PENDAHULUAN
1
terjadi sebagai akibat dari kontak langsung dengan sekret ibu yang terinfeksi, meskipun
dalam 25% kasus kemungkinan sumber Infeksi postnatal diidentifikasi, biasanya kerabat
dekat dari infeksi Postnatal mother terjadi sebagai akibat dari paparan infeksi herpes oro-
labial.(Foley et all, 2014)
Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah,
seorang Dokter akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus herpes,
melahirkan secara caesar. Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak perlu melewati
saluran persalinan yang menjadi persemaian berbagai virus. Penyakit herpes muncul
dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan kulit, disertai rasa sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah :
1.2.1 Definisi herpes ?
1.2.2 Apa saja klasifikasi herpes ?
1.2.3 Bagaimana Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes ?
1.2.4 Bagaimana gejala herpes?
1.2.5 Bagaimana cara pencegahan herpes ?
1.2.6 Bagaimana pengobatan herpes?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini
adalah :
2
BAB II
PEMBAHASAN
Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih
banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat
menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.(Monica Shendy, 2016)
Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang
disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa nyeri
disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area
di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah varicella
atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak hingga remaja. Setelah
varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf dan dapat
teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas menurun (CDC,2008).
Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air
(chicken pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah virus
yang hanya dapat hidup di manusia dan primata ;(simian). Pertikel virus (virion)
varicella zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang
mengkodekan gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini berukuran 125 kb
(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan nukleokapsid
yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded genom.
3
Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral, memiliki diameter 100-110 nm, dan
terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian
amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan dan
melalui vesikel pada kulit pada penderita .
Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan suatu
penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya vesikel pada
wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh dan dapat
rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi
imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks Keratitis (HSK)
merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat infeksi Herpes
Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari epitel sampai
endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea, pemeriksaan
Giemsa dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018)
Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah
orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes
genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makula
eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering
berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang
tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau
maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi
herpes simpleks genitalis.Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang air
kecil, dan keputihan. (Laissa Bonita, 2017)
4
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan
sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau
memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh
bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu,
dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro
genital (oral sex).
HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang merupakan virus DNA.
Pembagian tipe 1 dan 2 berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic marker, dan lokasi klinis yaitu tempat predileksi.
Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2, yang
secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui mulut, orofaring,
permukaan mukosa, vagina, dan serviks tampak merupakan sumber penting untuk
tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah laserasi pada kulit dan konjungtiva.
Biasanya virus mati pada ruangan akibat kekeringan. Saat replikasi virus tidak
terjadi , virus naik ke saraf sensori perifer dan tetap tidak aktif dan ganglia saraf.
Wabah lain terjadi ketika hospes menderita stres. Pada wanita hamil dengan herpes
aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat terinfeksi oleh virus. Terdapat resiko
morbiditas dan mortalitas janin.
5
menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus
kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang
immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan
saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang
dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain
pada satu dermatom.
6
Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres
fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-
obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya.
Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano
genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala
klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit.
Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring,
serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Pada
episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima
virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes,
mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada
kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan
berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus
varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada
masa anak – anak. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.
2.3.3 Epidemiologi Herpes
Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun
yang hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah
536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi dibanding pria, dengan
perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221 juta pria
yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia
terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada
kelompok usia 15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236
juta, di antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria. (Lisa
Bonita, 2017)
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada
faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya
ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi
sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender
mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1
dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak
7
seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan
lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam
dibanding kulit putih.
Pada Varicella zoster virus (VZV), level infektifitasnya tinggi dan
memiliki prevalensi yang terjadi di seluruh dunia. Herpes zoster tidak
memiliki kaitan dengan musim dan tidak terjadi epidemik. Hubungan yang
kuat terdapat pada peningkatan usia, yaitu 1,2 sampai 3,4 per 1000 penduduk
per tahun pada orang sehat berusia muda, dan meningkat menjadi 3,9 sampai
dengan 11,8 per 1000 penduduk pada usia di atas 65 tahun (Long MD dkk.,
2013).
2.4 Gejala Herpes
Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai dengan
sering gejala kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala atau
atipikal, karena mayoritas orang dengan HSV-2 infeksi belum didiagnosis. Meskipun
HSV-1 dan HSV-2 biasanya ditularkan melalui rute yang berbeda dan mempengaruhi
area tubuh yang berbeda, tanda-tanda dan gejala tumpang tindih. Episode pertama dari
gejala dari genital HSV-1 infeksi tidak dapat klinis dibedakan dari infeksi HSV-2; hanya
melalui tes laboratorium yang infeksi ini dapat dibedakan. Ketika vesikel tidak hadir,
konfirmasi laboratorium mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyebab lain ulkus
genital. Kebanyakan orang akan mengalami satu atau lebih gejala kekambuhan dalam
waktu satu tahun setelah gejala pertama episode infeksi HSV-2. Dengan genital HSV-1
infeksi, episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan kambuh. Kekambuhan gejala
umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi biasanya menyebabkan pelepasan
virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam ketiadaan gejala. Akibatnya, HSV-2
sering ditularkan oleh orang yang tidak menyadari infeksi mereka atau yang asimtomatik
pada saat kontak seksual.
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam, nyeri otot,
dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.
Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan mengering
dalam beberapa hari. Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri.
Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat kelamin. Lalu
sakit pada saat buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina. Munculnya benjolan di
selangkangan dan koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha. Pada
pria, herpes dapat menyebabkan kulit penis kering, perih, dan gatal.
8
Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit berisi
cairan (vesikel) yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit kepala, rasa nyeri,
panas pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.
2.5 Cara Pencegahan Herpes
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak
tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-
9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan
melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini
dapat dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:
9
1. Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
2. Mandi dengan menggunakan air suam
3. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
4. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
5. Menggunakan pakaian longgar.
6. Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.
Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi selama
masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat menyebabkan
komplikasi yang berbahaya bagi bayi.
Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan untuk
orang dengan herpes zoster.
1. Obat antiradang
Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah satu cara
untuk mengobati herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan NSAID lainnya mampu
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
2. Analgesik (obat pereda nyeri)
3. Antihistamin
10
4. Capsaicin (Zostrix)
Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko nyeri saraf
pasca pulih dari herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat menyiksa karena
menyerang serabut saraf dan kulit. Kulit akan terasa seperti terbakar dalam waktu
yang cukup lama.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.Herpes
genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes
zoster disebut juga shingles/cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
akut pada bagian dermatoma dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster.
Pengobatan dari herpes secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal,
menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani
herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
3.2 SARAN
Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan
dengan cara pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil agar lebih menjaga
kebersihan diri terutama pada bagian Genital, karena hal itu dapat mencegah
timbulnya jamur/virus pada bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti Herpes Genitalis dan varicella. Jika ibu mengalami gejala – gejala
seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat ruam pada bagian tubuh, dan tersa
gatal ibu harus segera datang ketenaga kesehatan untuk mendapatkan pengobataan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes
Simpleks Genitalis. Diakses di https://e-
journal.unair.ac.id/BIKK/article/viewFile/4149/2797
Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes zoster
among 108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment Pharmacol Ther.
2013;37(4):420–429.
Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS.
Dr. M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7.
No 3. Hal 37-38. Diakses di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/871/711
Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”. Jurnal
Medula Unila Vol. 4 No. 3 Hal 110.
13