Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit berbahaya yang
dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama penyakit kencing manis. DM
adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi secara kronis atau menahun
karena tubuh tidak mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan pada
sekresi insulin, hormon insulin yang tidak bekerja sebagaimana mestinya atau
keduanya (Kemenkes RI, 2014).
World Health Organization atau WHO (2016) menyebutkan bahwa penyakit
ini ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu polifagia, polidipsia dan poliuria
serta beberapa mengalami kehilangan berat badan. Diabetes melitus merupakan
penyakit kronis yang sangat perlu diperhatikan dengan serius. Diabetes melitus
yang tidak terkontrol dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan
mata, ginjal, pembuluh darah, saraf dan jantung.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peran dokter keluarga dalam pencegahan dan penatalaksanaan
pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui kondisi kesehatan pasien dan keluarga secara holistik dengan
penerapan kedokteran keluarga dalam mengatasi permasalahan kesehatan
pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan individu dan keluarga.
b. Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dari suatu penyakit.

1
c. Mengidentifikasi peran lingkungan keluarga, pekerjaan, rumah, sosial dan
budaya terhadap masalah kesehatan individu atau keluarga.
d. Mampu melakukan diagnosis keluarga.
e. Mampu menyusun rencana intervensi pencegahan pada pasien.
f. Mengerti pentingnya komunikasi pada pasien dan keluarga.
D. Manfaat
1. Manfaat bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan pengalaman dalam kedokteran klinis yang diperoleh dari
puskesmas
b. Menerapan ilmu kesehatan keluarga yang didapatkan pada perkuliahan
ke dalam masyarakat.
c. Memahami tugas dan peran sebagai dokter keluarga dalam menangani
masalah kesehatan keluarga.
2. Manfaat bagi Puskesmas
a. Sarana evaluasi kinerja tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
mutu pelayanan.
b. Berbagi informasi penting sesuai dengan bidang pendidikan yang
sedang berkembang.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Diabetes melitus adalah suatu keadaan didapatkan peningkatan kadar gula
darah yang kronik sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein karena kekurangan hormon insulin. Masalah utama pada
penderita diabetes melitus ialah terjadinya komplikasi, khususnya komplikasi DM
kronik yang merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian penderita DM
(WHO, 2016).
Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan PERKENI tahun 2015,
menggunakan klasifikasi berdasarkan etiologi menurut PERKENI tahun 2015
meliputi
1) Diabetes melitus (DM) tipe 1
DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di
pankreas. Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang
terjadi secara absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain
autoimun dan idiopatik.
2) Diabetes melitus (DM) tipe 2
Penyebab DM tipe 2 seperti yang diketahui adalah resistensi
insulin. Insulin dalam jumlah yang cukup tetapi tidak dapat bekerja
secara optimal sehingga menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam
tubuh. Defisiensi insulin juga dapat terjadi secara relatif pada penderita
DM tipe 2 dan sangat mungkin untuk menjadi defisiensi insulin
absolut.
3) Diabetes melitus (DM) tipe lain
Penyebab DM tipe lain sangat bervariasi. DM tipe ini dapat
disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati pankreas, obat, zat

3
kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom genetik lain yang
berkaitan dengan DM.
4) Diabetes melitus Gestasional

B. Faktor Penyebab
Menurut Wijayakusuma (2004), penyakit DM dapat disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu:
1) Pola Makan
Pola makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya DM. Hal ini disebabkan
jumlah atau kadar insulin oleh sel β pankreas mempunyai kapasitas
maksimum untuk disekresikan.
2) Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan lebih besar untuk terserang DM dibandingkan dengan orang
yang tidak gemuk.
3) Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM dari orang tua.
Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga
yang terkena juga.
4) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimiawi tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas
tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang
diperlukan untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
5) Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel β pada
pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.

4
C. Patogenesis
1) Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 merupakan DM yang tergantung pada insulin. Pada
Diabetes melitus tipe 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau
imunologi. Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam
kuantitas dan kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin
sedikitpun. Jadi, pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut
(Tjokroprawiro, 2007).
Pada diabetes melitus tipe 1 biasanya reseptor insulin di jaringan perifer
kuantitas dan kualitasnya cukup atau normal (jumlah reseptor insulin diabetes melitus
tipe 1 antara 30.000-35.000) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000.
Sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin (Tjokroprawiro, 2007).
Diabetes melitus tipe 1 biasanya terdiagnosis sejak usia kanak-kanak. Pada
diabetes melitus tipe 1 tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau
bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup
penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya (Riskesdas, 2007).
2) DM Tipe 2
DMT 2 adalah DM tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya
kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi insulin) dan kemudian disusul
dengan disfungsi sel beta pankreas (defek sekresi insulin), yaitu sebagai berikut:
(Tjokroprawiro, 2007)
1. Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau kurang, sehingga
glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin yang
efektif belum memadai.
2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-30.000) pada
obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000.
3. Kadang-kadang jumlah reseptor cukup, tetapi kualitas reseptor jelek,
sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau afinitas atau sensitifitas
insulin terganggu).

5
4. Terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga proses glikolisis intraselluler
terganggu.
5. Adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan 4.
DM tipe 2 ini biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak
menyadari telah menderita diabetes melitus tipe 2, walaupun keadaannya sudah
menjadi sangat serius. Diabetes melitus tipe 2 sudah umum di Indonesia, dan
angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang tidak sehat, obesitas dan malas
berolahraga (Riskesdas, 2007).

D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis DM yang klasik: mula-mula polifagi, poliuri, dan polidipsi.
Apabila keadaan ini tidak segera diobati, maka akan timbul gejala Dekompensasi
Pankreas, yang disebut gejala klasik DM, yaitu poliuri, polidipsi, dan polifagi. Ketiga
gejala klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT”
bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan mual-muntah dan
ketoasidosis diabetik. Gejala kronis DM yang sering muncul adalah lemah badan,
kesemutan, kaku otot, penurunan kemampuan seksual, gangguan penglihatan yang
sering berubah, sakit sendi dan lain sebagainya (Tjokroprawiro, 2007).

E. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup
penyandang diabetes. Adapun diantaranya adalah:
1) Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda diabetes melitus,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
2) Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
3) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
diabetes melitus

6
Pasien mendapatkan terapi dengan pemberian metformin. Obat ini
mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis),
disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Terutama dipakai pada
penyandang diabetes gemuk. Metformin dikontraindikasikan bagi pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien‐ pasien
dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebrovaskular, sepsis,
renjatan, gagal jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual. Untuk
mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Selain
itu, harus diperhatikan bahwa pemberian metformin secara titrasi pada awal
penggunaan akan memudahkan dokter untuk memantau efek samping obat tersebut
(PERKI, 2011).
Pasien juga mendapatkan terapi dengan pemberian glibenklamid.
Glibenklamid merupakan obat golongan sulfonilurea yang mempunyai efek utama
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama
untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang. Namun masih boleh diberikan
kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia
berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan
hati, kurang nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan
sulfonilurea kerja panjang (PERKI, 2011).

7
BAB III
ILUSTRASI KASUS

A. Identitas Pasien
1. Nama : Ny. M
2. Umur : 50 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Buruh Tani
5. Status Perkawinan : Menikah
6. Agama : Islam
7. Alamat : Desa Bantar RT 7/RW 4
8. Tanggal Periksa : 27 Januari 2020

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Pasien merasakan lemas, sulit makan, pusing, dan pinggang kiri sakit sejak 3
hari yang lalu
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merasakan lemas, sulit makan, pusing, dan pinggang kiri sakit sejak 3
hari yang lalu sehingga menyulitkan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
3. Pemeriksaan fisik
- Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 18 x/menit
- Gejala klinis : lemas, sulit makan, pusing

8
4. Riwayat Penyakit Dahulu yang pernah diderita:
a. Riwayat Hipertensi : Tidak ada
b. Riwayat Diabetes Melitus : Ada
c. Riwayat Rawat Inap : Ada
d. Riwayat Penyakit Jantung : Tidak ada
e. Riwayat Alergi Obat/makanan : Tidak ada
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
a. Riwayat Keluarga dengan Sakit Serupa : Tidak ada
b. Riwayat Hipertensi : Tidak ada
c. Riwayat Jantung : Tidak ada
d. Riwayat Diabetes Melitus : Tidak ada
6. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat Merokok : Tidak pernah
b. Riwayat Minum Alkohol : Tidak pernah
c. Riwayat Olahraga : Pernah
d. Riwayat Pengisian Waktu Luang :Pasien aktif melakukan
pekerjaan rumah.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang buruh tani. Penghasilan pasien sekarang berasal
dari penghasilan pensiun. Pasien datang berobat ke Puskesmas tidak
menggunakan asuransi BPJS. Pasien tinggal dengan suami, ibu pasien, anak,
dan cucu dalam satu rumah dan terjalin komunikasi dengan lancar.
8. Riwayat Gizi
Kesan gizi cukup, pasien makan 3x sehari (nasi, tempe, tahu, sayur, daging
jarang, ikan).

9
C. Anamnesis Sistem
1. Kulit : Warna kulit normal, pucat (-), gatal (-), kering
maupun mengelupas (-), keriput (+)
2. Kepala : Pusing (-), sakit kepala (-) rambut
kepala rontok (-), luka (-), benjolan (-).
3. Mata : Pandangan mata silau (-), penglihatan kabur
(-), ketajaman penglihatan berkurang (+), penglihatan
ganda (-).
4. Hidung : Cairan (-), mimisan (-), tersumbat (-).
5. Telinga :Pendengaran berkurang (-), berdengung
(-), cairan (-), nyeri (-)
6. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa
pahit (-), lidah kotor (-)
7. Tenggorokan : Nyeri menelan (-), suara serak (-)
8. Pernapasan : Sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-)
9. Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), berdebar-debar (-)
10. Gastrointestinal : Mual (-), muntah (-), diare (-), nyeri perut(-)
11. Genitourinaria : BAK tidak ada keluhan, warna kuning
jumlah dalam batas normal.
12. Neurologi : Lumpuh (-), kaki kesemutan (-), kejang (-)
13. Psikiatri : Emosi stabil (+), mudah marah (-)
14. Muskulokeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi
pinggul (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri leher (-).
15. Ekstremitas atas : Bengkak (-), sakit (-), telapak
tangan pucat (-), kebiruan (-), luka (-), telapak tangan
pucat (-)
16. Ekstremitas bawah : Bengkak (-), sakit (-), telapak kaki pucat (-), kebiruan
(-), luka (-)

10
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Cek gula darah sewaktu
Hasil: 397 mg/dL
2. Usulan Pemeriksaan: -

E. Penilaian Keluarga
1. Nilai APGAR Keluarga
APGAR Ny. M terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/
/Selalu -kadang Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke √


keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya √
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian, dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan √
saya membagi waktu bersama-sama

11
Untuk Ny. M APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny. M memecahkan


masalah bersama keluarganya, dan menerima saran dari anggota keluarganya
atau suaminya.
- Partnership : Komunikasi antara pasien dengan anggota keluarganya
terjalin akrab, saling mengisi antar anggota keluarga.
- Growth : Ny. M selalu mendapat dukungan dari suami perihal
kegiatan- kegiatan yang akan di lakukan serta penyakit yang sedang diderita
pasien.
- Affection : Kasih sayang yang terjalin antara pasien dan anggota
keluarganya baik.
- Resolve : Ny. M sering berkumpul, makan, dan mengobrol bersama
anggota keluarganya.

F. Genogram

Tn. X Ny. M

Keterangan:

: Pasien Diabetes Melitus

: Pria

12
: Wanita
G. Identifikasi Fungsi Keluarga
1. Fungsi Biologi
Keluarga ini terdiri dari suami, istri serta dua orang anak dan menantu serta
3 orang cucu. Ny. M cukup mengerti tentang penyakitnya. Keluhan Ny. M
semakin membaik dan Ny. M mampu untuk melakukan aktivitas sehari-
hari dengan baik. Suami Ny. M bekerja sebagai buruh bangunan.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan Ny. M dengan suami serta anak cukup baik, saling mendukung,
serta saling memperhatikan. Oleh karena itu, Ny. M sering memeriksakan
kondisinya sekarang dan membatasi pekerjaan yang menyebabkan kondisinya
memburuk.
3. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, Ny. M hanya sebagai anggota masyarakat biasa,
tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Dalam
kehidupan sosial Ny. M kurang berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakat.
Hubungan keluarganya sangat baik.
4. Fungsi Ekonomi
Dalam keluarga Ny. M sebagai anggota keluarga sekaligus istri dari Tn. X.
Pengobatan Ny. M tidak menggunakan asuransi BPJS. Menurut suami pasien
istrinya sudah cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Kehidupan sosial dengan tetangganya terjalin dengan baik. Pasien makan
sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan nasi dan lauk yang cukup.

H. Keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Keluarga ini tinggal di sebuah rumah yang jarak antar rumah dekat.
Rumah ini memiliki halaman yang cukup lebar. Terdiri dari 1 ruang tamu, 3
kamar tidur, dan ruang dapur beserta kamar mandi di luar rumah. Ventilasi dan
penerangan rumah belum baik, ventilasi didapatkan dari jendela serta pintu

13
rumah yang sering terbuka. Sehingga kondisi rumah bisa dikatakan cukup baik
untuk menjamin kondisi kesehatan anggota keluarga.

I. Diagnosis Holistik
Ny. M dengan usia 50 tahun mengeluh lemas dan sulit makan. Hubungan
Ny. M dan keluarganya baik serta harmonis dan dalam kehidupan sosial Ny. M
adalah anggota masyarakat biasa dalam kehidupan kemasyarakatan.
a. Aspek Personal
Pasien merasakan adanya lemas dan sulit makan, dan riwayat pasien operasi
kelenjar tiroid 4 tahun yang lalu. Tekanan darah pasien 120/80 mmHg.
b. Aspek Klinis
Diagnosis Klinis 1: Diabetes melitus tipe 2
c. Aspek Internal
Genetik : Orang tua pasien menderita keluhan yang sama
dengan pasien
Kondisi Biologis : pasien tidak memiliki alergi obat, berat badan pasien
melebihi batas normal
Gaya Hidup : pasien makan tiga kali sehari dengan porsi yang
cukup, sebelumnya pasien juga sering minum teh
manis hangat serta meminum kopi. Akitvitas pasien
sehari-hari bekerja di sawah dan berjualan keliling.
Kondisi Psikologis : emosi stabil dan baik
Ekonomi : diketahui pada hasil anamnesis pasien merupakan
seorang buruh tani.
d. Aspek Risiko Eksternal
Lingkungan Sosial : pasien kurang aktif dalam kegiatan bermasyarakat
Lingkungan Fisik : disekitar lingkungan tempat tinggal pasien tidak
terdapat gangguan fisik seperti kebisingan maupun

14
getaran. Karena tempat tinggal pasien yang jauh dari
jalan raya
Lingkungan Budaya :Tidak terdapat budaya yang mencolok yang
memengaruhi keadaan pasien
Lingkungan Kimia : Tidak terdapat gangguan kimia seperti debu ataupun
lainnya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan pada pasien
Lingkungan Biologi : Tidak terdapat gangguan biologi yang menyebabkan
gangguan kesehatan pada pasien
e. Aspek derajat Fungsional
Derajat 1 (satu) yaitu mampu melakukan pekerjaan rumah seperti sebelum
sakit yakni mandiri dalam perawatan diri, bekerja didalam dan diluar rumah.

15
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. M, 50 tahun dengan keluhan lemas, sulit makan, dan pusing. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah pasien 120/80 mmHg yang tergolong
normal. Pasien telah melakukan pemeriksaan penunjang beupa cek gula darah
sewaktu. Hasil dari puskesmas menunjukkan 263 mg/dL.
Batasan-batasan Lanjut Usia menurut WHO, 2016 ada empat tahapan yaitu:
Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) usia 60-74
tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) >90 tahun.
Pasien dilakukan penilaian mengenai dukungan keluarga terhadap keluhan
penyakitnya. Hasilnya adalah keluarga Ny. M cukup mengerti tentang penyakit yang
diderita oleh Ny. M. Hubungan Ny. M dengan suami serta anak sangat baik, saling
mendukung, serta saling memperhatikan. Dalam kehidupan sehari-hari, Ny. M hanya
sebagai anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sosial Ny. M tidak terlalu berperan aktif dalam
kegiatan bermasyarakat. Dikarenakan usia Ny. M yang termasuk dalam kategori usia
produktif sehingga membuat Ny. M tidak terlalu sering mengikuti kegiatan
bermasyarakat. Dalam hal ekonomi Ny. M mengaku penghasilannya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari hari. Pasien tidak menggunakan kartu BPJS Kesehatan
dalam pengobatannya. Pencegahan dan pengendalian faktor risiko diabetes melitus
menjadi salah satu hal penting yang berguna untuk mencegah terjadinya diabetes
melitus Modifikasi gaya hidup serta pengendalian stress merupakan salah satu upaya
yang akan berpengaruh besar terhadap kejadian diabetes melitus.
Selanjutnya untuk penanganan kasus diabetes melitus dapat dilakukan dengan
mengunjungi fasyankes I, dimana dalam posisi saat ini adalah Puskesmas Jatilawang.
Dalam hal ini puskesmas berperan serta dalam kegiatan preventif serta promotif yang
diantaranya dengan dilakukannya penyuluhan kepada pasien lansia melalui kader
posyandu atau kader posbindu untuk selalu mengatur stress agar tidak menjadi

16
pemicu terjadinya hipertensi. Selain itu lansia perlu menjaga berat badan agar tidak
terjadi obesitas yang juga menjadi salah satu faktor risiko penyebab terjadinya
diabetes melitus. Selanjutnya, para lansia harus rutin untuk selalu mengikuti kegiatan
Prolanis yang menjadi program puskesmas untuk memantau kejadian diabetes
melitus. Serta perlunya lansia untuk menjaga kesehatan dan melakukan aktivitas fisik
tertentu dalam rangka meningkatkan kebugaran tubuh, menghindari konsumsi rokok
serta minuman kopi yang mengandung kafein. Dalam hal kuratif dapat dilakukan
dengan pemberian obat penurun tekanan darah.

17
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diagnosis holistik Ny. M (50 tahun) dengan diabetes melitus tipe 2. Pasien
tinggal bersama suami, ibu pasien, serta anak dan menantu serta cucu. Pasien
penderita diabetes melitus dan tidak mengikuti kegiatan Prolanis di Puskesmas
Jatilawang.

Diabetes melitus, diabetes melitus disebut-sebut sebagai silent killer karena


sesorang yang mengidap diabetes melitus yang bahkan sudah bertahun-tahun
seringkali tidak menyadarinya sampai terjadi komplikasi seperti kerusakan organ vital
yang cukup berat yang bisa mengakibatkan kematian. Lanjut usia menurut UU RI no
13 tahun 1998 dalam Indriana dkk, (2010) adalah mereka yang telah memasuki usia
60 tahun ke atas.

B. SARAN

Ny. M dan keluarga perlu diberikan pendekatan promotif yang lebih agar
dapat memahami kondisi kesehatan pasien dalam diabetes melitus tipe 2. Serta dapat
menghindari hal-hal yang dapat memperberat sakitnya sekarang.
a. Promotif
Memberikan pemahaman kepada ibu tentang kondisi ibu hamil dengan risiko
tinggi, yaitu dengan penyakit diabetes melitus yang dideritanya, sehingga
harus menjaga kondisi dengan baik.
b. Preventif
Memperbanyak waktu istirahat, menjaga kebersihan makanan, menjaga
keteraturan pola makan, menghindari makanan tinggi gula, mengonsumsi

18
metformin 2 x 500 mg, dan mengurangi aktivitas fisik yang berlebih dan
mengikuti kelas ibu hamil secara rutin.
c. Kuratif
Memberikan pengobatan rutin terhadap sakit diabetes melitusnya dengan
menggunakan metformin.
d. Rehabilitatif
Istirahat yang cukup, makan-makanan bergizi dan kontrol kepada dokter.

19
DAFTAR PUSTAKA

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2007. Diabetes Melitus. Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Kemenkes RI, 2014. Infodatin Hari Diabetes Sedunia tahun 2018. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

PERKENI, 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.


Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

PERKENI, 2015. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.


Jakarta: PERKENI

Tjokroprawiro, Askandar. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Surabaya: Airlangga


University Press

WHO, 2016. https://www.who.int/health-topics/diabetes

20
LAMPIRAN

21

Anda mungkin juga menyukai