PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah
penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan,
Herpes Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS)dan Herpes Zoster.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain
mempunyai
karakteristik
melakukan
replikasi
didalam
inti
sel
dan
RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini kami
dapat memperoleh hasil yang di inginkan,maka kami mengemukakan beberapa
rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut yakni :
1. Definisi Herpes Simpleks ?
2. Klasifikasi Herpes Simpleks ?
3. Etiologi Herpes Simpleks?
4. Bagaimana Patofisiologi dan Pathway Herpes Simpleks ?
5. Apa Tanda dan gejala Herpes Simpleks ?
6. Apa saja Pemeriksaan diagnostik Herpes Simpleks ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Herpes Simpleks ?
8. Bagaimana Pencegahaan Herpes Simpleks ?
9. Komplikasi Herpes Simpleks ?
III.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penjabaran tentang penyakit Herpes Simpleks
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta
komplikasi dari penyakit Herpes Simpleks.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus
(HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan
(Handoko, 2010).
Herpes simpleks merupakan suatu virus DNA, hanya menjangkiti manusia saja
dan tersebar hampir merata di dunia (Ardnt, 1984).
Herpes simpleks penyakit infeksi karena hubungan seksual dengan penyebab
herpes simpleks tipe II (Manuaba, 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel berkelompok di atas kulit
yang eritematosa derah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens.
Herpes simpleks disebut juga fever blaster, cold score, herpes febrilis, herpes
labialis, herpes progenitalis (genitalis). (Mansjoer, Arif, dkk., 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi herpes simpleks virus yang umumnya menjangkiti
daerah kulit bagian luar (mukokutan), kebanyakan setempat atau lokal dan setelah
infeksi
awal
dapat
berkembang
menjadi
laten
dengan
rekurensi
berulang. (www.gsk-indonesia.com).
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan
kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri
Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang
berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini
biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu
dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan
bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan
adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang
lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan
membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang
perlu
dibedakan
dari
sitomegalovirus.
Karakteristik
dari
lesi
adalah
menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak
dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..
2. Virus herpes simpleks tipe 2
Biasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas sexual meningkat. Dan di
transmisikan terutama melalui kontak dengan sekresi genetalia.
Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan
pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
III.
Etiologi
Penyebab Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes
simpleks:
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis.
Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui
udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman,
sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya
dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut,
hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang
penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2. Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama
daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan
seksualorogenital.
IV.
Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus
dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak
dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui
cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes
simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi
langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi
sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu
dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya.
Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar
limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.
Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi
tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal
timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sens orik
yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang aks on
untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam
tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.
Pathway
V.
karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks
sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi
serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2. Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel
virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan
menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana
partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan
terputus
oleh
reaktivasi
virus
yang
disebut
infeksi
rekuren
yang
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
c.
d.
e.
f.
g.
h.
secara
virologi
maupun
serologi,
masing-masing
contoh
dengan
kultur
yang
hanya
75
%).
Tetapi
dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat,
khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel
rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan
terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa
berinti banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya
sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan karena waktu
pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.
b) Serologi
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang
mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus
negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan
gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual
dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang
yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan
jenis infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan
serologi ini diambil dari darah atau serum.
VII.
Penatalaksanaan
Mencegah infeksi:
1. Penyuluhan
2. Meningkatkan kebersihan perawatan bayi terutama untuk infeksi herpes
orolabial dan mata.
3. Untuk infeksi genital tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang beresiko tinggi.
4. Untuk wanita lain, pada ibu dengan infeksi primer dianjurkan untuk tidak
hamil pada 1 sampai 2 bulan pertama.
5. Pemeriksaan sitologi teratur pada wanita hamil dengan infeksi herpes simpleks
terutama menjelang persalinan.
6. Dilakukan operasi SC bila ditemukan lesi aktif maupun pelepasan virus.
7. Imunisasi
Secara aktif non spesifik
Diberikan vaksinasi dengan vaksin small pox, polio sabin dan BCG.
mengurangi
faktor
pencetus
dengan
memberikan
masking
effect
terhadap
sifilis,
misalnya
replikasi virus
IDU 10-40% dalam DMSO (dimetil sulfoksida) lebih baik, tapi jangan
VIII. Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan
seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju
pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari
ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum
luka berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes
bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan
risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak
seksual. Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan
meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar
dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika
Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin.
Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.
IX.
Komplikasi
Komplikasi yang paling signifikan dari HSV adalah ensefalitis, meupakan kasus
fatal sekitar 60-80%. HSV dapat muncul sebagai penyakit menular seperti
pneumonia, colitis, atau esofagitis pada pasien AIDS. Infeksi primer atau rekuren
selama hamil dapat menimbulkan infeksi congenital janin dan bayi baru lahir.
Komplikasi dapat berupa infeksi lokal sampai dengan kelainan dan kadang
meninggal.
Komplikasi herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan lesi lokal dan
penyebaran virus ke lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat dan bahkan bisa juga
terjadi superinfeksi jamur. Pada pria dapat terjadi impotensia. Infeksi menyeluruh bisa
terjadi pada toraks dan ekstremitas, penyebaran mukokutan pada pasien dengan
dermatitis atopik atau kehamilan.
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes
Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas
kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Ciri-ciri Herpes simplex adalah
adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan
jika pecah bisa menyebabkan peradangan.
Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan
sebagian besar dengan kontak seksual. Gejala herpes adalah Area yang
terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu
II.