Anda di halaman 1dari 42

GAGAL JANTUNG KONGESTIF Presentasi Kasus

oleh dr. Sonya Alexandra


IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/ Usia : 15 Agustus 1958
Alamat : Kp. Sadang, RT 002/ RW 001
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
No. Rekam Medis : 131986
Tanggal Masuk IGD : 1 Oktober 2018
Rawat Inap : Tulip/ 1 Oktober – 8 Oktober 2018
DPJP IGD : dr. Jaka Krisna Tirtanandi
DPJP Utama : dr. Rinaldi, SpPD-KKV
KELUHAN UTAMA: SESAK NAFAS
Pasien datang ke IGD RSUD Kabupaten Bekasi dengan keluhan
sesak nafas sejak 2 minggu SMRS. Sesak dialami pasien saat
sedang melakukan aktivitas ringan dan berkurang saat istirahat,
namun sejak malam hari sebelum masuk RS sesak semakin berat,
tidak berkurang dengan istirahat, sehingga pasien tidak dapat
tidur. Sesak nafas tidak disertai bunyi mengi. Pasien semakin sesak
saat tidur terlentang. Pasien tidur menggunakan 2 buah bantal.
Keluhan terbangun di malam hari karena sesak diakui pasien.
Keluhan demam, batuk, dan pilek disangkal pasien. Pasien juga
mengeluhkan bengkak pada kedua kaki sejak 1 hari SMRS.
Keluhan mual diakui pasien, namun tidak muntah. Keluhan buang
air besar dan buang air kecil disangkal pasien.
Sebelum datang ke RS, pasien berobat ke klinik. Pasien dinyatakan
memiliki tekanan darah tinggi dan gejala penyakit jantung, sehingga
diberikan obat Amlodipin 1 x 10 mg, Furosemid 1 x 20 mg, ISDN 1 x 5
mg, dan digoxin 1 x 0,125 mg.

Riwayat penyakit dahulu :


Hipertensi sejak > 1 tahun yang lalu, kontrol rutin di klinik
Diabetes melitus (-)
Penyakit jantung (+) kontrol rutin di klinik
Tuberkulosis/ batuk lama (-), asma (-), alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6

Tanda vital:
Tekanan Darah : 165/80 mmHg
Nadi : 50 bpm
Respirasi : 28x/menit
Suhu : 36,5oC
SpO2 : 96%
PEMERIKSAAN FISIK

Kepala : konjungtiva anemis -/-


sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak teraba membesar
JVP tidak meningkat
Thoraks : Bentuk gerak simetris
BJ S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
VBS kanan = kiri, rhonki -/-, wheezing -/-
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen : datar lembut


bising usus (+) normal
pekak samping (-)
NT epigastrium (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2”
edema eks. superior -/-
edema eks. inferior +/+
LABORATORIUM
Parameter Nilai Rujukan Hasil
Hemoglobin 12 – 16 10.1
Leukosit 3.500 – 10.000 8.400
LED <20 45
Eritrosit 3,8- 5,8 3,4
Hematokrit 35 – 50 30,2
Trombosit 150.000 – 400.000 250.000
SGOT/ SGPT <32/ <31 39/ 21
Glukosa Sewaktu <170 151
Ureum/ Kreatinin 15 – 45/ 0,5-0,9 48/ 1,0
Na/ K/ Cl 136-45/ 3,3-5,1/ 98-106 143/ 3,1/ 106
EKG
X-RAY THORAKS
DIAGNOSIS
Diagnosis utama : Gagal jantung kongestif

Diagnosis tambahan :
- Kontraksi ventrikel prematur (ventricular extrasytole
bigeminy)
- Hipertensi grade 2
TATALAKSANA IGD
• IVFD Asering 500 cc/ 24 jam
• Inj. Furosemid 40 mg IV
• Inj. Ranitidin 50 mg IV
• Inj. Ondansetron 4 mg IV
• Pemasangan kateter urin
ADVIS DR. RINALDI, SPPD-KKV
• O2 4 – 6 lpm • CPG 4 tab (loading) 
lanjutkan 1 x 75 mg PO
• Diet jantung 1700 kkal
• Miniaspi 4 tab (loading) 
• IVFD RL 500 cc/ 24 jam lanjutkan 1 x 80 mg PO
• Inj. Arixtra 1 x 2,5 IV • Bioprexum 1 x 5 mg PO
• Inj. Lasix 10 mg/ jam IV • Atorvastatin 1 x 20 mg PO
• Inj. Ranitidin 50 mg/ 12 • Fluimycil 3 x 200 mg PO
jam IV
• Laxadin 3 x 1C PO
• Inj. Ondansetron 4 mg/ 8
jam IV
FOLLOW UP HARI III (03-10-2018)

S/ Sesak berkurang
O/ Hasil urinalisa lengkap
A/ Angina pektoris tidak stabil + gagal jantung kongestif
+ multipel VES + hiperurisemia
P/ Advis dr. Rinaldi, SpPD-KKV: Laxadine, miniaspi, dan
CPG di-stop.
FOLLOW UP HARI IV (04-10-2018)

S/ Sesak berkurang

O/ Hasil laboratorium

A/ Angina pektoris tidak stabil + gagal jantung kongestif


+ multipel VES

P/ Lanjut intervensi
FOLLOW UP HARI VIII (08-10-2018)
S/ Keluhan (-)
O/ TD: 156/90
A/ Angina pektoris tidak stabil + gagal jantung kongestif + multipel VES
P/ Advis dr. Rinaldi SpPD-KKV:
- Pasien BLPL
- Terapi untuk rawat jalan: - Ranitidin 2 x 150 mg PO
- Miniaspi 1 x 80 mg PO
- CPG 1 x 75 mg PO
- Bioprexum 1 x 5 mg PO
- Atorvastatin 1 x 20 mg PO
- KSR 1 x 1 tab PO
- Laxadin 1 x 1C PO
FOLLOW UP RAWAT JALAN
S/ Lemas

O/ TD: 214/92 mmHg N: 80 bpm

EKG: ventricular extrasystole

A/ Angina pektoris tidak stabil + gagal jantung kongestif

+ multipel VES

P/ Lanjut terapi rawat jalan


PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad funtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Gagal jantung didefinisikan secara klinis sebagai sindrom


dimana pasien memiliki gejala (contoh, kesulitan bernafas,
pembengkakan pergelangan kaki, dan lelah) dan tanda
(seperti peningkatan tekanan vena jugularis, ronki basah
pada paru, dan perubahan posisi denyut apeks) yang
disebabkan oleh abnormalitas struktur atau fungsi jantung.

ESC GUIDELINES FOR THE DIAGNOSIS AND TREATMENT OF ACUTE AND CHRONIC HEART FAILURE (2016)
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi 1-2% populasi dewasa  naik hingga 10% pada
populasi >70 tahun
 Pria > Wanita
 GJ-FER vs. GJ-FEN
 Di Indonesia
 0,3% atau 530.068 orang
 Wanita > pria
FAKTOR RISIKO
 hipertensi sistemik
 penyakit jantung koroner
 diabetes mellitus
 terapi obat kardio toksik
 penyalahgunaan alkohol
 riwayat demam reumatik
 riwayat keluarga kardiomiopati
 obesitas
ETIOLOGI

Kelainan Miokardium Kondisi Loading Abnormal


 Penyakit jantung iskemik  Hipertensi
 Kerusakan toksik  Kelainan struktur katup dan
miokardium
 Kerusakan yg diperantarai
sistem kekebalan tubuh dan  Patologi peri- dan
inflamasi endokardium
 Infiltrasi  Status output tinggi
 Gangguan metabolik  Overload volume
 Abnormalitas genetik  Taki- atau bradiaritmia

IDRUS ALWI. GAGAL JANTUNG.2018


PATOFISIOLOGI
GEJALA DAN TANDA
Gejala dan Tanda Sensitivitas Spesifisitas Predictive
Accuracy
Dispnea on effort 66 52 23
Orthopnea 21 81 2
Paroxysmal nocturnal dyspnea 33 76 26
Riwayat edema 23 80 22
Denyut jantung istirahat > 100 7 99 6
Ronki 13 91 21
Bunyi jantung ketiga 31 95 61
Distensi vena jugularis 10 93 3
Edema 10 93 3
KLASIFIKASI FUNGSIONAL
Kelas I Tidak terdapat batasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak
menyebabkan susah nafas, rasa lelah, atau palpitasi yang tidak wajar.

Kelas II Keterbatasan ringan aktivitas fisik. Nyaman pada saat istirahat, tetapi
aktivitas fisik biasa dapat menyebabkan kesulitan bernafas, rasa lelah,
atau palpitasi yang tidak wajar.

Kelas III Keterbatasan bermakna aktivitas fisik. Nyaman pada saat istirahat,
tetapi aktivitas fisik ringan dapat menyebabkan kesulitan bernafas, rasa
lelah, atau palpitasi yang tidak wajar.

Kelas IV Tidak mampu melaksanakan aktivitas fisik apapun dengan nyaman.


Gejala dapat timbul pada saat istiraat. Jika melakukan aktivitas fisik
apapun, rasa tidak nyaman akan meningkat.
PROGNOSIS
Faktor Klinis Kapasitas Fungsional
• Usia • Kelas NYHA
• Jenis kelamin • Peak VO2
• Etiologi gagal jantung • Efisiensi ventilasi (VE / VCO2)
• Tekanan darah • Tes berjalan enam menit
• Denyut jantung
• Tanda dan gejala klinis gagal
jantung dekompensasi
• Indeks massa tubuh
Struktur dan Fungsi Jantung Data Laboratorium
• Fraksi ejeksi ventrikel kiri • Natrium serum
• Ukuran ventrikel kanan dan kiri • Neurohormon
• Fungsi ventrikel kanan • BNP dan NT-proBNP
• Regurgitasi mitral dan trikuspid • Troponin
• Disfungsi diastolik • Anemia
• Kardiomegali pada rontgen dada • Disfungsi ginjal
• Bundle branch block • Obat-obatan / Alat
ARITMIA PADA GAGAL JANTUNG
PVC ditemukan pada hampir semua pasien GJ
Aritmia lain yang seeing ditemukan: VT asimptomatik, bradikardia,
pause.
Anti-aritmia lini pertama: Penyekat beta (Afib, supraventricular dan
ventrikular aritmia, PVC) dan Amiodarone (supraventricular dan
ventrikular aritmia)
PEMBAHASAN KASUS
ANAMNESIS
 Sesak nafas 2 minggu SMRS
 Saat aktivitas (dyspnea on effort), berkurang saat
istirahat  tidak membaik meski istirahat sejak 1 hari
SMRS
 Terbangun malam hari karena sesak (paroxismal
nocturnal dyspnea)
 Bengkak pada kedua kaki kaki (edema)
 Mual (+) muntah (-)
 RPD: hipertensi dan penyakit jantung  terkontrol
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda vital : Tekanan Darah : 165/80 mmHg (hipertensi gr II)
Nadi : 50 bpm (bradikardia)
Respirasi : 28x/menit (takipnea)
SpO2 : 96%
Thoraks : rhonki +/+  tanda kongesti paru
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : edema eks. inferior +/+  tanda kongesti sistemik
LABORATORIUM
Parameter Hasil Keterangan

Hemoglobin 10,1 Anemia, namun belum membutuhkan


intervensi
LED 45 Penanda adanya penyakit kronis
Kalium 3,1 Hipokalemia, perlu dilakukan
koreksi kalium 75 mEq/kgBB per
oral dibagi dalam 3 dosis. Dengan
pemberian digoksin dapat
menyebabkan aritmia atrial dan
ventrikel.
VES BIGEMINY
X-RAY THORAKS
DIAGNOSIS
Diagnosis utama : gagal jantung kongestif

Diagnosis tambahan :
• Kontraksi ventrikel prematur (ventricular extrasystole
bigeminy)
• Hipertensi grade 2
TATALAKSANA DI IGD
1. IVFD Asering 500 cc/ 24 jam
2. Inj. Furosemid 40 mg IV  tanda kongesti (rhonki +/+,
edema tungkai)
3. Inj. Ranitidin 50 mg IV  nyeri tekan epigastrium (+)
4. Inj. Ondansetron 4 mg IV  keluhan mual (+)
5. Pemasangan kateter urin
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad funtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

Anda mungkin juga menyukai