Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah orolabial
atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes genitalis, dengan
gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makula eritematosa. Herpes
simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual (IMS) yang paling sering
menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering berulang (rekuren), juga karena
penularan.
Penyakit yang menular secara terus menerus melalui individu yang terinfeksi ke
individu yang sehat merupakan suatu masalah yang sangat diperhatikan oleh negara
maupun dunia. Penularan penyakit bisa terjadi melalui interaksi di dalam rantai infeksi baik
secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contoh penyakit menular adalah
penyakit herpes. Herpes merupakan salah satu penyakit menular secara vertikal
(keturunan) dan horizontal (kontak langsung maupun tidak langsung). Penyakit herpes
disebabkan oleh virus yang disebut Herpes Simplex Virus (HSV). Virus herpes simplek ini
dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe I (HSV-I) yang menyerang daerah sekitar mulut dan tipe
II (HSV-II) yang menyerang daerah genital dan sekitarnya. Herpes genital merupakan
salah satu infeksi menular seksual yang sulit untuk disembuhkan, bersifat kambuhan, dan
dapat terjadi tanpa ada gejala.
Penyakit ini dapat terjadi pada seseorang tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes
dapat diartikan sebagai merangkak atau maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan
pola penyebaran lesi kulit infeksi herpes simpleks genitalis.2 Data World Health
Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang hidup dengan infeksi HSV-2 di
seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi
dibanding pria, dengan perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221
juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia
terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada kelompok usia
15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236 juta, di antaranya 12,8 juta
adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria.

1
Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan orang yang suka
bergonta ganti pasangan seksual. Pada wanita hamil, bayi sangat beresiko terkena virus
herpes. Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayinya melalui plasenta selama kehamilan atau
secara persalinan secara normal. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina seorang
ibu yang terinfeksi virus herpes .
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir
dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata.
Wanita hamil dengan herpes dapat mengakibatkan herpes neonatal disebabkan oleh virus
herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau herpes virus tipe simpleks 2 jenis virus (HSV-2)
sebagai salah dapat menyebabkan herpes genital pada ibu. Sekitar 50% dari neonatal herpes
disebabkan HSV-1 dan 50% karena HSV-2. Sebagian besar kasus herpes neonatal terjadi
sebagai akibat dari kontak langsung dengan sekret ibu yang terinfeksi, meskipun dalam
25% kasus kemungkinan sumber Infeksi postnatal diidentifikasi, biasanya kerabat dekat
dari infeksi Postnatal mother terjadi sebagai akibat dari paparan infeksi herpes oro-
labial.(Foley et all, 2014).

B. Rumusan Masalah
1. Definisi herpes ?

2. Apa saja klasifikasi herpes ?

3. Bagaimana Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes ?

4. Bagaimana gejala herpes?

5. Bagaimana cara pencegahan herpes ?

6. Bagaimana pengobatan herpes?

C. Tujuan Penulis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Dapat mengetahui definisi herpes.

2. Dapat mengetahui klasifikasi herpes

2
3. Dapat mengetahui Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes

4. Dapat mengetahui gejala herpes

5. Dapat mengetahui cara pencegahan herpes

6. Dapat mengetahui pengobatan herpes

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Herpes Genitalia
1. Definisi
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi

manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit

kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV.

Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin

(herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan tetapi, banyak

orang yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka memiliki virus herpes di

dalam tubuhnya. (Monica Shendy, 2016).

Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini

disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih

banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat

menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.(Monica Shendy, 2016).

2. Klasifikasi Herpes

a. Herpes Zoster /Varicella Zoster Virus (VZV)

Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang

disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa nyeri

disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area

di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah varicella

atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak hingga remaja. Setelah

4
varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf dan dapat

teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas menurun (CDC,2008).

Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air (chicken

pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah virus yang

hanya dapat hidup di manusia dan primata ;(simian). Pertikel virus (virion) varicella

zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang

mengkodekan gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini berukuran 125 kb

(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan nukleokapsid

yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded genom.

Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral, memiliki diameter 100-110 nm, dan

terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan

mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila

bagian amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan

dan melalui vesikel pada kulit pada penderita .

b. Herpes Simplex Virus 1 (HSV 1)

Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan

suatu penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya

vesikel pada wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh

dan dapat rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi

imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks Keratitis

(HSK) merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat

infeksi Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari

5
epitel sampai endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea,

pemeriksaan Giemsa dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018).

c. Herpes Simplex Virus 2 (HSV 2)

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah

orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes

genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar

makula eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular

Seksual (IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering

berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang

tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau

maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi

herpes simpleks genitalis. Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang air

kecil, dan keputihan. (Laissa Bonita, 2017).

3. Etiologi Herpes

a. Etiologi Herpes

Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 3 tipe virus herpes :

1) Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)

Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes

simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya

penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan sebagian

kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau memakai

baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh bagian atas

termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu, dapat juga

6
dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro genital (oral

sex).

2) Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)

Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi

tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.

Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah

genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan seksual

orogenital.

HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang merupakan virus DNA.

Pembagian tipe 1 dan 2 berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media

kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis yaitu tempat predileksi.

Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2,

yang secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui mulut,

orofaring, permukaan mukosa, vagina, dan serviks tampak merupakan sumber

penting untuk tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah laserasi pada

kulit dan konjungtiva. Biasanya virus mati pada ruangan akibat kekeringan. Saat

replikasi virus tidak terjadi , virus naik ke saraf sensori perifer dan tetap tidak

aktif dan ganglia saraf. Wabah lain terjadi ketika hospes menderita stres. Pada

wanita hamil dengan herpes aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat

terinfeksi oleh virus. Terdapat resiko morbiditas dan mortalitas janin.

7
3) Varisella Zoster Virus

Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai

kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral

dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya

virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi

laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan

ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang

immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan

saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang

dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada

satu dermatom.

4 . Pathogenesis Herpes

HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup

virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi

manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat

sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel

multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada

sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan

permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai

infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi

infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat

menularkan virus lewat permukaan mukosa. Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada

orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung

8
dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus

masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan

mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada

hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan

timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat.

Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf

regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1

menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2

menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor

pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali

sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada

antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat

pada waktu infeksi primer.

Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau

emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa

kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui

hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV

dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap

penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa

(orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel

epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.

Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Pada episode

infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya,

9
terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau

replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui

serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat

laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah

infeksi chickenpox pada masa anak – anak. Ketika reaktivasi virus berjalan dari

ganglion ke kulit area dermatom.

5 . Gejala Herpes

Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai dengan

sering gejala kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala atau

atipikal, karena mayoritas orang dengan HSV-2 infeksi belum didiagnosis. Meskipun

HSV-1 dan HSV-2 biasanya ditularkan melalui rute yang berbeda dan mempengaruhi

area tubuh yang berbeda, tanda-tanda dan gejala tumpang tindih. Episode pertama dari

gejala dari genital HSV-1 infeksi tidak dapat klinis dibedakan dari infeksi HSV-2;

hanya melalui tes laboratorium yang infeksi ini dapat dibedakan. Ketika vesikel tidak

hadir, konfirmasi laboratorium mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyebab

lain ulkus genital. Kebanyakan orang akan mengalami satu atau lebih gejala

kekambuhan dalam waktu satu tahun setelah gejala pertama episode infeksi HSV-2.

Dengan genital HSV-1 infeksi, episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan

kambuh. Kekambuhan gejala umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi

biasanya menyebabkan pelepasan virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam

ketiadaan gejala. Akibatnya, HSV-2 sering ditularkan oleh orang yang tidak menyadari

infeksi mereka atau yang asimtomatik pada saat kontak seksual.

10
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam, nyeri otot,

dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.

Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan mengering

dalam beberapa hari. Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa

nyeri.

Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat kelamin. Lalu

sakit pada saat buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina. Munculnya benjolan di

selangkangan dan koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha.

Pada pria, herpes dapat menyebabkan kulit penis kering, perih, dan gatal.

Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit berisi

cairan (vesikel) yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit kepala, rasa

nyeri, panas pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.

6. Pencegahan Herpes

Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom

dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah

yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi

surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping

itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala

atau ditemukan herpes oral.

- Pencegahan Tertularnya Herpes

a. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng yang

muncul akibat herpes.

b. Mencuci tangan secara rutin.

11
c. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan tidak

menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.

d. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,

cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.

e. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama

munculnya gejala penyakit herpes.

7. Pengobatan Herpes

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi

pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Pengobatan yang diberikan dapat

dibagi menjadi 3 bagian :

a. Pengobatan profilaksis, meliputi penjelasan kepada pasien tentang

penyakitnya, proteksi individual, menghindari faktor pencetus, psikoterapi.

b. Pengobatan non spesifik, yaitu yang bersifat simtomatis.

c. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap virus herpes. Tiga

obat virus yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir. Efek obat

antivirus tersebut mengurangi viral shedding, memperpendek lama sakit dan

memperpendek rekurensi.

Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini dapat

dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:

a. Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.

b. Mandi dengan menggunakan air suam

c. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.

12
d. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.

e. Menggunakan pakaian longgar.

f. Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.

Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus

berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi selama masa

persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat menyebabkan komplikasi yang

berbahaya bagi bayi.

1. Paracetamol atau aspirin dapat mengurangi rasa sakit dan soreness.

2. Betadine akan mengeringkan lepuhan & mencegah sores terinfeksi.

3. Cuci sores dengan air garam 2 sendok the garam dalam 1 liter air, atau 1 cup garam

dalam air mandi) dapat menolong penyembuhan.

4. Olesan salep atau krim penghilang rasa sakit dapat mengurangi rasa sakit, terutama

ketika mengeluarkan air seni.

5. Bila sakit sewaktu kencing , Anda dapat mengeluarkan air seni sewaktu duduk dalam

air mandi yang hangat.

Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan untuk orang

dengan herpes zoster.

1. Obat antiradang

Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah satu cara untuk

mengobati herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan NSAID lainnya mampu mengurangi

rasa sakit dan pembengkakan.

2. Analgesik (obat pereda nyeri)

13
3. Antihistamin

Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) sering kali ikut diresepkan untuk

mengatasi rasa gatal. Ini karena rasa gatal akibat herpes zoster biasanya tak tertahankan.

Menggaruk ruam dan luka bisa membuat penyakit menyebar luas. Untuk itu, antihistamin

menjadi salah satu cara efektif untuk mengobati rasa gatal akibat herpes zoster.

4. Capsaicin (Zostrix)

Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko nyeri saraf

pasca pulih dari herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat menyiksa karena menyerang

serabut saraf dan kulit. Kulit akan terasa seperti terbakar dalam waktu yang cukup lama.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks

tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang

sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan. Herpes genitalis adalah suatu

penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling rektum atau daerah

disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes zoster disebut juga

shingles/cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian

dermatoma dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster. Pengobatan dari herpes

secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor

pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir,

valasiklovir, famsiklovir.

B. Saran

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan dengan

cara pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil agar lebih menjaga kebersihan

diri terutama pada bagian Genital, karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur/virus

pada bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis

dan varicella. Jika ibu mengalami gejala – gejala seperti nafsu makan berkurang, demam,

terdapat ruam pada bagian tubuh, dan tersa gatal ibu harus segera datang ketenaga

kesehatan untuk mendapatkan pengobataan.

15
Daftar Pustaka

Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes

Simpleks Genitalis. Diakses di https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/viewFile/4149/2797

pada tanggal 23 Novemver 2019. Pukul : 09.40 WIB

Brazier,Yvett. 2017. “Symptoms, causes, and treatment for herpes “ Diakses

https://www.medicalnewstoday.com/articles/151739.php pada tanggal 23 November 2019. Pukul

10. 00 WIB

Foley E, Clarke E, Beckett VA, Harrison S, Pillai A, FitzGerald M, Owen P, Low-Beer N, Patel

R, Management of Genital Herpes in Pregnancy. TAHUN 2014

Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes zoster among

108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment Pharmacol Ther. 2013;37(4):420–429.

Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS. Dr.

M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7. No 3. Hal 37-

38. Diakses di http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/871/711 Pada tanggal

20 November 2019. Pukul 20.00 WIB

Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”. Jurnal Medula

Unila Vol. 4 No. 3 Hal 110.

Tjin Willy. 2017.Herpes.Alodokter. diakses di https://www.alodokter.com/herpes pada tanggak 17

November 2019. Pukul 21.00 WIB

16
17

Anda mungkin juga menyukai