Anda di halaman 1dari 9

ACC Pembimbing

lLaporan Kasus I

SMF Ilmu Kesehatan Anak


dr. Nikmah F. M Lubis, M. Ked
RSUD Muhammad Ali Kasim
(Ped), Sp. A

Sepsis pada Pasien Gizi Buruk


Nur Aflah ,dr.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Rumah Sakit Umum Muhammad Ali Kasim, Gayo
Lues, Aceh

Abstrak
Sepsis adalah kondisi dimana bakteri menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah dengan kondisi infeksi yang sangat berat. Sedangkan gizi buruk
adalah gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang
merupakan padanan istilah urderweight (gizi kurang) dan severely underweight
(gizi buruk). Penegakan diagnosis sepsis pada pasien gizi buruk ditegakkan
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien laki-laki berusia 6 tahun datang
ke Instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Ali Kasim
karena penurunan kesadaran sejak ½ jam SMRS. Sebelumnya pasien demam
sejak 1 hari yang lalu. Sehari-hari pasien hanya makan beberapa sendok makan
saj, namun sering mengkonsumsi telur.. Pasien tidak bisa berjalan sejak lama, gusi
dan mulut sering luka dan nyeri, kulit kering, wajah tampak lebih tua dari usianya,
dan pasien belum bisa berbicara sehingga kesulitan untuk bersosialisasi. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran somnolen, nadi 130 kali permenit,
pernapasan 22 kali permenit, suhu 39 oC, BB/U= 68%, TB/U=100%, BB/TB=
68%, wajah berupa old man face, mulut stomatitis, sela iga terlihat jelas, kulit
berupa crazy peppermint dermatitis, baggy pant, dan hipotropi otot. Pada
pemeriksaan penunjang didapatkan leukosit 26,01 10/L. Pasien didiagnosis sepsis
dan gizi buruk.

Kata kunci: sepsis, gizi buruk

1
Pendahuluan

Sepsis adalah kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh


tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Hal ini mampu memicu sejumlah perubahan
yang dapat merusak berbagai sistem organ dan menyebabkan kegagalan organ
tubuh. Jika sepsis berkembang. bisa menyebabkan terganggunya sirkulasi darah
(shock), depresi jantung, peningkatan fungsi dan kelainan organ tubuh lainnya.1

Faktor risiko untuk terjadinya Sepsis antara lain:2,3

a. konsumsi zat gizi: konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan serta dapat pula terjadinya
penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap infeksi;

b. infeksi: infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan erat. Infeksi pada
anak yang malnutrisi sebagian besar disebabkan kerusakan fungsi
kekebalan tubuh, produksi kekebalan tubuh terbatas, atau kapasitas
fungsional berkurang dari semua komponen seluler dari system kekebalan
tubuh pada penderita malnutrisi;

c. pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan: pemilihan bahan makanan,


tersedianya jumlah makanan yang cukup dan keanekaragaman makanan
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya.
Ketidaktahuan ibu dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan
terutama untuk anak;

d. pendidikan ibu: pendidikan ibu yang relative rendah akan berkaitan


dengan sikap dan tindakan ibu dalam menangani masalah kurang gizi pada
anak;

e. tingkat pendapatan: keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah


memungkinkan konsumsi pangan dan gizi pada anak rendah. Hal ini
menyebabkan anaknya memiliki resik 4 kali lebih besar untuk menderita
gizi buruk;

2
f. sosial budaya: budaya mempengaruhi seseorang dalam menentukan apa
yang akan dimakan, bagaimana penglahan, persiapan, dan penyajiannya,
serta untuk siapa dan dalam kondisi bagaimana pangan tersebut diknsumsi.

Gizi buruk adalah gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) yang merupakan padanan istilah urderweight (gizi kurang) dan severely
underweight (gizi buruk). Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi 3:4

1. marasmus: salah satu bentuk malnutrisi karbohidrat yang berat yang


disebabkan oleh asupan karbohidrat yang inadekuat.

2. kwarsiorkor: salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat yang


disebabkan oleh asupan protein yang inadekuat.

3. Marasmus-Kwashiorkor: memperlihatkan gejala campuran antara


marasmus dan kwarsiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup
mengandung protein dan energi untuk pertumbuhan normal.

Sepsis pada anak terutama pada anak gizi buruk merupakan salah satu
penyebab tersering kematian pada anak. Sepsis merupakan penyebab utama
terjadinya Shock dan memberikan angka kematian sekitar 30%-87%.5

3
Kasus
Pasien laki-laki berusia 6 tahun datang ke Instalasi gawat darurat Rumah
Sakit Umum Daerah Muhammad Ali Kasim karena penurunan kesadaran sejak ½
jam SMRS. Sebelumnya pasien demam sejak 1 hari yang lalu. Sehari-hari pasien
hanya makan beberapa sendok makan saja, namun sering mengkonsumsi telur.
Pasien tidak bisa berjalan sejak lama, gusi dan mulut sering luka dan nyeri, kulit
kering, dan wajah tampak lebih tua dari usianya, dan pasien belum bisa berbicara
sehingga kesulitan untuk bersosialisasi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran somnolen, nadi 130


kali permenit, pernapasan 22 kali permenit, suhu 39 oC. Status gizi pasien: BB/U=
68%, TB/U=100%, BB/TB= 68%. Wajah pasien berupa old man face, mulut
stomatitis, sela iga terlihat jelas, kulit berupa crazy peppermint dermatitis, baggy
pant, dan hipotropi otot.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah


pemeriksaan laboraturium darah lengkap dan didapatkan hasil hemoglobin 11,7
g/dL, eritrosit 5,43 10/L, hematokrit 36,1%, leukosit 26,01 10/L , trombosit 640
10/L.

Pasien didiagnosis sepsis dan gizi buruk, serta diberikan tatalaksana F75
110 cc/3 jam melalui NGT, infus cairan NaCl 30 cc/jam, injeksi ceftriaxone
2x400 mg, dan drip paracetamol 4x200 mg. Prognosis pada pasien ini adalah quo
ad vitam dubia ad malam dan quo ad functionam dubia ad malam.

4
Pembahasan
Sepsis adalah kondisi medis serius di mana terjadi peradangan di seluruh
tubuh yang disebabkan oleh infeksi. Tanda dan gejala sepsis harus memenuhi
paling sedikit 2 kriteria dari Systemic Inflamatory Response Syndrome (SIRS).
Kriteria dari SIRS adalah:6
1. Meningkatnya denyut jantung >90/menit, saat istirahat;
2. Suhu tubuh yang meninggi >38C atau yang rendah <36C;
3. Meningkatnya bunyi pernafasan >20/menit;
4. Jumlah sel-sel darah putih yang tidak normal, yaitu >12000 sel/cu mm
atau <4000 sel/cu mm.

Gizi buruk adalah gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur
(BB/U) yang merupakan padanan istilah urderweight (gizi kurang) dan severely
underweight (gizi buruk). Gizi buruk berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi 3:4

1. marasmus: salah satu bentuk malnutrisi karbohidrat yang berat yang


disebabkan oleh asupan karbohidrat yang inadekuat. Tanda-tanda
marasmus berupa anak terlihat kurus kering sehingga wajah seperti orang
tua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun setelah makan, perut
cekung, rambut tipis, kulit kusam, tulang iga tampak jelas, dan pantat
kendur dan keriput (baggy pant);

2. kwarsiorkor: salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat yang


disebabkan oleh asupan protein yang inadekuat. Beberapa tanda khusus
kwarsiorkor adalah rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-
abu, meniis, dan mudah rontok, kulit tampak pucat dan biasanya disertai
anemia, terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi dan
protein. Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, sering
terjadi dermatitis, terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai
bawah sehingga anak terlihat gemuk. Pembengkakan yang terjadi
disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan. Anak memiliki selera
yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan percernaan.

3. Marasmus-Kwashiorkor: memperlihatkan gejala campuran antara


marasmus dan kwarsiorkor. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung

5
protein dan energi untuk pertumbuhan normal. Pada penderita berat badan
di bawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwarsiorkor
seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia.

Pada kasus sepsis, gizi buruk merupakan salah satu penyulit yang cukup
banyak ditemukan pada anak. Komplikasi malnutrisi pada anak dengan sepsis
dapat mengenai seluruh sistem, seperti menurunkan respon imun, atrofi, dan
memudahkan terjadinya translokasi bakteri saluran cerna akibat peningkatan
permiabilitas barrier intestinal. Pada akhirnya, anak mengalami masa
penyembuhan luka yang lebih lama, infeksi lain atau reinfeksi.7

Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan, pendidikan ibu, tingkat


pendapatan, dan sosial budaya sangatlah berpengaruh besar pada terjadinya
sepsis. Dari anamnesis didapatkan bahwa ibu pasien merupakan tamatan SD, dan
jarang membaca artikel tentang gizi dan kesehatan. Tingkat ekonomi orang tua
pasien yaitu menengah ke bawah, dan ibunya juga mengakui bahwa selama ini
kurang memperhatian kebersihan anak terutama saat bermain. Hal ini dapat
dihubungkan dengan dengan faktor resiko sepsis pada pasien gizi buruk.

Pada kasus ini seorang anak laki-laki, berusia 6 tahun datang ke Instalasi
gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Muhammad Ali Kasim karena
penurunan kesadaran sejak ½ jam SMRS. Sebelumnya pasien demam sejak 1 hari
yang lalu. Sehari-hari pasien hanya makan beberapa sendok makan saja, namun
sering mengkonsumsi telur. Hal ini dikarenakan pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan yang kurang, pendidikan ibu yang rendah, tingkat pendapatan yang
tergolong menengah ke bawah, dan sosial budaya dari keluarga ini. Pasien tidak
bisa berjalan sejak lama, gusi dan mulut sering luka dan nyeri, kulit kering, wajah
tampak lebih tua dari usianya, dan pasien belum bisa berbicara sehingga kesulitan
untuk bersosialisasi menunjukkan bahwa pasien mengalami malnutrisi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil kesadaran somnolen, nadi 130


kali permenit, pernapasan 22 kali permenit, suhu 39 oC menunjukkan tanda-tanda
dari SIRS. Status gizi pasien: BB/U= 68%, TB/U=100%, BB/TB= 68%. Wajah
pasien berupa old man face, mulut stomatitis, sela iga terlihat jelas, kulit berupa

6
crazy peppermint dermatitis, baggy pant, dan hipotropi otot dikarenakan pasien
terlalu kurus dan hal ini menunjukkan tanda-tanda dari marasmus.

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini adalah


pemeriksaan laboraturium darah lengkap dan didapatkan hasil hemoglobin 11,7
g/dL, eritrosit 5,43 10/L, hematokrit 36,1%, leukosit 26,01 10/L , trombosit 640
10/L. Peningkatan leukosit menunjukkan salah satu kriteria dari SIRS.

Dari pemeriksaan fisik dan penunjang menunjukkan bahwa pasien


mengalami sepsis. Pasein memenuhi kriteria SIRS yaitu: peningkatan dari denyut
jantung, pernapasan, suhu, dan leukosit.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat


disimpulkan bahwa diagnosis pasien ini adalah sepsis dengan gizi buruk.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah F75 110 cc/3 jam melalui
NGT, infus cairan NaCl 30 cc/jam, injeksi ceftriaxone 2x400 mg, dan drip
paracetamol 4x200 mg.

Dengan melihat kondisi pasien dan penyulitnya, prognosis pada pasien ini
baik secara vitam maupun functionam adalah dubia ad malam.

Kesimpulan

Anak laki-laki berusia 6 tahun datang dengan penurunan kesadaran, yang mana
sehari-hari malas makan, tidak bisa berjalan sejak lama, gusi dan mulut sering
luka dan nyeri, kulit kering, wajah tampak lebih tua dari usianya, dan pasien
belum bisa berbicara. Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis sepsis pada anak gizi buruk dan
dilakukan tatalaksana yang sesuai untuk pasien sepsis dan gizi buruk.

7
Daftar Pustaka
1. Bataar O, Lundeg G, Tsenddorj G, Jochberger S, Grander W, Baelan I, et al.
Nationwide survey on resource availability for implementing current sepsis
guidelines in Mongolia. 2015
2. Mehta Y, Kochar G. Sepsis and septic shock. Journal of Cardiac Critical Care
TSS. 2017; 1(1): 3-5
3. Singer M, Deutschman CS, Seymour CW, Hari MS, Annane D, Bauer M, et al.
The third international concensus definitions for sepsis and septic shock (sepsis-
3). JAMA. 2016: 315 (8): 801-10
4. Dries JD, editors. Fundamental Critical Care Support. 5nd ed. Mount Prospect:
Third Printing; 2014
5. Mayr FB, Yende S, Angus DC. Epidemiology of severe sepsis. Virulence. 2013;
5(1): 4-11
6. Backer D, Dorman T. Surviving sepsis guidelines: a continuous move toward
better care of patients with sepsis. JAMA. 2017; 317(8): 807-8
7. Howell MD, Davis AM. Management of sepsis and septic shock. JAMA. 2017;
317(8): 847-8

8
9

Anda mungkin juga menyukai