PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah orolabial
atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes genitalis, dengan
gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes
simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga karena
penularan.
Penyakit yang menular secara terus menerus melalui individu yang terinfeksi ke
individu yang sehat merupakan suatu masalah yang sangat diperhatikan oleh negara
maupun dunia. Penularan penyakit bisa terjadi melalui interaksi di dalam rantai infeksi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contoh penyakit menular adalah
penyakit herpes. Herpes merupakan salah satu penyakit menular secara vertikal
(keturunan) dan horizontal (kontak langsung maupun tidak langsung). Penyakit herpes
disebabkan oleh virus yang disebut Herpes Simplex Virus (HSV). Virus herpes simplek ini
dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I (HSV-I) yang menyerang daerah sekitar mulut dan tipe
II (HSV-II) yang menyerang daerah genital dan sekitarnya. Herpes genital merupakan
salah satu infeksi menular seksual yang sulit untuk disembuhkan, bersifat kambuhan, dan
dapat terjadi tanpa ada gejala.
Penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes
dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan
pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes simpleks genitalis.2 Data World Health
Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang hidup dengan infeksi HSV-2 di
seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi
dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221
juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia
terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia
15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta
adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria.
1
Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan orang yang suka
bergonta ganti pasangan seksual. Pada wanita hamil, bayi sangat beresiko terkena virus
herpes. Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayinya melalui plasenta selama kehamilan atau
secara persalinan secara normal. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina seorang
ibu yang terinfeksi virus herpes .
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir
dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata.
Wanita hamil dengan herpes dapat mengakibatkan herpes neonatal disebabkan oleh virus
herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau herpes virus tipe simpleks 2 jenis virus (HSV-2)
sebagai salah dapat menyebabkan herpes genital pada ibu. Sekitar 50% dari neonatal herpes
disebabkan HSV-1 dan 50% karena HSV-2. Sebagian besar kasus herpes neonatal terjadi
sebagai akibat dari kontak langsung dengan sekret ibu yang terinfeksi, meskipun dalam
25% kasus kemungkinan sumber Infeksi postnatal diidentifikasi, biasanya kerabat dekat
dari infeksi Postnatal mother terjadi sebagai akibat dari paparan infeksi herpes oro-
labial.(Foley et all, 2014).
B. Rumusan Masalah
1. Definisi herpes ?
C. Tujuan Penulis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :
2
3. Dapat mengetahui Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Herpes Genitalia
1. Definisi
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi
manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit
kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV.
Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin
(herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan tetapi, banyak
orang yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka memiliki virus herpes di
Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih
banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat
2. Klasifikasi Herpes
Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang
disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa nyeri
disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area
di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah varicella
atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak hingga remaja. Setelah
4
varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf dan dapat
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air (chicken
pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah virus yang
hanya dapat hidup di manusia dan primata ;(simian). Pertikel virus (virion) varicella
zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang
(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan nukleokapsid
yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded genom.
terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila
bagian amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan
suatu penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya
vesikel pada wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh
dan dapat rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi
(HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat
infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari
5
epitel sampai endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea,
Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah
orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes
genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar
makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular
Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering
berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang
tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau
maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi
herpes simpleks genitalis. Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang air
3. Etiologi Herpes
a. Etiologi Herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian
baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas
termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga
6
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral
sex).
tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah
orogenital.
HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang merupakan virus DNA.
Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2,
yang secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui mulut,
penting untuk tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah laserasi pada
kulit dan konjungtiva. Biasanya virus mati pada ruangan akibat kekeringan. Saat
replikasi virus tidak terjadi , virus naik ke saraf sensori perifer dan tetap tidak
aktif dan ganglia saraf. Wabah lain terjadi ketika hospes menderita stres. Pada
wanita hamil dengan herpes aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat
7
3) Varisella Zoster Virus
kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral
dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya
virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi
laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan
saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang
dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada
satu dermatom.
4 . Pathogenesis Herpes
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup
virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi
manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat
sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel
multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada
sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan
permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai
infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi
infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa. Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada
orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung
8
dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus
masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan
mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada
hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan
timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.
regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor
pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada
antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat
Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau
emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa
kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui
hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV
dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap
penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa
(orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Pada episode
infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya,
9
terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau
replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat
laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah
infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Ketika reaktivasi virus berjalan dari
5 . Gejala Herpes
Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai dengan
sering gejala kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala atau
atipikal, karena mayoritas orang dengan HSV-2 infeksi belum didiagnosis. Meskipun
HSV-1 dan HSV-2 biasanya ditularkan melalui rute yang berbeda dan mempengaruhi
area tubuh yang berbeda, tanda-tanda dan gejala tumpang tindih. Episode pertama dari
gejala dari genital HSV-1 infeksi tidak dapat klinis dibedakan dari infeksi HSV-2;
hanya melalui tes laboratorium yang infeksi ini dapat dibedakan. Ketika vesikel tidak
lain ulkus genital. Kebanyakan orang akan mengalami satu atau lebih gejala
kekambuhan dalam waktu satu tahun setelah gejala pertama episode infeksi HSV-2.
Dengan genital HSV-1 infeksi, episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan
kambuh. Kekambuhan gejala umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi
biasanya menyebabkan pelepasan virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam
ketiadaan gejala. Akibatnya, HSV-2 sering ditularkan oleh orang yang tidak menyadari
10
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam, nyeri otot,
dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.
Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan mengering
dalam beberapa hari. Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa
nyeri.
Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat kelamin. Lalu
sakit pada saat buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina. Munculnya benjolan di
selangkangan dan koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha.
Pada pria, herpes dapat menyebabkan kulit penis kering, perih, dan gatal.
Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit berisi
cairan (vesikel) yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit kepala, rasa
6. Pencegahan Herpes
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom
dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah
yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi
itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala
a. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng yang
11
c. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan tidak
d. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
e. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
7. Pengobatan Herpes
obat virus yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir. Efek obat
memperpendek rekurensi.
Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini dapat
c. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
12
d. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi selama masa
persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat menyebabkan komplikasi yang
3. Cuci sores dengan air garam 2 sendok the garam dalam 1 liter air, atau 1 cup garam
4. Olesan salep atau krim penghilang rasa sakit dapat mengurangi rasa sakit, terutama
5. Bila sakit sewaktu kencing , Anda dapat mengeluarkan air seni sewaktu duduk dalam
Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan untuk orang
1. Obat antiradang
Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah satu cara untuk
mengobati herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan NSAID lainnya mampu mengurangi
13
3. Antihistamin
mengatasi rasa gatal. Ini karena rasa gatal akibat herpes zoster biasanya tak tertahankan.
Menggaruk ruam dan luka bisa membuat penyakit menyebar luas. Untuk itu, antihistamin
menjadi salah satu cara efektif untuk mengobati rasa gatal akibat herpes zoster.
4. Capsaicin (Zostrix)
Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko nyeri saraf
pasca pulih dari herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat menyiksa karena menyerang
serabut saraf dan kulit. Kulit akan terasa seperti terbakar dalam waktu yang cukup lama.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks
tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang
sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan. Herpes genitalis adalah suatu
penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah
disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes zoster disebut juga
shingles/cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian
dermatoma dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster. Pengobatan dari herpes
secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor
pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir,
valasiklovir, famsiklovir.
B. Saran
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan
cara pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil agar lebih menjaga kebersihan
diri terutama pada bagian Genital, karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur/virus
pada bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis
dan varicella. Jika ibu mengalami gejala – gejala seperti nafsu makan berkurang, demam,
terdapat ruam pada bagian tubuh, dan tersa gatal ibu harus segera datang ketenaga
15
Daftar Pustaka
Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes
10. 00 WIB
Foley E, Clarke E, Beckett VA, Harrison S, Pillai A, FitzGerald M, Owen P, Low-Beer N, Patel
Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes zoster among
108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment Pharmacol Ther. 2013;37(4):420–429.
Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS. Dr.
M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7. No 3. Hal 37-
Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”. Jurnal Medula
16
17