Anda di halaman 1dari 62

PENDEKATAN PRINSIP

KEDOKTERAN KELUARGA
PADA PENDERITA EPILEPSI

Oleh:
dr. I Kadek Krisna Aditya, S.Ked
dr. Mahadian Ismail Nasution

Pembimbing:
dr. I Gusti Gede Widia
BAB I
PENDAHULUAN
Epilepsi adalah kelainan neurologis kronik yang dapat
mengenai seluruh usia. Di dunia, 50 juta orang
menderita epilepsi dan sebanyak 85% berada di negara
berkembang.

Penderita epilepsi merasakan berbagai pelanggaran dan


pembatasan dari hak sipil dan hak asasi manusia
mereka, seperti diskriminasi terhadap penderita
epilepsi di tempat kerja dan dalam hal untuk
memperoleh pendidikan

Sebagian besar anak dengan epilepsi bersikap baik di


sekolah dan mampu secara kognitif, tetapi mereka lebih
sering mengalami masalah dalam pembelajaran, karena
itu, perilaku guru terhadap epilepsi penting dalam
meningkatkan prestasi sekolah dan perkembangan
kemampuan sosial siswa
Di Indonesia, yang merupakan negara
berkembang, terdapat paling sedikit 700.000-
1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan
sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan
diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak-anak

Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu


pelayanan kesehatan personal atau pelayanan
kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Pelayanan kedokteran keluarga adalah termasuk
dalam pelayanan kedokteran dimana pelayanan
dokter keluarga ini memiliki karakteristik tertentu
dengan sasaran utamanya adalah keluarga.

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran


yang menyeluruh yang memusatkan pelayanan kepada
keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh
golongan umur atau jenis kelamin pasien juga tidak boleh
organ tubuh atau jenis penyakit tertentu. Pada Epilepsi
pelayanan dokter keluarga sangat diperlukan
Deskripsi Masalah
Masalah yang kami sorot kali ini yaitu masih
tingginya angka Epilepsi di Puskesmas Rendang.
Selain itu timbulnya kejang yang berulang pada
pasien Epilepsi juga sering. Pasien-pasien epilepsi
juga belum memahami tentang penyakit
tersebut. Selain itu, oleh karena beberapa hal,
pasien-pasien epilepsi tidak rutin untuk kontrol
atau memeriksakan kesehatannya ke puskesmas.
Untuk itu di puskesmas yang merupakan tingkat
pelayanan kesehetan primer, prinsip kedokteran
keluarga perlu diterapkan.
Untuk memberikan
Tujuan pengetahuan tentang penyakit
Epilepsi kepada penderita dan
kepada keluarga penderita di
Umum dusun Baler Pasar, desa
Menanga

Memberikan pengetahuan kepada


penderita dan keluarga terhadap penyakit

Tujuan Epilepsi sehingga dapat mengurangi angka


kekambuhan Epilepsi dengan
meningkatnya pengetahuan melalui
program penyuluhan.

Khusus Memberikan pengetahuan apa yang harus


dilakukan keluarga penderita epilepsi jika
penderita epilepsi mengalami kejang
Manfaat
Hasil mini project ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang dapat
Bagi membantu tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan yang optimal
Puskesmas di Puskesmas Rendang
Rendang

Dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi program mini project


Bagi selanjutnya
Pendidikan

Mendapatkan wawasan pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik


tentang hipertensi sehingga dapat mengurangi angka hipertensi di Dusun
Bagi
Masyarakat Baler Pasar Desa Menanga

Sebagai pengalaman yang sangat berharga dan dapat menambah


wawasan penulis mengenai pendekatan prinsip kedokteran keluarga
Bagi penulis kepada penderita epilepsi Dusun Baler Pasar Desa Menanga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai


.
Epilepsi etiologi, dengan gejala tunggal yang khas, yakni
kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik
neuron otak secara berlebihan dan paroksimal

manifestasi klinis dari bangkitan serupa yang


Bangkitan berlebihan dan abnormal, berlangsung secara
mendadak dan sementara, dengan atau tanpa
perubahan kesadaran, disebabkan oleh hiperaktifitas
epilepsi listrik sekelompok sel saraf di otak yang bukan
disebabkan oleh suatu penyakit otak akut.

Sindrom sekumpulan gejala dan tanda klinis epilepsi yang


terjadi bersama-sama meliputi berbagai etiologi,
umur, onset, jenis serangan, faktor pencetus dan
Epilepsi kronisitas
Epidemiologi

Amerika mempunyai angka


WHO melaporkan
rata-rata 12,59, 11,29 di
sebanyak sekitar 43 juta Angka rata-rata orang
Afrika, 9,4 di Mediterania
orang dengan epilepsi dengan epilepsi per
Timur, 8,23 di Eropa, dan
berasal dari 108 negara 1000 populasi adalah
3,66 di Pasifik Barat. Asia
yang mencakup 85,4% dari 8,93 dari 105 negara..
Tenggara memiliki angka
populasi dunia.
rata-rata sebanyak 9,97
Prevalensi epilepsi aktif dalam sejumlah besar
studi membuktikan keseragaman pada angka
4-10 per 1000 penduduk. Insidensi epilepsi di
negara maju adalah 24-53 per 100.000
populasi.

Terdapat beberapa studi kejadian epilepsi di


negara berkembang,menunjukkan 49,3-190 per
100.000 populasi. Tingkat insidensi tinggi di
negara berkembang yang dianggap sebagai akibat
dari infeksi parasit terutama neurosistiserkosis,
HIV, trauma, dan morbiditas perinatal

Meskipun di Indonesia belum ada data pasti tentang


prevalensi maupun insidensi, tapi sebagai suatu
negara berkembang yang penduduknya berkisar 220
juta, maka diperkirakan jumlah orang dengan
epilepsi yang masih mengalami bangkitan dan
membutuhkan pengobatan berkisar 1,8 juta orang
Etiologi

Gangguan biokimia atau metabolik dan


Aktivitas saraf abnormal akibat proses
lesi mikroskopik di otak akibat trauma
patologis yang mempengaruhi otak
otak pada saat lahir atau cedera lain

Pada bayi penyebab paling sering


Pada anak-anak dan remaja
adalah asfiksi atau hipoksia waktu
mayoritas adalah epilepsy idiopatik,
lahir, trauma intrakranial waktu lahir,
pada umur 5-6 tahun disebabkan
gangguan metabolik, malformasi
karena febril
congenital pada otak, atau infeksi

Pada usia dewasa penyebab lebih


bervariasi idiopatik, karena birth
trauma, cedera kepala, tumor otak
(usia 30-50 th), penyakit serebro
vaskuler (> 50 th)
Distribusi penyebab utama kejang di
berbagai usia
Klasifikasi
ILAE (1981) :
1. SERANGAN PARSIAL :
1.1 SERANGAN PARSIAL SEDERHANA (KESADARAN BAIK) :
1.1.1 DENGAN GEJALA MOTORIK.
1.1.2 DENGAN GEJALA SENSORIK.
1.1.3 DENGAN GEJALA OTONOM.
1.1.4 DENGAN GEJALA PSIKIS.
1.2 SERANGAN PARSIAL KOMPLEKS (KESADARAN TERGANGGU) :
1.2.1 SERANGAN PARSIAL SEDERHANA DIIKUTI DENGAN
GANGGUAN KESADARAN.
1.2.2 GANGGUAN KESADARAN SAAT AWAL
SERANGAN.
1.3 SERANGAN UMUM SEKUNDER :
1.3.1 SERANGAN PARSIAL SEDERHANA
MENJADI TONIK KLONIK.
1.3.2 SERANGAN PARSIAL KOMPLEKS
MENJADI TONIK KLONIK.
1.3.3 SERANGAN PARSIAL SEDERHANA
MENJADI PARSIAL KOMPLEKS,
KEMUDIAN MENJADI
TONIK KLONIK.
2. SERANGAN UMUM :
2.1 ABSANS (LENA).
2.2 MIOKLONIK.
2.3 KLONIK.
2.4 TONIK.
2.5 TONIK KLONIK.
2.6 ATONIK.

3. TIDAK TERGOLONGKAN.
PATOFISIOLOGI
Gangguan Neurotransmitter di sinaps
( Eksitatorik > Inhibitorik )

Gangguan metabolisme ion di


neuron

Menurunnya ambang lepas muatan


neuron

Depolarisasi

Lepas muatan listrik secara sinkron


dengan jumlah besar

KEJANG
Peranan Neurotransmitter
1. Eksitatorik ( Glutamat dan Aspartat )
merangsang timbulnya dan lamanya kejang
2. Inhibitorik ( GABA dan Glisin )
menghambat, menekan dan membatasi
penyebaran kejang
Gejala

Kejang parsial simplek


Serangan dimana pasien akan tetap sadar. Pasien akan
mengalami gejala berupa djvu : perasaan dimana
pernah melakukan sesuatu yang sama sebelumnya.
Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-
tiba dan tidak dapat di jelaskan.
Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-
tusuk jarum pada bagian tubuh tertentu.
Gerakan yang tidak dapat di kontrol pada bagian
tubuh tertentu
Halusinasi
Kejang parsial (psikomotor) kompleks

Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan


biasanya bertahan lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar
sebagian dan kemungkinan besar tidak akan mengingat
waktu serangan.
Gejalanya meliputi :
gerakan seperti mencucur atau mengunyah
melakukan gerakan yang sama berulang ulang atau
memainkan pakaiannya
Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan
berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung
Gerakan menendang atau meninju yang berulang ulang
Berbicara tidak jelas seperti menggumam
Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).

Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua


tahap: tahap tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan.
Pada serangan jenis ini pasien dapat hanya mengalami tahap
tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura.
Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum serangan dapat
berupa : merasa sakit perut , baal, kunang kunang , telinga
berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat : kehilangan kesadaran,
kehilangan keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang,
berteriak tanpa alasan yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau
lidah. Pada saat fase klonik : terjadi kontraksi otot yang berulang
dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air besar tidak dapat
di kontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan
merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan semacam
ini.
Diagnosis
Pola / bentuk serangan, Lama serangan, Gejala sebelum, selama dan paska
serangan, Frekuensi serangan, Faktor pencetus, Ada / tidaknya penyakit lain
Anamnesis yang diderita sekarang, Usia saat serangan terjadinya pertama, Riwayat
kehamilan, persalinan dan perkembangan, Riwayat penyakit, penyebab dan
terapi sebelumnya, Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

Pemeriksaan Pada kulit dicari adanya tanda neurofibromatosis berupa bercak-bercak


coklat, bercak-bercak putih, dan adenoma seboseum pada muka pada

fisik umum dan sklerosi tuberose. Hemangioma pada muka dapat menjadi tanda adanya
penyakit Sturge-Weber. Pada toksoplasmosis, fundus okuli mungkin
menunjukkan tanda-tanda korio renitis. Mencari kelainan bawaan, asimetri
neurologis pada kepala, muka, tubuh,ekstrimitas.

Pemeriksaan Radiologis, Psikologis/psikiatris,Elektro ensefalografi (EEG)


Penunjang
PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari terapi epilepsi adalah
tercapainya kualitas hidup penderita yang
optimal. Ada beberapa cara untuk mencapai
tujuan tersebut antara lain menghentikan
bangkitan, mengurangi frekuensi bangkitan
tanpa efek samping ataupun dengan efek
samping seminimal mungkin serta
menurunkan angka kesakitan dan kematian
OAE
Blok sodium channel konduktan pada neuron, bekerja
Karbamazepin juga pada reseptor NMDA, monoamine dan asetilkolin

Blok sodium channel dan inhibisi aksi konduktan


Fenitoin kalsium dan klorida dan neurotransmitter yang voltage
dependen

Meningkatkan aktivitas reseptor GABA , menurunkan


Fenobarbital eksitabilitas glutamate, menurunkan konduktan
natrium, kalium dan kalsium

Diduga aktivitas GABA glutaminergik, menurunkan


Valproat ambang konduktan kalsium (T) dan kalium

Levetiracetam Tidak Diketahui


Gabapentin Modulasi kalsium channel tipe N

Lamotrigin Blok konduktan natrium yang voltage dependent

Blok sodium channel, meningkatkan konduktan


Okskarbazepin kalium, modulasi aktivitas channel

Blok sodium channel, meningkatkan influks GABA-


Topiramat Mediated chloride, modulasi efek reseptor GABA

Blok sodium, potassium, kalsium channel. Inhibisi


Zonisomid eksitasi glutamate.
Definisi Dokter Keluarga dan
Pelayanan Dokter Keluarga
Dokter keluarga Pelayanan dokter keluarga

dokter yang dapat pelayanan kedokteran yang


memberikan pelayanan menyeluruh yang memusatkan
kesehatan yang berorientasi pelayanan kepada keluarga
komunitas dengan titik berat sebagai suatu unit, dimana
kepada keluarga, ia tidak tanggung jawab dokter
hanya memandang penderita terhadap pelayanan kesehatan
sebagai individu yang sakit tidak dibatasi oleh golongan
tetapi sebagai bagian dari unit umur atau jenis kelamin
keluarga dan tidak hanya pasien juga tidak boleh organ
menanti secara pasif tetapi tubuh atau jenis penyakit
bila perlu aktif mengunjungi tertentu
penderita atau keluarganya
Karakteristik Dokter Keluarga
yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang perorang melainkan
sebagai anggota satu keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat
sekitarnya.
Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
memberikan perhatian kepada penderita secara lengkap dan sempurna,
jauh melebihi jumlahkeseluruhan keluhan yang disampaikan.
Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan
mengenal serta mengobati penyakit sedini mungkin.
Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya.
Yang menyediakan dirinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat
pertamadan bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan
Manfaat Kedokteran keluarga
Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan
hanya terhadap keluhan yang disampaikan.
Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan
pelayanan kesehatan.
Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah,
terutama ditengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.
Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu
masalah kesehatan tidak menimbulkan pelbagai masalah lainnya.
Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanani maka segala keterangan tentang
keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.
Akan dapat diperhitungkan pelbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit,
termasuk faktor sosial dan psikologis.
Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tatacara yang lebih
sederhana dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
Akan dapat dicegah pemakaian pelbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan
biaya kesehatan.
Ruang Lingkup
Kedokteran
Keluarga

Kegiatan yang Sasaran


dilaksanakan Pelayanan

Tata cara pelayanan


Jenis pelayanan tidak diselenggarakan pelayanan
yang secara terkotak-kotak kedokteran juga Pendekatan pada
diselenggarakan ataupun terputus- memusatkan penyelenggaraan
mencakup semua putus melainkan perhatiannya pelayanan didekati
jenis pelayanan diselenggarakan hanya pada dari berbagai sisi
kedokteran yang secara terpadu keluhan dan seperti fisik, mental
dikenal di (integrated) dan masalah yang jg dan sosial (secara
masyarakat berkesinambungan tak disampaikan holistik).
(continu)
Ruang Lingkup
Kedokteran
Keluarga

Kegiatan yang Sasaran


dilaksanakan Pelayanan

harus memperhatikan
kebutuhan dan tuntutan
kesehatan keluarga sebagai satu
kesatuan, harus memperhatikan
pengaruh masalah kesehatan
yang dihadapi terhadap
keluarga dan harus
memperhatikan pengaruh
keluarga terhadap masalah
kesehatan yang dihadapi oleh
setiap anggota keluarga.
BAB III
METODE
melakukan kunjungan terhadap penderita penyakit Epilepsi
serta memberikan pengetahuan kepada penderita dan keluarga
Jenis penderita Epilepsi
Kegiatan

Pelaksanaan mini project berlokasi di Dusun Baler Pasar Desa


Menanga Rendang pada tanggal 11 Februari 2017 pukul 11.00-
Tempat & 13.00 dan tanggal 16 Februari 2017 jam 11.00-13.00
Waktu

Sasaran kegiataan mini project ini adalah penderita dan


Sasaran keluarga penderita Epilepsi.
Kegiatan
Pengumpulan data melalui data primer, yaitu anamnesis atau
Metode
wawancara kepada penderita Epilepsi dan juga pemeriksaan
Pengumpulan Data fisik pada penderita epilepsi.

Mencari masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja


Puskesmas Rendang. Ditemukan bahwa berdasarkan data
menunjukkan kasus Epilepsi cukup banyak di Rendang.
Mencari referensi mengenai Epilepsi dan intervensi yang dapat
Langkah langkah dilakukan.
Pelaksanaan Mini
Menyusun materi yang akan disampaikan kepada penderita dan
Project keluarga penderita Epilepsi
Menganalisis data primer yang sudah didapatkan sebelumnya,
lalu menghubungkan dengan prinsip pendekatan kedokteran
keluarga. Penyusunan laporan

Evaluasi kegiatan dengan menanyakan kembali tentang


Evaluasi materi yang telah disampaikan kepada penderita dan
keluarga penderita serta menjawab pertanyaan yang
disampaikan oleh penderita dan keluarga penderita Epilepsi
BAB IV
HASIL
PROFIL KOMUNITAS UMUM
Kondisi Geografis

Desa Nongan : 6,43 km2


Utara : Kabupaten Bangli Desa Menanga : 15,40 km2
Selatan : Kabupaten Klungkung Desa Rendang : 9,54 km2
Timur : Kecamatan Selat Desa Pempatan : 53,78 km2
Barat : Kabupaten Bangli Desa Besakih : 21,23 km2
Desa Pesaban : 3,22 km2

Kondisi Demografis

Penduduk tahun 2014 39.215 jiwa


Terbanyak Pempatan yaitu 9.746 jiwa
Sedikit Pesaban yaitu 2.612 jiwa
Sarana Pelayanan
Kesehatan

Di Kecamatan Rendang : waktu tempuh dari


masing-masing desa
1 Puskesmas Kecamatan
ke puskesmas
yang terletak di Desa
bervariasi antara 5-
Menanga
20 menit.
6 puskesmas pembantu
62 posyandu yang tersebar di 6 desa :
14 buah di Desa Nongan dan Desa
Rendang poskesdes :
11 buah masing-masing di Desa 1 di Desa Nongan
Pempatan dan Desa Besakih 3 di Desa Pempatan
8 di Desa Menanga
4 di Desa Pesaban.
Sumber Daya
Kesehatan
Tenaga kesehatan yang melayani
masyarakat di Puskesmas Induk
Kecamatan Rendang : Pustu :
dokter umum 5 orang 2 orang perawat kesehatan
dokter gigi 3 orang (DIII), dan 6 bidan
lulusan akper 8 orang poskesdes :
akbid 10 orang 4 orang bidan
akademi gizi 1 orang
akademi kesehatan gigi 3 orang
kader posyandu :
akademi kesling 5 orang
325 orang kader desa yang
analis kesehatan 1 orang
terbagi dalam 62 posyandu
SPK (perawat kesehatan) 3 orang
di 6 desa
SPRG (perawat gigi) 2 orang
pengelola obat 1 orang
sanitarian 1 orang
Angka Kunjungan Pasien Epilepsi
selama tahun 2016
Jenis Kelamin
No. Bulan Total kunjungan
Laki-Laki Perempuan

1 Januari 25 11 36

2 Februari 33 9 42

3 Maret 31 8 39

4 April 23 13 36

5 Mei 23 11 34

6 Juni 30 9 39

7 Juli 25 8 33

8 Agustus 32 11 43

9 September 22 10 32

10 Oktober 28 11 39

11 November 29 9 38

12 Desember 34 9 43
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IKP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 23 tahun
Tanggal lahir : 17 September 1993
Alamat : Dusun Baler Pasar
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Hindu
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Pendidikan : SMA
Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit
Sekarang Dahulu

Kejang meskipun sudah Riwayat kejang saat usia sekitar 12


mengkonsumsi carbamazepine tahun
Kejang terjadi tiba-tiba saat Pasien sudah pernah EEG namun
beraktivitas maupun beristirahat hasilnya tidak diberikan
Kejang seluruh tubuh disertai kaku Riwayat trauma kepala atau infeksi
dan kelojotan disangkal
Saat kejang, mata memandang
keatas, lidah tidak tergigit tapi keluar
lendir berbusa
Kejang berlangsung kurang lebih 15
menit
Setelah kejang pasien mengaku
tersadar
Kejang terjadi < 1 kali dalam
seminggu
Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki keluhan serupa

Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku mengkonsumsi carbamazepim untuk keluhan kejangnya

Riwayat Kebiasaan

Pasien menyangkal memiliki riwayat kebiasaan merokok maupun minum minuman


beralkohol. Pasien jarang berolahraga.

Riwayat Sosial

Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Kakak pertama berumur 24 tahun dan
sedang bekerja di Badung. Ayah pasien bekerja sebagai buruh serabutan dan ibu pasien
bekerja sebagai ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan keluarga harmonis. Pasien
mempunyai banyak teman dan sering bersosialisasi dengan tetangga.
Lingkungan Tempat Tinggal

Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan tinggal di Dusun Baler Pasar Desa Menanga.
Perkarangan rumah pasien yang ditempati terdiri dari 5 bangunan utama. Bangunnan rumah
permanen dengan tembok. Ventilasi rumah pasien cukup. Pencahayaan rumah pasien cukup.
Kebersihan rumah pasien cukup.
PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis tampak sakit ringan
Tekanan darah : 120/80 mmHg,
Denyut nadi : 84 x/mnt, isi cukup, irama regular teratur
Frekuensi Nafas : 18 x /mnt
Suhu : 36,3oC
BB : 60 kg
TB : 165 cm
BMI : 22, 03 (gizi cukup)

B. Status Generalis
Kepala : tidak ada kelainan bentuk, simetris.
Mata : Konj. anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Telinga : Otorea (-)
Hidung : Rhinorea (-), Deviasi septum (-)
Mulut : bibir sianosis (-)
Leher : tak ada kelainan
Contd.................

Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC 5 linea midklavikula sinistra
Perkusi : batas jantung kiri atas: SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIC IV linea parasternal sinistra
Batas jantung kanan atas : SIC II linea parasterna dekstra
Batas jantung kanan bawah SIC V linea midklavikula dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, gallop (-), murmur (-)

Paru-paru
Inspeksi : gerakan dada simetris
Palpasi : fremitus taktil sama di paru dekstra-sinitra anterior
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
Contd.................

Abdomen
Inspeksi : bentuk normal, distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) Normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen

Ekstremitas
Edema (-), sianosis (-), jari tabuh (-), capillary refill < 2 detik pada
anggota gerak atas dan bawah.
Status Neurologis
Status Neurologis
Kesadaran : - Kualitatif : CM
- Kuantitaif : E4M6V5
Pupil : Bentuk bulat, isokor, diameter 3mm/3mm refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
Tanda Rangsang meningeal :
Kaku kuduk :-
Brudzinsky 1 :-
Brudzinsky 2 : -|-

Nervus kranialis : dalam batas normal


Motorik : dalam batas normal
Sensorik : dalam batas normal
Refleks fisiologis : Bisep +/+, Triseps +/+, Patella +/+, Achilles +/+
Refleks patologis : Babinski (-/-), Hofmann-Trommer (-/-)
Sistem saraf otonom : Inkontinensi urin (-), inkontinensia alvi (-)
Fungsi Luhur : tidak ada gangguan fungsi luhur
DIAGNOSIS
Epilepsi serangan umum bangkitan tonik klonik
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa Non Medikamentosa


Carbamazepine 3x1 Edukasi pertolongan
Vit. B kompleks 1x1 pertama saat pasien
mengalami serangan
BAB V
DISKUSI
TINJAUAN PUSTAKA KASUS

Epilepsi adalah gangguan pada otak Pasien laki-laki 29 tahun memiliki


yang menyebabkan terjadinya kejang keluhan kejang. Kejang terjadi tiba-
berulang. Kejang terjadi ketika tiba saat pasien sedang dalam
aktivitas listrik dalam otak tiba-tiba keadaan beraktivitas maupun saat
terganggu. beristirahat.

Insiden penyakit epilepsi terbanyak Keluhan kejang dirasakan sejak


terjadi pada usia 5 14 tahun pasien berumur 12 tahun

Epilepsi tonik klonik / grandmal Kejang terjadi diseluruh tubuh


Penderita akan jatuh disertai disertai kaku dan kelojotan, pasien
dengan teriakan kekauan dalam keadaan tidak sadar
tubuh dan kelonjotan Saat kejang pasien mengatakan mata
saat serangan penderita memandang keatas, keluar lendir
tidak sadar, bisa menggigit lidah berbusa dari mulut pasien.
atau bibirnya Setelah kejang pasien tersadar dan
Pasca serangan sadar dan merasa pusing lalu tertidur karena
merasa lemas dan tertidur lemas.
TINJAUAN PUSTAKA KASUS

Pemeriksaan penunjang yang Pasien sebelumnya sudah


dianjurkan untuk penderita epilepsi melakuakan pemeriksaan EEG dan
adalah EEG. Pemeriksaan EEG harus dari hasil pemeriksaan EEG pasien
dilakukan pada semua pasien dikatakan menderita epilepsi. Namun
epilepsi dan merupakan pasien tidak diberikan hasil EEG yang
pemeriksaan penunjang yang paling dilakukan di Rumah Sakit Klungkung.
sering dilakukan untuk rnenegakkan
diagnosis epilepsi.

Prinsip penanggulangan bangkitan Untuk pengobatan pasien diberikan


epilepsi blok kanal natrium, carbamazepine 3 x 1 dan vitamin B
kalsium, penggunaan potensi efek komplex 1x1
inhibisi seperti GABA dan
menginhibisi transmisi eksitatorik
glutamat.
Obat antiepilepsi karbamazepin,
klobazam, klonazepam, gabapentin,
fenobarbital, fenitoin, asam valproat
Mengalami epilepsi bukan suatu kutukan, kehinaan
atau menularkan ke orang lain. Sangat penting
bahwa keluarga dan teman menghormati
kebebasan penyandang epilepsi.

Edukasi penderita Epilepsi untuk mengenai


keselamatan diri sendiri. Bila ada gejala akan terjadi
EDUKASI serangan kejang/bangkitan maka dapat
mempersiapkan diri agar tak celaka

Penderita Epilepsi diingatkan untuk makan


makanan yang bergizi serta mengurangi bahan-
bahan penyedap yang dapat memperparah
penyakit Epilepsi. Selain itu juga perlu diingatkan
untuk tetap berdoa kepada Tuhan dan tetap
bersyukur dengan keadaan yang ada.
Menjelaskan kepada
keluarga pasien tentang
penyakit dan penanganan
pertama saat kejang
berulang

Menjelaskan kepada
keluarga pasien untuk selalu
memberikan dukungan
Edukasi terhadap penyakit pasien
dan selalu mengingatkan
untuk berobat

Menjelaskan kepada
keluarga pasien untuk
selalu menemani pasien
saat melakukan aktivitas
di luar rumah karena
kejang dapat berulang
kapan dan dimana saja
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN SARAN

Epilepsi adalah gangguan pada otak Paramedis


yang menyebabkan terjadinya kejang Edukasi pasien untuk rutin
berulang. Kejang terjadi ketika mengkonsumsi obat
aktivitas listrik dalam otak tiba-tiba Edukasi kepada keluarga pasien juga
terganggu. penting untuk mengawasi pasien
minum obat
Kejang dapat digolongkan menjadi Edukasi mengenai tindakan tidakan
kejang parsial dan kejang umum, pertolongan pertama yang dapat
tergantung pada banyaknya area dilakukan saat pasien kejang di rumah
otak yang terpengaruh. Sebaiknya dilakukan kunjungan rumah
saat pasien tidak mencari obat
Gejala epilepsi dapat dikontrol
dengan menggunakan obat anti Paisen
kejang. Hampir delapan dari sepuluh Untuk pasien epilepsi agar lebih
orang dengan epilepsi gejala kejang memperhatikan keaadaan sekitarnya.
yang mereka alami dapat dikontrol Pasien harus banyak beristirahat untuk
dengan baik oleh obat anti kejang. menghindari kelelahan dan makan
makanan bergizi.
DOKUMENTASI
Gambar 1. Kunjungan pertama pada Gambar 2. Kunjungan kedua pada
tanggal 11 Februari 2017 tanggal 16 Februari 2017
Gambar 6. Keadaan di dalam Gambar 7. Keadaan kamar tidur pasien
perkarangan tempat tinggal pasien. bagian luar

Anda mungkin juga menyukai