TENTANG
HERPES GENITALIS
Disusun Oleh
462011047
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Herpes merupakan erupsi vasikular yang disebabkan oleh infeksi virus
herpes simpleks. Sedangkan herpes genital merupakan infeksi organ genitalia
oleh virus herpes simpleks (HSV), ini merupakan penyakit hubungan seksual
yang infeksinya dapat berlangsung baik primer maupun rekurens (Hinchliff,
1999:207).
Penyakit herpes genitalis disebabkan oleh HSV anggota keluarga
herpesviridae. Saat ini telah dikenal dua tipe HSV yaitu HSV-1 dan HSV-2.
Herpes Genitalis dapat disebabkan oleh kedua HSV tersebut namun biasanya
lebih sering dikaitkan dengan HSV-2. Pada HSV-2 ini yang sering menimbulkan
infeksi genital serta lesi (lepuh) dibawah pinggang (Prasetyo, 2005:13).
2.2. Etiologi
Kelompok virus herpes sebagian besar terdiri dari virus DNA. Melakukan
replikasi secara intranuklear dan menghasilkan inklusi intranuklear khas yang
terdeteksi dalam preparat pewarnaan. HSV-1 dan HSV-2 adalah virus lipid-
enveloped double-stranded DNA yang termasuk dalam famili Herpesviridae.
Bagian inti sentral terdapat DNA virus dan dikelilingi oleh envelope yang terdiri dari
glikoprotein virus, membrane sel host, dan sebuah capsid. Tegumen terletak di
antara capsid dan envelope dan berbagai macam protein lain yang di bawah
masuk ke dalam sel yang terinfeksi saat terjadinya fusi. Replika virus herpes di
regulasi secara hati-hati melalui proses yang bertahap. Sesaat setelah infeksi,
terjadi transkrip dari 5 buah gen. yang di kode oleh gen tersebut menstimulasi
sintesis dari protein lain yang dibutuhkan untuk replikasi genom. Stelah terjadi
replikasi DNA, terjadi ekspresi dari gen HSV-2 yang berfungsi untuk mengkode
komponen structural dari virion.
Dua jenis infeksi virus herpes simpleks dapat menyebabkan herpes
genitalis yaitu sebagai berikut.
a. HSV-1. Ini adalah jenis yang biasanya menyebabkan luka atau vesikel
meradang di sekitar mulut, meskipun dapat menyebar ke area genital selama
seks oral.
b. HSV-2. Ini adalah jenis yang biasanya menyebabkan herpes genitalis. Virus
menyebar melalui kontak seksual dan kulit-ke-kulit. HSV-2 adalah sangat
umum dan sangat menular, apakah ada atau tidak memiliki luka terbuka.
HSV-2 tampak sebagai penyebab sekitar 80% dari lesi parineal dan genital
sedangkan HSV-1 dapat menyebabkan hanya sekitar 20% nya (Smeltzer dan
Bare, 1997:1543 ).
Terdapat tumpang tindih yang cukup besar antara HSV-1 dan HSV-2, yang
secara klinis tidak dapat dibedakan. HSV-1 Kontak manusia melalui mulut,
orofaring, permukaan mukosa, vagina, dan serviks tampak merupakan sumber
penting untuk tertular penyakit. Tempat lain yang rentan adalah laserasi pada kulit
dan konjungtiva. Biasanya virus mati pada ruangan akibat kekeringan. Saat
replikasi virus tidak terjadi , virus naik ke saraf sensori perifer dan tetap tidak aktif
dan ganglia saraf. Wabah lain terjadi ketika hospes menderita stres. Pada wanita
hamil dengan herpes aktif, bayi yang dilahirkan pervagina dapat terinfeksi oleh
virus. Terdapat resiko morbiditas dan mortalitas janin jika terjadi, karenanya seksio
sesarea mungkin dilakukan jika virus menjadi kambuh mendekati waktu
melahirkan (Smeltzer dan Bare, 1997:1543 ).
Karena virus mati dengan cepat di luar tubuh, hampir tidak mungkin untuk
mendapatkan infeksi melalui kontak dengan toilet, handuk atau benda lain yang
digunakan oleh orang yang terinfeksi
2.3. Epidemiologi
Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita
dengan frekuensi yang tidak begitu berbeda. Infeksi primer oleh virus herpes
simpleks (HSV) tipe I biasanya dimulai pada usia anak-anak, sedangkan infeksi
HSV tipe II biasanya terjadi pada dekade II atau III, dan berhubungan dengan
peningkatan aktifitas seksual. Antibodi terhadap HSV-1 meningkat dengan usia
dimulai pada masa kanak-kanak dan berkorelasi dengan status sosial ekonomi,
ras, dan kelompok budaya. Pada usia 30 tahun, 50% dari individu dalam status
sosial ekonomi tinggi dan 80% dalam status sosial ekonomi lebih rendah
ditemukan seropositif. Antibodi terhadap HSV-2 mulai muncul pada masa
pubertas, berhubungan dengan tingkat aktivitas seksual. Survei kesehatan terbaru
nasional yang dilakukan di Amerika Serikat mengungkapkan prevalensi antibodi
HSV-2 dalam 45% dari ras kulit hitam, 22% dari ras Meksiko-Amerika, dan 17%
dari ras kulit putih. Secara keseluruhan, angka kematian yang terkait dengan
infeksi herpes simpleks berhubungan dengan 3 situasi: infeksi perinatal,
ensefalitis, dan infeksi pada Hots immunocompromised
Infeksi virus herpes genitalis tidak hanya ditularkan melalui hubungan
seksual tetapi juga dapat ditularkan secara aseksual dari permukaan yang basah
atau melalui penularan mandiri (yaitu dengan menyentuh luka dingin dan
kemudian menyentuh area genital). Infeksi awal sangat nyeri dan berlangsung
selama satu minggu. (Smeltzer dan Bare, 1997:1543).
Secara umum resiko mendapatkan infeksi herpes genitalis dapat
dihubungkan dengan beberapa hal seperti, keaktifan seksual yang bertambah,
umur muda pada saat pertama kali melakukan seks, kenaikkan umur penderita,
bertambahnya jumlah partner seks secara bermakna, serta status imun penderita
(Dailli via Dailli dan Makes, 2002:90).
Makes via Dailli dan Makes (2002:75) pun menjelaskan lebih terperinci
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan terinfeksinya HSV-2 di
antaranya yaitu umur, asal usul etnis, status sosio ekonomi atau tingkat
pendidikan, jenis kelamin, variasi geografis, status serologi HSV-1, dan perilaku
seksual seperti yang telah dijabarkan oleh Dailli. Dilihat dari perbedaan ras di
Baltimore ternyata wanita penderita kulit hitam lebih banyak dari kulit putih yakni,
kulit hitam berkisar 55% sedangkan kulit putih hanya 20% saja (Dailli via Dailli
dan Makes, 2002:90)
Pada wanita, gejala herpes genitalis adalah adanya lesi hipertik yang khas
pada leher rahim, vulva, vagina, dan kulit antara anus dan vagina. Lesi terasa
nyeri, dapat disertai demamyeri, badan terasa lemas, nyeri pada waktu buang air
kecil, dan pembesaran kelenjar limfe di daerah pangkal paha. Setelah terjadi lesi
tersebut HSV kemudian akan menetap seumur hidup di dalam tubuh penderita
dan dapat kambuh kembali bila ada faktor pencetus. Kekambuhan dapat
dicetuskan oleh stres baik fisik maupun emosional, demam, menstruasi, terpapar
sinar ultraviolet , radiasi sinar-X, penggunaan bahan kimia tau hormon tertentu,
transplantasi organ, adanya keadaan yang menyebabkan menurunkan kekebalan
tubuh, dan pengobatan kanker. Herpes genital kambuhan biasanya lebih ringan
dan lebih cepat sembuhnya (Prasetyo, 2005:14).
Gejala herpes genitalis yang muncul pada awal infeksi adalah sebagai berikut.
1 – 2 Minggu
Tanda awal penyakit herpes yang paling sering muncul adalah timbul rasa
gatal di alat kelamin dan sekitarnya seperti pantat dan paha. Lalu akan muncul
bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil
yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang
melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk
keropeng.
2 – 3 Minggu
Setelah pada minggu-minggu pertama infeksi menyebabkan rasa gatal,
selanjutnya akan diikuti dengan munculnya benjolan seperti jerawat atau bisul.
Setelah beberapa hari, bisul ini akan pecah dan menjadi luka terbuka yang
terasa perih dan sakit. Seperti luka pada umumnya yang berangsur kering
(kecuali jika di daerah lembab) dengan bekas luka yang cepat hilang.
Selain gatal dan bisul, 40% laki-laki dan 70% perempuan menunjukkan
gejala herpes lainnya seperti nyeri, demam, flu, sakit kepala, dan gemetaran
pada kelenjar. Pada awal infeksi herpes, kelenjar bisa gemetaran pada daerah
seperti leher. Gejala lainnya seperti susah buang air kecil dan rasa tidak
nyaman pada area genital, baik pada pria maupun wanita. Kelenjar getah
bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih
nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan
mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis,
termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan
luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan
hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di
sekitar anus atau di dalam rektum.
Meski bisul akibat infeksi sudah kering, virus ini tetap bertahan dalam
tubuh dan sewaktu-waktu bisa kambuh lagi. Tanda awal herpes genital yang
kambuh adalah rasa gatal. Rasa gatal pada wanita lebih ringan dibanding
pada pria. Rata-rata frekuensi kambuhnya adalah 4 kali pada tahun pertama.
Meski demikian, jumlah kambuh mungkin saja bervariasi mengingat kondisi
tubuh tiap-tiap orang berbeda.
2.6. Patofisiologi
Herpes simpleks menyebabkan timbulnya erupsi pada kulit atau selaput
lendir. Erupsi ini akan menghilang meskipun virusnya tetap ada dalam keadaan
tidak aktif di dalam ganglia (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada
daerah yang terinfeksi. Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai
berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi
yang sama dengan infeksi sebelumnya.
PATHWAY
Kontak Kontak
Seksual
Langsung
Virus Herpes
Simplex (HSV
Perkembangan
HSV II
Contoh Kasus
Ny. A umur 26 tahun, beralamatkan di Jl. Kemiri Salatiga, datang kerumah sakit dengan
diantar oleh suaminya. Ny. A mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan
yang bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah
gelembung cair pada daerah kemaluannya. Sebelumnya Ny. A mengalami gatal-gatal
selama 4 hari. Ny. A mengeluh nyeri di daerah kemaluannya apalagi saat BAK. Ibu
mengatakan pekerjaanya hanya di rumah mengurus rumah tangga dan suaminya
bekerja sebagai supir dan jarang di rumah. Dari hasil observasi keadaan umum ibu
lemas, kesadaran Compos Mentis, status emosional stabil, tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 74 kali/menit, pernafasan 25 kali/menit, suhu 38,5 0 C, terdapat vesikel
yang multipel di daerah vulva. Leukosit < 4000/mmk
3.1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kemiri, Salatiga
Diagnosa Medis : Herpes Genitalia
Keluhan Utama : Gatal dan nyeri pada daerah kemaluan
2. Riwayat Peyakit Sekarang
Ny. A mengeluh adanya rasa tidak nyaman dan adanya lepuhan yang
bergerombol dan dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah
gelembung cair pada daerah kemaluannya. Sebelumnya Ny. A mengalami
gatal-gatal selama 4 hari. Ny. A mengeluh nyeri di daerah kemaluannya
apalagi saat BAK.
3. Riwayat Penyakit terdahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini, pasien
juga tidak memiliki alergi. Jika merasa gatal biasanya diolesi minyak kayu
putih bisa hilang dengan sendirinya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Suami pernah terkena herpes simpleks sebelumnya, tapi herpes
menyerang daerah bibir dan sekitarnya. Dua minggu yang lalu penyakitnya
kambuh tapi sekarang sudah sembuh.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan TTV
Tekanan Darah : 110/80 mmHg,
Nadi : 74 kali/menit,
RR : 23 kali/menit,
Suhu : 38,3 0 C
b. Pemeriksaan B1 – B6
1) B1 (Breathing)
Paru – paru
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )
2) B2 (Blood)
Jantung
Inspeksi : Simetris, statis, dinamis
Palpasi : Teraba normal
Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Normal (S1 S2 tunggal)
3) B3 (Brain)
Kesadaran composmentis (GCS : 4-5-6)
4) B4 (Bladder)
Disuria, BAK 5x sehari, adanya lepuhan yang bergerombol yang
dikelilingi daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung cair pada
daerah kemaluan.
5) B5 ( Bowel )
Nafsu makan agak menurun, tetapi porsi makanan tetap habis.
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, tidak ada massa
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus ( + )
6) B6 ( Bone )
Tidak ditemukan lesi atau odem pada ekstrimitas atas maupun
bawah. Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema,
warna kulit sawo matang, tidak ada hiperpigmentasi.
a. Pola Manajemen Kesehatan
Pasien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka segera dibawa
tempat pelayanan kesehatan terdekat baik itu poliklinik maupun dokter.
b. Pola Nutrisi
Sebelum sakit pasien makan dengan porsi sedang 3 x sehari ditambah
makanan ringan serta minum 4 gelas/ hari. Namun saat sakit nafsu makan
pasien berkurang, tetapi tidak sampai kehilangan nafsu makan.
c. Pola Eliminasi
Untuk BAK pasien mengalami gangguan selama sakitnya, walaupun
pasien tetap kencing dengan frekuensi seperti biasanya, tetapi pasien
merasa nyeri saat berkemih.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidak ada keluhan dengan kebiasaan tidurnya yaitu
6- 8 jam/ hari. Ketika sakit pasien kadang mengeluh kesulitan untuk tidur
karena merasakan nyeri dan gatal pada daerah genetalia.
e. Pola Persepsi Dan Kognitif
Pasien tidak mengalami disorientasi tempat dan waktu. Semua alat indera
pasien masih berfungsi dalam batas normal.
f. Pola Aktivitas
Pasien mampu beraktivitas seperti biasanya, tapi agak mengurangi
aktivitasnya karena pasien merasakan nyeri saat berjalan. Pasien terlihat
meringis menahan nyeri saat berjalan. Selain itu, pasien mengatakan
kurang enak badan seperti panas dalam.
g. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Pasien kurang tahu kondisi penyakitnya saat ini tetapi akan berusaha
menerima segala kondisinya saat ini. Pasien tidak merasa malu dan
rendah diri dengan kondisinya saat ini.
h. Pola Peran Dan Hubungan
Pasien tidak mengalami masalah dalam hubungan sosialnya. Pasien
merupakan ibu rumah tangga.
i. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah menikah dan mempunyai
seorang anak. Selama sakit pola seksualitas terganggu.
j. Pola Koping dan Toleransi Stress
Pasien merasa yakin bahwa suatu saat penyakitnya akan sembuh, tetapi
harus memerlukan suatu usaha dan tak lupa untuk terus berdoa.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan/ Agama
Pasien masih menjalankan ibadah rutin
3.2. Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No. Data Masalah Etiologi Diagnosa
1 DS. Nyeri akut Agen cedera : Nyeri akut
Pasien mengatakan biologis berhubungan
merasa tidak nyaman dengan agen
karena adanya lepuhan cedera :
dan benjolan pada biologis
daerah kemaluannya
Pasien mengatakan
sakit pada daerah
kemaluannya apalagi
saat buang air kecil.
DO
Adanya lepuhan yang
bergerombol yang
dikelilingi daerah
kemerahan
membentuk sebuah
gelembung cair pada
daerah kemaluan.
Pasien terlihat meringis
menahan nyeri saat
berjalan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera : biologis
b. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
c. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh : proses
penyakit.
3.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan Kaji tingkat nyeri Untuk
tindakan 1 x 1 jam pasien mengetahui
berhubungan
nyeri pasien dapat Ajarkan teknik ambang rasa
dengan agen teratasi atau kompres dengan air nyeri pasien dan
berkurang dengan hangat mengetahui
cedera :
kriteria hasil : Minta kepada tindakan apa
biologis Pasien pasien untuk yang akan kita
mengungkapkan menjaga berikan
nyeri hilang / kebersihan dan selanjutnya.
berkurang. kelembapan daerah untuk
Pasien tidak kemaluannya meringankan
meneringis saat Kolaborasi nyeri pasien
berjalan pemberian obat menhindari
Lepuhan yang analgesik dan perkembangan
ada didaerah asiklovir bakteri dan jamur
kemaluan didaerah yang
pasien sakit
berkurang obat analgesik
membantu
mengurangi
sakit, obat
asiklovir
membantu dalam
penyembuhan
herpes.
2. Hipertermia Setelah dilakukan Monitor tanda- Karena jika
tindakan 1 x 24 jam tanda vital pasien tanda-tanda vital
berhubungan
suhu tubuh pasien seperti TD, RR, pasien
dengan akan kembali Nadi, Suhu rendah/tinggi dari
normal dengan normal
penyakit
kriteria hasil : menunjukan
TD normal : adanya shock
100/60 mmHg –
120/80 mmHg
Nadi normal :
70-80 x/menit
Suhu normal :
36,6oC – 37,2 oC
Pernapasan
normal : 16-20
x/menit
3.4. Implementasi
No No. Diagnosa Implementasi Respon Nama, TTD
. perawat
1 1 mengkaji tingkat nyeri tingkat nyeri pasien Cica
pasien
ada di on 5, nyeri
mengajarkan teknik
kompres dengan air dirasakan diderah
hangat kemaluan sampai
meminta kepada
pasien untuk menjaga ke bagian
kebersihan dan selangkangan paha
kelembapan daerah
kemaluannya klien mengatakan
memberikan obat nyerinya sedikit
analgesik dan
asiklovir kepada berkurang
pasien pasien merasakan
nyaman
nyeri dirasakan
sedikit berkurang
2 2 Memonitor tanda-tanda Tekanan Darah : cica
vital pasien seperti TD, 110/80 mmHg,
RR, Nadi, Suhu Nadi : 70
kali/menit,
RR : 20 kali/menit,
Suhu : 36,5 0 C
3.5. Evaluasi
No. Diagnosa Evaluasi
1 Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan
dengan agen cedera : nyeri yang dirasakan
biologis sudah berkurang
O : Pasien tidak terliat
meringis lagi saat berjalan
A : masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
2 Hipertermia S : pasien mengatakan
berhubungan dengan sudah baikan
penyakit O : TTV pasien normal
A : masalah sudah teratasi
P : Hentikan intervensi
3 Disfungsi seksual S : pasien mengatakan
berhubungan dengan
pola seksualnya sudah
perubahan struktur
tubuh : proses penyakit sedikit membaik
O : suami pasien sudah
mengerti
A : masalah teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
Daftar Pustaka