Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KASUS

MEDICINA 2018, Volume 49, Number 2: 217-221


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Gangguan mental organik pada epilepsi

NPA Putri Mahadewi,1* Anna Marita,1 NK Putri Ariani2

ABSTRACT CrossMark

Epilepsy is a brain disorder characterized by a tendency to induce events. The case of a 46-year-old man has been diagnosed with
a continuous epileptic outbreak, with neurobiological, cognitive, epilepsy since 20 years ago, uncontrolled seizures with an intra-oral
psychological and social consequences. This definition requires the 3 × 100mg phenytoin drug, Phenobarbital 3 × 60mg intra oral and
occurrence of at least 1 epileptic seizure. Psychotic is the presence 2 × 1mg intra oral folate. EEG and CT-Head scores obtained results
of symptoms of delusions, hallucinations, speech and behavior within normal limits. Patients complained of changes in behavior by
disorganized or katatonia behavior lasted approximately for 1 day to the family after 14 years of epilepsy. Patients diagnosed with other
less than 1 month, where after psychotic episodes the patient returned mental disorders YDT due to brain damage and dysfunction, this
to normal function as before. Epilepsy is a risk factor for psychotic condition is also called psychotic disorders in epilepsy.

Keywords: Mental disorders, epilepsy, psychotic disorders in epilepsy


Cite This Article: Mahadewi, N.P.A.P., Marita, A., Ariani, N.K.P. 2018. Gangguan mental organik pada epilepsi. Medicina 49(2): 217-221.
DOI:10.15562/medi.v49i2.248

ABSTRAK

Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan risiko untuk terjadinya psikotik. Kasus seorang lelaki 46 tahun
untuk menimbulkan bangkitan epilepsi yang terus menerus, telah terdiagnosis epilepsi sejak 20 tahun, kejang tidak terkontrol
dengan konsekuensi neurobiologi, kognitif, psikologi dan sosial. dengan obat phenitoin 3 × 100mg intra oral, Phenobarbital
Definisi ini mensyaratkan terjadinya minimal 1 kali bangkitan 3 × 60mg intra oral dan asam folat 2 × 1mg intra oral. EEG dan
epileptik. Psikotik adalah adanya gejala delusi, halusinasi, bicara CT-Scan kepala didapatkan hasil dalam batas normal. Pasien
dan tingkah laku tidak terorganisir atau perilaku katatonia dikeluhkan mengalami perubahan perilaku oleh keluarganya setelah
berlangsung kurang lebih selama 1 hari sampai kurang dari 1 14 tahun menderita epilepsi. Pasien didiagnosis dengan gangguan
bulan, dimana setelah episode psikotik penderita kembali pada mental lain YDT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit
fungsi normal seperti sebelumnya. Epilepsi merupakan faktor fisik, kondisi ini juga disebut gangguan psikotik pada epilepsi.

Kata kunci : Gangguan mental, epilepsi, gangguan psikotik pada epilepsi


Cite Pasal Ini: Mahadewi, N.P.A.P., Marita, A., Ariani, N.K.P. 2018. Gangguan mental organik pada epilepsi. Medicina 49(2): 217-221.
DOI:10.15562/medi.v49i2.248

1
Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf PENDAHULUAN
dan
2
Psikiatri Fakultas kedokteran Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan of epilepsy (POE) atau schizophrenia-like psychosis
Universitas Udayana/Rumah Sakit kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan of epilepsy (SLPE), gambaran psikotik yang sering
Umum Pusat Sanglah Denpasar epilepsi yang terus menerus, dengan konsekuensi pada kondisi ini adalah paranoid dan schizophre-
Bali
neurobiologi, kognitif, psikologi dan sosial. nia-like seperti gejala delusi, paranoid dan waham
Definisi ini mengisyaratkan terjadinya minimal keagamaan.3,4,5
1 kali bangkitan epileptik. Bangkitan epileptik Prevalensi gangguan psikotik pada epilepsi
*
Correspondence to: adalah terjadinya tanda atau gejala yang bersifat sebesar 5-10% pada penderita epilepsi dan 30-50%
NPA Putri Mahadewi, Bagian/SMF
Ilmu Penyakit Sara Universitas
sesaat akibat aktivitas neuronal yang abnormal dan memiliki komorbid gangguan psikiatri. Lebih
Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat berlebihan di otak.1 sering terjadi pada wanita dan rerata usia 39,1
Sanglah Denpasar Bali Ganguan psikotik terjadi 6-12 kali lebih besar tahun. Adanya riwayat keluarga, epilepsi onset dini
ayu.putrimahadewi@yahoo.co.id pada penderita epilepsi dibandingkan populasi dan tipe bangkitan yang dialami adalah prediktor
umum.2,3 Manifestasi klinis gangguan psikotik pada terjadinya gangguan psikotik pada epilepsi.3,6 Pada
Diterima: 2017-12-06
epilepsi berupa gejala psikotik terkait gangguan kasus ini pasien lelaki usia 46 tahun, didiagnosis
Disetujui:  2018-04-27 mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan gangguan mental setelah menderita epilepsi onset
Diterditkan: 01-08-2018 penyakit fisik. Keadaan ini disebut juga psychoses dini selama 20 tahun. Tujuan penulisan kasus ini

217
LAPORAN KASUS

untuk memberi informasi bahwa penderita epilepsi menceritakan bahwa dirinya sudah lama mender-
terutama sejak onset dini dapat mengalami gang- ita epilepsi dan tidak ingat kejadian saat kejang
guan psikotik yang sering disebut dengan gangguan berlangsung, namun pasien mengingat bahwa
psikotik pada epilepsi atau psychoses of epilepsy. dirinya marah dan mengamuk saat dibawa ke
IGD rumah sakit hingga tidak dapat ditenangkan
oleh keluarga. Pasien mendengar suara yang tidak
ILUSTRASI KASUS
didengar oleh orang lain yaitu suara leluhurnya
Pasien IWU, lelaki 46 tahun, menikah, tamat SMA, yang meminta untuk membersihkan dan memba-
alamat Abiansemal Badung, suku Bali, kebang- ngun tempat suci dirumah. Pasien juga melihat
saan Indonesia, pasien beragama Hindu dan saat hal-hal yang tidak dilihat oleh orang lain yaitu
ini tidak bekerja. Pasien rawat inap di ruang Lely “rangda” dan “barong” menari dihadapannya. Hal
RSUP Sanglah Denpasar pada 1-7 Juli 2017 dengan ini membuat pasien tidak nyaman dan merasa
keluhan utama gelisah dan bicara kacau. Awal saat takut, hal ini dirasakan pasien sejak dirumah.
tiba di instalasi gawat darurat (IGD) pasien tampak Keluhan menghilang setelah pasien dirawat beber-
tenang dan dapat diwawancara, namun kemu- apa hari di RSUP Sanglah. Hal sama yang seperti
dian pasien berteriak mengatakan dirinya sehat saat ini juga dikeluhan pasien 6 tahun yang lalu.
dan menjadi marah kemudian mengamuk sambil Riwayat pengobatan sebelumnya yaitu phenitoin
berlari keluar dari IGD. 3 × 100mg intra oral, phenobarbital 3 × 60mg intra
Keluarga mengeluhkan pasien bicara kacau oral dan asam folat 2 × 1mg intra oral. Tidak ada
sejak 2 hari sebelum dibawa ke rumah sakit disertai keluarga yang mengalami keluhan yang sama
gelisah dan mengamuk ingin keluar rumah hingga seperti pasien, saudara kandung dan kedua orang
tidak dapat dikendalikan. Pasien mengatakan tua pasien tidak ada yang mengalami kejang seperti
“ngayah” (utusan Tuhan) dan harus membangun pasien. Berdasarkan informasi dari adik kandung
tempat suci dirumah. Keluhan ini yang kedua dikatakan pasien tidak pernah mengalami kejang
kalinya dialami pasien, sebelumnya 6 tahun yang saat kecil atau demam yang disertai kejang saat bayi.
lalu (tahun 2011) pasien mengalami keluhan yang Pasien lahir normal di bidan, cukup bulan dan
sama seperti saat ini, bicara kacau dan mengamuk langsung menangis. Riwayat tumbuh kembang
hingga tidak dapat dikendalikan dirumah, kemu- normal, pasien masuk SD pada usia 6 tahun sesuai
dian dirawat selama 4 hari di ruangan Lely RSUP dengan umur sekolah, mampu mengikuti pelaja-
Sanglah Denpasar. Saat pulang dikatakan pasien ran dengan baik sampai tamat SMA dan bergaul
dapat beraktivitas seperti sebelumnya dan tidak bersama teman sekolahnya. Pasien tidak melanjut-
ada keluhan. kan pendidikan kuliah karena alasan biaya. Semasa
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien remaja pasien tidak pernah kejang. Pasien telah
mengalami kejang dengan pola kedua mata menikah dan saat ini tinggal bersama ibu kandung,
mendelik keatas, kedua tangan dan kaki meng- istri dan 2 orang putranya. Pasien merupakan anak
hentak-hentak. Sebelum kejang pasien dikatakan pertama dari 4 bersaudara, 2 adik kandung pasien
sadar baik, saat kejang tidak sadar dan setelah tinggal dirumah yang berbeda.
kejang tampak bingung serta tidak ingat kejadian Sehari-hari pasien membantu istrinya membuat
saat kejang. Lama kejang 1-3 menit dan berhenti dan menjual canang di pasar. Awalnya pasien
sendiri. Kejang sebanyak 4 kali dan diantara seorang penjual koran keliling, kejang pertama kali
kejang pasien sadar baik. Tidak tampak salah satu dialami pasien saat sedang naik sepeda menjual
tangan atau kaki menghentak atau bibir menge- koran, akibat sakit yang dialaminya pasien berhenti
cap-ngecap diawal kejang. Kejang terjadi sejak 20 bekerja dan mulai membantu istri berjualan. Biaya
tahun yang lalu (tahun 1997) saat itu pasien telah kehidupan sehari-hari didapatkan dari hasil berjua-
didiagnosis epilepsi dengan pola bangkitan yang lan dipasar dan dari putra pasien yang telah bekerja
sama seperti saat ini. namun belum berkeluarga. Pasien bisa mengikuti
Pasien rutin kontrol ke poliklinik saraf RSUD kegiatan bermasyarakat didesa tempat tinggalnya
Mangusada Badung, terkadang pasien lupa minum dan selama ini mampu mengurus dirinya sendiri,
obat dan harus diingatkan oleh keluarganya atau namun terkadang masih harus diingatkan oleh
bila pasien kelelahan dan demam maka kejang keluarga untuk minum obat, sedangkan ayah kand-
akan muncul. Keluarga menduga kejang yang saat ung pasien telah meninggal. Hasil pemeriksaan
ini terjadi karena pasien tidak minum obat selama fisik dan laboratorium diperlihatkan pada Tabel 1.
beberapa hari, kejang terakhir dialami pasien 6 Pemeriksaan status mental didapatkan
bulan yang lalu karena kelelahan dan demam. penampilan saat wawancara pertama di IGD
Setelah beberapa hari dirawat, pasien cukup rapi, duduk diatas tempat tidur, awalnya
tampak lebih tenang selama wawancara. Pasien menjawab dengan tenang kemudian gelisah dan

218 Medicina 2018; 49(2): 217-221 | doi: 10.15562/Medicina.v49i2.248


LAPORAN KASUS

Tabel 1  Pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium


Status General Status Neurologis Hasil Laboratorium
Kesadaran compos mentis, tensi 130/80 mmHg, GCS E4V5M6 , kranium dan vertebrae WBC 7,08 (103/uL); Neu/Lym/Mono/Eos/
nadi 76 × /menit regular, frekuensi napas normal, tanpa tanda rangsang meningen, Baso: 3,25/ 2,60/ 0,52 / 0,64/ 0,07 (103/uL),
22 × /menit, suhu 36oC tanpa paresis nervus kranialis, tanpa RBC 4,97 (106/uL); HGB 14,56 (g/dL), HCT
lateralisasi tenaga, refleks patologis (-), fungsi 45,93%, PLT 171,40 (103/µL), SGOT 57,5
sensibilitas dan vegetatif normal, tidak ada U/L, SGPT 28,80 U/L, BS acak 108 mg/dL,
gangguan koordinasi.
Tinggi badan 170 cm, berat badan 68 kg BUN 10,3 mg/dL,
Turgor kulit baik, mata anemis -/-, ikterus -/-, Bangkitan umum tonik klonik. Creatinin 0,75 mg/dL, Natrium 138 mmol/L,
pada leher struma (-), Thoraks: jantung: bunyi Kalium 3,8 mmol/L,
jantung tunggal, bunyi tambahan (-), paru:
sonor, vesikuler, abdomen: hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal,
ekstremitas: akral hangat, edema (-)
Klorida 101,1 mmol/L, Kalsium 8,8 mg/dL,
Magnesium 2,32 mg/dL

Tabel 2  Hasil pemeriksaan elektro-ensefalografi


Level, kesadaran, Keterangan khusus (jumlah,
provokasi Aktivitas Frekuensi (Hz) Volt (µV) Distribusi reaktivitas, durasi, dll)
Latar Belakang 10-11 M regio oksipital, simetris continous, ritmis, waxing, dan
waning, berkurang saat buka mata
Bangun (80%)
Beta 14-15 L regio frontosentral, perlambatan frekuensi continous,
simetris waxing dan waning, ritmis
Perlambatan 7-8 M difus simetris ritmis, latar belakang posterior
berkurang
Vertex 1 M frontosentral durasi 150-200 msec
Tidur (20%) Stadium II
Transient Sleep 13-14 M frontosentral -
Spindle
POSTs - - bi-oksipital durasi 150-200 msec
tidak merubah - - - -
Hiperventilasi (menit)
perekaman
Stimulasi Fotik Fotik driving - - bi-oksipital -
Klasifikasi EEG EEG Normal (Bangun + Tidur Stadium II)
Kesimpulan (Kesan) EEG pada perekaman ini dalam batas normal
L: Low (<20 µV), M: Medium (20-70 µV), H: High (>70 µV)

memberontak hingga wawancara tidak dapat dilan- hasil dalam batas normal dan pemeriksaan kedua
jutkan. Mood aleksitimia, afek inappropriate, keser- dilakukan pada tanggal 4 Juli 2017 dengan hasil
asian: tidak serasi, riwayat halusinasi visual dan dalam batas normal ditunjukkan pada tabel 2.
auditorik, bentuk pikir: non-logis, non-realis; arus Pemeriksaan CT-Scan kepala dengan kontras
pikir: asosiasi longgar; isi pikir: ide aneh, insom- dilakukan pada tahun 2011 dengan hasil dalam
nia ada, hipobulia ada, dan raptus ada. Kesadaran batas normal.
jernih, orientasi baik, daya ingat baik, konsentrasi Diagnosis neurologi: bangkitan umum tonik
terganggu, perhatian terganggu, kemampuan klonik et causa (e.c.) epilepsi simtomatik dd/
membaca, menulis, dan visuospasial normal. Daya idiopatik. Diagnosis psikiatri: gangguan mental
nilai sosial dan uji daya nilai baik, penilaian realita lain Yang Di-Tentukan (YDT) akibat kerusakan
terganggu, tilikan derajat 1. dan disfungsi otak dan penyakit fisik dengan
Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan diagnosis banding: psikotik akut dan sementara
yaitu pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG) lainnya. Diagnosis multiaksial menurut (menurut
dan CT-Scan kepala dengan kontras. Pemeriksaan PPDGJ III) yaitu axis I: gangguan mental lain YDT
EEG pertama dilakukan pada tahun 2011 dengan akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit

Medicina 2018; 49(2): 217-221 | doi: 10.15562/Medicina.v49i2.248 219


LAPORAN KASUS

fisik, axis II: ciri kepribadian campuran anankastik, terjadinya gangguan psikotik pada epilepsi.3,6
axis III: bangkitan umum tonik klonik e.c. epilepsi Kondisi lain sebagai prediktor terjadinya gangguan
simtomatik dd/ idiopatik, axis IV: kondisi stresor psikotik pada epilepsi yaitu terdapat stres psikologis
berkaitan dengan sakitnya, dan axis V: Global akut pada 71,4% kasus, seperti gangguan hubungan
Assesment of Functioning (GAF) saat diperiksa dengan keluarga, kehilangan anggota keluarga,
adalah 30-21 karena terdapat disabilitas berat kurangnya hubungan interpersonal, isolasi sosial
dalam berkomunikasi dan daya nilai, tidak mampu dan kegagalan dalam pekerjaan.6 Pasien mencerita-
berfungsi hampir disemua bidang. GAF terbaik 1 kan bahwa setelah menderita epilepsi berhenti dari
tahun terakhir adalah 80-71 yaitu gejala sementara pekerjaannya sebagai tukang koran dan hingga saat
dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial ini hanya membantu istri berjualan dipasar. Istri
dan pekerjaan. dan putra pasien sebagai pencari nafkah, keluarga
memaklumi kondisi pasien dan hubungan antar
anggota keluarga tetap terjaga baik.
DISKUSI
Pasien merasakan dirinya seorang utusan
Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai dengan Tuhan, mampu mendengar suara leluhurnya yang
kecenderungan untuk menimbulkan bangkitan tidak dapat didengar oleh orang lain dan melihat
epilepsi yang terus menerus, dengan konsekuensi ‘barong’ dan ‘rangda’ menari dihadapannya yang
neurobiologi, kognitif, psikologi dan sosial.1 membuat dirinya ketakutan. Gambaran psikotik
Pasien lelaki berusia 46 tahun, mengalami bangk- yang sering pada gangguan psikotik pada epilepsi
itan berulang dengan pola kedua mata mendelik adalah paranoid dan schizophrenia-like seperti
keatas dan keempat ekstremitas menghentak-hen- gejala delusi, paranoid dan waham keagamaan.3,4,5
tak selama 1-3 menit dan saat kejng pasien tidak Terapi epilepsi sebelumnya yaitu phenitoin
sadar, pola kejang pasien berdasarkan International 3 × 100mg intra oral, phenobarbital 3x60mg intra
League Againts Epilepsi (ILAE) 1981 yaitu bangki- oral dan asam folat 2 × 1mg intra oral, pasien
tan umum tonik klonik, bangkitan telah berulang sempat kejang beberapa kali karena lupa minum
selama 20 tahun dengan pola yang sama sehingga obat, dosis kemudian disesuaikan berdasarkan
telah dapat ditegakan diagnosis epilepsi. Kejang berat badan dan keteraturan jadwal minum obat.
pertama kali terjadi onset dini pada usia 26 tahun, Obat kejang saat ini yaitu phenitoin 2 × 200mg
tidak ada riwayat kejang demam atau kejang saat intra oral, phenobarbital 1 × 90mg intra oral, dan
bayi sehingga berdasarkan ILAE 1989 didiagnosis asam folat 2 × 400mcg intra oral. Selama perawatan
banding dengan epilepsi simtomatik dd/ idiopatik. hingga perawatan dirumah pasien tidak mengalami
Ganguan psikotik terjadi 6-12 kali lebih besar kejang. Kadar obat anti epilepsi yang tinggi atau
pada penderita epilepsi dibandingkan populasi kombinasi obat tertentu dapat mencetuskan gejala
umum.2,3 Insiden gangguan psikotik pada epilepsi psikotik, beberapa jenis obat tersebut yaitu etho-
sebesar 5-10%. Lebih sering terjadi pada wanita suximide, phenitoin, zonisamide, topiramate, dan
(57,1%), rerata usia 39,1 tahun, dan periode waktu vigabatrin.7
antara onset menderita epilepsi hingga terjadi gang- Terapi dari sejawat psikiatri yaitu risperidon
guan psikotik rerata 14,3 tahun.3,6 Pada kasus ini, 2 × 1 mg intra oral dan haloperidol 2,5 mg intra
pasien berusia 46 tahun, keluhan psikotik muncul muskular bila pasien gelisah. Terapi saat perawatan
pertama saat berusia 40 tahun, yaitu setelah pasien dirumah dilanjutkan dengan risperidon 2 × 1 mg
menderita epilepsi selama 20 tahun. Kondisi pada intra oral. Penanganan gangguan psikotik pada
pasien ini sesuai dengan teori. Epilepsi pada onset epilepsi yaitu penanganan masalah psikiatri, opti-
dini merupakan prediktor terjadinyanya gangguan malisasi obat anti epilepsi untuk mencegah kejang
psikotik pada epilepsi.3,6 Laporan kasus sebelum- berulang dan memulai terapi farmakologis anti
nya lelaki 52 tahun menderita epilepsi 20 tahun psikotik berdasarkan beratnya gejala, perilaku dan
dan tidak terkontrol, saat ini mengalami delusi fungsi sehari-hari. Kondisi psikotik yang muncul
yang menetap hingga membutuhkan perawatan akan lebih baik bila ditangani dengan obat anti
psikiater.8 psikotik sedini mungkin tanpa menunggu muncul-
Pada kasus ini dari anamnesis, pola kejang, nya gejala yang lebih berat.7
pemeriksaan fisik dan penunjang (EEG) didapat- Penanganan pada kondisi akut dapat diberikan
kan pola bangkitan umum tonik klonik dan tidak dopamine-blocker intra muskular seperti halo-
didapatkan pola bangkitan yang mengarah ke peridol dan promethazine. Pada kondisi ini dapat
epilepsi lobus temporal. Pada laporan sebelumnya diberikan obat anti psikotik generasi pertama
disebutkan bahwa pola bangkitan parsial kompleks yaitu phenothiazines, butyrophenones (seperti
(epilepsi lobus temporal) 71,4% dan bangkitan haloperidol), benzamides, thipins, dan obat anti
umum tonik klonik (28,6%) menjadi prediktor psikotik generasi kedua yaitu serotonin-dopamine

220 Medicina 2018; 49(2): 217-221 | doi: 10.15562/Medicina.v49i2.248


LAPORAN KASUS

antagonis (seperti risperidon), dibenzodiazepines, DAFTAR PUSTAKA


dan dopamine system stabilizer.7 Obat anti psikotik 1. Persatuan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI). Pedoman
pilihan yang dapat diberikan yaitu risperidon, olan- Tatalaksana Epilepsi. Jakarta : PERDOSSI 2014
zapine, dan quetiapine, sedangkan haloperidol dan 2. Clancy JM, Clarke CM, Connor JD, Cannon M, Cotter RD.
2014. The Prevalence of Psychosis in Epilepsy : a Systematic
pimozide adalah jenis anti psikotik tipikal dengan Review and Meta-Analysis. BMC Psychiatry 2014;14: 75
risiko rendah mencetuskan bangkitan dan tidak 3. Wang Q, Teng P, Luan G. 2017. Schizophrenia-Like
ada laporan kasus bangkitan akibat penggunaan Psychosis of Epilepsy: From Characters to Underlying
Mechanisms. Neuropsychiatry (London) S (1):
jenis obat ini. Clozapine, loxapine, dan chlorprom- 2017.h.10-15.
azine adalah jenis obat anti psikotik yang dihindari 4. Benedictis L, Dumais A, Nicole L, Grou C, Lesage AD.
karena dapat mencetuskan bangkitan.8 2013. A Patient with Medication-Resistant Epilepsy
Featuring Psychosensorial and Psychotic Symtoms
Tujuan utama penanganan pada kasus ini adalah Presenting with Significant Functional Improvement on
mencegah kejang berulang dengan mengoptimal- Psychotherapeutic Treatment: A Case Report. Journal of
kan dosis obat anti kejang sehingga mencegah Medical Case Reports, 2013;7:1-4
5. Sanjeev R, Pratikshya C, Pradeep P, Reet P, Aich TK.
gangguan psikotik muncul kembali. Schizophrenia Like Psychosisin Patients with Epilepsy
Case Report . Journal of Universal College of Medical
Science, 2013;1(2): 35-36
RINGKASAN 6. Leslie A. & Meador KJ. Epilepsy and Neuropsychological
Comorbidities. American Academy of Neurology,
Pasien lelaki, 46 tahun mengalami bangkitan 2013; 19(3): 682-96
umum tonik klonik didiagnosis dengan epilepsi 7. Adachi Naoto, Kanemoto Kousuke, Toffol Bertrand,
Akanuma Nozomi, Oshima Tomohiro, Mohan Adith,
simtomatik dd/ idiopatik. Setelah 14 tahun Sachdev Perminder. 2013. Basic Treatment Principles for
menderita epilepsi pasien mengalami gangguan Psychotic Disorders in Patient with Epilepsy. Epilepsia,
psikotik, diagnosis dari psikiatri yaitu gangguan 2013;54 (Suppl.1): 19-33,
8. Alves Filipa Martins, Alvarez Mercedes, Fonte Anibal.
mental lain Yang Di-Tentukan (YDT) akibat keru- 2016. The Other Fcae of the Seizure. International Journal
sakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik dan of Clinical Neurosciences and Mental Health 2016; 3:3
diagnosis banding: psiktik akut dan sementara
lainnya. Pasien mendapatkan teraapi penitoin
2 × 200mg intra oral, phenobarbital 1 × 90 mg intra
oral, risperidon 2 × 1 mg intra oral, dan haloperidol
2,5 mg intra muskular bila pasien gelisah. Respon This work is licensed under a Creative Commons Attribution
terapi baik dan pasien dapat kembali beraktivitas

Medicina 2018; 49(2): 217-221 | doi: 10.15562/Medicina.v49i2.248 221

Anda mungkin juga menyukai