Anda di halaman 1dari 17

Congestive Heart Failure et causa

Hipertensive Heart Disease +


Atrial Fibrilasi

Alwan Rizqi Mz
18174046

Pembimbing:
dr. Muhammad Muqsith Sp.JP (K) FIHA
Pendahuluan

• Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan
merupakan penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien
jantung
• Studi Farmingham memberikan gambaran yang cukup jelas tentang gagal
jantung. Pada studi ini disebutkan bahwa, kejadian gagal jantung per tahun
pada orang berusia > 45 tahun adalah 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki
dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan
Kasus
• Seorang laki-laki usia 63 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Meuraxa dengan
keluhan utama sesak. Sesak nafas dialami sejak 1 jam yang lalu sebelum
masuk rumah sakit, sebelum nya sesak sudah dirasakan pertama kali sejak 2
bulan yang lalu namun memberat dalam 1 jam yang lalu, sesak muncul saat
beraktivitas ringan dan hilang saat istirahat namun dalam 1 jam sebelumnya
sesak sulit hilang, bahkan saat pasien melakukan aktivitas ringan saja dapat
timbul sesak, nyeri dada disangkal, jantung berdebar- debar disangkal, namun
pasien mengatakan mudah lelah demam dan batuk pada malam hari yang
dirasakan hilang timbul, pasien juga mengeluhkan sering lemas, keringat
malam disangkal, mual dan muntah juga disangkal. Pasien juga mengetahui
mengalami diabetes melitus tipe II dan hipertensi. orang tua pasien juga
mengalami diabetes namun tidak mengalami gejala serupa seperti pasien
alami, Pasien merupakan perokok sejak remaja hingga saat mengalami sesak
sudah berhenti merokok.
Kasus
Pemeriksaan Fisik
 TD 161/62 mmHg, HR 60 x/menit reguler, RR 25 x/menit,
suhu 36,7 0C, saturasi oksigen 100%.
 Ictus cordis teraba pada ruang V linea axilaris anterior sinistra,
S1S2 tanpa bising jantung
 Auskultasi aru suara nafas vesikuler (+/+) rhonki basah di
basal paru (+/+)
 Tidak terdapat udem pada tungkai
Kasus
Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium menunjukan Hb 15,0 g/dl, Hematokrit 42,8%,
MCHC 35,0 g/dl, Leukosit 10,8 103/ul, eosinofil 0,2 %,
glukosa ad random 120 mg/dl, ureum 49 mg/dl, creatinin 2,1
mg/dl, natrium 136 mmol/L, kalium 6,3 mmol/L, chlorida 105
mmol/L
 Echocardiography ; Atrial fibrilation ; otherwise normal echo
Ritme : asinus
Irama : ireguler
HR: R dalam 6 s x10 ; 6x10=60x/I
Axis : L1 (+) AVF (+) normoaxis ST interval : (-)
Gel P : (-) /tidak jelas semua lead Gel T : 2mm
Interval PR : (-)
Komplek QRS : 0,12 S
Kasus
• Diagnosa: Chf ec HHD + Atrial fibrilasi
• Terapi :
• oksigen 2 liter/menit dengan nasal kanul,
• infus Ringer lactat 2 gtt/i
• inj dexamethason 1 amp/12j
• inj lovenox 0,6/12j
• nebul ventolin
• simarc 1x2 mg
• digoxin 1x1
• valsartan 1x80
• nitrokaf R 2x1
Diskusi

Gagal jantung adalah keadaan dimana jantung tidak lagi


mampu memompa darah ke jaringan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh walaupun darah balik
masih normal
Berdasarkan kriteria framingham diagnosis gagal jantung
kongestif dapat ditegakkan jika terdapat 2 kriteria mayor dan 1
kriteria minor, ditambah dengan pemeriksaan penunjang

Kriteria minor
Kriteria mayor
 Edema extremitas
 Ronkhi
 Batuk malam hari
 S3 gallop
 Hepatomegali
 Paroximal nocturnal dyspneu
 Dyspneu d’effort
 Peningkatan TVJ
 Efusi pleura
 Cardiomegali
 Takikardi
 Edema Paru akut
Klasifikasi berdasarkan kelainan Klasifikasi berdasarkan kapsitas
struktural jantung fungsional (NYHA)
Stadium A Kelas I
Memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas
jantung. Tidak terdapat gangguan struktural atau fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan
fungsional jantung, tidak terdapat tanda kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
atau gejala

Stadium B Kelas II
Telah terbentuk penyakit struktur jantung yang Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, saat istrahat, namun aktifitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan
terdapat tanda atau gejala kelelahan, palpitasi atau sesak nafas
Stadium C Kelas III
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat
penyakit struktural jantung yang mendasari keluhan saat istrahat, tetapi aktfitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak

Stadium D Kelas IV
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal Tidak dapat melakukan aktifitasfisik tanpa keluhan.
jantung yang sangat bermakna saat istrahat walaupun Terdapat gejala saat istrahat. Keluhan meningkat
sudah mendapat terapi medis maksimal saat melakukan aktifitas
(refrakter)
• Pada pemeriksaan EKG Ritme : asinus, Irama : ireguler, HR: R
dalam 6 s x10 ; 6x10=60x/I, Axis : L1 (+) AVF (+) normoaxis,
Gel P : (-) /tidak jelas semua lead,Interval PR : (-) , Komplek
QRS : 0,12 S, ST interval : (-) Gel T : 2mm. Pada pemeriksaan
Echocardiography didapatkan katup-katup : TR trivial,
dimensi ruang-ruang jantung normal, tidak tampak
trombus/vegetasi intrakardiak, fungsi sistolik LV normal,
fungsi sistolik RV normal, fungsi diastolik LV tidak dapat di
evaluasi, tidak terdapat LVH, Atrial fibrilation ; otherwise
normal echo
• Atrial fibrilasi didefinisikan sebagai takiaritmia supraventrikular yang
dikarakterisasi dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. Pada
pemeriksaan EKG dapat ditemukan gelombang fibrilatori yang
menggantikan gelombang P. Gelombang ini berbeda satu sama lainnya
seperti berbeda ukuran, amplitudo dan waktu. Sedangkan kompleks QRS
tetap lancip walaupun ada konduksi abnormal
• AF seringkali tanpa disertai adanya gejala, tapi terkadang AF dapat
menyebabkan palpitasi, penurunan kesadaran, nyeri dada dan gagal
jantung kongestif
Penatalaksaan
Tatalaksana terdiri dari non farmaklogi dan
farmakologi:
Non farmakologi:
• Modifikasi gaya hidup
Terapi Farmakologi
Pemberian dieuretik
Tabel 1. Dosis diuretik yang biasa digunakan pada pasien gagal jantung
Diuretik Dosis awal (mg) Dosis harian (mg)

Diuretik loop
Furosemid 20 – 40 40 – 240
Bumetanide Torasemide 0,5 – 1,0 1–5
5 – 10 10 – 20

Tiazide

Hidrochlortiazide 25 12,5 – 100


Metolazone Indapamide 2,5 2,5 – 10
2,5 2,5 – 5

Diuretik hemat kalium

Spironolakton (+ACEI/ARB) 12,5-25 (+ACEI/ARB) 50

(-ACEI/ARB) 50 (-ACEI/ARB) 100-200


Tabel 3. Rekomendasi tatalaksana gagal jantung pada pasien diabetes

1. ACE/ARB, Beta blocker direkomendasikan pada pasien diabetes dengan gagal


jantung untuk menurunkan mortalitas, dan reshospitalisasi.

2. MRA, direkomendasikan pada pasien diabetes dan gagal jantung, yang telah
mendapat ACEI/ARB, Beta blocker yang masih dengan NYHA II-IV untuk
mengurangi risiko perburukan gagal jantung dan rehospitalisasi

3. Tiazolidindion harus dihindari pada pasien diabetes dengan gagal jantung, karena
akan menyebabkan retensi cairan

4. Metformin direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada pasien gagal jantung
dengan fungsi ginjal yang normal dan fungsi ginjal harus dievaluasi secara berkala,
tetapi harus dihindari pada pasien gagal jantung yang tidak stabil atau dirawat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai