Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

KASUS
STENOSIS TRAKEA
PASCA DEKANULASI

Oleh:
Nur Aflah, S.Ked

Preseptor :
dr. H. Azwar Abdullah, Sp.THT-KL

BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA
BANDA ACEH
2017
1
PENDAHULUAN

 Stenosis trakea merupakan kasus yang jarang terjadi.

 Tanda dan gejala awal tak terduga dan seringkali tidak


dihiraukan oleh pasien.

 Merupakan suatu kejadian yang dapat mengancam jiwa


pasien.

2
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

 Nama : Tn. Abd


 Usia : 23 tahun
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Banda Aceh
 MRS : 14 September 2017
 Tanggal pemeriksaan : 14 September 2017

3
LAPORAN KASUS

3.2 Anamnesis

 Keluhan Utama : Sesak


 Riwayat Sakit Sekarang :

Tn A bd dat ang kontrol ke poli THT R SU Meu raxa dengan keluhan sesak yang
ti dak terl alu berat dan tidak mengganggu akt iv it as. Kel uhan tersebut
dirasakan sekali -kali . Pasi en ju ga mengeluhkan batuk berdahak, pasien tidak
mengel uh adanya d emam.
Pada tahun 2014 lal u , Tn. Abd mengalami kecelakaan lal u li ntas yang
menyebabkan trauma di daerah kepal a di sertai k oma, sehingga pasi en harus
menj alani operasi kepala di R SUZA. Setelah i tu pasien di pi ndahkan ke
Intensiv e Care Uni t (ICU) . Pada saat it u, pasien dala m keadaan koma sel ama
kura ng lebih sat u bul an. Set el ah keadaan pasien membai k, p asi en
dipi ndahkan ke ruangan biasa. Setel ah kel uar dari rumah saki t pasi en
mel akukan kont rol ula ng ke pol ikli nik THT d i R SUZA. Saat menunggu gi li ran
pemeri ksaan di pol ikli nik THT pasi en merasa kan sesa k dan susah bernapas,
sehi ngga di larikan ke IGD .
4
LAPORAN KASUS

Menurut dokte r, sesak yang dialami pasien disebabkan oleh efek dari
kepalanya yang membengkak di karenakan pemasangan selang permanen di
kepala saat operasi . Kemudian pada pasien dilakukan trakeostomi
(membuat lubang jalan nafas di leher) dan pemasangan kanul oleh dokter
THT. Delapan bulan setelah trakesotomi , kanul tersebut dibuka dan tidak
dipasang lagi sampai se karang, se hingga pada trakeostomi pada leher masih
berl ubang.
Kurang lebih setahun yang lalu pasien kontrol ke poli klinik THT RSU D
Meuraxa de ngan dengan tujuan untuk meminta agar lubang bekas
trakeostomi ditutup. Saat itu, ke dalaman lubang terse but 0,5 cm. P asien
sempat me lakukan pemeriksaan radiologi dan didapatkan adanya
penyempitan ditrakrea. Namun setelah hari itu pasien tidak pernah kontrol
kembali.
Pasien kemudian kontrol kembali ke poliklinik THT RSUD Me uraxa pada
bulan September ini dengan tujuan agar lubang bekas trakeostomi ditutup.
Saat itu pasien juga meng eluhkan sesak yang dirasakan kadang-kadang dan
batuk berdahak. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata kedalaman
lubangnya menjadi 1 cm.
5
LAPORAN KASUS

 Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat alergi (-), sinusitis (-), rinitis (-), asma (-)
 Riwayat dermatitis (-)
 Riwayat trauma pada telinga (-), penyakit pada telinga sebelumnya (-)
 Riwayat tekanan darah tinggi (-), DM (-)
 Sudah mengalami penyakit yang sama + 2 tahun ini.
 Riwayat operasi kepala tahun 2014 post KLL.
 Riwayat trakeostomi tahun 2014.
 Riwayat Penyakit Keluarga :
 Tidak terdapat riwayat keluarga dengan penyakit yang sama seperti
penderita
 Riwayat Pengobatan :
 Riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat alergi pada obat-obatan
dan makanan (-) .
6
LAPORAN KASUS

3.3 Pemeriksaan Fisik


 Keadaan umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital:
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 88 x/menit, reguler, isi cukup
 Frekuensi nafas : 24 x/menit, reguler
 Suhu : 36,9º C (per axiller)
Status Generalis:
 Kepala : Normosefali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
 Leher : 1/3 bawah anterior tampak sikatrik, stoma
cekung sedalam 1 cm, Fistel (-), Sekret (-)

7
LAPORAN KASUS

Penampakan Leher Pasien


8
9
LAPORAN KASUS

 THT :
TELINGA
 

   Dextra Sinistra

Aurikula Radang (-), nyeri tekan tragus Radang (-), nyeri tekan tragus
(-) (-)
nyeri pergerakan aurikula (-) nyeri pergerakan aurikula (-)

Retroaurikula Radang (-), nyeri tekan (-), Radang (-), nyeri tekan (-),
sulkus retroaurikula (+) sulkus retroaurikula (+)
Daerah preaurikula Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
fistula (-), abses (-), fistula (-), abses (-),
nyeri tekan tragus (-) nyeri tekan tragus (-)

Meatus akustikus Mukosa hiperemsi (-), edema Mukosa hiperemis (-), edema
eksternus sekret (-), deskuamasi (-), sekret (-), deskuamasi (-),

Membran timpani Warna putih mengkilat, intak, Warna putih mengkilat, intak,
refleks cahaya (+) refleks cahaya (+)
10
LAPORAN KASUS

HIDUNG
 

Hidung Luar Radang (-), deformitas (-), Radang (-), deformitas (-),
massa (-) massa (-)
Fetor (-) (-)
Septum nasi Deviasi (-) Deviasi (+)
Mukosa ronggga nasi Pucat (-), hiperemis (-), Pucat (-), hiperemis (-),
massa (-) massa (-)
Konka nasi Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
FARING

Tonsil T1, hiperemi (-), kripta (-), T1, hiperemi (-), kripta (-),
detritus (-), permukaan rata detritus (-), permukaan rata
Uvula Simetris, hiperemi (-), oedem (-)
Palatum mole Simetris, hiperemi (-)
Dinding faring Mukosa halus, hiperemi (+), Granule (++), edema sisi kanan (+),
refleks muntah +/+

11
LAPORAN KASUS

 Thorax
 Pulmo :
 Inspeksi : Bentuk gerak dada simetris
 Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : Vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
 Cor :
 Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi : S1 S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-),

12
LAPORAN KASUS

 Abdomen :
 Inspeksi : Distensi (-)
 Palpasi : Supel, organomegali (-)
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Bising usus (+) normal.

 Ektremitas : Edema (-/-), varises (-/-), akral hangat

13
LAPORAN KASUS

 Regio Fasialis:
 Inspeksi : pembengkakan pipi (-), deformitas wajah (-)
 Palpasi : nyeri tekan maksila dekstra dan sinistra (-)
 Perkusi : nyeri ketok maksila dekstra dan sinistra (-)
 Mukosa bukal : warna mukosa merah muda, hiperemi (-)
 Pemeriksaan Gigi : karies (-)

14
LAPORAN KASUS

3.4 Pemeriksaan Penunjang


 Foto Polos Servikal AP dan Lateral ( 30 Mei 2017)

 Kesan : Tampak penyempitan parsial intralumen trakea setinggi VC


6-7, kulit parut stoma tertarik ke intralumen sedalam 1/2cm
15
LAPORAN KASUS

16
LAPORAN KASUS

3.4 Pemeriksaan Penunjang


 Endoskopi (18 september 2017)

17
LAPORAN KASUS

Kesimpulan : Stenosis Trakea


Saran/rencana : Rekonstruksi dalam anestesi umum

18
LAPORAN KASUS

3.5 Resume
 Anamnesis
 Sesak
 Batuk (+) berdahak (+)
 Riwayat trakeostomi ( 2014) post KLL
 Menggunakan trakeokanul selama 8 bulan
 Pemeriksaan Fisik
 Leher : 1/3 bawah anterior tampak sikatrik stoma yang cekung sedalam 1 cm.
 Faring : Hiperemis (+), Granul (++), Udem sisi kanan (+)
 Hidung : Septum deviasi kiri (+)
 Pemeriksaan Penunjang
 Ro Servikal : Tampak penyempitan parsial intralumen trakea setinggi VC 6-7,
kulit parut stoma tertarik ke intralumen sedalam ½ cm.
 Endoskopi : Stenosis Trakea

19
LAPORAN KASUS

3.6 Diagnosis
 Stenosis Trakea + Faringitis Sub Akut + Septum deviasi

3.7 Usulan penatalaksanaan


 Terapi farmakologis:
Antibiotik: Ciprofloxacin tablet 500 mg 2x1 (selama 5 hari)
Kortikosteroid: Methyl Prednisolon tab 2x4 mg
Acetylcysteine tab 200mg 2x1
 Edukasi
 Selalu jaga hygiene di stoma

20
21
ANATOMI

22
DEFINISI

 Stenosis trakea adalah keadaan dimana terjadinya


penyempitan dari diameter trakea.

 Trakeostomi adalah sebuah pembukaan lubang di trakea


untuk memungkinkan masuknya udara.

23
DEFINISI

24
INSIDENSI

 Angka kejadian stenosis trakea pada dewasa sebesar 4–13%


sedangkan pada neonatus sebesar 1–3% dimana sebesar 90 %
dari seluruh angka kejadian stenosis trakea disebabkan oleh
trauma yaitu intubasi lama dan trakeostomi.

 Komplikasi trakeostomi jangka panjang berupa stenosis trakea


digambarkan sekitar 20% kasus. Biasanya stenosis terjadi
setelah dekanulasi.

 Penelitian Lopez dkk pada 155 pasien menunjukkan 92 pasien


trakeostomi ditutup dengan operasi, 63 pasien penutupan spontan .

25
KLASIFIKASI

 Klasifikasi Myer-Cotton

26
KLASIFIKASI

 Klasifikasi McCafrey
Klasifikasi ini berdasarkan segmen yang terke na dan
panjangnya

 DERAJAT I : Lesi Terdapat Di Subglotis Atau Trakea < 1 Cm


 DERAJAT II : Lesi Hanya Terdapat Di Subglotis > 1 Cm
 DERAJAT III : Lesi Terdapat Di Subglotis Atau Trakea Tanpa
Mengenai Subglotis
 DERAJAT IV : Stenosis Yang Mengenai Subglotis.

27
KLASIFIKASI

 Penelitian yang dilakukan oleh alexander dkk membagi


stenosis trakea menjadi 4 kelompok diantaranya:
 Idiopatik
 Iatrogenik
 Autoimun
 Polytrauma

28
ETIOLOGI

 Penyebab stenosis trakea antara lain adalah 1 1 :


 Trauma eksternal
Trauma tumpul leher, trauma tajam atau penetrasi
 Trauma internal
Intubasi lama, post trakeostomi, post radiasi, operasi, dan luka.
 Penyakit inflamasi kronis
Bakteri; difteri, fungal: histoplasmosis; TBC, lepra, sarkoidosis.
 Tumor jinak
 Tumor ganas
 Penyakit Kolagen Vascular Wagener Granulomatosis, Polikrondritis
yang berulang

29
ETIOLOGI

Lokasi stenosis trakea dibagi menjadi 5 regio, yaitu :


 trakea 1/3 atas,
 trakea 1/3 tengah,
 trakea 1/3 bawah,
 bronkus utama kanan,
 Bronkus utama kiri. 11

30
PATOFISIOLOGI

Ulserasi regenerasi epitel gagal


pertumbuhan jaringan granulasi yang berlebihan
jaringan parut.

31
DIAGNOSIS

 Anamnsesis : Riwayat pasien yang menyeluruh harus


diperoleh, dengan riwayat medis lengkap yang diarahkan pada
intervensi jalan napas sebelumnya (intubasi atau trakeotomi) dan
operasi kepala dan leher, toraks, atau trauma.

 Gejala klinis : sesak nafas pada saat aktivitas yang mungkin


berlanjut pada saat istirahat, diikuti batuk, pneumonitis
berulang, suara mengi, stridor, dan sianosis . Stridor terjadi
selama ekspirasi dan inspirasi. Gejala sesak bervariasi dari bising
mengi sampai asfiksia berat.. Karena banyaknya gejala ini,
khususnya sesak napas dan bising mengi sering didiagnosis
dengan kelainan pernapasan lain seperti asma atau bronkitis
kronik. 2

32
Menegakkan diagnosis yang sangat tepat
sangat penting karena stenosis trakea akan
mengancam jiwa apabila diagnosisnya salah
sehingga mendapat manajemen yang tidak
tepat.

33
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium : perubahan kadar elektrolit serum,


keseimbangan asam basa, kadar oksigen darah, dan jumlah
sel darah merah. 1 1

 Pemeriksaan indirect mirror examination, teleskop 70° atau


90°,atau nasolaringoskop fiberoptic yang fleksibel. 1 1

 Pemeriksaan penunjang : Foto AP dan lateral leher. Computer


Tomography Scanning (CT Scan) atau Magnetic Resonance
Imaging (MRI).

34
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Gambar 4. Foto X-Ray menunjukkan laring


(garis merah), trakea stenotik (garis biru), pita
ventrikel (panah biru), ventrikel laring (panah
hijau), pita suara asli (panah merah), dan situs
trakeostomi (panah hitam).11

 Gambar 5. Foto X-Ray menunjukkan


segmen trakea stenotik yang panjang
(panah biru berkepala dua) di atas tempat
trakeostomi (panah hitam). 11
35
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Gambar 6. X-Ray menunjukkan laring dan segmen trakea stenotik yang


panjang (panah merah berkepala dua) yang dimulai di atas lokasi
trakeostomi (panah hitam) dan meluas sampai dua pertiga trakea. 11

36
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambar 7. CT scan Sagittal dan coronal Gambar 8. CT-Scan 3D menunjukan


menunjukkan stenosis segmen pendek stenosis trakea bagian atas10
tepat di atas trakeostomi.12
37
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambar 9. MRI Pasien dengan Gambar 10. Bronkoskopi (Kiri) menunjukkan


karsinoma tiroid meduler yang stenosis melingkar. (Kanan) Garis putus-putus
menunjukkan kompresi dan invasi menunjukkan diameter normal trakea. Titik
trakea yang signifikan.11 panah ke cincin stenosis.10
38
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambar 3. Contoh klinis dari derajat stenosis. a) Tumor atau granat intraluminar; b)
distorsi atau tekuk; c) kompresi ekstrinsik; d) striktur luka; e) scabbard trachea; f) selaput
floppy; g) transisi mendadak (stenosis web); h) transisi meruncing (stenosis kaca jam). 7
39
PENATALAKSANAAN

 Prosedur bedah terbuka


Di antara banyak pilihan terapeutik untuk mengobati stenosis
trakea (misalnya bouginage, reseksi laser dan stenting), reseksi
segmental dan rekonstruksi dengan anastomosis end-to-end
adalah metode pilihan

Gambar 11. Langkah-langkah reseksi segmental trakea dan anastomosis end-to-end.14 40


PENATALAKSANAAN

Gambar 12. [kiri] proses rekonstruksi trakea, [kanan] bagian stenosis pada trakea 4

41
PENATALAKSANAAN

 Bronkoskopi dengan penyisipan stent silikon trakea


Ada beberapa kondisi yang tidak dapat dilakukan rekonstruksi
trakea sehingga dilakukan pemasangan stent, diantaranya: pada
stenosis jinak mencakup striktur trakea panjang, penyakit radang,
stenosis pasca transplantasi paru, dan adanya proses penyakit
dan/atau komorbiditas yang menghalangi operasi.

42
PENATALAKSANAAN

Gambar 13. Bronkoskopi sebelum penyisipan stent. [A-C] Setelah mulptiple intervensi
bronkoskopik, rekonstruksi bedah gagal (resection of post-tracheostomy stenosis and
end-toend anastomosis); [D] Sebelum penyisipan stent, setelah dilatasi bronkoskopi.
[E] Setelah penyisipan stunt.3

43
PENATALAKSANAAN

Gambar 14. [Kiri] CT-Scan leher dan dada 3 bulan sebelum pemasangan stunt.
[kanan] 12 bulan setelah penyisipan stent. Patensi yang baik, tidak adanya
migrasi, tidak adanya granulasi di ujung stent, parenkim paru normal. 3

44
KOMPLIKASI

 Komplikasi yang dapat terjadi setelah dilakukan tindakan


operasi pada stenosis trakea diantaranya 8 :
 Granulasi Jaringan
 Restenosis
 Cedera berulang pada nervus laringeal
 Dehisensi perbaikan
 TE fistula

45
PEMBAHASAN

Dari anamnesis dan pemeriksaan diatas, sesak yang


dialami pasien disebabkan oleh adanya sumbatan aliran napas
(stenosis trakea) yang disebabkan post trakeostomi, hal ini
sesuai dengan beberapa literatur yang menyebutkan bahwa
komplikasi trakeostomi jangka panjang berupa stenosis trakea
pada 20% kasus. Biasanya stenosis terjadi setelah dekanulasi.
Penelitian Lopez dkk pada 155 pasien menunjukkan 92 pasien
trakeostomi ditutup dengan operasi, 63 pasien penutupan
spontan.

46
PEMBAHASAN

Stenosis trakea yang diakibatkan setelah prosedur


trakeostomi umumnya diakibatkan oleh proses penyembuhan
luka yang abnormal sehingga mengakibatkan terjadinya
pembentukan jaringan granulasi yang berlebihan didaerah
bekas stoma trakeostomi, regenerasi epitel gagal untuk
menutupi jaringan granulasi, sehingga terjadi pertumbuhan
jaringan granulasi menjadi berlebihan.

47
PEMBAHASAN

LINE_MOVIE_1506502515265.mp4

48
PEMBAHASAN

 Selain sesak pasien juga mengeluhkan adanya batuk berdahak,


hal ini sejalan dengan beberapa literatur yang menyatakan g ejala
klinis pada stenosis trakea selain sesak nafas juga diikuti batuk,
pneumonitis berulang, suara mengi, stridor, dan sianosis.

49
PEMBAHASAN

 Dari pemeriksaan fisik leher didapatkan 1/3 bawah anterior


tampak sikatrik, stoma cekung sedalam 1 cm dan pada faring
tampak hiperemi (+), Granule (++), edema sisi kanan (+) yang
dapat memperberat keluhan pasien.
 Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dilakukan berupa foto
polos dan endoskopi dimana didapatkan hasil adanya stenosis
trakea.
 Pemeriksaan bronkoskopi ini merupakan suatu standar baku
emas untuk mendeteksi dan mendiagnosis kelainan
trakeobronkial karena secara langsung dapat melihat lumen
saluran napas

50
PEMBAHASAN

 Terapi farmakologis untuk yang diberikan pada pasien ini


adalah Ciprofloxacin tablet 500 mg 2x1, Methyl Prednisolon
tab 2x4 mg, Acetylcysteine tab 200mg 2x1.
 Selain terapi farmakologi terapi intervensi merupakan terapi
yang banyak dilakukan pada pasien dengan stenosis trakea,
beberapa diantaranya prosedur bedah terbuka terdiri dari
pelebaran saluran napas, reseksi dan end to end
anastomosis. Terapi laser, electrocauter, argon plasma
coagulation (APC), photodynamic therapy (PDT), cryotherapy,
pemasangan stent, dan dilatasi balon. 2

51
KESIMPULAN

 Stenosis trakea adalah keadaan dimana terjadinya


penyempitan dari diameter trakea. Stenosis trakea
merupakan masalah yang relatif kurang umum. Angka
kejadian stenosis trakea pada dewasa sebesar 4–13%
sedangkan pada neonatus sebesar 1–3% dimana s ebesar 90
% dari seluruh angka kejadian stenosis trakea disebabkan
oleh trauma yaitu intubasi lama dan trakeostomi.

52
KESIMPULAN

 Bronkoskopi merupakan suatu standar baku emas untuk


mendeteksi dan mendiagnosis
 Terapi intervensi yang dapat dilakukan berupa Prosedur
bedah terbuka, Terapi laser, electrocauter, argon plasma
coagulation (APC), photodynamic therapy (PDT), cryotherapy,
pemasangan stent, dan dilatasi balon.

53
54

Anda mungkin juga menyukai