Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN KASUS

UNSTABLE ANGINA PECTORIS


dr. Ivander B. Haryono
Data Pasien
• Nama : Tn. E
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 56 tahun
• Alamat : Kadipaten
• Tanggal Masuk : 31 Agustus 2019
Anamnesis
• Keluhan Utama : nyeri dada kiri

• Riwayat Penyakit Sekarang


Nyeri dada kiri seperti ampeg onset 2 jam yll, terasa berat
untuk bernafas, nyeri tembus ke punggung (-), menjalar ke
lengan kiri (-), keringat dingin (-), mual muntah (-).
Keluhan serupa muncul pagi tadi, tetapi sempat membaik.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat serangan jantung, Dx STEMI Anterior, dilakuakan
katerisasi dan pemasaangan stent di PKU Gamping tgl. 17
Agustus 2019.
Rutin kontrol poli jantung, obat: aspilet 1x1, Brilinta
(tricagrelor) 2x1, Candesartan 1x8mg, Spironolacton 1x25mg,
Atorvastatin 1x40mg.

Riw. HT (+)
 Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah kandung mempunyai riwayat hipertensi

 Riwayat Sosial
Merokok sejak usia 25 tahun, rata-rata 2 bungkus sehari
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• Berat badan : 75 kg
• Tinggi badan : 165 cm
• IMT : 27,5 kg/m2
• Tanda-tanda vital :
– TD : 107/64 mmHg
– Nadi : 91x/menit
– Respirasi : 21x/ menit
– Suhu : 36°
• Kepala : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil
bulat isokor 3mm/3mm
• Leher : limfonodi tidak teraba
• Thorax :
– Inspeksi : simetris, ketertinggalan (-), retraksi (-)
– Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ ictus cordis di MC ICS 5
– Perkusi : P/ sonor di seuruh lapang paru
C/ batas jantung paru dalam batas normal
– Auskultasi : P/ vesikuler, suara tambahan (-)
C/ S1-S2 reguler, suara tambahan (-)
• Abdomen
– Inspeksi : tampak datar
– Auskultasi : bising usus (+) normal
– Perkusi : timpani di seluruh lapang abdomen
– Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba
pembesaran
• Ekstremitas
Akral hangat, edema (-)
Laboratorium
31 Agustus 2019

Leukosit 9.200 uL
Hb 10.4 g/dl
Eritrosit 5.10^6
Trombosit 433.000
GDS 110
K 3,5 (3,6-5,5)
Na 138 (135-145)
Cl 101 (98-108)

31 Agustus
2019
Troponin I 16,6
EKG
• Interpretasi EKG
– Irama sinus, frekuensi 83x/menit
– Deviasi Aksis Ekstrim
– Left Atrial Enlagement
– Right Ventricular Hypertrophy
– Q patologis V2-4, Lead III, AvR
– Poor R wave progression
– ST elevasi V2-3
– T inverted V2-4
Ro Thoraks
Tanggal 4/7/2019

Kesan:
Pulmo Normal
Cardiomegali  CTR > 0,56
Diagnosis
• Diagnosis Kerja
– Unstable Angina Pectoris post PCI
• Diagnosis Banding
– NSTEMI
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan di IGD
– O2 3 lpm NK
– Posisi femifluler
– IVFD NS
– Po Aspilet 320 mg
– Po Clopidogrel 4 x 75 mg
– ISDN 5 mg (sl)
– Inj. Pantoprazol 1A
– Pasang DC

• Instruksi Konsulen Jantung


– Pro rawat ICCU
– Pro Arixtra 1x2,5mg SC
– ISDN k/p
– Obat lain teruskan
Hari ke 0
Terapi
Arixtra (I) Candesartan 1 x 8mg
Nitrokaf 2 x 1 Spironolakton 1x1
Concor 1 x 2,5mg Atorvastatin 1 x 40mg
Brilinta 2 x 1 ISDN k/p
Aspilet 1x1
CPG 2x1
Alprazolam 1 x 1
Hari ke 1
Arixtra (ii) Alprazolam 1 x 1
Nitrokaf 2 x 1 Candesartan 1 x 8mg
Concor 1 x 2,5mg Spironolakton 1x1
Brilinta 2 x 1 Atorvastatin 1 x 40mg
Aspilet 1x1 ISDN k/p
CPG 2x1
Hari ke 2
Arixtra (iii) Alprazolam 1 x 1
Nitrokaf 2 x 1 Candesartan 1 x 8mg
Concor 1 x 2,5mg Spironolakton 1x1
Brilinta 2 x 1 Atorvastatin 1 x 40mg
Aspilet 1x1 ISDN k/p
CPG 2x1
Hari ke 3
Nitrokaf 2 x 1 Atorvastatin 1 x 40mg
Brilinta 2 x 1 Bisoprolol 1 x 5mg
Aspilet 1x1
Alprazolam 1 x 1
Candesartan 1 x 8mg
Spironolakton 1x1
Terapi Bangsal (4 Agustus 2019)
Candesartan 1 x 8mg
Bisoprolol 1 x 5mg
Aspilet 1 x 1
CPG 2 x 1
Atorvastatin 1 x 40mg
Spironolakton 1 x 1
Tinjauan Pustaka
Unstable Angina Pectoris
• Angina pektoris adalah keadaan klinik yang ditandai dengan
rasa tidak enak atau nyeri di dada akibat iskemia jaringan otot
jantung.
• Klasifikasi Angina Pectoris
– Stable Angina Pectoris (angina pektoris stabil)
Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan,
sesuai dengan berat ringannya pencetus, dibagi atas
beberapa tingkatan:
• Selalu timbul sesudah latihan berat.
• Timbul sesudah latihan sedang (jalan cepat 1/2 km)
• Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
• Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)
– Unstable Angina Pectoris (angina pektoris tidak stabil/ATS)
Angina dapat terjadi pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi
biasanya ditemukan daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri
tersendiri.
– Angina prinzmetal (Variant angina)
Terjadi tanpa peningkatan jelas beban kerja jantung dan sering timbul
pada waktu beristirahat atau tidur
• Keluhan
– Pasien datang dengan keluhan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa
ditekan atau terasa seperti ditimpa beban yang sangat berat.
– Diagnosis seringkali berdasarkan keluhan nyeri dada yang mempunyai
ciri khas sebagai berikut:
• Letak: nyeri dada di daerah sternum atau di bawah sternum (substernal: tidak
dapat melokalisasi), atau dada sebelah kiri dan kadang-kadang menjalar ke lengan
kiri
• Kualitas: seperti tertekan benda berat, atau seperti diperas atau terasa panas,
kadang-kadang hanya mengeluh perasaan tidak enak di dada karena pasien tidak
dapat menjelaskan dengan baik
• Hubungan dengan aktivitas: biasanya timbul pada saat melakukan aktivitas.
Serangan angina yang timbul pada waktu istirahat atau pada waktu tidur malam
sering akibat angina pektoris tidak stabil
• Lamanya serangan: nyeri dada biasanya berlangsung 1-5 menit
• Nyeri dada bisa disertai keringat dingin, mual, muntah, sesak dan puca
• Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark
miokard non ST elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar
keluhan angina tipikal yang dapat disertai dengan perubahan
EKG spesifik, dengan atau tanpa peningkatan marka jantung

• Jika marka jantung meningkat, diagnosis mengarah NSTEMI;


jika tidak meningkat, diagnosis mengarah UAP.
• Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak kontak
medis pertama.
• Setelah perekaman EKG awal dan penatalaksanaan, perlu
dilakukan perekaman EKG serial atau pemantauan terus-
menerus (tiap 6 jam)
• EKG yang mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP
antara lain:
1. Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T; dapat
disertai dengan elevasi segmen ST yang tidak persisten
(<20 menit)
2. Gelombang Q yang menetap
• Faktor Risiko
– Risiko meningkat pada pria di atas 45 tahun dan wanita di
atas 55 tahun (umumnya setelah menopause)
– Morbiditas akibat penyakit jantung koroner (PJK) pada laki-
laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan
• Faktor risiko yang dapat diubah:
– Mayor
• Peningkatan lipid serum
• Hipertensi
• Merokok
• Konsumsi alkohol
• Diabetes Melitus
• Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
– Minor
• Aktivitas fisik kurang
• Stress psikologik
• Tipe kepribadian
Penatalaksanaan di Faskes Primer
1. Oksigen dimulai 2 L/menit
2. Nitrat dikombinasikan dengan β-blocker atau Calcium Channel Blocker
(CCB) non dihidropiridin yang tidak meningkatkan denyut jantung
(misalnya verapamil, diltiazem). Pemberian dosis pada serangan akut :
a. Nitrat 5 mg sublingual, dapat diulang sapai 3 kali
b. Beta bloker:
• Propanolol 20-80 mg dalam dosis terbagi atau
• Bisoprolol 2,5-5 mg per 24 jam.
c. Calcium Channel Blocker (CCB) non dihidropiridine. Dipakai bila Beta
Blocker merupakan kontraindikasi, misalnya:
• Verapamil 80 mg (2-3 kali sehari)
• Diltiazem 30 mg ( 3-4 kali sehari)
• Antipletelet
3. Aspirin 160-320 mg sekali minum pada serangan akut.
Terapi NSTEMI

Anti Penyekat Beta (Beta Blocker) (Kelas I-B)


Iskemik
Nitrat (Kelas I-C)

Calcium Channel Blocker (CCB) (Kelas I-


B)
Terapi NSTEMI

Anti Aspirin : dosis loading 150-300 mg, dosis


Platelet pemeliharaan 75-100 mg
Ticagrelor: dosis loading 180 mg,dosis
pemeliharaan 2x90 mg
Clopidogrel: Dosis loading 300 mg, dosis
pemeliharaan 75 mg/hari
Terapi NSTEMI

Ace Captopril : 2-3 x 6,25-50 mg


Inhibit
or Ramipril : 2,5-10 mg/hari dalam 1 atau 2
(Menguran dosis
gi
remodelling Lisinopril: 2,5-20 mg/hari dalam 1 dosis
,menurunka
n angka
kematian
pasca-
infark)
Terapi NSTEMI
Harus diberikan pada setiap pasien SKA (tanpa
Statin kontraindikasi)Anti inflamasi dan stabilisasi Plak (Kelas I-A)

Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai sblm pasien


keluar RS, target LDL<100 mg/dL (Kelas I-A)
• Kriteria Rujukan
Dilakukan rujukan ke layanan sekunder (spesialis jantung atau
spesialis penyakit dalam) untuk tatalaksana lebih lanjut
Terapi awal di IGD adalah Morfin, Oksigen,
Nitrat, Aspirin (disingkat MONA), menurut PERKI (2015)

• Tirah baring
• Suplemen oksigen
• Aspirin 160-320 mg diberikan segera pada semua pasien yang tidak
diketahui intoleransinya terhadap aspirin
• Penghambat reseptor ADP (adenosine diphosphate)
– Dosis awal clopidogrel adalah 300 mg dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan 75 mg/hari (pada pasien yang direncanakan untuk terapi
reperfusi menggunakan agen fibrinolitik, penghambat reseptor ADP
yang dianjurkan adalah clopidogrel)
• Nitrogliserin (NTG) spray/tablet sublingual bagi pasien dengan nyeri dada
yang masih berlangsung saat tiba di ruang gawat darurat atau ISDN bila
NGT tidak tersedia.
• Morfin sulfat 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi
pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga dosis NTG sublingual
Antikoagulan

• Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang


mendapatkan terapi antiplatelet
• Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko perdarahan dan iskemia,
dan berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut
• Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil keamanan berbanding
risiko yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari
secara subkutan
• Konseling dan Edukasi
Menginformasikan individu dan keluarga untuk melakukan modifikasi gaya hidup
antara lain:
– Mengontrol emosi dan mengurangi kerja berat dimana membutuhkan banyak
oksigen dalam aktivitasnya
– Mengurangi konsumsi makanan berlemak
– Menghentikan konsumsi rokok dan alkohol
– Menjaga berat badan ideal
– Mengatur pola makan
– Melakukan olah raga ringan secara teratur
– Jika memiliki riwayat diabetes tetap melakukan pengobatan diabetes secara
teratur
– Melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid
– Mengontrol tekanan darah
( Terimakasih )

Love your Heart

Anda mungkin juga menyukai