Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah
penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung
berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan,
Herpes Genetalis yang disebabkan virus herpes simplex (VHS)dan Herpes Zoster.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang lain
mempunyai

karakteristik

melakukan

replikasi

didalam

inti

sel

dan

membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang


perlu dibedakan dari sitomegalovirus. Karakteristik dari lesi adalah adanya central
intranuclear inclusion bodyeosinofilik yang ireguler yang dibatasi oleh fragmen
perifer dari kromatin pada tepi membran inti.
Herpes adalah salah satu penyakit menular seksual yang paling umum. Diperkirakan
bahwa satu dari setiap lima remaja akan terinfeksi oleh penyakit ini. Penelitian telah
menunjukkan bahwa wanita lebih rentan untuk tertular infeksi ini daripada pria. Hal
ini akan merusak penyakit alat kelamin atau anus baik laki-laki dan perempuan yang
terinfeksi.
Ini adalah penyakit menular yang disebabkan oleh penularan virus yang disebut
Herpes Simplex Virus (HSV). Virus ini akan ditularkan selama hubungan intim atau
selama kontak antara kedua alat kelamin pria dan wanita. Genital herpes
membuktikan bahwa penyakit ini terutama mulut mempengaruhi organ dan alat
kelamin HSV 1 mempengaruhi bibir berupa lepuh dan luka dingin, sedangkan HSV 2
menginfeksi alat kelamin manusia.
II.

RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini kami
dapat memperoleh hasil yang di inginkan,maka kami mengemukakan beberapa
rumusan masalah. Rumusan masalah tersebut yakni :
1. Definisi Herpes Simpleks ?
2. Klasifikasi Herpes Simpleks ?
3. Etiologi Herpes Simpleks?
4. Bagaimana Patofisiologi dan Pathway Herpes Simpleks ?
5. Apa Tanda dan gejala Herpes Simpleks ?
6. Apa saja Pemeriksaan diagnostik Herpes Simpleks ?
7. Bagaimana Penatalaksanaan Herpes Simpleks ?
8. Bagaimana Pencegahaan Herpes Simpleks ?
9. Komplikasi Herpes Simpleks ?

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 1

III.

TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami penjabaran tentang penyakit Herpes Simpleks
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, serta
komplikasi dari penyakit Herpes Simpleks.

BAB II
PEMBAHASAN
I.

Definisi
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes simpleks virus
(HSV) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan
(Handoko, 2010).

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 2

Herpes simpleks merupakan suatu virus DNA, hanya menjangkiti manusia saja
dan tersebar hampir merata di dunia (Ardnt, 1984).
Herpes simpleks penyakit infeksi karena hubungan seksual dengan penyebab
herpes simpleks tipe II (Manuaba, 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simpleks (virus herpes
hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai adanya vesikel berkelompok di atas kulit
yang eritematosa derah mukokutan. Dapat berlangsung primer maupun rekurens.
Herpes simpleks disebut juga fever blaster, cold score, herpes febrilis, herpes
labialis, herpes progenitalis (genitalis). (Mansjoer, Arif, dkk., 1999).
Herpes simpleks adalah infeksi herpes simpleks virus yang umumnya menjangkiti
daerah kulit bagian luar (mukokutan), kebanyakan setempat atau lokal dan setelah
infeksi

awal

dapat

berkembang

menjadi

laten

dengan

rekurensi

berulang. (www.gsk-indonesia.com).
Infeksi herpes simpleks ditandai dengan episode berulang dari lepuhan-lepuhan
kecil di kulit atau selaput lendir, yang berisi cairan dan terasa nyeri. Ciri-ciri
Herpes simplex adalah adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang
berisi cairan, dan jika pecah bisa menyebabkan peradangan. Bintil-bintil ini
biasanya muncul di daerah muco-cutaneous, atau daerah dimana kulit bertemu
dengan lapisan membrane mukosa. Di wajah, daerah ini berlokasi di pertemuan
bibir dengan kulit wajah. Para penderita herpes simplex biasanya merasakan
adanya perasaan geli di daerah tersebut sebelum munculnya bintil-bintil tadi.
Virus herpes simpleks adalah merupakan virus DNA, dan seperti virus DNA yang
lain mempunyai karakteristik melakukan replikasi didalam inti sel dan
membentuk intranuclear inclusion body. Intranuclear inclusion body yang matang
perlu

dibedakan

dari

sitomegalovirus.

Karakteristik

dari

lesi

adalah

adanya central intranuclear inclusion bodyeosinofilik yang ireguler yang dibatasi


II.

oleh fragmen perifer dari kromatin pada tepi membran inti.


Klasifikasi
Dalam herpes simplek dibedakan menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan
imunologis dan klinisnya yaitu (Bobak, 2004)
1. Virus herpes simpleks tipe I
Merupakan infeksi yang paling benyak ditemukan pada masa kanakkanak. Biasanya ditransmisi melalui kontak sekresi oral dan menyebabkan
cold sores dan fever blisters.
Virus herpes simpleks tipe 1 yang menyebabkan infeksi herpes non
genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 3

menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak
dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun..
2. Virus herpes simpleks tipe 2
Biasanya terjadi setelah puber seiring aktivitas sexual meningkat. Dan di
transmisikan terutama melalui kontak dengan sekresi genetalia.
Virus herpes simpleks tipe 2 hampir secara eksklusif hanya ditemukan
pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.
III.

Etiologi
Penyebab Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 2 tipe virus herpes
simpleks:
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis.
Biasanya penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui
udara dan sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman,
sentuhan atau memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya
dijumpai pada tubuh bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut,
hidung dan pipi; selain itu, dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang
penularannya lewat koitusoro genital (oral sex).
2. Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)
Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama
daerah genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan
seksualorogenital.

IV.

Patofisiologi
Virus herpes simpleks disebarkan melalui kontak langsung antara virus
dengan mukosa atau setiap kerusakan di kulit. Virus herpes simpleks tidak
dapat hidup di luar lingkungan yang lembab dan penyebaran infeksi melalui
cara selain kontak langsung kecil kemungkinannya terjadi. Virus herpes
simpleks memiliki kemampuan untuk menginvasi beragam sel melalui fusi
langsung dengan membran sel. Pada infeksi aktif primer, virus menginvasi
sel pejamu dan cepat berkembang dengan biak, menghancurkan sel pejamu
dan melepaskan lebih banyak virion untuk menginfeksi sel-sel disekitarnya.
Pada infeksi aktif primer, virus menyebar melalui saluran limfe ke kelenjar
limfe regional dan menyebabkan limfadenopati.

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 4

Tubuh melakukan respon imun seluler dan humoral yang menahan infeksi
tetapi tidak dapat mencegah kekambuhan infeksi aktif. Setelah infeksi awal
timbul fase laten. Selama masa ini virus masuk ke dalam sel-sel sens orik
yang mempersarafi daerah yang terinfeksi dan bermigrasi disepanjang aks on
untuk bersembunyi di dalam ganglion radiksdorsalis tempat virus berdiam
tanpa menimbulkan sitotoksisitas atau gejala pada manusia.

Pathway

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 5

V.

Tanda dan gejala / Manifestasi klinis


Secara umum gejala klinik infeksi virus herpes simpleks dapat dibagi dalam 2
bentuk yaitu :
1. Infeksi primer yang biasanya disertai gejala ( simtomatik ) meskipun dapat
pula tanpa gejala ( asimtomatik ). Keadaan tanpa gejala kemungkinan karena
adanya imunitas tertentu dari antibodi yang bereaksi silang dan diperoleh
setelah menderita infeksi tipe 1 saat anak-anak. Masa inkubasi yang khas
selama 3 6 hari ( masa inkubasi terpendek yang pernah ditemukan 48 jam )
yang diikuti dengan erupsi papuler dengan rasa gatal, atau pegal-pegal yang
kemudian menjadi nyeri dan pembentukan vesikel dengan lesi vulva dan
perineum yang multipel dan dapat menyatu. Adenopati inguinalis yang bisa
menjadi sangat parah. Gejala sistemik mirip influenza yang bersifat sepintas
sering ditemukan dan mungkin disebabkan oleh viremia. Vesikel yang
terbentuk pada perineum dan vulva mudah terkena trauma dan dapat terjadi
ulserasi serta terjangkit infeksi sekunder. Lesi pada vulva cenderung
menimbulkan nyeri yang hebat dan dapat mengakibatkan disabilitas yang
berat. Retensi urin dapat terjadi karena rasa nyeri yang ditimbulkan ketika
buang air kecil atau terkenanya nervus sakralis. Dalam waktu 2 4 minggu,
semua keluhan dan gejala infeksi akan menghilang tetapi dapat kambuh lagi

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 6

karena terjadinya reaktivasi virus dari ganglion saraf. Kelainan pada serviks
sering ditemukan pada infeksi primer dan dapat memperlihatkan inflamasi
serta ulserasi atau tidak menimbulkan gejala klinis.
2. Infeksi rekuren. Setelah infeksi mukokutaneus yang primer, pertikel-partikel
virus akan menyerang sejumlah ganglion saraf yang berhubungan dan
menimbulkan infeksi laten yang berlangsung lama. Infeksi laten dimana
partikel-partikel virus terdapat dalam ganglion saraf secara berkala akan
terputus

oleh

reaktivasi

virus

yang

disebut

infeksi

rekuren

yang

mengakibatkan infeksi yang asimtomatik secara klinis ( pelepasan virus )


dengan atau tanpa lesi yang simtomatik. Lesi ini umumnya tidak banyak, tidak
begitu nyeri serta melepaskan virus untuk periode waktu yang lebih singkat (2
5 hari) dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi primer, dan secara
khas akan timbul lagi pada lokasi yang sama. Walaupun sering terlihat pada
infeksi primer, infeksi serviks tidak begitu sering terjadi pada infeksi yang
rekuren.
3. Infeksi primer pada ibu dapat menular pada janin, meskipun jarang, melalui
plasenta atau lewat korioamnion yang utuh dan dapat menyebabkan abortus
spontan, prematuritas, ataupun kelainan kongenital dengan gejala mirip infeksi
pada sitomegalovirus seperti mikrosefali, korioretinitis, IUGR. Janin hampir
selalu terinfeksi oleh virus yang dilepaskan dari serviks atau traktus genitalis
bawah setelah ketuban pecah atau saat bayi dilahirkan. Infeksi herpes pada
bayi baru lahir mempunyai salah satu dari ketiga bentuk berikut ini :
a) Disseminata ( 70 % ), menyerang berbagai organ penting seperti otak,
paru. Hepar, adrenal, dan lain-lain dengan kematian lebih dari 50 %
yang disebabkan DIC atau pneumonitis, dan yang berhasil hidup sering
menderita kerusakan otak. Sebagian besar bayi yang terserang bayi
prematur.
b) Lokalisata ( 15 % ) dengan gejala pada mata, kulit dan otak dengan
kematian lebih rendah dibanding bentuk disseminata, tetapi bila tidak
diobati 75 % akan menyebar dan menjadi bentuk disseminata yang
fatal. Bentuk ini sering berakhir dengan kebutaan dan 30 % disertai
kelainan neurologis.
c) Asimtomatik hanya terjadi pada sebagian kecil penderita herpes
neonatal.
VI.

Pemeriksaan Diagnostik

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 7

Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan
dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
c.
d.
e.
f.
g.
h.

diagnosis herpes virus


Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
Pemeriksaan histopatologik
Pemerikasaan mikroskop electron
Kultur virus
Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat
dilakukan

secara

virologi

maupun

serologi,

masing-masing

contoh

pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :


a) Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan
pada permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan
intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang
terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar menyerupai
balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada percobaan Tzanck
dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia
berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari
spesimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian
pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan cahaya elektron
(90% sensitif, 90% spesifik) tetapi, pemeriksaan ini tidak dapat
dicocokkan dengan kultur virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif
dibandingkan kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %,
dibandingkan

dengan

kultur

yang

hanya

75

%).

Tetapi

penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV belum dilakukan


secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang mahal.
Tes ini biasa digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV
karena hasilnya yang lebih cepat dibandingkan kultur virus.6
4. Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk
HSV adalah cara yang paling baik karena paling sensitif dan
spesifik dibanding dengan cara-cara lain. HSV dapat berkembang
Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 8

dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+), hampir 100% akurat,
khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer daripada vesikel
rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan
terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa
berinti banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya
sering (-). Namun cara ini memiliki kekurangan karena waktu
pemeriksaan yang lama dan biaya yang mahal.
b) Serologi
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang
mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus
negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan
gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual
dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang
yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan
jenis infeksi menular sexual lainnya. Sample pada pemeriksaan
serologi ini diambil dari darah atau serum.
VII.

Penatalaksanaan
Mencegah infeksi:
1. Penyuluhan
2. Meningkatkan kebersihan perawatan bayi terutama untuk infeksi herpes
orolabial dan mata.
3. Untuk infeksi genital tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang beresiko tinggi.
4. Untuk wanita lain, pada ibu dengan infeksi primer dianjurkan untuk tidak
hamil pada 1 sampai 2 bulan pertama.
5. Pemeriksaan sitologi teratur pada wanita hamil dengan infeksi herpes simpleks
terutama menjelang persalinan.
6. Dilakukan operasi SC bila ditemukan lesi aktif maupun pelepasan virus.
7. Imunisasi
Secara aktif non spesifik
Diberikan vaksinasi dengan vaksin small pox, polio sabin dan BCG.

Tidak dianjurkan karena tidak terjadi imunitas silang.


Secara aktif spesifik
Vaksin mengandung antigen herpes simpleks yang telah di inaktifkan
dengan pemanasan 58 derajat celcius yang diperoleh dari CMA. Ada 2
macam vaksin:
1) Lupidon H: untuk herpes labialis (HSV tipe 1)
2) Lupidon G: untuk herpes genetalis (HSV tipe 2)

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 9

Vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan


penderita yang alergi dengan Lupidon G, dapat diberikan

kimbinasi Lupidon H dan lupidon G.


Imunisasi secara pasif
Pemberian gamma-globulin dan interferon
Stimulator imunologi:levamisol
Bersifat antiviral pada kulur jaringan dan hewan stimulasi CMI bisa

memberikan efek toksis


3. Mencegah kekambuhan
o Menghilangkan atau

mengurangi

faktor

pencetus

dengan

memberikan pengarahan serta mengobati infeksi.


o Meningkatkan daya tahan tubuh penderita dengan perbaikan kondisi
tubuh maupun obat-obat anti virus seperti valaciclovir dan acyclovir.
o Bila terdapat infeksi sekunder sebaiknya diberikan obat-obat yang
tidak

memberikan

masking

effect

terhadap

sifilis,

misalnya

cotrimoksasol dan streptomisin.


4. Pengobatan
Secara topikal
Obat-obat yang sering dipakai:
1. Povidon-iodin
- Antiseptik
- Hati-hati pada wanita hamil karena bisa menimbulkan goiter (gondok)
pada bayi.
2. Idoksuridin ( IDU )
- Bersifat menekan sintesis DNA virus dan herpes, jadi menghambat
-

replikasi virus
IDU 10-40% dalam DMSO (dimetil sulfoksida) lebih baik, tapi jangan

lebih dari empat hari karena DMSO dapat menimbulkan maserasi.


- Tidak dapat diberikan secara sistemik karena bersifat toksis
- HERPID adalah 5% IDU dalam100% DMSO
3. Sitosin arabinosida/cytarabine
Menekan sintesis DNA virus dan hospes
4. Adenin arabinosida/vidarabine
Menekankan sintesis DNA hospes dan polimerasi DNA virus
5. Bahan-bahan pelarut organis
Alkohol 70%: bersifat mengeringkan, untuk stadium vesikel
Eter:
Melarutkan lipid envelope sehingga partikel virus didapatkan
ekstra sel
o Bersifat krustasi lokal
o Sebelum vesikel dipecahkan dan kemudian dioleskan
o Kurang menyebabkan iritasi dan bersifat anestesi lokal
Timol 4% dalam kloroform
o mempercepat krustasi
Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 10

o bersifat anestesi lokal dan mencegah infeksi sekunder


o virusidal terhadap virus yang envelope nya mengandung lipid
6. Kortikosteroid (prednison 40-60 mg/hari
Anti inflamasi lokal tidak spesifik
Mempercepat redanya peradangan
Dapat diberikan pada staduim dini dengan edema yang hebat dalam
bentuk lotio hydrocortison 1%
7. Inaktifasi fotodinamik dan larutan zat warna seperti methylen blue, neutral
red atau flavine
Zat warna mengikat virus DNA dan dengan penyinaran akan
merusak dan menginaktivasi virus
Secara sistemik
1. Pemberian obat antiviral
vidarabine/ara A: pemberian secara I.V terutama untuk
penyembuhan komlikasi seperti herpetic enchepalitis
acycloguanosine: spesifik untuk kelompok virus herpes,
tinggi efektifitasnya untuk corneal ulcus
2. Lignocain 1-2% dalam bentuk gel untuk menghilangkan rasa
nyeri pada daerah lesi.

VIII. Pencegahan
Karena kemungkinan tertular penyakit ini meningkat dengan jumlah pasangan
seksual seseorang, membatasi jumlah pasangan adalah langkah pertama menuju
pencegahan. Untuk menjaga dari penyebaran herpes, kontak intim harus dihindari
ketika luka pada tubuh. Gatal, terbakar atau kesemutan mungkin terjadi sebelum
luka berkembang. Hubungan seksual harus dihindari selama waktu ini. Herpes
bahkan dapat menyebar ketika tidak ada luka atau gejala. Untuk meminimalkan
risiko penyebaran herpes, kondom lateks harus digunakan selama semua kontak
seksual. Busa spermisida dan jeli mungkin menawarkan perlindungan tambahan
meskipun bukti mengenai hal ini kontroversial. Virus herpes juga dapat menyebar
dengan menyentuh luka dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh. Jika
Anda menyentuh luka, cuci tangan Anda dengan sabun dan air sesegera mungkin.
Juga, tidak berbagi handuk atau pakaian dengan siapa pun.
IX.

Komplikasi

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 11

Komplikasi yang paling signifikan dari HSV adalah ensefalitis, meupakan kasus
fatal sekitar 60-80%. HSV dapat muncul sebagai penyakit menular seperti
pneumonia, colitis, atau esofagitis pada pasien AIDS. Infeksi primer atau rekuren
selama hamil dapat menimbulkan infeksi congenital janin dan bayi baru lahir.
Komplikasi dapat berupa infeksi lokal sampai dengan kelainan dan kadang
meninggal.
Komplikasi herpes simpleks genitalis dapat berupa perluasan lesi lokal dan
penyebaran virus ke lokasi ekstragenital, susunan saraf pusat dan bahkan bisa juga
terjadi superinfeksi jamur. Pada pria dapat terjadi impotensia. Infeksi menyeluruh bisa
terjadi pada toraks dan ekstremitas, penyebaran mukokutan pada pasien dengan
dermatitis atopik atau kehamilan.

BAB III
PENUTUP
I.

Kesimpulan
Herpes simplex adalah infeksi akut oleh virus Herpes Simplex (virus Herpes
Hominis) tipe I dan tipe IIyang ditandai dengan vesikel berkelompok diatas
kulit yang eritematosa di daerah mukokutan. Ciri-ciri Herpes simplex adalah
adanya bintil-bintil kecil, bisa satu atau sekumpulan, yang berisi cairan, dan
jika pecah bisa menyebabkan peradangan.
Virus herpes simpleks menyebar melalui kontak tubuh secara langsung dan
sebagian besar dengan kontak seksual. Gejala herpes adalah Area yang
terinfeksi biasanya berwarna kemerahan, dan menjadi sensitif, setelah itu

II.

timbul bintik-bintik merah. Jumlahnya bervariasi.


Saran
Perawat ataupun mahasiswa keperawatan harus banyak
membaca dan memperbanyak referensi untuk meningkatkan pengetahuan

Laporan Pendahuluan Herpes SimplekPage 12

Anda mungkin juga menyukai