KASUS
STENOSIS TRAKEA
PASCA DEKANULASI
Oleh:
Nur Aflah, S.Ked
Preseptor :
dr. H. Azwar Abdullah, Sp.THT-KL
2
LAPORAN KASUS
3
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
Tn A bd dat ang kontrol ke poli THT R SU Meu raxa dengan keluhan sesak yang
ti dak terl alu berat dan tidak mengganggu akt iv it as. Kel uhan tersebut
dirasakan sekali -kali . Pasi en ju ga mengeluhkan batuk berdahak, pasien tidak
mengel uh adanya d emam.
Pada tahun 2014 lal u , Tn. Abd mengalami kecelakaan lal u li ntas yang
menyebabkan trauma di daerah kepal a di sertai k oma, sehingga pasi en harus
menj alani operasi kepala di R SUZA. Setelah i tu pasien di pi ndahkan ke
Intensiv e Care Uni t (ICU) . Pada saat it u, pasien dala m keadaan koma sel ama
kura ng lebih sat u bul an. Set el ah keadaan pasien membai k, p asi en
dipi ndahkan ke ruangan biasa. Setel ah kel uar dari rumah saki t pasi en
mel akukan kont rol ula ng ke pol ikli nik THT d i R SUZA. Saat menunggu gi li ran
pemeri ksaan di pol ikli nik THT pasi en merasa kan sesa k dan susah bernapas,
sehi ngga di larikan ke IGD .
4
LAPORAN KASUS
Menurut dokte r, sesak yang dialami pasien disebabkan oleh efek dari
kepalanya yang membengkak di karenakan pemasangan selang permanen di
kepala saat operasi . Kemudian pada pasien dilakukan trakeostomi
(membuat lubang jalan nafas di leher) dan pemasangan kanul oleh dokter
THT. Delapan bulan setelah trakesotomi , kanul tersebut dibuka dan tidak
dipasang lagi sampai se karang, se hingga pada trakeostomi pada leher masih
berl ubang.
Kurang lebih setahun yang lalu pasien kontrol ke poli klinik THT RSU D
Meuraxa de ngan dengan tujuan untuk meminta agar lubang bekas
trakeostomi ditutup. Saat itu, ke dalaman lubang terse but 0,5 cm. P asien
sempat me lakukan pemeriksaan radiologi dan didapatkan adanya
penyempitan ditrakrea. Namun setelah hari itu pasien tidak pernah kontrol
kembali.
Pasien kemudian kontrol kembali ke poliklinik THT RSUD Me uraxa pada
bulan September ini dengan tujuan agar lubang bekas trakeostomi ditutup.
Saat itu pasien juga meng eluhkan sesak yang dirasakan kadang-kadang dan
batuk berdahak. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata kedalaman
lubangnya menjadi 1 cm.
5
LAPORAN KASUS
7
LAPORAN KASUS
THT :
TELINGA
Dextra Sinistra
Aurikula Radang (-), nyeri tekan tragus Radang (-), nyeri tekan tragus
(-) (-)
nyeri pergerakan aurikula (-) nyeri pergerakan aurikula (-)
Retroaurikula Radang (-), nyeri tekan (-), Radang (-), nyeri tekan (-),
sulkus retroaurikula (+) sulkus retroaurikula (+)
Daerah preaurikula Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
nyeri tekan tragus (-) nyeri tekan tragus (-)
Meatus akustikus Mukosa hiperemsi (-), edema Mukosa hiperemis (-), edema
eksternus sekret (-), deskuamasi (-), sekret (-), deskuamasi (-),
Membran timpani Warna putih mengkilat, intak, Warna putih mengkilat, intak,
refleks cahaya (+) refleks cahaya (+)
10
LAPORAN KASUS
HIDUNG
Hidung Luar Radang (-), deformitas (-), Radang (-), deformitas (-),
massa (-) massa (-)
Fetor (-) (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (+)
Mukosa ronggga nasi Pucat (-), hiperemis (-), Pucat (-), hiperemis (-),
massa (-) massa (-)
Konka nasi Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
FARING
Tonsil T1, hiperemi (-), kripta (-), T1, hiperemi (-), kripta (-),
detritus (-), permukaan rata detritus (-), permukaan rata
Uvula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)
Palatum mole Simetris, hiperemi (-)
Dinding faring Mukosa halus, hiperemi (+), Granule (++), edema sisi kanan (+),
refleks muntah +/+
11
LAPORAN KASUS
Thorax
Pulmo :
Inspeksi : Bentuk gerak dada simetris
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor :
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-),
12
LAPORAN KASUS
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Supel, organomegali (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
13
LAPORAN KASUS
Regio Fasialis:
Inspeksi : pembengkakan pipi (-), deformitas wajah (-)
Palpasi : nyeri tekan maksila dekstra dan sinistra (-)
Perkusi : nyeri ketok maksila dekstra dan sinistra (-)
Mukosa bukal : warna mukosa merah muda, hiperemi (-)
Pemeriksaan Gigi : karies (-)
14
LAPORAN KASUS
16
LAPORAN KASUS
17
LAPORAN KASUS
18
LAPORAN KASUS
3.5 Resume
Anamnesis
Sesak
Batuk (+) berdahak (+)
Riwayat trakeostomi ( 2014) post KLL
Menggunakan trakeokanul selama 8 bulan
Pemeriksaan Fisik
Leher : 1/3 bawah anterior tampak sikatrik stoma yang cekung sedalam 1 cm.
Faring : Hiperemis (+), Granul (++), Udem sisi kanan (+)
Hidung : Septum deviasi kiri (+)
Pemeriksaan Penunjang
Ro Servikal : Tampak penyempitan parsial intralumen trakea setinggi VC 6-7,
kulit parut stoma tertarik ke intralumen sedalam ½ cm.
Endoskopi : Stenosis Trakea
19
LAPORAN KASUS
3.6 Diagnosis
Stenosis Trakea + Faringitis Sub Akut + Septum deviasi
20
21
ANATOMI
22
DEFINISI
23
DEFINISI
24
INSIDENSI
25
KLASIFIKASI
Klasifikasi Myer-Cotton
26
KLASIFIKASI
Klasifikasi McCafrey
Klasifikasi ini berdasarkan segmen yang terke na dan
panjangnya
27
KLASIFIKASI
28
ETIOLOGI
29
ETIOLOGI
30
PATOFISIOLOGI
31
DIAGNOSIS
32
Menegakkan diagnosis yang sangat tepat
sangat penting karena stenosis trakea akan
mengancam jiwa apabila diagnosisnya salah
sehingga mendapat manajemen yang tidak
tepat.
33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
34
PEMERIKSAAN PENUNJANG
36
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Gambar 3. Contoh klinis dari derajat stenosis. a) Tumor atau granat intraluminar; b)
distorsi atau tekuk; c) kompresi ekstrinsik; d) striktur luka; e) scabbard trachea; f) selaput
floppy; g) transisi mendadak (stenosis web); h) transisi meruncing (stenosis kaca jam). 7
39
PENATALAKSANAAN
Gambar 12. [kiri] proses rekonstruksi trakea, [kanan] bagian stenosis pada trakea 4
41
PENATALAKSANAAN
42
PENATALAKSANAAN
Gambar 13. Bronkoskopi sebelum penyisipan stent. [A-C] Setelah mulptiple intervensi
bronkoskopik, rekonstruksi bedah gagal (resection of post-tracheostomy stenosis and
end-toend anastomosis); [D] Sebelum penyisipan stent, setelah dilatasi bronkoskopi.
[E] Setelah penyisipan stunt.3
43
PENATALAKSANAAN
Gambar 14. [Kiri] CT-Scan leher dan dada 3 bulan sebelum pemasangan stunt.
[kanan] 12 bulan setelah penyisipan stent. Patensi yang baik, tidak adanya
migrasi, tidak adanya granulasi di ujung stent, parenkim paru normal. 3
44
KOMPLIKASI
45
PEMBAHASAN
46
PEMBAHASAN
47
PEMBAHASAN
LINE_MOVIE_1506502515265.mp4
48
PEMBAHASAN
49
PEMBAHASAN
50
PEMBAHASAN
51
KESIMPULAN
52
KESIMPULAN
53
54