Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Herpes genetalia adalah infeksi yang disebabkan oleh Virus Herpes


Simplex (terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai dengan timbulnya
vesikula (vesikel = peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari
1 cm dan dapat pecah menimbulkan infeksi seperti koreng kecil) pada
permukaan mukosa kulit (mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang
berwarna kemerahan.1

Saat ini dikenal dua macam herpes yakni herpes zoster dan herpes
simpleks. Kedua herpes ini berasal dari virus yang berbeda. Herpes zoster
disebabkan oleh virus Varicella zoster. Zoster tumbuh dalam bentuk ruam
memanjang pada bagian tubuh kanan atau kiri saja. Jenis yang kedua adalah
herpes simpleks, yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). HSV sendiri
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu HSV-1 yang umumnya menyerang bagian
badan dari pinggang ke atas sampai di sekitar mulut (herpes simpleks labialis),
dan HSV-2 yang menyerang bagian pinggang ke bawah, terutama bagian
kelamin. Sebagian besar herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, walaupun ada
juga yang disebabkan oleh HSV-1 yang terjadi akibat adanya hubungan kelamin
secara orogenital, atau yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan oral seks,
serta penularan melalui tangan.1,2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Herpes Genitali adalah infeksi yang disebabkan oleh Virus Herpes Simplex


(terutama HSV=Herpes Simplex Virus type II), ditandai dengan timbulnya vesikula
(vesikel = peninggian kulit berbatas tegas dengan diameter kurang dari 1 cm dan
dapat pecah menimbulkan infeksi seperti koreng kecil) pada permukaan mukosa
kulit (mukokutaneus), bergerombol di atas dasar kulit yang berwarna

kemerahan.2

Gambar 1: Herpes Simplek Orolabia

2
Gambar 2: Herpes Simplek Genetalia

2.2. Prevalensi
Di AS, kurang lebih 45 juta orang memiliki infeksi HSV – kurang lebih 20%
orang di atas usia 12 tahun. Diperkirakan terjadi satu juta infeksi baru setiap
tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi
infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir.
Sekitar 80% orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin. Infeksi HSV-2 lebih
umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih satu dari empat perempuan dan
satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2. HSV kelamin berpotensi menyebabkan
kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes
kelamin aktif waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah sesar.
Jangkitan HSV berulang dapat terjadi bahkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang sehat. Jangkitan HSV yang lama mungkin berarti sistem
kekebalan tubuh sudah lemah. Ini termasuk orang terinfeksi HIV, terutama
mereka yang berusia di atas 50 tahun.3,4

2.3. Etiologi

Virus herpes yang paling terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV.
Herpes simplex dapat menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan
kelamin (herpes genitalia). Pembagian kelompok virus herpesviridae adalah
sebagai berikut:3,5

 Alfa herpesvirus. Kelompok virus ini memiliki siklus hidup untuk


menggandakan diri yang pendek, serta berpotensi menjadi tersembunyi
dan infeksi muncul kembali (infeksi laten) di sel saraf. Contoh alfa
herpesvirus adalah HSV tipe 1 dan 2, serta virus varicella-zoster.
 Beta herpesvirus. Kelompok virus ini memiliki siklus hidup untuk
menggandakan diri yang panjang dan infeksi virus ini berjalan lambat
dalam tubuh manusia. Contoh beta herpesvirus adalah cytomegalovirus,
serta herpesvirus 6 dan 7.

3
 Gamma herpesvirus. Contohnya adalah Epstein-Barr virus dan human
herpesvirus 8.

2.4. Patofisiologi

Infeksi herpes yang muncul biasanya terjadi dalam beberapa tahapan.


Rincian tahapan infeksi herpes adalah sebagai berikut: 5

 Stadium primer 

Stadium primer terjadi pada hari kedua hingga kedelapan setelah


terjadinya infeksi herpes. Gejala yang muncul adalah blister (kulit yang
melepuh) berukuran kecil, namun menyakitkan. Blister biasanya berisi
cairan berwarna bening atau keruh, dan dapat pecah serta menimbulkan
luka terbuka. Daerah di sekitar blister akan berwarna kemerahan.

 Stadium laten

Pada stadium ini, gejala herpes seperti blister dan koreng akan
mereda. Tetapi pada stadium ini, sebetulnya virus sedang menyebar ke
saraf dekat saraf tulang belakang melalui kulit.

 Stadium peluruhan

Pada stadium ini, virus mulai berkembang biak pada ujung-ujung


saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang terinfeksi terletak pada organ
tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau vagina, virus herpes
dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti semen dan lendir Biasanya
tidak terjadi gejala yang terlihat, namun sebenarnya sedang terjadi
perkembangbiakan virus di dalam tubuh.

 Stadium rekurensi (muncul kembali)

4
Pada stadium ini, blister pada kulit yang terjadi di stadium
pertama dapat muncul kembali. Biasanya tidak separah lepuhan dan
koreng yang sebelumnya. Gejala yang umumnya muncul pada stadium
rekurensi ini adalah gatal, kesemutan, dan nyeri di daerah yang terkena
infeksi pada stadium pertama.

2.5. Gejala Klinis


a. Gejala yang disebabkan oleh HSV 15,6

Herpes simplex virus tipe 1 (HSV 1) merupakan virus yang dapat


menyebar dengan cepat, dan umumnya menyebabkan herpes oral (mulut). Akan
tetapi HSV 1 juga dapat menyebabkan terjadinya herpes kelamin (genital) jika
menyebar dari mulut ke alat kelamin pada saat melakukan hubungan seksual
melalui oral. HSV 1 dapat menular melalui kontak langsung sederhana dari
penderita herpes ke orang yang sehat. Contohnya adalah lewat berciuman,
berbagai pakai peralatan makan atau lipstik dan kosmetik. HSV 1 bahkan dapat
ditularkan dari seseorang yang mengalami infeksi HSV 1 namun tanpa gejala.

Gejala yang dapat ditimbulkan oleh infeksi HSV 1 atau herpes oral adalah:

 Diawali dengan demam, nyeri otot, dan lemas.


 Muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.
 Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan
mengering dalam beberapa hari.
 Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri. Bila
terjadi di mulut, bisa mengganggu makan.

b. Gejala yang disebabkan oleh HSV 25,6

Herpes simplex virus tipe 2 (HSV 2) merupakan penyebab


penyakit herpes genital. Virus ini menyebar melalui kontak dengan luka pada
penderita herpes, misalnya saat hubungan seksual. Selain itu, HSV 2 juga
dapat ditularkan dari ibu kepada bayinya pada saat persalinan.

5
Baik HSV 1 maupun HSV 2 dapat menjadi infeksi laten di sel saraf dan
berisiko muncul kembali saat seseorang mengalami demam, cedera, stres,
dan menstruasi. HSV 2 sendiri dapat lebih mudah menginfeksi seseorang jika:

 Berjenis kelamin perempuan.


 Bergonta-ganti pasangan seksual.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah.
 Sedang mengalami penyakit menular seksual selain herpes.
 Melakukan hubungan seksual di usia muda.

Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita herpes genital,


antara lain:

 Gatal.
 Sakit pada saat buang air kecil.
 Keluarnya cairan dari vagina.
 Munculnya benjolan di selangkangan.
 Munculnya koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau
paha.

2.6. Diagnosis

Herpes dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan


fisik, dokter akan mengecek koreng yang terbentuk akibat herpes serta
menanyakan gejala yang muncul pada pasien. Selain itu, untuk membantu
diagnosis herpes agar lebih akurat, dapat dilakukan pemeriksaan tambahan,
seperti:7

 Kultur virus herpes simplex. Kultur virus herpes bertujuan untuk


mendiagnosis adanya virus herpes. Kultur virus herpes dilakukan dengan
cara mengusap area kulit atau genital yang terinfeksi, mengambil cairan
genital atau cairan tubuh lainnya yang diduga mengalami herpes untuk
kemudian diperiksa di laboratorium.

6
 Tes antibodi. Tes antibodi spesifik virus HSV 1 dan HSV 2 dapat dilakukan
untuk mendeteksi adanya infeksi primer herpes, namun tidak dapat
mendeteksi infeksi herpes rekuren. Tes antibodi dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari tubuh, kemudian dianalisis di lab untuk
dicek keberadaan antibodi spesifik HSV 1 ataupun HSV 2. Perlu diingat
bahwa tubuh memerlukan waktu sekitar 12-16 minggu untuk membentuk
antibodi anti HSV 1 atau HSV 2, setelah virus HSV masuk ke dalam tubuh
pertama kali. Tes antibodi HSV 1 dan HSV 2 sangat membantu diagnosis,
terutama jika pasien tidak mengalami koreng atau pelepuhan pada kulit.

2.7. Penatalaksanaan

Fokus pengobatan herpes adalah untuk menghilangkan blister, serta untuk


mencegah penyebaran herpes, meskipun koreng dan lepuhan akibat herpes
dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Selain itu, pemberian
obat-obatan antivirus juga dapat mengurangi komplikasi akibat herpes. Beberapa
obat-obatan antivirus yang dapat digunakan, antara lain adalah: 7

 Acyclovir
 Valacyclovir
 Famciclovir

Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini
dapat dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:

 Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.


 Mandi dengan menggunakan air suam
 Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
 Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
 Menggunakan pakaian longgar.
 Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.

7
Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi
selama masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi. Jika ibu hamil diketahui
sedang atau pernah menderita herpes, diskusikan dengan doker mengenai
kemungkinan melahirkan bayi secara operasi Caesar.

2.8. Komplikasi

Herpes simplex jarang menimbulkan komplikasi serius pada penderita.


Herpes simplex dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika penderita juga
menderita infeksi HIV. Penderita herpes simplex yang juga menderita HIV
biasanya menderita gejala herpes yang lebih parah dan lebih sering kambuh.
Beberapa komplikasi yang jarang, namun serius, yang dapat ditimbulkan oleh
herpes simplex adalah:7

 Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.


 Radang otak dan selaputnya.
 Radang paru-paru.
 Hepatitis.
 Esofagitis.
 Kematian jaringan retina mata.

2.9. Pencegahan

Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan


langkah-langkah berikut ini:8

 Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
 Mencuci tangan secara rutin.

8
 Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus,
seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
 Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes.

Khusus bagi penderita herpes genitalia, harus menghindari segala bentuk


aktivitas seksual selama masa tersebut. Perlu diingat bahwa meskipun sudah
menggunakan kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit
yang tidak terlindungi kondom.

Anda mungkin juga menyukai