Anda di halaman 1dari 31

Pembimbing : dr. Gusti Hariyadi Maulana, M.Sc., Sp.

PD
Presentan : dr. Cahyaning Tias
Alasan diajukan judul
Angka kejadian masuk ke rumah sakit akibat sindroma
koroner akut (ACS) misalnya angina tidak stabil dan infark
miokard akut (AMI) masih meningkat hingga dekade ini

Angina tidak stabil merupakan bentuk yang lebih berat


yang dapat berkembang menjadi dan/atau merupakan
bentuk awal infark miokard sehingga penderita perlu
diperiksa dan diobservasi lebih lanjut di rumah sakit
Fokus Pembahasan
Menegakkan diagnosis dan menetapkan
manajemen unstable angina pectoris
Nama : Ny. SN
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 49 tahun
No. RM : 0001234
Alamat : Komplek Akper Kuala Kapuas
Tanggal Kasus : 5 Agustus 2016
Tanggal Pemeriksaan: 7 Agustus 2016
Keluhan Utama : nyeri dada kiri

Riwayat Penyakit Sekarang


Ny. S, perempuan berusia 49 tahun diantar keluarganya ke
IGD dengan keluhan nyeri dada kiri. Nyeri terasa seperti
tertekan. Durasi nyeri + 10 menit. Nyeri dada dirasakan sejak
1 hari SMRS. Nyeri dada muncul pada saat istirahat. Nyeri
dada muncul sebanyak 2 kali. Nyeri dirasakan menjalar
sampai ke bahu kiri. Tidak ada mual dan keluar keringat
dingin.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan yang sama (+) tahun 2011, pasien mendapat obat-
obatan jantung.
Hipertensi (+) sejak tahun 1990 (Clonidin Noperten
Amlodipin + Lisinopril Micardis Amlodipin dan
Lisinorpil)
Batu ginjal (+) tahun 1990, 2001
Penurunan kesadaran akibat peningkatan ureum cuci
darah 8x operasi batu ginjal dan ureter dipasang DJ
stent di ureter kanan dan kiri tahun 2014
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah kandung mempunyai riwayat stroke

Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 160 cm
IMT : 31,25 kg/m2
Tanda-tanda vital :
TD : 150/80 mmHg
Nadi : 75x/menit
Respirasi : 20x/ menit
Suhu : 36
Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
bulat isokor 3mm/3mm
Mulut : faring tidak hiperemis, tonsi T2-T2 tidak
hiperemis
Leher : limfonodi tidak teraba
Thorax :
Inspeksi : simetris, ketertinggalan (-), retraksi (-)
Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ ictus cordis di SIC V 2 jari lateral LMCS
Perkusi : P/ sonor di seuruh lapang paru
C/ batas jantung paru dalam batas normal
Auskultasi: P/ Sdvesikuler, suara tambahan (-)
C/ S1-S2 reguler, suara tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba
pembesaran
Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
5 Agustus 7 Agustus
2016 2016
Leukosit 8.000 uL Kolesterol 213
Hb 12,3 g/dl Trigliserid 170
Eritrosit 4,91.10^6
Trombosit 264.000
Ureum 30
Kreatinin 0,8
GDS 142
SGOT 18
SGPT 25
K 3,9
Na 143
CT 8 30
BT 130
Interpretasi EKG
Irama sinus, frekuensi 68/menit
Gelombang P normal, interval PR 0,16 dtk
Interval QRS 0,08 dtk
Gelombang T normal
Deviasi sumbu ke kiri (lead III)
Diagnosis Kerja
Unstable Angina Pectoris
Disipidemia
Diagnosis Banding
NSTEMI
Penatalaksanaan di IGD
O2 3 lpm NK
Bed rest
IVFD RL 12 tpm
Po Aspilet 4 x 80 mg
Po Clopidogrel 4 x 75 mg
ISDN 3 x 5 mg (sl)
Instruksi Konsulen Penyakit Dalam
Pro rawat ICU
Pro Arixtra 2,5 mg/24 jam selama 8 hari
Cek CT dan BT
Angina pektoris adalah keadaan klinik yang ditandai dengan
rasa tidak enak atau nyeri di dada akibat iskemia jaringan
otot jantung.
Klasifikasi Angina Pectoris
Stable Angina Pectoris (angina pektoris stabil)
Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan,
sesuai dengan berat ringannya pencetus, dibagi atas
beberapa tingkatan:
Selalu timbul sesudah latihan berat.
Timbul sesudah latihan sedang (jalan cepat 1/2 km)
Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
Unstable Angina Pectoris (angina pektoris tidak stabil/ATS)
Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja.
Pada patologi biasanya ditemukan daerah iskemik miokard
yang mempunyai ciri tersendiri.
Angina prinzmetal (Variant angina)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan
sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur
Keluhan
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu
seperti rasa ditekan atau terasa seperti ditimpa beban yang
sangat berat.
Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang
mempunyai ciri khas sebagai berikut:
Letak: nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal:
tidak dapat melokalisasi), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang
menjalar ke lengan kiri
Kualitas: seperti tertekan benda berat, atau seperti diperas atau terasa
panas, kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena
pasien tidak dapat menjelaskan dengan baik
Hubungan dengan aktivitas: biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas.
Serangan angina yang timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur
malam sering akibat angina pektoris tidak stabil
Lamanya serangan: nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit
Nyeri dada bisa disertai keringat dingin, mual, muntah, sesak dan puca
Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark
miokard non ST elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar
keluhan angina tipikal yang dapat disertai dengan perubahan
EKG spesifik, dengan atau tanpa peningkatan marka jantung

Jika marka jantung meningkat, diagnosis mengarah NSTEMI;


jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP.
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak
medis pertama.
Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan, perlu
dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-
menerus (tiap 6 jam)
EKG yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP
antara lain:
1. Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat
disertai dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten
(<20 menit)
2. Gelombang Q yang menetap
3. Nondiagnostik
4. Normal
Faktor Risiko
Risiko meningkat pada pria di atas 45 tahun dan wanita di
atas 55 tahun (umumnya setelah menopause)
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-
laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan
Riwayat keluarga PAK (Penyakit Arteri Koroner) dini yaitu
ayah usia < 55 tahun dan ibu < 65 tahun
Faktor risiko yang dapat diubah:
Mayor
Peningkatan lipid serum
Hipertensi
Merokok
Konsumsi alkohol
Diabetes Melitus
Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
Minor
Aktivitas fisik kurang
Stress psikologik
Tipe kepribadian
1. Oksigen dimulai 2 L/menit
2. Nitrat dikombinasikan dengan -blocker atau Calcium Channel Blocker (CCB) non
dihidropiridin yang tidak meningkatkan denyut jantung (misalnya verapamil,
diltiazem). Pemberian dosis pada serangan akut :
a. Nitrat 5 mg sublingual, dapat diulang sapai 3 kali
b. Beta bloker:
Propanolol 20-80 mg dalam dosis terbagi atau
Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam.
c. Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridine. Dipakai bila Beta Blocker
merupakan kontraindikasi, misalnya:
Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari)
Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali sehari)
Antipletelet
3. Aspirin 160-320 mg sekali minum pada serangan akut.
Kriteria Rujukan
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung
atau spesialis penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut
Tirah baring
Suplemen oksigen
Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin
Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi
reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP yang
dianjurkan adalah clopidogrel)
Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada
yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat atau ISDN bila
NGT tidak tersedia.
Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi
pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual
Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang
mendapatkan terapi antiplatelet
Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko perdarahan dan
iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut
Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil keamanan
berbanding risiko yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5
mg setiap hari secara subkutan
Konseling dan Edukasi
Menginformasikan individu dan keluarga untuk melakukan modifikasi gaya hidup
antara lain:
Mengontrol emosi dan mengurangi kerja berat dimana membutuhkan banyak
oksigen dalam aktivitasnya
Mengurangi konsumsi makanan berlemak
Menghentikan konsumsi rokok dan alkohol
Menjaga berat badan ideal
Mengatur pola makan
Melakukan olah raga ringan secara teratur
Jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara
teratur
Melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid
Mengontrol tekanan darah
Perempuan, usia 49 tahun, nyeri dada kiri, nyeri terasa seperti ditekan,
durasi nyeri + 10 menit, muncul pada saat istirahat, menjalar sampai
ke bahu kiri, keluhan yang sama (+), hipertensi (+)

IMT 31,25 kg/m2


Tekanan darah 150/80 mmHg

EKG: tidak adanya ST elevasi


Peningkatan kadar kolesterol dan trigiserid dalam darah

- Unstable Angina Pectoris


dd NSTEMI
- Dislipidemia
Tirah baring
Suplemen oksigen
Aspirin 160-320 mg
Clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan
75 mg/hari
ISDN 3x5 mg
Pro inj. Arixtra 2,5 mg/24 jam (sc)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai