BLOK CARDIOVASKULAR
Anamnesis : nyeri pada dada kiri, menjalar ke tangan kiri. Merokok dan makan
makanan berminyak. Ayahnya meninggal karena serangan jantung
PF : tampak nyeri, BB 92 kg, TB 168 cm, TD 100/70 mmHg, nadi 100 x/menit,
RR 22 x/menit
Perkusi : normal
Auskultasi : normal
Perkiraan, menjelaskan :
1. Penegakan diagnosis
2. Faktor risiko kardiovaskular
3. Etiologi
4. Faktor risiko
5. Patogenesis
6. Patofisiologi
7. Tatalaksana farmako dan non
8. Komplikasi
BACA PERKI
a. Definisi
Infark miokard adalah n ekrosis miokardium yg disebabkan oleh tidak
adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner.
(Perki,2004)
b. Etilogi
Berkurangnya suplai O2 ke miokard
Faktor Pembuluh darah Aterosklerosis, spasme, arteritis
Faktor sirkulasi Hipotensi, stenosis aorta
Faktor Darah Anemia, hipoksemia
Atau
Trombosis a coronaria
Emboli a coronaria
Anomali a coronaria kongenital
Spasme koronaria terisolasi
c. Klasifikasi
Oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang
lebih luas meliputi seluruh ketebalan miokardium ditandai dengan
adanya elevasi segmen ST pada EKG
d. Faktor risiko
Non-Modifiable
• Usia
• Jenis kelamin
• Ras
• Riwayat keluarga
Modifiable
• Hipertensi
• DM
• Dislipidemia
• Overweight/ob esitas
• Merokok
• Faktor psikososial
• Aktifitas fisik
• Gaya hidup
e. Patofisiologi
Sebagian besar SKA adlah manifestasi akut dari plak ateroma PD koroner
yg pecah
ruptur plak merangsang agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi
terbentuk trombus menyumbat lumen PD koroner (baik
total/paarsial) atau menjadi mikroemboli yg menyumbat juga terjadi
pelepaasan vasoaktif yg menyebabkan vasokonstriksi memperberat gg
aliran darah koroner iskemia miokard pasokan O2 berhenti +_ 20
menit miokardium nekrosis ( infark miokard)
PERKI
f. Diagnosis
Anamnesis Adanya nyeri dada
Sakit dada terjadi lebih dari 20 menit dan tidak hilang dengan pemberian
nitrat biasa.
Angina tipikal berupa rasa tertekan/berat daerah retrosternal menjalar
ke lengan kiri, leher, area interskapuler, bahu, atau epigastrium;
berlangsung intermiten atau persisten (>20 menit); sering disertai
diaphoresis, mual/muntah, nyeri abdominal, sesak napas, dan sinkop.
Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi faktor pencetus iskemia,
komplikasi iskemia, penyakit penyerta dan menyingkirkan diagnosis
banding. Regurgitasi katup mitral akut, suara jantung tiga (S3), ronkhi
basah halus dan hipotensi hendaknya selalu diperiksa untuk
mengidentifikasi komplikasi iskemia
Perubahan elektrokardiografi (EKG)
EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri koroner menunjukkan
elevasi segmen ST.
Kemudian gambaran EKG berupa elevasi segmen ST akan
berkembang menjadi gelombang Q.
Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q.
Ketika trombus tidak menyebabkan oklusi total, maka tidak terjadi
elevasi segmen ST.
Farmako
h. Komplikasi
Sudden death
Arrhythmias
Persistent pain progressive myocardial necrosis
Cardiac failure
Pericarditis
Cardiac rupture
Pulmonary emboli
Ventricular aneurysm
Mural thrombosis
Mitral incompetence disfungsi m. Papilaris, nekrosis atau ruptur
(Buku UMY, 2005)
Anamnesis : sakit kepala, kaku leher, sulit tidur, sejak 1 mgg selalu emosi, dan
marah2. Jarang olahraga, makan malam di restaurant mewah. Perokok. RPK ayah
menderita stroke.
1. Penegakan diagnosis
2. Etiologi
3. Faktor risiko
4. Patogenesis
5. Patofisiologi
6. Tatalaksana farmako dan non
7. Komplikasi jelaskan
8. Krisis hipertensi (emergensi dan urgensi)
c. Patofisiologi
d. Diagnosis ~!1~
e. Tatalaksana
• Goals of Therapy reduction of cardiovascular and renal morbidity
and mortality
• Lifestyle Modifications
• Pharmacologic Treatment
• Achieving Blood Pressure Control in Individual Patients require two
or more antihypertensive medications to achieve their BP goals
• Followup and Monitoring monthly intervals until the BP goal is
reached
Non farmako
Farmako
MD :
• Gol diuretik : furosemid
• B blocker : propanolol
• ACEI : captopril
• CCB : nifedipin
f. Komplikasi
Hipertension heart disease (HHD)
CVD
Gagal ginjal
PJK
CHF
Retinopati hipertensi
Demensia
*kerusakan organ akan terjadi setelah 10-15 th
MD :
• Jantung : hipertrofi LV, angina pectoris, IM, gagal jantung
• Otak : stroke
• Penyakit ginjal kronis
• Penyakit arteri perifer
• Retinopati
g. Krisis hipertensi
Hipertensi emergensi
TD > 180/120 mmHg, disertai salah satu ancaman gg fungsi
organ ; otak (stroke, ensefalopati hipertensi), jantung (gagal
jantung kiri akut, PJK akut), paru.
TD <180/120 mmHg ttp dg salah satu gejala gg organ diatas yg
sudah timbul
Hipertensi urgensi
Anamnesis : sesak napas, batuk berdahak, berdebar2, sulit tidur, BAK berkurang,
edema kaki
PP : lab (Hb turun, ...), EKG ( RVH dan LVH), RO (cardiomegali), AGD
(asidosis metab)
1. Klasifikasi NYHA
2. Patofisiologi
3. Tatalaksana farm, non (tatalaksana juga faktor resikonya)
4. Diagnosis banding
a. Definisi
Gagal jantung adalah keadaan patologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan.
(Sylvia. A. Price, 2005).
Gagal jantung kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan
struktural dan fungsional jantung sehingga mengganggu kemampuan
pengisian ventrikel dan pompa darah ke seluruh tubuh (AHA,2001).
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Faktor risiko
e. Patofisiologi
Hipotesis Backward Failure
Ventrikel gagal untuk memompa darah maka darah akan terbendung dan
tekanan di atrium sisa vena-vena dibelakangnya akan naik.
Hipotesis Forward Failure
Akibat berkurangnya aliran darah (Cardiac Output) di sistem arterial,
sehingga terjadi pengurangan perfusi pada organ-organ vital dengan segala
akibatnya.
f. Penegakan diagnosis
g. Tatalaksana
Tujuan Penatalaksanaan:
• Mengurangi resiko kematian
• Mengurangi morbiditas (untuk meningkatkan kualitas hidup dengan
mengurangi gejala, meningkatkan kemampuan olahraga, mengurangi
kebutuhan untuk rawat inap dan memberikan perawatan end-of-life)
• Pencegahan
Non farm
Penatalaksanaan Umum, Tanpa Obat:
• Edukasi apa itu gagal jantung, penyebab, pengenalan, upaya bila timbul
keluhan dan dasar pengobatan.
• Istirahat, olahraga, aktivitas sehari-hari, edukasi aktivitas seksual, dan
rehabilitasi.
• Edukasi pola diet, kontrol asupan garam, air dan kebiasaan alkohol
• Monitor berat badan, hati-hati dengan kenaikan berat badan yang tiba-tiba
• Mengurangi berat badan pada pasien obesitas
• Hentikan kebiasaan merokok
• Pada perjalanan jauh menggunakan pesawat, ketinggian, udara panas dan
humiditas perlu perhatian khusus
• Konseling mengenai obat, efek samping, dan menghindari obat-obat
tertentu seperti NSAID, antiaritmia kelas I, verapamil, diltiazem,
dihidropiridin efek cepat, anti depresan trisiklik, steroid.
Farmakologi
Pemakaian Obat-obatan sesuai apa yg terjadi !!
• Oksigen biar ga sesak
• Bronkodilator aminofilin
• Morfin
• ARB
• Obat inotropik positif, dobutamin, milrinon, enoksimon.
• Angiostensin-Convenverting Enzyme Inhibitor (ACE Inhibitor)/ Penyekat
enzim konversi angiostensin. hati2 efek batuk (captopril)
• Diuretik edema perifer
• Penyekat Beta (β Blocker)
• Antagonis reseptor aldesteron
• Antagonis reseptor angiostenin II
• Glikosida Jantung
• Vasodilator agents (nitrat/hidralazin)
• Nesiritid, merupakan peptid natriuretik tipe B
• Calcium sensitizer, levosimendan
• Anti koagulan
• Anti Aritmia
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah
SKEN 4 (SYOK KARDIOGENIK)
Pasien rawat inap : wanita 56 th, dah dirawat 2 hari tiba2 kesadaran menurun,
keringat dingin, pulse cepat, lemah, oliguri. Konfusi, agitasi
PF TD 80/50 mmHg, pulse 120x/menit, RR 28x/meni, suhu 36’c.
Riwayat hipertensi tak terkontrol 5 th
Skenario dr yunia A 55 yo M with hx of HTN, DM presents with
“crushing” substernal CP, diaphoresis, hypotension, tachycardia and cool,
clammy extremities
1. Fase-fase syok
2. Etiologi syok kardiog
3. Patofisiologi syok kardiog
4. Kriteria diagnosis
5. Tatalaksana syok kardiog
a. Definisi
Syok kardiogenik adalah sindrom klinis komplek yang mencakup
sekelompok keadaan dengan berbagai manifestasi hemodinamik, terjadi
akibat penurunan curah jantung yang menyebabkan hipoksia jaringan
(Price & Wilson, 2005)
b. Etiologi
(price,2005)
c. Fase-fase syok!!
Tahap 1, syok terkompensasi (non-progresif),yaitu tahap terjadinya
respons kompensatorik yang dapat menstabilkan sirkulasi dan
mencegah kemunduran lebih lanjut
=> misalnya terjadi hipoperfusi
-aktivasi SSP
-ginjal melepas renin -tek darah jd naik,
Oliguri
-COP naik
-sekresi ADH
Tahap 2, tahap progresif, / dekompensasi ditandai oleh manifestasi
sistemik dari hipoperfusi dan kemunduran fungsi organ
-kompensasi gagal
-hipotensi , oliguri
-COP turun (?), asidosis
Tahap 3, refrakter (irreversible), yaitu tahap saat kerusakan sel yang
hebat tidak dapat lagi dihindari, yang pada akhirnya menuju kematian
(Price, 2005)
-tidak mampu mengatasi hipoperfusi
d. Patofisiologi
Atau :
HT tak terkontrol aterosklerosis infark miokard kerusakan
endotel vaskuler release sitokin proinflamasi NO dan .... inhibisi
lsg kontraktilitas miokard depresi kontraktilitas miokard COP <<
hipoperfusi jar syok kardio =>
- ginjal GFR turun retensi Na dan air oliguri
-vasokonstriksi perifer akral dingin
-suplay O2 ke otak turun hipoksia otak muncul gejala neurologis
-tek a pulmonal naik dyspnea, ronki basah
e. Kriteria diagnosis
Tek arteri sistolik < 90 mmHg
Ada bukti penurunan aliran darah ke sistem organ2 utama
Urine < 20 ml/jam
Vasokonstriksi perifer disertai gejala kulit dingin dan lembab
Gg fungsi mental
Indeks jantung* < 2.1 L/menit/m2 (Indeks jantung : curah jantung dlm
liter/menit/meter persegi luas permukaan tubuh)
Bukti gagal jantung kiri dg LVEDP (naik) 18 – 21 mmHg
(price,2005)
f. Tatalaksana
g. Komplikasi
SKENARIO 5 (ATRIAL FIBRILASI)
Baca perki!!
Pria 50 th
Anam denyut jantung berdetak kencang. Dada seperti diikat dan agak sesak.
Keluhan makin berat saat jalan. Nggliyeng. Tidak pingsan/sinkop. *Satu sisi
mulut dan wajah turun, lengan dan kaki lumpuh/lemah (< 20 menit). Pernah
didiagnosis TIA. Perokok berat.
PF TD 100/60 mmHg. Nadi tidak teratur, cepat dg denyut 140 x/menit. RR 26
x/menit. Suhu 36,7’c. Ekspirasi memanjang
EKG
1. Etiologi
2. Klasifikasi
3. Patofisiologi
4. Ciri khas EKG
5. Tatalaksana
a. Definisi
Fibrilasi atrium takiaritmia supraventrikular yang khas, dengan aktivasi
atrium yang tidak terkoordinasi mengakibatkan perburukan fungsi
mekanis atrium
b. Etiologi
c. Klasifikasi
FA yang pertama kali terdiagnosis
FA paroksismal terminasi spontan dalam 48 jam, namun dapat
berlanjut hingga 7 hari.
FA persisten menetap hingga lebih dari 7 hari.
FA persisten lama (long standing persistent) bertahan hingga ≥1
tahun
FA permanen ditetapkan sebagai permanen oleh dokter (dan pasien)
sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi. Apabila
strategi kendali irama masih digunakan maka FA masuk ke kategori FA
persisten lama.
d. Patof tanya ola?
e. Diagnosis
Anamnesis
Palpitasi. Umumnya diekspresikan oleh pasien sebagai: pukulan
genderang, gemuruh guntur, atau kecipak ikan di dalam dada.
Mudah lelah atau toleransi rendah terhadap aktivitas fisik
Presinkop atau sinkop
Kelemahan umum, pusing
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Lab
EKG
Foto thorax
Ekokardiografi
dan masih banyak lagi... buka lagi perki...
f. Tatalaksana
cek email tutorial