Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KASUS IGD :

STEMI
INFERIOR Disusun oleh : dr. Devina Rossita Hapsari
DPJP : dr. Markz, SpJP
IDENTITAS PASIEN
 No RM : 1293xx
 Nama : Bp. Nahdudin
 Umur : 54 tahun
 Tanggal lahir : 8/10/1966
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Kp. Jangkar, Cariu
 Tanggal masuk RS : 06/04/2021 pukul 00.10
PRIMARY MANAGEMENT
 Keluhan utama : Nyeri uluhati  TRIASE ATS :2
 Circulation :
1. TD 124/110 mmHg
2. Nadi 61x/menit, kuat, reguler
3. WPK <2 detik, akral hangat

 Airway : clear
 Breathing: spontan, RR 24x/menit,
pengembangan dada simetris , SpO2 96% on
room air.
 Dissability :GCS E4V5M6
Pupil isokor (3 cm/3 cm)
Reflex cahaya (+/+)
 Exposure : Temp 36,8 Celsius, NPS 6
EKG

Irama : Sinus Morfologi


HR : 59x/menit, reguler Gelombang P : durasi 0,08s, amp 0,1mV

Aksis : normoaksis Kompleks QRS : Q patologis Lead III; deep S wave V1-V3

Zona transisi : V5, CW Segmen ST : ST depresi aVL,V5, V6;

Interval dan segmen ST Elevasi V1-3; ST Elevasi lead II, III, aVF

PR interval : durasi 0,16 s (normal) Gelombang T: Gel T inversi lead I, aVF, V3-V6

QTc : 0,36s normal (QT 0,36 s; RR 0,98s) Kesimpulan


QRS : durasi 0,08 s normal Irama sinus, bradikardi, reguler, normoaksis

STEMI anterior et inferior


ANAMNESIS
Keluhan Utama : RPD:
• Keluhan serupa (+) Serangan jantung sebelumnya 1
Nyeri uluhati
tahun yll
• Riwayat alergi makanan/obat (-) Asthma (-)
RPS : • Hipertensi/Hipotensi (+) tertinggi sistolik 160 dan
Pasien datang dibawa ke IGD dengan keluhan berhenti konsumsi obat 3 bulan yll
• DM (-)
nyeri ulu hati menjalar hingga punggung dan • Riwayat Stroke (+) 4 tahun yll
lengan kiri. Nyeri terasa panas dirasakan sejak jam • Penyakit ginjal (-)
17.00 (7 jam yang lalu) dan belum berobat apapun. • Riwayat kecelakaan / trauma (-)
Os menyatakan keluhan sering dirasakan sejak • Riwayat kontak Covid 19 (-)
seminggu yang lalu, namun membaik dengan
istirahat. RPK:
• Penyakit jantung koroner (-)
Keluhan lain : Demam (-), batuk (-), pilek (-), sesak • Hipertensi/Hipotensi (-)
napas (-), rasa berdebar (-), mual (+), muntah (+) • DM (-)
1x sebanyak 1/2 gelas belimbing.
PEMERIKSAAN FISIK
 Kondisi Umum : Compos mentis, tampak sakit berat
 Tanda Vital :
 TD : 124/110 mmHg
 HR : 61x/menit
 RR : 24x/menit
 Suhu : 36,8°C
 NPS : 6
 Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)
 Leher : JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran limfonodi
 Kulit : sianosis (-), tampak kering
PEMERIKSAAN FISIK
 Thorax :
 Pulmo :
 Inspeksi : Simetris (+), Retraksi (-)
 Palpasi : nyeri tekan (-)
 Perkusi : sonor di titik perkusi
 Auskultasi : SDV (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
 Cor :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak kuat angkat
 Perkusi : batas jantung kesan kardiomegali, apex bergeser SIC 6
 Auskultasi : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 Abdomen
 Inspeksi : distensi (-)
 Auskultasi : bunyi usus (+) normal
 Palpasi : nyeri tekan (+) pada regio epigastric, LLQ, RLQ abdomen
 Perkusi : timpani (+), hepatomegali (-), splenomegali (-)
 Ekstremitas : WPK < 2 detik, Edema (-), akral hangat (+), clubbing
finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EK
G
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
DIAGNOSIS
 STEMI Anterior et Inferior Killip 1
TERAPI IGD
 Passive leg raising  Sucralfat syr 3 x cth I
 NK O2 3 lpm —> SpO2 98%
 Aspilet 80 mg PO tab IV (320mg)
 Clopidogrel 75 mg PO tab IV
(300mg)
 IVFD RL 500cc/12 jam
 Inj Ondansentron 1 amp IV
 Inj Omeprazol 40 mg IV
 ISDN 5 mg tab I
TERAPI ADVIS SPJP
 Maintenance Aspilet 80 mg PO tab I  IVFD RL 1000cc/24 jam
 CPG 75 mg PO tab I  ISDN tunda dulu
 Atorvastatin 1 X 20 mg PO  Kalau nyeri bolus morfin 2-4mg
 UFH bolus 4000U, lanjut drip lambat
750U/jam
 Cek APTT
 Rawat ICU
 Ekg Kanan dan posterior
PEMBAHASAN
DEFINISI
Sindrom Koroner Akut

Unstable Angina
NSTEMI STEMI
Pectoris (UAP)

 STEMI : infark miokard dengan segmen elevasi segmen ST > 1 mm pada 2


lead berturut-turut (limb maupun precordial lead).
GEJALA DAN TANDA

Pasien STEMI dapat muncul tanpa gejala tipikal angina,


khususnya pada pasien wanita, menopause, atau pasien dengan
Diabetes Mellitus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ANAMNESIS
 Keluhan nyeri dada
 Lokasi : substernal, retrosternal, dan precordial

 Sifat : terasa sakit seperti ditekan, terbakar, ditindih dengan benda berat, ditusuk, rasa diperas, rasa diplintir

 Penjalaran : ke lengan kiri, leher, rahang bawah, gigi, interscapula/punggung, perut, dan lengan kanan

 Nyeri membaik/menghilang dengan istirahat atau obat nitrat

 Pencetus : aktivitas fisik, stres emosi, udara dingin, sesudah makan

 Gejala penyerta : mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, cemas, lemas

 Nyeri dada > 20 menit

 Riwayat infark miokard sebelumnya

 Riwayat penyakit sebelumnya : HT, DM, dislipidemia, kebiasaan merokok, riwayat stress
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
 50% pasien mengalami takikardi dan/atau hipotensi
 50% pasien mengalami bradikardi dan/atau hipotensi
 Penurunan intensitas bunyi jantung pertama
 Split paradoksikal S2
 S3 gallop, S4
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang : EKG
ST elevation:

ST segment elevation (measured at the J-point)  on going


ACS occlusion:
 ≥ 2 contiguous leads with the ST- elevation ≥ 2.5 mm in men
< 40 years;
 ≥ 2 mm in men ≥ 40 years; or
 ≥ 1.5 mm in women in leads V2–V3 on/or
 ≥ 1mm in other leads.

ST depression:
New horizontal or downsloping ST- depression
 ≥0.5 mm in 2 contiguous leads and/or
 T inversion >1 mm in 2 contiguous leads with prominent R
wave or R/S ratio >1.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
PENEGAKAN DIAGNOSIS
 Pemeriksaan Penunjang : Enzim Jantung
PENEGAKAN DIAGNOSIS
ALGORITMA TATALAKSANA
AHA 2015
PENEGAKAN DIAGNOSIS
TATALAKSANA UMUM
Oksigen Terapi nitrat
 Diberikan pada pasien dengan SpO2 < 90% Kontraindikasi pada :
 Dapat diberikan selama 6 jam pertama • Pasien dengan SBP < 90 mmHg
• Dicurigai infark ventrikel kanan (infark inferior
pada EKG, JVP meningkat, paru bersih, dan
Nitrogliserin
hipotensi)
NTG sublingual dosis 0,4 mg atau ISDN dosis 5 mg dapat • Pasien pengguna phosphodiesterase-5 inhibitor
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit sildenafil dalam 24 jam sebelumnya karena dapat
 Tujuan : memicu efek hipotensi nitrat
 Mengurangi nyeri dada
 Menurunkan kebutuhan O2 miokard
 Menurunkan preload
 Meningkatkan O2 miokard dengan mendilatasi arteri
koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral
TATALAKSANA UMUM
Morfin • Dosis : 160-325 mg (buccal) di IGD, dilanjutkan aspirin
oral 75-162 mg
 Sangat efektif dalam menghilangkan nyeri dada, diberikan
jika tidak responsif dengan terapi nitrat. • Cara kerja : inhibisi cepat siklooksigenase trombosit yang
dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2
 Dosis : 2-4 mg, dapat diulang dengan interval 5-15 menit
s/d total 20 mg  Penghambat reseptor adenosin difosfat (ADP)
 Efek samping : • Dosis awal ticagrelor yang dianjurkan: 180 mg dilanjutkan
 Penurunan simpatis  konstriksi vena dan arteriolar  dosis pemeliharaan 2 x 90 mg/ hari kecuali pada pasien
mengurangi curah jantung dan tekanan arteri. Dapat diatasi yang direncanakan fibrinolisis.
dengan elevasi tungkai dan penambahan IV NaCl 0,9% • Dosis awal clopidogrel yang dianjurkan: 300 mg
 Efek vagotonik : sebabkan bradikardi atau blok jantung dilanjutkan dosis pemeliharaan 75 mg/ hari untuk pasien
derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. yang direncanakan fibrinolisis.
Dapat diatasi dengan atropin 0,5 mg IV

 Aspirin
TATALAKSANA INFARK
VENTRIKEL KANAN
 Pertahankan preload ventrikel kanan
 Loading volume (Infus NaCL 0,9%) : 1-2 L jam pertama, selanjutnya
200 ml/jam (target tekanan atrium kanan >10mmHg)
 Hindari penggunaan nitrat dan diuretic
 Berikan inotropic jika curah jantung tidak meningkat setelah loading
volume, pilihan dobutamin
TERAPI REPERFUSI
TERAPI REPERFUSI
REPERFUSI
REPERFUSI FARMAKOLOGIS
REPERFUSI FARMAKOLOGIS
PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION
(PCI)
PROGNOSIS : KILLIP SCORE
TERIMA KASIH
TATALAKSANA DI RUMAH
SAKIT (ICCU)
 Aktivitas : Pasien harus beristirahat dalam 12 jam pertama

 Diet :
 Risiko muntah dan aspirasi segera setelah infark miokard  pasien harus puasa/hanya minum cair
dengan mulut dalam 4-12 jam pertama
 Diet : lemak < 30% dari total kalori dan kandungan kolesterol < 300 mg/hari
 Menu harus diperkaya serat, K, Mg, rendah natrium

 Bowels : istirahat di tempat tidur dan penggunaan narkotik antinyeri  sebabkan


konstipasi
 Penggunaan pencahar ringan, cnt : Dioctyl sodium sulfosuksinat (200mg/hari)

 Sedasi : untuk mempertahankan periode inaktivitas


 Diazepam 5 mg, oksazepam 15-30 mg, lorazepam 0,5-2 mg 3-4 kali/hari
TERAPI FARMAKOLOGIS :
ANTIPLATELET
Antiplatelet + antitrombin
 Tujuan primer : memantapkan dan mempertahankan patensi arteri koroner yang terakit infark
 Tujuan sekunder : menurunkan tendensi pasien menjadi trombosis
TERAPI FARMAKOLOGIS :
ANTIKOAGULAN
 Unfractioned Heparin (UFH)
 UFH IV segera sebagai tambahan terapi regimen aspirin dan obat trombolitik
spesifik fibrin relatif (tPA, rPA, atau TNK)  membantu trombolisis dan
memantapkan & mempertahankan patensi arteri yang terkait infark.
 Rekomendasi dosis : bolus 60 U/kg (maksimum 4000 U)  lanjut infus inisial 12
U/kg per jam (maks. 1000 U/jam)
 Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
 Fondaparinux
 Pada pasca STEMI dengan onset < 12 jam yang tidak diberikan terapi reperfusi,
atau pasien STEMI dengan onset > 12 jam  aspirin, CPG, dan obat anti trombin
(heparin, enoksapirin, atau fondaparinux) harus diberikan sesegera mungkin
TERAPI FARMAKOLOGIS
JANGKA PANJANG
KOMPLIKASI
 Disfungsi ventrikel
 Edema paru
 Syok kardiogenik
 Infark ventrikel kanan
 Aritmia Pasca STEMI
 Ventrikel ekstrasistol
 Takikardi dan ventrikel fibrilasi
 Fibrilasi atrium
 Aritmia Supraventrikular
 Asistol Ventrikel
 Bradiaritmia dan blok
PROGNOSIS : TIMI SCORE
POST-THROMBOLYSIS

 Among patients treated with fibrinolytic therapy who are not in a PCI-capable hospital, early
or immediate transfer to a PCI capable hospital for angiography, and PCI if indicated, within
24 hours is recommended.
 Among patients treated with fibrinolytic therapy, for those with ≤ 50 % ST recovery at 60 – 90
minutes and/or with haemodynamic instability, immediate transfer for angiography with a
view to rescue angioplasty is recommended.
 Emergency PCI is indicated in case of recurrent ischemia or evidence of reocclusion after
initial succesful fibrinolysis.

Anda mungkin juga menyukai