Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit menular sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Insidens maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan
pasti. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 1999 di seluruh
dunia terdapat sekitar 340 juta kasus baru penyakit menular yang salah satunya adalah
penyakit herpes. Penyakit herpes ini disebabkan oleh virus Herpes simpleks (HSV) tipe 1
dan tipe 2. Penyakit herpes adalah penyakit yang sangat umum. Di Amerika Serikat
kurang lebih 20 persen orang di atas usia 12 tahun terinfeksi virus herpes simpleks, dan
diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Angka prevalensi infeksi HSV sudah
meningkat secara bermakna selama dasa warsa terakhir. Sekitar 80 persen orang dengan
HIV juga terinfeksi herpes kelamin.
Infeksi HSV-2 lebih umum pada perempuan. Di Amerika Serikat kurang lebih satu
dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2. HSV berpotensi
menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. HSV paling mungkin kambuh pada
orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan
siapapun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit
lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres.
HSV tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi
dengan HIV dan HSV bersamaan biasanya mengalami jangkitan herpes kambuh lebih
sering. Jangkitan lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-
negatif.
Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum diketahui yang terinfeksi oleh virus herpes.
Akan tetapi, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pencegahan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Departemen Kesehatan pada
beberapa kelompok perilaku risiko tinggi, tampak bahwa banyak masyarakat kita yang
terinfeksi oleh HIV. Hal ini akan menjadi penyebab terjangkitnya penyakit herpes,
disamping itu dengan kemajuan sistem transportasi pada saat ini, tidak menutup
kemungkinan virus herpes bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha
pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Herpes di Indonesia
mengingat virus ini sangat mudah menular dan pengobatan yang dilakukan kepada
masyarakat kita jika sudah terinfeksi oleh virus Herpes.

1.2 Rumusan masalah


Permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah
1. Bagaimana mekanisme terjadinya herpes?,
2. Bagaimana cara penyebaran virus herpes simplex?
3. Apa saja penyakit yang ditimbulkan oleh virus herpes simplex?
4. Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita virus herpes simplex?
5. Bagaimana upaya pencegahannya?,
6. Bagaimana upaya pengobatannya?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
mekanisme terjadinya herpes, upaya pencegahan, dan upaya pengobatan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan
pembaca mengenai penyakit herpes, mulai dari mekanisme terjadinya herpes, upaya
pencegahan,dan upaya pengobatan, Sehingga dengan mengetahui lebih jauh tentang
penyakit herpes, kita bisa terhindar dari penyakit herpes itu sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tinjauan Singkat Tentang Herpes
Penyakit herpes disebabkan oleh virus yaitu Herpes simplek tipe 1 (HSV-1) atau Herpes
simplek tipe 2 (HSV-2). Kedua Herpes ini mempunyai inti DNA ganda yang dikelilingi
oleh lapisan protein yang menunjukkan simetri ikosahedral dan mempunyai 162
kapsomer. Nukloeokapsida dikelilingi oleh suatu selubung yang dihasilkan oleh
membran inti dari sel yang terinfeksi dan mengandung glikoprotein virus berbentuk paku
dengan panjang kurang lebih 8 nm. Struktur yang tidak terbentuk kadang-kadang asimetri
diantara kapsid dan selubung membentuk tegument. Bentuk selubung berukuran 120 nm
sampai dengan 200 nm. Virus ini memiliki sifat-sifat yang penting diringkas sebagai
berikut.

Virion : Bulat, berdiameter 120-200nm


Genom : DNA untai ganda, linear
Protein : Lebih dari 35 protein dalam prion
Ciri-ciri yang menonjol : HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya melibatkan air liur
yang terinfeksi, sedangkan HSV-2 ditularkan secara seksual atau dari infeksi kelamin ibu
ke anaknya yang baru lahir

Gambar 1.
Struktur
Virus Herves
Simpleks (HSV)

Akibat yang ditimbulkan dari penyakit herpes ini adalah berupa luka pada kulit yang
terkena virus, disertai dengan rasa nyeri serta panas, kemudian diikuti dengan lepuhan
seperti luka bakar. Lepuhan-lepuhan kulit yang menjadi ciri khas herpes akan mengelupas
dengan atau tanpa pengobatan. Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas
meskipun lepuhan-lepuhan itu sudah kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena
virus herpes menyerang bagian saraf.
Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali
menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi
sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang
nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Timbulnya
erupsi bisa dipicu oleh pemaparan cahaya, demam, stres fisik atau emosional, penekanan
system kekebalan, dan obat-obatan atau makanan tertentu.
Pada beberapa kasus, herpes genital biasanya tidak tidak menunjukka gejala sehingga
penderita tidak mengetahui bahwa ia menghidap herpes. Gejala awal dari herpes genital,
antara lain:
Rasa gatal dan terbakar di daerah genital atau anal
Rasa sakit sekitar kaki, pantat atau daerah genital
Keluarnya cairan dari vagina
Adanya perasaan seperti tertekan di daerah perut
Herpes kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak nyaman, yang dirasakan
beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan. Lepuhan yang dikelilingi oleh
daerah kemerahan dapat muncul dimana saja pada kulit atau selaput lender, tetapi lebih
sering ditemukan di dalam dan disekitar mulut, bibir, dan alat kelamin. Lepuhan (yang
biasanya terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok yang bergabung satu sama lain
membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar.

2.2. Mekanisme Terjadinya Herpes


Herpes dapat terjadi melalui kontak kulit dengan penderita. Jika seseorang mempunyai
herpes di mulutnya kemudian ia mencium orang lain, maka orang itu dapat terkena
herpes pula. Jika ia melakukan oral seks, maka herpes tersebut dapat menular ke kelamin
walaupun kemungkinan menularnya lebih kecil dibandingkan jika terjadi kontak antar
kelamin (hubungan seksual). Virus herpes mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang
menyukai daerah mulut dan ada pula yang menyukai bagian kelamin.

Gambar 2. Organ
Tubuh yang
Terkena Penyakit
Herpes

Cara-cara infeksi yang dilakukan HSV ada 2 yaitu infeksi primer dan infeksi laten.
a) Infeksi primer
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh
seseorang. Untuk menimbulikan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau
kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). Infeksi HSV-1 biasanya
terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui saluran pernapasan atau melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfekisi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual.
Perkembangbiakan virus terjadi pertama kali di tempat infeksi. Virus kemudian
memasuki ujung saraf setempat dan dibawa melalui aliran akson ke ganglion dorsalis,
tempat terjadinya perkembangbiakan selanjutnya, dan bersifat laten.
Infeksi HSV primer biasanya ringan, pada kenyataannya, sebagian besar bersifat
asimtomatik. Jarang terjadi penyakit sistemik. Penyebaran ke organ-organ lain dapat
terjadi jika system imun inang terganggu, dan hal ini tidak dapat menahan
perkembangbiakan inang.
b) Infeksi laten
Virus terdapat pada ganglia yang terinfeksi secara laten dalam stadium non replikasi,
hanya sedikit gen virus terekspresikan. Virus menetap pada ganglia yang terinfeksi secara
laten sampai akhir hidup inang. Tidak dapat ditemukan virus ditempat kekambuhan atau
didekat tempat biasanya lesi kambuh. Perangsangan yang provokatif dapat mengaktifkan
kembali virus dari stadium laten, virus kemudian mengikuti jalannya akson kembali ke
perifer, dan melakukan perkembangbiakan di kulit atau selaput mukosa. Terjadi
pengaktifan kembali secara spontan walaupun terdapat imunitas seluler dan humoral yang
spesifik pada inang. Namun, imunitas ini dapat membatasi perkembangbiakan virus
setempat sehingga kekambuhan lesi tidak begitu luas dan tidak begitu berat. Banyaknya
kekambuhan bersifat asimtomatik, diperlihatkan hanya oleh pelepasan virus dalam
sekresi. Bila bersifat simtomatik, episode kekambuhan infeksi HSV-1 biasanya
termanifestasi sebagai cold sores (demam lepuh) di dekat bibir. Dasar molekuler
pengaktifan kembali ini tidak diketahui, secara efektifmenimbulkan perangsangan
antaralain luka pada akson, demam, tekanan fisik atau emosi, dan pemaparan terhadap
sinar ultraungu.

Gambar 3. Mekanisme
Infeksi Virus Herpes
pada Kulit

Virus Herpes Simpleks


adalah virus DNA yang
dapat menyebabkan
infeksi akut pada kulit
yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab.
Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi yaitu :
HSV-Tipe I (Herpes Simplex Virus Type I)
HSV-Tipe II (Herpes Simplex Virus Type II)
HSV-Tipe I biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes), sedangkan
HSV-Tipe II biasanya menginfeksi daerah genital dan sekitar anus (Genital Herpes).
HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada mukosa
mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital ditularkan melalui hubungan
seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan yang terasa nyeri pada membran
mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat seperti bercak dengan luka.
Pada pasien mungkin muncul iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan
kekuningan pada kulit (jaundice) dan kesulitan bernapas atau kejang. Lesi biasanya
hilang dalam 2 minggu. infeksi . Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV
adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gelala yang timbul,
meliputh nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan diikuti dengan
pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan. Cairan bening tersebut
selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan pembentukan keropeng
atau kerak.
2.2 Penyakit Yang Ditimbulkan Oleh Virus Herpes Simplex

A. HSV-1
1. Gingivostomatitis herpetik akut
Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak kecil (usia 1-3 tahun) dan terdiri atas lesi-lesi
vesikuloulseratif yang luas dari selaput lendir mulut, demam, lekas marah dan
limfadenopati lokal. Masa inkubasi pendek(sekitar 3-5 hari) dan lesi-lesi menyembuh
dalam 2-3 minggu.

2. Keratojungtivitis
Suatu infeksi awal HSV-1 yang menyerang kornea mata dan dapat mengakibatkan
kebutaan.

3. Herpes Labialis
Terjadi pengelompokan vesikel-vesikel lokal, biasanya pada perbatasan mukokutan bibir.
Vesikel pecah, meninggalkan tukak yang rasanya sakit dan menyembuh tanpa jaringan
parut. Lesi-lesi dapat kambuh kembali secara berulang pada berbagai interval waktu.

B. HSV-2
1. Herpes Genetalis
Herpes genetalis ditandai oleh lesi-lesi vesikuloulseratif pada penis pria atau serviks,
vulva, vagina, dan perineum wanita. Lesi terasa sangat nyeri dan diikuti dengan demam,
malaise, disuria, dan limfadenopati inguinal.
Infeksi herpes genetalis dapat mengalami kekambuhan dan beberapa kasus kekambuhan
bersifat asimtomatik. Bersifat simtomatik ataupun asimtomatik, virus yang dikeluarkan
dapat menularkan infeksi pada pasangan seksual seseorang yang telah terinfeksi.

2. Herpes neonatal
Herpes neonatal merupakan infeksi HSV-2 pada bayi yang baru lahir. Virus HSV-2 ini
ditularkan ke bayi baru lahir pada waktu kelahiran melalui kontak dengan lesi-lesi
herpetik pada jalan lahir. Untuk menghindari infeksi, dilakukan persalinan melalui bedah
caesar terhadap wanita hamil dengan lesi-lesi herpes genetalis. Infeksi herpesneonatal
hampir selalu simtomatik. Dari kasus yang tidak diobati, angka kematian seluruhnya
sebesar 50%.

2.3 Penyebab
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh
seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau
kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). HSV I ditransmisikan
melalui sekresi oral,virus menyebar melalui droplet pernapasan atau melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan
memakan atau meminum dari perkakas yang terkontaminasi.
HSV-I dapat menyebabkan herpes genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital.
Karena virus ditransmisikan melalui sekresi dari oral atau mukosa (kulit) genital,
biasanya tempat infeksi pada laki-l`ki termasuk batang dan kepala penis, skrotum, paha
bagian dalam, anus. Labia, vagina, serviks, anus, paha bagian dalam adalah tempat yang
biasa pada wanita. Mulut juga dapat menjadi tempat infeksi untuk keduanya. Penyebaran
herpes genetalis atau Herpes Simpleks II dapat melalui kontak langsung antara seseorang
yang tidak memiliki antigen terhadap HSV-II dengan seseorang yang terinfeksi HSV-II.
Kontak dapat melalui membran mukosa atau kontak langsung kulit dengan lesi.
Transmisi juga dapat terjadi dari seorang pasangan yang tidak memiliki luka yang
tampak. Kontak tidak langsung dapat melalui alat-alat yang dipakai penderita karena
HSV-II memiliki envelope sehingga dapat bertahan hidup sekitar 30 menit di luar sel.

2.4 Pencegahan
Penyebaran HSV sulit dicegah. Hal ini sebagian karena banyak orang dengan HSV tidak
tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi HSV
pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak
mempunyai luka herpes yang terbuka.
Angka penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. Namun kondom
tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari dan ditulari dari
daerah kelamin yang agak luas lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam
dan juga di daerah mulut. Bila orang dengan herpes minum asiklovir setiap hari, mereka
dapat mengurangi risiko menulari herpes pada orang lain.
Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin
menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki.
Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap
vaksin untuk HSV berlanjut terus.

2.5 Asuhan Keperawatan Herpes


a. Pengkajian
1. Biodata
Dapat terjadi pada semua orang disemua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa
muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan: berisiko tinggi pada
pekerja seks komersial.

2. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat pelayanan kesehatan adalah
nyeri pada lesi yang timbul

3. Riwayat penyakit dahulu


Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau
memiliki riwayat penyakit seperti ini.

4. Riwayat penyakit keluarga


Ada anggota keluarga atau temen dekat yang terinfeksi virus ini.

5. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang
dapat dilihat orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi
perubahan citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi
yang mungkin timbul adalah:
a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
b. Menarik diri dari kontak social
c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang

6. Kebiasaan sehari-hari
Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan,
terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan buang air besar dan buang
air kecil pada penderita herpes simpleks genitalis.
Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat
pribadi secara bersama-sama (handuk, pakaian dalam, dan pakaian renang milik orang
lain) atau klein yang memepunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan.

7. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh
klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu atau
demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan
adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dan dapat pula
timbul ulkus pada infeksi sekunder.
Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genitalia
pria, daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra dan
daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora
dan minora, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi,catat jenis, bentuk,
ukuran/luas, warna, dan keadaan lesi.
Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesara; pada beberapa kasus dapat
terjadi pemebesaran kelenjar limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat
mengkaji respons individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respons
prilaku. Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan
pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat dijumapai menangis,
merintih, atau marah.
Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa.
Untuk anak-anak pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita dapat
menggunkan skla wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam
pemilihan. Wong dan Baker (1988), menemukan bahwa pengukuran dari usia 3 tahun
sampai dengan remaja adalah dengan skala wajah.

8. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan hasil uji Tzank positif.

B. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi jaringan
Tujuan : Klien mengatakan nyeri berkurang, klien dapat menunjukkan mekanisme
kopping spesifik untuk nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secra benar, dan klien
dpat menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
Intervensi :
Kaji nyeri klien dengan menggunakan pendekatan PQRST
Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri
Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.
Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnya terhadap nyeri; akui
adanya nyeri, dengarkan dan perhatikan klien saat mengungkapkan nyerinya, sampaikan
bahwa mengkaji nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakannya.
Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab rasa nyeri.
Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi relaksasi, imajinasi,
dan ajarkan teknik/metode yang dipilih.
Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien.
Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesic
Kompres dingin
Pantau tanda-tanda vital
Kaji kembali respons klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit/nyeri.
2. Gangguan citra tubuh/gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan,
sekunder akibat penyakit herpes simplex.
Tujuan : Klien mengatakan dan menunjukkan penerimaan atas penampilannya.
Klien menunjukkan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
Melakukan pola-pola penanggulanganyang baru.
Intervensi :
Ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama tentang cara ia merasakan,
berfikir, atau memandang dirinya.
Hindari mengkritik
Jaga privasi dan lingkungan individu
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perjelas informasi yang telah diberikan.
Tingkatkan interaksi sosial.
Dorong klien untuk melakukan aktivitas
Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.
Dorong klien dan keluarga untuk menerima keadaan.
Beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
Lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian klien dan
oentingnya sistem daya dukungan bagi mereka (Dudas, 1993).
Dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.

3. Resiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemajanan melalui kontak


(langsung, tidak langsung, kontak droplet).
Tujuan : Klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkan infeksi.
Intervensi :
Jelaskan tentang penyakit herpes simpleks, penyebab, cara penularan, dan akibat
yang ditimbulkan.
Anjurkan klien untuk menghentikan kegitan hubungan seksual selama sakit dan jika
perlu menggunakan kondom.
Beri penjelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengan satu orang
(satu sama lain saling setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi (hubungan seks yang
sehat).
Lakukan tindakan pencegahan yang sesuai :
Cuci tangan sebelum dan sesudah ke semua klien atau kontak dengan specimen.
Gunakan sarung tangan setiap kali melakukan kontak langsung dengan klien.
Anjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat-alat mandi klien, dan tidak
menggunaknnya bersama (handuk, pakaian, baju dalam, dll).
Kurangi transfer pathogen dengan cara mengisolasi klien selama sakit (karena
penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat menular melalui udara)
2.3. Upaya Pencegahan
Untuk menghindari Penyakit Menular Seks seksual yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks, yang paling mudah adalah tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan
yang telah terinfeksi PMS. Namun hal ini tentunya tidak mudah dilakukan. Dibawah ini
dapat dicoba menyampai upaya pencegahan antara lain sebagai berikut.
1 Selalu menjaga higienis ( kebersihan/kesehatan) organ genetalia (atau alat
kelamin pria dan wanita secara teratur).
2 Setia kepada pasangannya, dengan tidak berganti-ganti pasangan.
3 Jangan lupa menggunakan kondom, bila pasangan kita sudah terinfeksi PMS
4 Mintalah jarum suntik baru setiap kali menerima pelayanan medis yang
menggunakan jarum suntik.

Tindakan berikut bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya herpes labialis adalah
sebagai berikut.
5 Menghindari kontak langsung dengan cold sore atau luka herpes lainnya.
6 Memperkecil kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung dengan
cara mencuci benda-benda yang telah digunakan oleh penderita dengan air panas
(lebih baik direbus).
7 Tidak memakai benda bersama-sama dengan penderita herpes, terutama ketika
lukanya sedang aktif.
8 Menghindari faktor pencetus (misalnya sinar matahari).

2.4. Upaya Pengobatan


Tujuan pengobatan pada herpes primer adalah untuk mengurangi rasa sakit, sehingga
penderita bisa tidur, makan dan minum secara normal.
Rasa nyeri bisa menyebabkan anak tidak mau makan dan tidak mau minum; bila disertai
demam, hal ini bisa dengan segera menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan tubuh).
Karena itu anak yang sakit harus minum cairan sebanyak mungkin.
Untuk mengurangi nyeri pada penderita dewasa atau anak yang lebih besar, bisa
digunakan obat kumur anestetik (misalnya lidokain). Atau bisa juga digunakan obat
kumur yang mengandung baking soda.
Pengobatan pada herpes sekunder akan efektif bila dilakukan sebelum munculnya luka,
yaitu segera setelah penderita mengalami gejala prodroma. Mengkonsumsi vitamin C
selama masa prodroma bisa mempercepat hilangnya cold sore.
Melindungi bibir dari sinar matahari secara kangsung dengan menggunakan topi lebar
atau dengan mengoleskan balsam bibir yang mengandung tabir surya, bisa mengurangi
kemungkinan timbulnya cold sore. Sebaiknya penderita juga menghindari kegiatan dan
makanan yang bisa memicu terjadinya infeksi ulangan. Penderita yang sering mengalami
infeksi ulangan bisa mengkonsumsi lisin.Salep asiklovir bisa mengurangi beratnya
serangan dan menghilangkan cold sore lebih cepat. Balsam bibir seperti jelly petroleum
dapat menghindari bibir pecah-pecah dan mengurangi resiko tersebarnya virus ke daerah
di sekitarnya. Untuk mencegah terjadinya infeksi oleh bakteri, maka antibiotik diberikan
kepada penderita dewasa yang memiliki luka hebat. Untuk kasus-kasus yang berat dan
untuk penderita yang memiliki kelainan sistem kekebalan, bisa diberikan kapsul asiklovir.
Kortikosteroid tidak digunakan untuk mengobati herpes simpleks karena bisa
menyebabkan perluasan infeksi.

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu virus Herpes Simpleks tipe 1 dan 2. dimana
akibat yang ditimbulkan berupa luka pada kulit, rasa nyeri, panas, dan lepuhan seperti
luka terbakar.
Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung, memperkecil
kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung, tidak memakai benda bersama-
sama dengan penderita herpes, dan menghindari faktor pencetus.
Upaya pengobatan yang dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi obat kumur anestetik,
mengkonsumsi vitamin C, dan memakai salep asiklovir.

3.2 Saran
Meskipun sampai saat ini belum diketahui adanya penyakit yang disebabkan oleh virus
Herpes, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus Herpes, mengingat
virus ini sangat cepat menular, menyebabkan kematian, dan sampai saat ini belum
ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi virus Herpes..

Daftar Pustaka

Anonim, http://spiritia.or.id, diakses tanggal 1 april 2008


Anonim,http://www.info-sehat.com, diakses tanggal 1 april 2008
Anonim, ttp://www.medicastore.com, diakses tanggal 1 april 2008

Brooks, G.F, Bustel, J.S, and Ornston, L.N.1996. Tanpa tahun. Mikrobiologi Kedokteran.
Terjemahan oleh Nugroho, E dan Maulany, R.F. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Suyono, Slamet, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.

Shulman, Stanford.T & Sommers, herbet. M. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit
Infeksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suhardjo, http://spiritia.or.id/li/bacali.php, diakses tanggal 1 april 2008


Obat - obatnya
Cara menyembuhkan herpes simplex paling murah adalah dengan obat Acyclovir generik.
Pengobatan dapat dilakukan bersama antara Acyclofir cream/oles dan tablet/pil. Krim
digunakan 5 kali sehari dengan selang waktu 4 jam sampai luka kering. Sedangkan tablet
200 mg diminum setiap 4 jam (5 kali sehari) yang dimulai saat bangun tidur di pagi hari
sampai dengan 10 hari. Jika sakit berlanjut, berarti di indikasi ada gejala / infeksi lain
yang menyertainya.

Di apotek tersedia pula obat herpes simplex non (bukan) generic, seperti merek Clinovir,
Viru-Merz, dan Zovirax. Fungsi dan komposisi-nya sama namun harga lebih mahal
beberapa kali lipat, mungkin bahan yang digunakan lebih cepat diserap oleh tubuh. Dosis
dan aturan pakai kurang lebih sama dengan merk Acyclovir generik. Cara menggunakan
obat paten ini sebaiknya konsultasi-kan terlebih dahulu kepada apoteker, namun lebih
baik dengan resep dokter dengan alasan agar mendapat dosis yang tepat, mencegah
terjadi iritasi pada kulit yang hiper-sensitif, menghindari efek samping terutama bagi
yang mengalami gangguan ginjal dan lambung, dan yang paling penting agar biaya/uang
Anda tidak terbuang percuma bukan?!

Untuk penyakit herpes simplex yang kambuh lagi / kambuhan (rekurens), upaya
pencegahan dapat dilakukan dengan terapi obat dengan kandungan acyclovir, dapat
berupa tablet 200 mg 4 kali sehari atau 400 mg 2 kali per hari. Dosis dapat diturunkan
menjadi 200 mg 2 atau 3 kali sehari dan interupsi setiap 6-12 bulan. Agar lebih yakin,
sebaiknya mengikuti saran dan hasil evaluasi dokter saja. Karena keluhan pasien terhadap
penyakit ini bisa berbeda sehingga cara dokter mengobati mungkin saja dapat tidak sama
untuk mendapatkan dosis yang tepat.

Sementara, penyakit herpes simplex parah (akut) biasanya perlu tindakan sampai dengan
pengobatan secara intravena (infus) disertai dengan perawatan medis secara intensif. Oleh
karena itu, perlu konsultasi lebih dalam ke dokter spesialis, yup! Selama
perawatan/terapi, usahakan sering makan buah atau makanan yang dapat meningkatkan
daya tahan tubuh dan mengandung zat antivirus, vitamin B complex, vit C, serta
selenium. Contohnya adalah jeruk/lemon, jamur, bawang putih, tiram, semangka, bayam,
ubi jalar, brokoli, strawberry, yogurt, jahe, madu, daging sapi, kentang, sup ayam, serta
minum minuman teh hijau secara rutin setiap hari.

Pencegahan dan penyembuhan dengan cara tradisional ataupun obat herbal juga dapat
diterapkan. Di toko-toko herbal ada yang menawarkan obat herbal alami dan/ perawatan
tradisional ampuh, aman, manjur, tanpa efek samping. Namun harus dilihat terlebih
dahulu komposisi, kandungan, dan bahan yang dipakai, yup! Dipasaran tersedia contoh-
nya ekstrak kulit manggis dan daun sirsak, Jelly Gamat, Propolis Melia Nature, dan De
Nature.

Sebenarnya, di dalam tubuh, virus herpes simplex tidak mudah hilang (dorman). Sifat
virus ini akan mati dengan sendiri-nya pada suatu kondisi tertentu yang dapat dijelaskan
secara medis misalnya melalui uji laboratorium. Namun kita dapat mengobati jika virus
kembali aktif dari "tidur" saat daya tahan tubuh sedang lemah. Lebih baik mencegah
sedini mungkin daripada mengobati yang parah, bakal tersiksa bukan? Si penderita pasti
merasa malu dalam pergaulan jika terkena herpes simplex; apalagi di wajah dan alat
kelamin. Pasien merasa dikucilkan karena orang lain biasanya akan selalu ber-negatif
thinking.
ACYCLOVIR 200 MG TAB

KOMPOSISI:
Tiap tablet mengandung Acyclovir 200 mg.
Tiap tablet mengandung Acyclovir 400 mg.

CARA KERJA OBAT


Acyclovir adalah analog nukleosida purin asiklik yang aktif terhadap virus Herpes
simplex, Varicella zoster, Epstein-Barr dan Cytomegalovirus. Di dalam sel, acyclovir
mengalami fosforilasi menjadi bentuk aktif acyclovir trifosfat yang bekerja menghambat
virus herpes simplex DNA polymerase dan replikasi DNA virus, sehingga mencegah
sintesa DNA virus tanpa mempengaruhi proses sel yang normal.

INDIKASI
-Pengobatan virus herpes simplex pada kulit dan selaput lender, termasuk herpes genitalis
inisial dan rekuren.
-Pengobatan infeksi herpes zoster dan varicella.

POSOLOGI
Infeksi herpes genitalis:
Infeksi herpes genitalis inisial:
200 mg 5 kali sehari setiap 4 jam, selama 5 10 hari.
Anak dibawah 2 tahun : dosis dewasa.

Untuk penderita immunocompromisef atau kelainan absorbsi pada usus dosis dapat
ditingkatkan menjadi 400 mg, atau sebagai alternative diberikan pengobatan secara
intravena.
Pengobatan harus dimulai sedini mungkin, untuk rekuren sebaiknya pada periode mulai
terjadinya lesi pertama.
Pengobatan supresi infeksi herpes genitalis rekuren :
400 mg 2 kali sehari atau 200 mg 2 5 kali sehari, selama 12 bulan.
Pengobatan intermitten infeksi herpes genitalis rekuren :
200 mg 5 kali sehari setiap 4 jam, selama 5 hari.

INFEKSI HERPES ZOSTER DAN VARICELLA :

Dewasa : 800 mg 5 kali sehari setiap 4 jam, selama 7 10 hari.


Anak 2 12 tahun : 400 800 mg 4 kali sehari, selama 5 kali.
Anak dibawah 2 tahun : 200 mg atau 20 mg/kg BB 4 kali sehari, selama 5 hari.
Pengobatan harus dimulai sedini mungkin dan pada saat awal timbulnya gejala infeksi.

Dosis untuk penderita yang mempunyai gangguan fungsi ginjal

Creatinine clearance
Ml/menit/1,73 m2 Dosis
(mg) Interval
(jam)
Herpes genitalis
Inisial/ intermitten
0 10
Super kronik
0 10
Herpes zoster
0 10
10 25

Beberapa penderita mungkin mengalami infeksi break through pada pemberian dosis
total 800 mg sehari. Pengobatan harap dihentikan secara periodic dengan interval waktu 6
12 bulan dengan maksud untuk mengobservasi kemungkinan perubahan-perubahan
riwayat penyakit.

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Acyclovir tidak boleh digunakan selama masa kehamilan kecuali bila manfaat yang
didapat jauh lebih besar daripada resikonya baik terhadap ibu maupun janin.

Hati-hati pemberian pada wanita yang sedang menyusui.

EFEK SAMPING
Ruam kulit dan gangguan pencernaan seperti mual, muntah, diare dan sakit perut.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap acyclovir.

CARA PENYIMPANAN
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

KEMASAN
Acyclovir 200 mg, kotak 10 blister @ 10 tablet
Acyclovir 400 mg, kotak 10 blister @ 10 tablet
Brand: : Pharmacore
Product Code:: G
Komposisi: Acycolovir
Pengobatan infekasi HSV pada kulit dan selaput mukosa termasuk herpes ganitalis
Indikasi:
awal dan berulang. Herpes zoster dan infeksi varisela
Dewasa infeksi HSV awal, herpes genitalis : 5 kali sehari 200 mg setiap 4 jam
selama 5 - 10 hari. Pasien dengan penurunan sistem imun atau pasien dengan
gangguan absorpsi intestinal : dosis dapat ditingkatkan menjadi 400 mg. Terapi
supresi untuk infeksi herpes berulang 2 kali sehari 400 mg atau 4 kali sehari 200
mg. profilaksis herpes genital berulang : 5 kali sehari 200 mg setiap 4 jam selama
5 hari. herpes zoster dan varisela : 5 kali sehari 800 mg setiap 4 jam selama 7 hari.
infeksi herves simpleks anak 2 tahun : dosis dewasa, < 2 tahun dosis dewasa.
Dosis:
Infeksi varisela anak 6 tahun : 4 kali sehari 800 mg selama 5 hari, 2 - 6 tahun : 4
kalli sehari 400 mg selama 5 hari, > 2 tahun : 4 kali sehai 200 mg atau 20 mg/kg
berat badan tidak > 800 mg selama 5 hari. herpes zoster pada pasien dengan
gangguan ginjal dengan bersihan kreatini 10 - 25 mL atau menit : 800 mg setiap 8
jam, bersihan kreatini 0 - 10 mL atau menit : 800 mg setiap 12 jam. herpes
genitalis awal atau intermiten dan supresi herpes genitalis kronik : 200 mg setiap
12 jam
Pemberian Obat: Berikan bersama makanan
Kontra Indikasi: Hipersensitif terhadap asiklovir
Perhatian: Hamil dan laktasi
Ruam kulit, mual, muntah, diare dan nyeri abdomen, reaksi neurologik reversibel,
termasuk pusing, kebingungan mental halusinasi dan somnolen, peningkatan
Efek Samping:
ringan revasibel pada bilirubin, enzim hati, urea darah, dan kadar kreatinin.
Penurunan nilai tes darah, sakit kepala dan rasa lelah yang menyeluruh
Interaksi Obat: Probenesid dan obat lain yang mempengaruhi fisiologi ginjal
Kemasan: Tablet 200 mg x 3 x 10

Anda mungkin juga menyukai