N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit
pada satu sisi kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.
Gejala prodromal berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia,
banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2.     Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik
unilateral pada kulit.
3.     Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
4.     Herpes zoster torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

f.     Faktor Resiko Herpes zoster


1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko
terserang nyeri. 
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.

14
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

g.        Faktor Resiko Herpes Zoster


1. Trauma / luka
2. Kelelahan
3. Demam
4.  Alkohol
5. Gangguan pencernaan
6. Obat – obatan
7. Sinar ultraviolet
8. Haid
9. Stres

f.  Pencegahan
Untuk mencegah herper zoster, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah pemberian
vaksinasi. Vaksin berfungsi untuk meningkatkan respon spesifik limfosit sitotoksik
terhadap virus tersebut pada pasien seropositif usia lanjut.Vaksin herpes zoster dapat
berupa virus herpes zoster yang telah dilemahkan atau komponen selular virus tersebut
yang berperan sebagai antigen. Penggunaan virus yang telah dilemahkan telah terbukti
dapat mencegah atau mengurangi risiko terkena penyakit tersebut pada pasien yang
rentan, yaitu orang lanjut usia dan penderita imunokompeten, serta imunosupresi.
4. CIRI PENYAKIT HERPES DAN GAMBAR PENYAKIT HERPES. 
Herpes merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus herpes
atau yang lebih dikenal dengan Herpes simplek virus (HSV). Penyakit ini bisa dialami
oleh siapapun baik pria maupun wanita. Herpes merupakan infeksi kelamin menular yang
biasanya ditandai dengan timbulnya rasa gatal-gatal, sakit, serta luka pada bagian genital
penderita. Namun pada sebagian penderita herpes tidak mengalami adanya suatu gejala
apapun.

15
Penularan penyakit herpes biasanya terjadi lewat hubungan seksual. Setelah terjadi
infeksi awal, virus herpes dapat mengendap dalam tubuh dan akan aktif kembali beberapa
kali selama setahun. Belum ada obat yang mampu mengobati penyakit herpes ini.
Biasanya pemberian obat-obatan hanya mampu menurunkan gejala yang timbul serta
untuk mengurangi resiko penularan penyakit kepada orang lain. Seperti yang telah kita
ketahui bahwa herpes merupakan infeksi kelamin yang menular. Akan tetapi virus
penyebab penyakit ini akan mati dengan cepat di luar tubuh. Jadi penularan penyakit ini
tidak dapat terjadi melalui kontak lain selain hubungan seksual, seperti kontak melalui
pemakaian benda-benda pribadi milik penderita herpes, maupun melalui toilet.

16
17
18
19
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
Pada Ny. “R” usia 26 tahun G1P0000Ab000 UK 15 minggu dengan herpes genital
I.PENGKAJIAN
A.Data Subyektif
1.Biodata
Nama : Ny. “R” Nama : Tn. “D”
Umur : 26 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

2.Keluhan Utama
Ibu mengeluh terasa gatal, kemerahan dan terdapat lepuhan yang bergerombol di daerah
kemaluannya. Ibu mengatakan pekerjaanya hanya di rumah mengurus rumah tangga dan
suaminya bekerja sebagai supir dan jarang di rumah.
3.Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengeluh terasa gatal, kemerahan dan terdapat lepuhan yang bergerombol di daerah
kemaluannya.
4.Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC),
penyakit menahun, dan menurun.

20
5.Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan bahwa dari pihak keluargaya maupun dari keluarga suaminya tidak
pernah menderita penyakit menular (HIV, Hepatitis B, TBC), penyakit menahun, dan
menurun.

6.Riwayat Menstruasi
 Menarche : 12 tahun
 Lama : 7 hari
 Siklus : 28 hari
 Jumlah : 3 softek/hari
 Flour albus : jarang
 Disminorhea : setiap kali memstruasi
 HPHT : 14-10-2018

7.Riwayat Pernikahan
Menikah : 1 kali
Lama menikah : 10 bulan
Usia saat menikah : 25 tahun

8.Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No Kom
L/ BB/ H/ T/ Lakt
Ke Usia Komplikasi Tgl Jenis Penolong Tempat Komplikasi Usia plikas
p PB M G asi
i

1 1 HAMIL INI

9.Riwayat KB
Ibu mengatakan setelah menikah langsung hamil dan belum pernah mengikuti KB sama
sekali.

21
10.Pola Kebiasaan Hidup Sehat
Sebelum Hamil Selama Hamil
Eliminasi BAB 1x/hari, BAK 4-6 BAB 1x/hari, BAK sering
kali/hari
Nutrisi Minum: minimal 6-7x Minum: minimal 6-7x
sehari , makan 3x/hari, sehari , makan 3x/hari
Personal Hygiene Mandi 2x/hari, gosok gigi Mandi 2x/hari, gosok gigi
2x/hari 2x/hari
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/hari, Tidur siang ½-1 jam/hari,
tidur malam 6-8 jam/hari tidur malam jarang bisa tidur
kalaupun bisa tidur itu tidur
lupa.

11.Riwayat Psikososial,Spiritual dan Ekonomi


Ibu mengatakan bahwa hubungannya dengan suami, keluarga dan masyarakat sekitar
baik-baik saja, serta kehidupan ekonominya pun juga begitu. Ibu mengatakan tidak
pernah menganut kepercayan-kepercayaan.

12. Riwayat Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilan


Ibu mengatakan pekerjaanya hanya di rumah mengurus rumah tangga dan suaminya
bekerja sebagai supir dan jarang di rumah.

B.Data Objektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : lemas
Kesadaran : composmentis
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 74 x/mnt
Rr : 24 x/mnt
S : 37,3º C

22
LILA : 24 cm
BB sebelum hamil :48 kg
BB sekarang : 52 kg
TB :148 cm

2.Pemeriksaan Fisik
a.       Inspeksi
         Kepala: warna rambut hitam.bersih tidak ada oedema.
         Muka : tidak pucat.tidak ada cloasma gravidarum,tidak ada oedema.
         Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih.
         Hidung : bersih,tidak ada pengeluaran sekret,tidak ada oedema.
         Telinga : bersih,tidak ada pengeluaran serumen,pendengaran jelas.
         Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada pembesaran vena jugularis.
         Dada : Bentuk dada simetris,bunyi jantung normal,bunyi paru-paru normal.
         Payudara: bentuk simetris ka/ki, papila mamae tidak menonjol sebelah kanan, areola
mamae hyperpigmentasi,tidak ada luka bekas operasi,tidak ada benjolan, colostrm (-).
         Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,ada linea lipidae,dan striae nigra.
b.      Palpasi
 Leopold I : TFU setinggi pertengahan antara simpisis dengan pusat
 Leopold II : -
 Leopold III : -
 Leopold IV : -
c.       Auskultasi
DJJ : belum terdengar
d.      Genitalia : terdapat lepuhan bergerombol disekitar kemaluannya
e.       Ekstermitas
Atas
Oedema : tidak ada -/-
Warna kuku :merah muda

23
bawah
Oedema : ada +/+ ,varices tidak ada, reflek patella ada(+/+)

II.INTERPRETASI DATA DASAR


Dx : Ny “R” usia 26 tahun G1P0000Ab000 UK 15 minggu herpes genital
Ds : Ibu mengeluh terasa gatal, kemerahan dan terdapat lepuhan yang bergerombol di
daerah kemaluannya
Do : Genitalia : terdapat lepuhan bergerombol disekitar kemaluannya

III.IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Herpes genital pada kehamilan potensial dapat terjadi kelainan ensefalitis,
mikro/hidrosephalus, koriodorenitis, keratokonjungtivitis, kecacatan janin, prematuritas,
dan abortus. 

IV.IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGARA


Kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan

V.INTERVENSI
1. Sampaikan dan jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
R/ Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu sangat penting agar
ibu dapat mengetahui perkembangan kehamilannya, ibu akan mengerti dan
mengurangi kekhawatiran ibu serta ibu dapat bersikap kooperatif terhadap
tindakan atau anjuran petugas kesehatan.
2. Jelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus herpes genital
R/ Informasi yang adekuat seperti kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada
keadaan yang dialami ibu menjadikan ibu tahu tentang kondisinya dan diharapkan
ibu lebih siap jika terjadi komplikasi
3. Jelaskan pada ibu dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
R/ mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih akurat
4. KIE rujuk ke dokter spesialis kebidanan
R/ Penanganan lebih lanjut

24
5. KIE kepada suami untuk turut memeriksakan dirinya
R/ jika terbukti terkena herpes segera disarankan untuk menjalani pengobatan

VI.IMPLEMENTASI
1. Menyampaikan dan menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Menjelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus herpes genital
3. Menjelaskan pada ibu dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
4. Memberi konseling dan edukasi untuk rujuk dokter spesialis kebidanan
5. Memberi konseling dan edukasi kepada suami untuk memeriksakan dirinya

VII.EVALUASI
S : Ibu dan keluarga mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan setuju
untuk dirujuk ke dokter spesialis kebidanan
O : Keadaan Umum : lemas
Kesadaran : Composmentis
TTV
TD : 110/80 mmHg
N : 74 x/mnt
Rr : 23 x/mnt
S : 37,3º C
DJJ :-
A : Ny “R” usia 26 tahun G1P0000Ab000 UK 15 minggu dengan herpes genital
P : -

25
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan dibahas mengenai kesesuaian atau kesenjangan antara teori dan
tinjauan kasus pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny R Usia 26 Tahun dengan
herpes genital.

4.1 Pengkajian

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asukan kebidanan yang ditujukan untuk
pengumpulan informasi yang berkaitan dengan kasus yang terjadi.Informasi tersebut berupa
kesehatan baik fisik, psikososial dan spiritual, Pengumpulan data dapat dilakukan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi. Berdasarkan
pengkajian data subjektif yang dikumpulkan dengan cara anamnesa diketahui bahwa Ny “R”
Berusia 26 tahun hamil pertama kali.
Ny. R datang dengan keluhan merasa gatal, kemerahan dan terdapat lepuhan yang
bergerombol di daerah kemaluannya. Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah
terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak
kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan
ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam
berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. 
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar
getah bening selangkangan biasanya agak membesar. 
Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya
dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan. Keluhan yang dialami oleh Ny. R
sesuai dengan teori.

4.2 Interpretasi data dasar


Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi
yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.Rumusan

26
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti
diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.Masalah
juga sering menyertai diagnosa.Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan
(Megasari et al, 2015)
Interpretasi data dasar ditegakkan berdasarkan pengkajian data dan hasil pemeriksaan
fisik. Pada kasus ini diketahui bahwa Ny “R” hamil pertama kali dengan herpes genital.

4.3 Identifiasi diagnosa dan Masalah Potensial

Pada langkah ini, mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu
mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi
tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi
(Megasari et al, 2015). Berdasarkan tinjauan pustaka manajemen kebidanan adalah
mengidentifikasi adanya masalah yang akan terjadi sehingga dapat segera diatasi. Berdasarkan
data pada studi kasus Ny “R” diketahui bahwa Herpes genital pada kehamilan potensial dapat
terjadi mengakibatkan kelainan ensefalitis, mikro/hidrosephalus, koriodorenitis,
keratokonjungtivitis, kecacatan janin, prematuritas, dan abortus. 

4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi dan Rujukan


Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan
yang terjadi dalam kondisi emergensi. Pada saat ini bidan mengidentifikasi perlunya tindakan
segera, baik tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain,
atau rujukan berdasarkan kondisi klien.Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan
untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga
harus merumuskan tindakan emergency/segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan
klien. Dalam rumusan ini tindakan segera meliputi tindakan yang dilakukan secara mandiri,
kolaborasi, atau rujukan (Yanti et al, 2015). Pada kasus Ny. R kebutuhan segera yang dilakukan
adalah dengan kolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan.

27
4.5 Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh. Setiap rencana asuhan
harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan pasien agar dapat dilaksanakan dengan
efekstif. hal ini dikarenakan klien juga akan melaksanakan rencana asuhan tersebut. Oleh karena
itu pada langkah ini bidan harus membuat kesepakatan bersama dengan klien baik lisan secara
tertulis. Rencana yang ditentukan harus rasional fan valid berdasarkan pengetahuan dan teori
yang terbatu dan tindakan tersebut terbukti bermanfaat/efektif berdasarkan penelitian (evidence
based) (Yanti et al, 2015).
Pada manajemen kebidanan suatu rencana tindakan yang komprehensif ditujukan pada
indikasi apa yang timbul berdasrkan kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang
sedang dialami klien. Rencana tindakan harus berdasarkan persetujuan klien dan semua tidakan
harus berdasarkan rasionalisasi. Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa ada masalah
pada Ny. R. sehingga intervensi yang diberikan pada Ny R adalah menganjurkan Ny R untuk ke
dokter spesialis kebidanan dan menganjurkan untuk periksa ke laboratorium agar pemeriksaan
lebih akurat

4.6 Implementasi
Merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan yang telah dibuat sebelumnya secara
menyeluruh dengan efisien dan aman. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan
ataupun bekerja sama dengan tim kesehatan lain. Jika bidan tida melakukannya sendiri, ia tetap
memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (untuk memastikan agar langkah
tersebut terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut
(Saminem, 2008). Pada kasus Ny R implementasi telah direncanakan secara keseluruhan sesuai
dengan intervensi.

4.7 Evaluasi
Evaluasi manajemen asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen
asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan, membandingkan data yang

28
dikumpulkan dengan kriteria tang diidentifikasikan, memutuskan apakah tinjauan telah tercapai
atau tidak dengan tindakan yang sudah diimplementasikan.
Pada kaus Ny R diketahui bahwa tujuan dari rencana asuhan yang diberikan sudah
tercapai secara keseluruhan. Berdasarkan kasus dan tinjauan teori yang ditemukan, bahwa tidak
adanya kesenjangan antara kasus dan tinjauan teori.

29
BAB 5

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
1. Herpes merupakan infeksi kulit kelamin yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
melalui hubungan seks. Terkadang ditemukan juga pada mulut penderita karena yang
bersangkutan melakukan oral seks dengan penderita herpes
2. Ada beberapa jenis herpes adalah sebagai berikut Herpes Simplek, Herpes Genitalis,
Herpes Zoster, Herpes Zoster Oftalmik
3. Herpes genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.
4. Penyebabnya herpes genital adalah virus herpes simpleks. Ada 2 jenis virus herpes
simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual,
sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut.
5. Gejala awal herpes genital mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal
biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang
kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah
dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya
menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam
berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. 
Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.
6. Berbagai macam manifestasi klinis herpes genital adalah infeksi oro-fasial, infeksi
genital,  infeksi kulit lainnya,  infeksi ocular, kelainan neurologist, penurunan imunitas,
herpes. neonatal
7. Penatalaksanaan herpes genital Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan,
namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti:
menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus.
Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah Asiklovir (Zovirus), Famsiklovir,
Valasiklovir (Valtres)

30
8. Untuk mencegah herpes genitalis adalah sama dengan mencegah penyakit menular
seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV yang sangat
menular pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan
diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang
yang bebas infeksi.
7. Manajemen asuhan kebidanan pada kasus ini secara keseluruhan telah sesuai dengan teori

5.2 Kritik dan Saran


Penulis menyadari benar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik
dari pembaca sangat di perlukan dan penulis mengharapkan kepada pembaca untuk bisa
memberikan masukan yang membangun untuk bisa memperbaiki dalam penulisan makalah
selanjutnya.
Setelah mempelajari mengenai HERPES maka saran yang dapat penulis sampaikan
bahwa kita khususnya sebagai seorang bidan bisa selalu meningkatkan wawasan dan ilmu
pengetahuan, supaya permasalahan yang terjadi dapat segera diselesaikan se-efektif
mungkin dan mengatasi kasus yang di hadapi sesuai dengan prosedurnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8, Vol 2. Jakarta: EGC


Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Judith M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Noc.
Jakarta : EGC
Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: Jakarta.
Smeitzer, Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC:
Jakarta 

http://chapung-vierche.blogspot.com/2011/11/askep-herpes.html
http://www.scribd.com/doc/39580178/ASKEP-HERPES-DAN-TINEA
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11323-herpes-genitalis/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.healthscout.com/
ency/68/162/main.html
http://medicastore.com/penyakit/230/Herpes_Genitalis.html
 

32

Anda mungkin juga menyukai