Anda di halaman 1dari 16

November 20th, 2006 by Asta Qauliyah

I. PENDAHULUAN
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat
genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu :
HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2
sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi
genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
(1-4)
HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi
tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit
kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer
oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren.
Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan
infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan
kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis
dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita
Amerika yang telah terinfeksi. Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri.
Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas
berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.(3-6)

Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae
yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada
dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam
keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita.
Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali
sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren. (4,5)
Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada karakteristik
demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang pernah diteliti dan teknik
pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk mendiagnosa. Studi
seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara prevalensi antibodi dan
infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang mendapat infeksi subklinik.(6,7)

II. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor
seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah
oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya
lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi
karena kontak seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara
signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam
dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5 % pada populasi wanita secara
umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara
60-69 tahun di USA.(5-7)
Herpes genital mengalami peningkatan antara awal tahun 1960-an dan 1990-an. Di
inggris laporan pasien dengan herpes genital pada klinik PMS meningkat enam kali lipat
antara tahun 1972-1994. Kunjungan awal pada dokter yang dilakukan oleh pasien di
Amerika Serikat untuk episode pertama dari herpes genital meningkat sepuluh kali lipat
mulai dari 16.986 pasien di tahun 1970 menjadi 160.000 di tahun 1995 per 100.000
pasien yang berkunjung.(7)
Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan oleh
anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya rekurensi
pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut
di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya. Studi pada tahun 1960 menunjukkan
bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral dan HSV-2 berhubungan
dengan kelainan genital. Atau dikatakan HSV-1 menyebabkan kelainan di atas pinggang
dan VHS-2 menyebabkan kelainan di bawah pinggang. Tetapi didapatkan juga jumlah
signifikan genital herpes 30-40% disebabkan HSV-1. HSV-2 juga kadang-kadang
menyebabkan kelainan oral, diduga karena meningkatnya kasus hubungan seks oral.
Jarang didapatkan kelainan oral karena VHS-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia,
sampai saat ini belum ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 RS pendidikan Herpes
genitalis merupakan PMS dengan gejala ulkus genital yang paling sering dijumpai.(4,8,9)

III. ETIOLOGI
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang
merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar
wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya
(bokong, daerah anal dan paha).
Herpes simplex virus tergolong dalam famili herpes virus, selain HSV yang juga
termasuk dalam golongan ini adalah Epstein Barr (mono) dan varisela zoster yang
menyebabkan herpes zoster dan varicella. Sebagian besar kasus herpes genitalis
disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup kemungkinan HSV-1 menyebabkan
kelainan yang sama.(1,4,5)
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang penularannya secara utama melalui vaginal
atau anal seks. Beberapa tahun ini, HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes
genital. HSV-1 genital menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau
bibir, tetapi beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.(7,9)

IV. PATOGENESIS
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA
rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua
serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili
virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh
cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada
natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa
dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada
neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali
berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat
permukaan mukosa.(5,7)
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet
pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya
ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi
penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan
kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik.
Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala
konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion
saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1
menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2
menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus
(trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga
terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik
sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi
primer. Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik
atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan
beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu
melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh
HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab
terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan
mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel
epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.(1,3,4,9,)

V. GEJALA KLINIK
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari
infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas
muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik
berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15%
kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung
menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus.
Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka
dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.(6,15)
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang
terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai
berikut : (1,4,6,12)
- Nyeri dan disuria
- Uretral dan vaginal discharge
- Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
- Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
- Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda :
- Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada
tingkat infeksi.
- Limfadenopati inguinal
- Faringitis
- Cervisitis
a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan
oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya
setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului dengan gejala
prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil
dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi
superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan
frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.(1)
b. Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor
pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah
lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan
yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma,
koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang
merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian
besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam
setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif,
maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul
luka di tempat terjadinya outbreaks(1,4,12)
Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat
ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium
penyakit meliputi :
Infeksi primer ? stadium laten ? replikasi virus ? stadium rekuren. (9)
Manifestasi klinik dari infeksi HSV tergantung pada tempat infeksi, dan status imunitas
host. Infeksi primer dengan HSV berkembang pada orang yang belum punya kekebalan
sebelumnya terhadap HSV-1 atau HSV -2, yang biasanya menjadi lebih berat, dengan
gejala dan tanda sistemik dan sering menyebabkan komplikasi. (3,5)
Berbagai macam manifestasi klinis:(5,7)
1. infeksi oro-fasial
2. infeksi genital
3. infeksi kulit lainnya
4. infeksi okular
5. kelainan neurologist
6. penurunan imunitas
7. herpes neonatal
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan
pengecatan giemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan
spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain
adalah sebagai berikut.(1,4)
A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan
inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang
merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk
vesikel.(1)
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:(1)
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan
prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan
pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul),
hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis
rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini
terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang
kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup
tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.(1,4)

VII. DIAGNOSIS
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.
diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya khas dan
melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak
terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes
laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk
memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.
(1,11,12)
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak
khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk
chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron
atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain
neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi
herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester
pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua
kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan
keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh
kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia
dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2
primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi
infeksi rekuren terlokalisir pada genital(1,4,7,14)

VIII. DIAGNOSA BANDING(1,5,11)


- Ulkus durum : ulkus indolen dan teraba indurasi
- Ulkus mole : ulkus kotor, merah dan nyeri
- Sifilis : ulkus lebih besar, bersih dan ada indurasi
- Balanopostitis : biasanya disertai tanda-tanda radang yang jelas
- Skabies : rasa gatal lebih berat, kebanyakan pada anak-anak
- Limfogranuloma venereum : ulkus sangat nyeri didahului pembengkakan kelenjar
inguinal.
IX. KOMPLIKASI
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada
orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa
terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang
lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang
disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang
dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius
termasuk kebutaan.(3,10,12)
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan
herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata.(12) Bila
pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena
virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan
atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh
dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata. (3,10)

X. PENATALAKSANAAN
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun
pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
- menjaga kebersihan lokal
- menghindari trauma atau faktor pencetus.(11)
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai
40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki
beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi
kulit dapat juga terjadi.(14)
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan
meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya
outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual.
Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :(12)
- Asiklovir (Zovirus)
- Famsiklovir
- Valasiklovir (Valtres)
Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari),
asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam
salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta
mempercepat penyembuhan.(4,5)
Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap
berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir
sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat
dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah
dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis
episode awal.(4,5,9)
Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi
HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus
untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir.
Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga
memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di
metabolisme dengan baik.(4,5)
Herpes genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan.
Pada penelitian in vitro yang dilakukan Plotkin (1972), Amstey dan Metcalf (1975), serta
penelitian in vivo oleh Friedrich dan Matsukawa (1975), povidone iodine terbukti
merupakan agen efektif melawan virus tersebut. Friedrich dan Matsukawa juga
mendapatkan hasil memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam larutan aqua
untuk mengobati herpes genital. (15)
Pusat pengawasan dan pencegahan penyakit/ CDC (Center For Disease Control and
Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk orang
yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.(16)
Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada
saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan
sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian
asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan. (3,10)
Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan
menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital
yang subklinis, namun hingga studi tersebut selesai, tak ada rekomendasi yang dapat
diberikan. (7)

XI. PENCEGAHAN
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang
tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan
nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang
terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau
ditemukan herpes oral. (4,12)
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu (1)
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS
lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan
tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam
pencegahan.

XII. PROGNOSIS
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati
mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi
frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-
penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan
yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.
Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.(1,3,4)

XIII. KESIMPULAN
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas
berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren.
Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil
dapat pula oleh tipe 1.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan
klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa
dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi
seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa
vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat
ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan
laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal,
menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani
herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.
Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.

DAFTAR PUSTAKA

1 Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor.
Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedoktera Univesitas Hasanuddin; 2004. hal.179-196.
2 Douglas, Fleming, Quillan M, Johnson E.R, Nahmias A.J, Aral SO, et al. Herpes
Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 – 1994. In the New England Journal of
Medicine, Vol.337(Number 16), Massachutes : Massachutes Medical Society, Oktober
16 1997, p 1105-11.
3 Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Univ.Tarumanagara, Vol 4 No.1
1998. Jakarta: Fakultas Kedokteran Tarumanagara; 1998.p.31-41.
4 Syahputra E, Harun E.S. Herpes Genetalis. Dalam : Berkala ilmu penyakit kulit dan
kelamin Airlangga periodical of Dermeto-Venereology, vol.13 April 2001
No.1.Surabaya: Lab/SMF Penyakit Kulit & Kelamin FK Airlangga RSUD
Dr.Soetomono;2001, p 45-53.
5 Marques AR, Straus SE, Herpes Simplex.In Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen
KF, Goldsmith ZA, Katzi, Editors.Fitzpatrick’s dermatology. In general medicine.6thed.
New York: McGraw Hill Medical Publishing Divition:2003, p 2059-065.
6 Clutterbuck D, Genital Herpes. In Specialist training in sexually transmitted infection
snd HIV. Edinburg, London, New York. 2004:Elsevien Mosby, p 139-151.
7 Corey L, Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease, Holmes K.K,
Mardh PA, Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed) Third edition 2000. New
York:McGraw-Hill, p 285-305.
8 About genital herpes; what is genital herpes?[online].2006.[cited 18 Dec 2006].[3]
available from URL http://www.FAMVIR.com.
9 Martodihardjo S. Penanganan herpes Zoster dan herpes progenitalis. Dalam : Berkala
ilmu penyakit kulit & kelamin Airlangga periodical of dermato-venereology. vol 13 No.3
Des 2001. Surabaya:Airlangga University press 2001. p 161-163.
10 Handoko R.P. Herpes Simpleks.dlm Ilmu penyakit kulit dan kelamin, Djuanda Adhi,
Hamzah M, Aisah S (ed).ed 3 cet.4 2004. Jakarta:Balai Penerbit FK UI, p359-361.
11 Siregar RS, Herpes simpleks dlm Atlas berwarna saripati penyakit kulit cet III Tahun
1996. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. P 92-93.
12 Genital herpes, [online].2005 october [cited Dec 12];[6 screens]. Available from
http://www.NIAD-Health Matters.co.uk.
13 Herpes genital, Female herpes picture, [online].[cited 12 Dec 2006];[5 screens].
Available from http://www.herpes-coldsores-treatment-picture.com
14 Betadine vaginal douche vs idoxuridone melawan herpes, Ethical digest semijurnal
farmasi & kedokteran. No.22 Th III. Dec 2005. p 15.
15 About genital herpes, what are the signs symptoms of the first outbreak of genital
herpes?[online]2006. March[cited 2006 Dec 18],[3].available from URL
http://www.FAMVIR.com.
16 Genital herpes treatment; what medication can be prescribed to manage genital herpes
symptoms?[online]2006 March.[cited 2006 Dec 18].available from URL
http://www.FAMVIR.com.
17 McMillan A. Ulcers and other conditions of the external genitalia. In: McMillan A,
Young H, Ogilvie MM, Scott GR, editors. Sexually transmissible infections. Edinburgh:
Saunders; 2002.p.549-65

Popularity: 3% [?]

The Category Uncategorized | 2 Comments →

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU


November 20th, 2006 by Asta Qauliyah

A. Pendahuluan

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita yang
dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini dapat
menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu
merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik
yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam
masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri
perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu (1).

Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita yang telah
menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat ini bisa
meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik diartikan sebagai
kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang bukan pada tempat
seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik, misalnya kehamilan yang
terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai
komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian (2).
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang terbanyak terjadi di daerah
tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang jarang, kehamilan ektopik
disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari indung telur sisi yang satu, masuk
ke saluran telur sisi seberangnya (3,4).

B. Definisi
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani,
topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang
semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini
dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan
ektopik terganggu (4,7).
C. Insiden
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 – 40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun. Namun, frekuensi kehamilan ektopik yang sebenarnya
sukar ditentukan. Gejala kehamilan ektopik terganggu yang dini tidak selalu jelas (1).
D. Etiologi
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai
penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran
telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h. Operasi plastik pada tuba.
i. Abortus buatan.
E. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi
dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba
tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini (3,4,5):
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal
(fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu
banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-
kadang sedikit hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian (1).

F. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu sangat berbeda-beda; dari perdarahan
yang banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak
jelas sehingga sukar membuat diagnosanya. Gejala dan tanda tergantung pada lamanya
kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya kehamilan, derajat
perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil. Perdarahan
pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan ektopik terganggu. Hal ini
menunjukkan kematian janin. Kehamilan ektopik terganggu sangat bervariasi, dari yang
klasik dengan gejala perdarahan mendadak dalam rongga perut dan ditandai oleh
abdomen akut sampai gejala-gejala yang samar-samar sehingga sulit untuk membuat
diagnosanya (1).
G. Diagnosis
Walaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain
dengan melihat (5,6,8):
1. Anamnesis dan gejala klinis
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada
perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri
tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisis
a. Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
b. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan
nyeri lepas dinding abdomen.
c. Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat.
b. USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
4. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum
Douglas ada darah.
5. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
6. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar
uterus.
H. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada laparotomi
perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang
menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam
rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal
yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita
akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu
dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat
(1,2,3).
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau
kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah
dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus
dirawat inap di rumah sakit (5,7).
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (4,7):
- Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
- Infeksi
- Sterilitas
- Pecahnya tuba falopii
- Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
J. Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini
dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari
826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan
terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan
angka kematian 2 dari 120 kasus. Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar
untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan
menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat
hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan
bayi cukup bulan adalah sekitar 50% (1,2,7).

K. Diagnosa Banding
Diagnosa banding (6,7,8):
-Infeksi pelvik
-Kista folikel
-Abortus biasa
-Radang panggul,
-Torsi kita ovarium,
-Endometriosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. dr. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
2. www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4
3. Prof. dr. Hanifa W. DSOG, dkk, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, Hal 250-255.
4. www.medica store.com/kehamilan ektopik/page:1-4
5. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta, 2001.
6. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
7. Prof. Dr. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hal.226-235.
8. Dr. I. M. S. Murah Manoe, SpOG, dkk, Pedoman Diagnosa Dan Terapi Obstetri dan
Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1999. Hal. 104-105.

Popularity: 3% [?]

The Category Uncategorized | 2 Comments →


o
o Selamat Datang di Astaqauliyah.com
Astaqauliyah.com adalah blog personal dari Asta Qauliyah, seorang freelance
blogger yang mencoba peruntungan di dunia blogosphere. Belajar otodidak
ngeblog sejak penghujung tahun 2005, bermula dari blog Randezvous yang
sekarang sudah almarhum, kini Asta Qauliyah mengelola lebih dari 5 situs komersil
dan beberapa buah blog lainnya. (selengkapnya...)
Anda bisa favoritkan blog ini di Technorati. Klik di sini.

Ada 437 Postingan dan 1,216 Komentar di blog ini.



 Mau Baca Postingan Blog Ini Lewat Emailmu? Gampang Bro!

 Ketik saja emailmu di sini lalu tekan ENTER


 Recommended Links
o Bank Loan
o life settlements company
o FURNITURE STORES
o HOME DELIVERY SERVICE
o Computer Chairs
o Beasiswa
o Art School Rankings
 Postingan Terbaru
o Jokes - The Great way to Loose Stress
o Kejadian Osteoporosis Pada Wanita Lanjut Usia (Kasus RS Wahidin
Sudirohusodo, Makassar)
o People To Get Job Today
o Be Self-Educated in Dealing with Health Care
o Let the Sophisticated Office Furniture Turn On Your Office
o Prospective Making Money Online
o Valuable and Exotic Skill of Writing

 Kategori
o Aktivitas
o AntiVirus
o Artikel
o Blog Advertising
o Blogger Tamu
o Breaking News
o Features
o Free Download MP3
o Gossip
o Managemen
o Medical
o Opini
o Referat
o Refleksi
o Review
o Tips Adsense
o Tips Ngeblog
o Tips Sehat
o Uncategorized
o Wisata

 Advertisements

 Kata Bijak Hari Ini


Pertanda pagi adalah terang tanah yang membuat kita tidak sekadar bisa membedakan pohon ara dari pohon
persik tetapi ketika kita mampu melihat wajah sesama seperti bagian diri kita. Sebelum kita mampu
melakukannya, tak peduli jam berapa pun, hari masih malam!--Asta Qauliyah

 Postingan Menarik
o Teknik Pemberian Penghargaan Materi dan Perilaku Ekonomi di Rumah
Sakit
o Beberapa Kisah
o Re-covalescent
o Mekanisme Kerja Beberapa Antioksidan
o Re-defenisi Demokrasi, Bagaimana Kita?
o Thanks, Sir Alex Ferguson!
o Penantian
o Lewat Paypal, Akhirnya Dapat Earning Pertama dari Blogsvertise.com
o Tentang Penyakit Eksim (Eczema) atau Dermatitis Atopik
o PORNOGRAFI DARI INTERNET PICU PERKEMBANGAN
KELAINAN SEK

Anda mungkin juga menyukai