Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi Herpes simplex virus (HSV) merupakan salah satu virus penyebab infeksi
menular seksual yang meluas di seluruh dunia. HVS sendiri dibagi menjadi dua tipe
yakni HVS tipe 1 dan HVS tipe 2. Penyakit herpes genitalis disebabkan oleh HSV
anggota keluarga herpesviridae. Herpes simplek/herpes genitalis merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus simplek tipe 2 di mukosa alat kelamin.
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis
sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus.
Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti :
ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya.
Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan
infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau
stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang
kemudian menimbulkan kelainan pada kulit.
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili
herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan
untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang
berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur
hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan
reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren.
Yang beresiko terkena virus herpes adalah ibu hamil, bayi, dan orang yang suka
bergonta ganti pasangan seksual. Pada wanita hamil, bayi sangat beresiko terkena virus
herpes. Virus dapat ditularkan dari ibu ke bayinya melalui plasenta selama kehamilan
atau secara persalinan secara normal. Sekitar 30-50% bayi yang lahir melalui vagina
seorang ibu yang terinfeksi virus herpes
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir
dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata.
Wanita hamil dengan herpes dapat mengakibatkan herpes neonatal disebabkan oleh virus
herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) atau herpes virus tipe simpleks 2 jenis virus (HSV-2)
sebagai salah dapat menyebabkan herpes genital pada ibu. Sekitar 50% dari neonatal
herpes disebabkan HSV-1 dan 50% karena HSV-2. Sebagian besar kasus herpes neonatal

1
terjadi sebagai akibat dari kontak langsung dengan sekret ibu yang terinfeksi, meskipun
dalam 25% kasus kemungkinan sumber Infeksi postnatal diidentifikasi, biasanya kerabat
dekat dari infeksi Postnatal mother terjadi sebagai akibat dari paparan infeksi herpes oro-
labial.(Foley et all, 2014)
Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah,
seorang Dokter akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus herpes,
melahirkan secara caesar. Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak perlu melewati
saluran persalinan yang menjadi persemaian berbagai virus. Penyakit herpes muncul
dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan kulit, disertai rasa sakit.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas
pada makalah ini adalah :
1.2.1 Definisi herpes ?
1.2.2 Apa saja klasifikasi herpes ?
1.2.3 Bagaimana Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes ?
1.2.4 Bagaimana gejala herpes?
1.2.5 Bagaimana cara pencegahan herpes ?
1.2.6 Bagaimana pengobatan herpes?
1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini
adalah :

1.3.1 Dapat mengetahui definisi herpes.


1.3.2 Dapat mengetahui klasifikasi herpes
1.3.3 Dapat mengetahui Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi herpes
1.3.4 Dapat mengetahui gejala herpes
1.3.5 Dapat mengetahui cara pencegahan herpes
1.3.6 Dapat mengetahui pengobatan herpes

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Herpes

Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi


manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit
kering. Jenis virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV.
Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin
(herpes genitalia). Herpes merupakan kondisi jangka Panjang. Akan tetapi, banyak orang
yang tidak memunculkan gejala herpes padahal mereka memiliki virus herpes di dalam
tubuhnya. (Monica Shendy, 2016)

Herpes kemaluan (genital herpes) adalah lepuhan atau sores pada kemaluan. Ini
disebabkan oleh Herpes Simplex Virus (HSV) Tipe I atau Tipe II. HSV Tipe I lebih
banyak di mulut (cold sores) dan HSV Tipe II di kemaluan. Kedua virus ini dapat
menginfeksi mulut dan daerah kemaluan.(Monica Shendy, 2016)

2.2 Klasifikasi Herpes


2.2.1 Herpes Zoster /Varicella Zoster Virus (VZV)

Herpes zoster yang sering disebut dengan istilah shingles adalah penyakit yang
disebabkan oleh varicella zoster virus (VZV), dengan manifestasi klinis berupa nyeri
disertai blister yang muncul mengikuti dermatom saraf dan sering terbatas pada area
di satu sisi tubuh dan membentuk garis. Infeksi awal herpes zoster adalah varicella
atau cacar air yang biasanya menyerang pada usia anak hingga remaja. Setelah
varicella sembuh, virus ini akan dalam keadaan dorman di ganglion saraf dan dapat
teraktivasi menimbulkan herpes zoster apabila imunitas menurun (CDC,2008).

Varicella zoster virus (VZV) adalah virus yang menyebabkan cacar air
(chicken pox) dan herpes zoster (shingles). Herpes zoster Varicella zoster adalah virus
yang hanya dapat hidup di manusia dan primata ;(simian). Pertikel virus (virion)
varicella zoster memiliki ukuran 120-300 nm. Virus ini memiliki 69 daerah yang
mengkodekan gen-gen tertentu sedangkan genom virus ini berukuran 125 kb
(kilobasa). Komposisi virion adalah berupa kapsid, selubung virus, dan nukleokapsid
yang berfungsi untuk melindungi inti berisi DNA double stranded genom.

3
Nukleokapsid memiliki bentuk ikosahedral, memiliki diameter 100-110 nm, dan
terdiri dari 162 protein yang dikenal dengan istilah kapsomer. Virus ini akan
mengalami inaktivasi pada suhu 56-60 °C dan menjadi tidak berbahaya apabila bagian
amplop virus ini rusak. Penyebaran virus ini dapat terjadi melalui pernapasan dan
melalui vesikel pada kulit pada penderita .

2.2.2 Herpes Simplex Virus 1 (HSV 1)

Infeksi Herpes Simpleks Virus 1 (HSV 1) pada rongga mulut merupakan suatu
penyakit yang diawali gejala prodromal yaitu demam diikuti munculnya vesikel pada
wajah, mukosa mulut, dan bibir. HSV 1 bersifat laten di dalam tubuh dan dapat
rekuren yang dipicu oleh paparan sinar matahari, stres emosional, kondisi
imunosupresi, kelainan hormonal dan trauma saraf. Herpes Simpleks Keratitis (HSK)
merupakan salah satu penyebab kerusakan kornea. HSK terjadi akibat infeksi Herpes
Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). HSK memiliki manifestasi klinik dari epitel sampai
endotel. Diagnosis didukung dengan penurunan sensibilitas kornea, pemeriksaan
Giemsa dan Papaniculou. ( Raihana Rustam, 2018)

2.2.3 Herpes Simplex Virus 2 (HSV 2)

Infeksi Herpes simpleks virus (HSV) dapat berupa kelainan pada daerah
orolabial atau herpes orolabialis serta daerah genital dan sekitarnya atau herpes
genitalis, dengan gejala khas berupa adanya vesikel berkelompok di atas dasar makula
eritematosa. Herpes simpleks genitalis merupakan salah satu Infeksi Menular Seksual
(IMS) yang paling sering menjadi masalah karena sukar disembuhkan, sering
berulang (rekuren), juga karena penularan penyakit ini dapat terjadi pada seseorang
tanpa gejala atau asimtomatis. Kata herpes dapat diartikan sebagai merangkak atau
maju perlahan (creep or crawl) untuk menunjukkan pola penyebaran lesi kulit infeksi
herpes simpleks genitalis.Gejala herpes meliputi lecet, bisul, nyeri saat buang air
kecil, dan keputihan. (Laissa Bonita, 2017)

2.3 Etiologi, Pathogenesis dan Epidemiologi Herpes


2.3.1 Etiologi Herpes
Berdasarkan struktur antigeniknya dikenal 3 tipe virus herpes :
1. Virus Herpes Simpleks Tipe I (HSV I)

4
Penyakit kulit/selaput lendir yang ditimbulkan biasanya disebut herpes
simpleks saja, atau dengan nama lain herpes labialis, herpesfebrilis. Biasanya
penderita terinfeksi virus ini pada usia kanak-kanak melalui udara dan
sebagian kecil melalui kontak langsung seperti ciuman, sentuhan atau
memakai baju/handuk mandi bersama. Lesi umumnya dijumpai pada tubuh
bagian atas termasuk mata dengan rongga mulut, hidung dan pipi; selain itu,
dapat juga dijumpai di daerah genitalia, yang penularannya lewat koitusoro
genital (oral sex).

2. Virus Herpes Simpleks Tipe II (HSV II)

Penyakit ditularkan melalui hubungan seksual, tetapi dapat juga terjadi


tanpa koitus, misalnya dapat terjadi pada dokter gigi dan tenaga medik.
Lokalisasi lesi umumnya adalah bagian tubuh di bawah pusar, terutama daerah
genitalia lesi ekstra-genital dapat pula terjadi akibat hubungan
seksualorogenital.

HSV tipe 1 dan 2 merupakan virus hominis yang merupakan virus DNA.
Pembagian tipe 1 dan 2 berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur,
antigenic marker, dan lokasi klinis yaitu tempat predileksi.

Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2, yang
secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui mulut, orofaring,
permukaan mukosa, vagina, dan serviks tampak merupakan sumber penting untuk
tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah laserasi pada kulit dan konjungtiva.
Biasanya virus mati pada ruangan akibat kekeringan. Saat replikasi virus tidak
terjadi , virus naik ke saraf sensori perifer dan tetap tidak aktif dan ganglia saraf.
Wabah lain terjadi ketika hospes menderita stres. Pada wanita hamil dengan herpes
aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat terinfeksi oleh virus. Terdapat resiko
morbiditas dan mortalitas janin.

3. Varisella Zoster Virus

Herpes zoster disebabkan oleh Varisella Zoster Virus yang mempunyai


kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri ikosehedral
dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan
hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat

5
menjadi laten di badan sel saraf, sel satelit pada akar dorsalis saraf, nervus
kranialis dan ganglio autonom tanpa menimbulkan gejala. Pada individu yang
immunocompromise, beberapa tahun kemudian virus akan keluar dari badan
saraf menuju ke akson saraf dan menimbulkan infeksi virus pada kulit yang
dipersarafi. Virus dapat menyebar dari satu ganglion ke ganglion yang lain
pada satu dermatom.

2.3.2 Pathogenesis Herpes


HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae,
sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara
luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster
mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa
herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien
menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host
ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan
penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada
neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV
seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat
menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar
melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang
terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke
dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan
mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu
pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat
mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi
berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-
1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital
HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu
ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan
multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam
tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan
gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.

6
Faktor pencetus antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres
fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-
obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya.
Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano
genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala
klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit.
Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring,
serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
Lalu pada Herpez zoster disebabkan oleh varicello zoster (VZV). Pada
episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima
virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes,
mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada
kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan
berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus
varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada
masa anak – anak. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area
dermatom.
2.3.3 Epidemiologi Herpes
Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun
yang hidup dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah
536 juta. Wanita lebih banyak yang terinfeksi dibanding pria, dengan
perkiraan 315 juta wanita yang terinfeksi dibandingkan dengan 221 juta pria
yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat sebanding dengan usia
terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru pada
kelompok usia 15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236
juta, di antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria. (Lisa
Bonita, 2017)
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada
faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya
ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi
sosial ekonomi terbelakang. Kebiasaan, orientasi seksual dan gender
mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1
dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak
7
seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan
lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam
dibanding kulit putih.
Pada Varicella zoster virus (VZV), level infektifitasnya tinggi dan
memiliki prevalensi yang terjadi di seluruh dunia. Herpes zoster tidak
memiliki kaitan dengan musim dan tidak terjadi epidemik. Hubungan yang
kuat terdapat pada peningkatan usia, yaitu 1,2 sampai 3,4 per 1000 penduduk
per tahun pada orang sehat berusia muda, dan meningkat menjadi 3,9 sampai
dengan 11,8 per 1000 penduduk pada usia di atas 65 tahun (Long MD dkk.,
2013).
2.4 Gejala Herpes
Gejala genital HSV adalah kondisi seumur hidup yang dapat ditandai dengan
sering gejala kekambuhan. Sebagian besar infeksi awal tidak menunjukkan gejala atau
atipikal, karena mayoritas orang dengan HSV-2 infeksi belum didiagnosis. Meskipun
HSV-1 dan HSV-2 biasanya ditularkan melalui rute yang berbeda dan mempengaruhi
area tubuh yang berbeda, tanda-tanda dan gejala tumpang tindih. Episode pertama dari
gejala dari genital HSV-1 infeksi tidak dapat klinis dibedakan dari infeksi HSV-2; hanya
melalui tes laboratorium yang infeksi ini dapat dibedakan. Ketika vesikel tidak hadir,
konfirmasi laboratorium mungkin diperlukan untuk menyingkirkan penyebab lain ulkus
genital. Kebanyakan orang akan mengalami satu atau lebih gejala kekambuhan dalam
waktu satu tahun setelah gejala pertama episode infeksi HSV-2. Dengan genital HSV-1
infeksi, episode gejala yang jauh lebih kecil kemungkinan kambuh. Kekambuhan gejala
umumnya kurang parah dari pertama. HSV-2 infeksi biasanya menyebabkan pelepasan
virus intermiten dari mukosa genital, bahkan dalam ketiadaan gejala. Akibatnya, HSV-2
sering ditularkan oleh orang yang tidak menyadari infeksi mereka atau yang asimtomatik
pada saat kontak seksual.
Gejala pada Herpes HSV 1 ( Herpes Simplex) diawali dengan demam, nyeri otot,
dan lemas. Lalu muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.
Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan mengering
dalam beberapa hari. Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri.
Gejala pada HSV 2 ( Herpes Genetial) contohnya gatal sekitar alat kelamin. Lalu
sakit pada saat buang air kecil. Keluarnya cairan dari vagina. Munculnya benjolan di
selangkangan dan koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau paha. Pada
pria, herpes dapat menyebabkan kulit penis kering, perih, dan gatal.
8
Pada VZV (Varicella-zoster virus) gejala yang ditimbulkan ruam kulit berisi
cairan (vesikel) yang terasa gatal,demam, hilangnya nafsu makan,sakit kepala, rasa nyeri,
panas pada kulit di salah satu sisi bagian tubuh.
2.5 Cara Pencegahan Herpes

Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak
tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-
9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan
melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.

- Pencegahan Tertularnya Herpes


1. Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng yang
muncul akibat herpes.
2. Mencuci tangan secara rutin.
3. Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan tidak
menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
4. Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti gelas,
cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
5. Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama munculnya
gejala penyakit herpes
2.6 Pengobatan Herpes

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi


pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Pengobatan yang diberikan dapat
dibagi menjadi 3 bagian :

1. Pengobatan profilaksis, meliputi penjelasan kepada pasien tentang penyakitnya,


proteksi individual, menghindari faktor pencetus, psikoterapi.
2. Pengobatan non spesifik, yaitu yang bersifat simtomatis.
3. Pengobatan spesifik, yaitu pengobatan antivirus terhadap virus herpes. Tiga obat virus
yang efektif yaitu asiklovir, valasiklovir dan famsikolovir. Efek obat antivirus tersebut
mengurangi viral shedding, memperpendek lama sakit dan memperpendek rekurensi.

Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini
dapat dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:

9
1. Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
2. Mandi dengan menggunakan air suam
3. Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
4. Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
5. Menggunakan pakaian longgar.
6. Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.

Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi selama
masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat menyebabkan
komplikasi yang berbahaya bagi bayi.

1. Paracetamol atau aspirin dapat mengurangi rasa sakit dan soreness.


2. Betadine akan mengeringkan lepuhan & mencegah sores terinfeksi.
3. Cuci sores dengan air garam 2 sendok the garam dalam 1 liter air, atau 1 cup
garam dalam air mandi) dapat menolong penyembuhan.
4. Olesan salep atau krim penghilang rasa sakit dapat mengurangi rasa sakit,
terutama ketika mengeluarkan air seni.
5. Bila sakit sewaktu kencing , Anda dapat mengeluarkan air seni sewaktu duduk
dalam air mandi yang hangat.

Selain obat utama diatas, ada obat-obatan lain yang biasanya diberikan untuk
orang dengan herpes zoster.

1. Obat antiradang
Antiradang termasuk obat tambahan yang diresepkan sebagai salah satu cara
untuk mengobati herpes zoster. Ibuprofen atau obat-obatan NSAID lainnya mampu
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan.
2. Analgesik (obat pereda nyeri)
3. Antihistamin

Antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) sering kali ikut diresepkan


untuk mengatasi rasa gatal. Ini karena rasa gatal akibat herpes zoster biasanya tak
tertahankan. Menggaruk ruam dan luka bisa membuat penyakit menyebar luas. Untuk
itu, antihistamin menjadi salah satu cara efektif untuk mengobati rasa gatal akibat
herpes zoster.

10
4. Capsaicin (Zostrix)

Capsaicin merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi risiko nyeri saraf
pasca pulih dari herpes zoster. Kondisi ini biasanya sangat menyiksa karena
menyerang serabut saraf dan kulit. Kulit akan terasa seperti terbakar dalam waktu
yang cukup lama.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan.Herpes
genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rektum atau daerah disekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks. Herpes
zoster disebut juga shingles/cacar air. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang
akut pada bagian dermatoma dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster.
Pengobatan dari herpes secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal,
menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani
herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.

3.2 SARAN

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Oleh karena itu jagalah kesehatan
dengan cara pola hidup sehat. Diharapkan ibu yang sedang hamil agar lebih menjaga
kebersihan diri terutama pada bagian Genital, karena hal itu dapat mencegah
timbulnya jamur/virus pada bagian genital yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit seperti Herpes Genitalis dan varicella. Jika ibu mengalami gejala – gejala
seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat ruam pada bagian tubuh, dan tersa
gatal ibu harus segera datang ketenaga kesehatan untuk mendapatkan pengobataan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Bonita, Laissa. Dwi Murtiastutik. 2017. Penelitian Retrospektif: Gambaran Klinis Herpes
Simpleks Genitalis. Diakses di https://e-
journal.unair.ac.id/BIKK/article/viewFile/4149/2797

Brazier,Yvett. 2017. “Symptoms, causes, and treatment for herpes “


https://www.medicalnewstoday.com/articles/151739.php

Foley E, Clarke E, Beckett VA, Harrison S, Pillai A, FitzGerald M, Owen P, Low-Beer N,


Patel R, 2014. Management of Genital Herpes in Pregnancy.

Long MD, Martin C, Sandler RS, Kappelman MD. 2013. Increased risk of herpes zoster
among 108 604 patients with inflammatory bowel disease. Aliment Pharmacol Ther.
2013;37(4):420–429.

Rustam, Raihana. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS.
Dr. M. Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7.
No 3. Hal 37-38. Diakses di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/871/711

Shendy,Monica. 2016. “Terapi Pada Pasien Lanjut Usia dengan Herpes Zoster”. Jurnal
Medula Unila Vol. 4 No. 3 Hal 110.

Tjin Willy. 2017.Herpes.Alodokter. diakses pada 17 oktober 2019


https://www.alodokter.com/herpes

13

Anda mungkin juga menyukai