NIM : 19133763A
FKK 1
Yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini adalah karena adanya laporan
kasus telah dikaitkan paparan fenilpropanolamin (PPA) untuk terjadinya stroke
hemoragik. Banyak pasien yang terkena telah perempuan muda menggunakan PPA
sebagai penekan nafsu makan, sering setelah dosis pertama.Adanya lebih dari 30
laporan kasus yang dipublikasikan telah menggambarkan terjadinya perdarahan
intrakranial setelah menelan PPA. Selain itu adanyanya laporan yang terlibat pil
diet termasuk kedua PPA dan kafein. Kemudian melaporkan terlibat
penggunaan PPA sendiri sering sebagai dilaporkan pertama kalinya dosis.
Karena beberapa laporan kasus melibatkan perempuan muda menggunakan
PPA sebagai penekan nafsu makan, sering setelah dosis pertama, FDA dan
produsen diidentifikasi perempuan sebagai memiliki prioritas tinggi dalam
perencanaan penelitian.
Masalah :
Tujuan :
a. Di antara pria dan wanita usia 18-49 tahun, untuk memperkirakan hubungan
antara PPA dan stroke hemoragik
3. Metodologi penelitian
2. Perekrutan Kontrol
3. Wawancara subjek
6. Definisi Paparan
7. Ukuran sampel
8. Analisis statistik
9. Kelalaian
4. Hasil dan Kesimpulan
Hasil : Studi akhir kohort terdiri 702 subyek kasus dan 1.376 subjek kontrol.
Semua subjek kontrol yang cocok untuk mata pelajaran kasus mereka tentang gender
dan sentral telepon. Umur pencocokan berhasil untuk 1367 kontrol (99%) dan etnis
yang cocok dicapai untuk 1321 kontrol (96%). Untuk hubungan antara hemorrhagic
stroke dan penggunaan PPA dalam waktu tiga hari, rasio odds yang disesuaikan
adalah 1,49 (batas bawah dari interval keyakinan satu sisi 95% (LCL) = 0,93, p =
0,084). Untuk hubungan antara hemorrhagic stroke dan PPA digunakan sebagai obat
batuk-pilek dalam jendela paparan tiga hari, rasio odds yang disesuaikan adalah 1,23
(LCL = 0.75, p = 0,245). Untuk hubungan antara hemorrhagic stroke dan PPA
digunakan dalam penekan nafsu makan dalam jendela paparan tiga hari, rasio odds
yang disesuaikan adalah 15,92 (LCL = 2.04, p = 0,013). Untuk hubungan antara PPA
di penekan nafsu makan dan risiko stroke hemoragik di kalangan wanita, rasio odds
yang disesuaikan adalah 16,58 (LCL = 2.22, p = 0,011). Untuk dosis pertama PPA
menggunakan kalangan perempuan, rasio odds yang disesuaikan adalah 3,13 (LCL =
1,05, p = 0,042). Semua PPA dosis pertama menggunakan terlibat obat batuk-pilek.
Kesimpulan :
Kekuatan :
Beberapa fitur dari HSP mendukung hubungan valid antara penggunaan PPA dan
risiko stroke hemoragik. Pertama, selain temuan odds rasio tinggi yang mencapai
signifikansi statistik, besarnya rasio odds untuk digunakan PPA sebagai penekan
nafsu makan dan sebagai penggunaan pertama yang besar dalam besarnya bahkan
setelah penyesuaian untuk klinis yang penting fitur. Kedua, data ini menunjukkan
hubungan dengan pendarahan otak di dua formulasi utama PPA (yaitu, batuk-pilek
obat dan penekanan nafsu makan).
Kelemahan :
Peluang dilakukan penelitian lebih lanjut di Indonesia karena pada penelitian ini
masih banyak terdapat kekurangan - kekurangan sehingga dapat dilakukan di
Indonesia untuk mengetahui penggunaan PPA untuk masyarakat Indonesia itu
sendiri. Karena perbedaan usia, ras, suku dapat mempengaruhi efek dari penggunaan
PPA.