Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Traktus urinarius bagian bawah memiliki dua fungsi utama, yaitu: sebagai
tempat untuk menampung produksi urine dan sebagai fungsi ekskresi. Fungsi
kandung kencing normal memerlukan aktivitas yang terintegrasi antara sistem
saraf otonomi dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai refleks
fungsi destrusor dan sfingter meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis
bagian sakral, sehingga penyebab neurogenik dari gangguan kandung kencing
dapat diakibatkan oleh lesi pada berbagai derajat. 1
Retensi urin merupakan suatu keadaan darurat urologi yang paling sering
ditemukan dan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Retensi Urin adalah
ketidakmampuan seseorang untuk mengeluarkan urin yang terkumpul di
dalam buli-buli hingga kapasitas maksimal buli-buli terlampaui.2
Salah satu penyebab retensi urine adalah BPH. Benign Prostat Hyperplasia
merupakan penyakit yang sering diderita pada pria. Di klinik 50 % dijumpai
penderita BPH berusia 60-69 tahun, yang menimbulkan gejala-gejala bladder
outlet obstruction. Pada wanita Salah satu komplikasi umum yang terjadi
setelah proses persalinan, baik persalinan pervaginam atau sectio caesarea
adalah retensi urin postpartum. Pada tahun 1998, dr. Kartono dkk dari FKUIRSCM Jakarta melansir data bahwa terdapat 17,1% kejadian retensi urin pada
ibu melahirkan yang telah dipasang kateter selama enam jam dan 7,1% untuk
yang dipasang selama 24 jam pasca operasi sectio caesarea. Yip SK
(Hongkong, 1997) melaporkan terdapat angka 14,6% untuk kasus retensi urin
postpartum pervaginam. 2

B.

TUJUAN
Makalah ini disusun dengan harapan setiap pembaca khususnya kalangan

medis, lebih mengetahui tentang retensi urin.


SUMBER
1. Purnomo, B., 2012. Disfungsi Saluran Kemih Sebelah Bawah. DasarDasar Urologi. Sagung Seto: Malang.
2. Gardjito, Widjoseno. 2008. Retensi

Urin

Permasalahan

Penatalaksanaannya. JURI VOLL 4 No.2 TAHUN 2008.

dan

Struktur anatomi dan fisiologi sistem urinaria bagian bawah 1,2


Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli-buli dan uretra yang
keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam
menyimpan (storage) dan mengeluarkan (voiding) urine. Buli-buli merupakan
organ berongga yang terdiri atas mukosa, otot polos detrusor, dan serosa. Pada
perbatasan antara buli-buli dan uretra, terdapat sfingter uretra interna yang terdiri
atas otot polos.

Gambar 1
Anatomi Saluran Kemih Bawah2
Sfingter interna ini selalu tertutup pada saat fase pengisian (filling) atau
penyimpanan, dan terbuka pada saat isi buli-buli penuh dan miksi atau
pengeluaran (evacuation). Disebelah distal dari uretra posterior terdapat sfingter
uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris dan otot dasar panggul. Sfingter ini
membuka pada saat miksi sesuai dengan perintah dari korteks serebri.
Pada fase pengisian, terjadi relaksasi otot detrusor dan pada fase
pengeluaran urine terjadi kontraksi otot detrusor. Selama pengisian urine, buli-buli
mampu untuk melakukan akomodasi yaitu meningkatkan volumenya dengan
mempertahankan tekanannya dibawah 15 cmH2o, sampai volumenya cukup besar.
Sifat buli-buli seperti ini disebut sebagai komplians buli-buli (bladder
compliance), yang dinyatakan dalam rumus : C = V/P
Jika terjadi kerusakan dinding buli-buli sehingga viskoelastisitas buli-buli
terganggu, komplians buli-buli menurun, yang berarti bahwa pengisian urine

pada volume tertentu (V) akan menyebabkan kenaikan tekanan intravesika (P)
yang cukup besar.
Neurofisiologi buli buli dan uretra1,2
Sistem saluran kemih bagian bawah mendapatkan inervasi dari serabut
saraf aferen yang berasal dari buli buli dan uretra, serta serabut eferen berupa
system parasimpatetik. Simpatetik dan somatic. Serabut aferen dari dinding buli
buli menerima impuls strech reseptor (reseptor rangsangan) dari dindinga buli
buli yang dibawa oleh nervus pelvikus ke korda spinalis S2-4 dan diteruskan
sampai ke otak melalui traktus spinortalamikus. Signal ini akan memberikan
informasi kepada otak tentang volume urin di dalam buli-buli. Jalur aferen dari
sfingter uretra eksterna dan uretra mengenal sensasi suhu, nyeri, dan adanya aliran
urin di dalam uretra. Impuls ini dibawa oleh nervus pudendus menuju ke korda
spinalis S2.
Serabut eferen parasimpatetik berasal dari korda spinalis S2-4 dibawa oleh
nervus pleksikus dan memberikan inervasi pada otot detrusor. Asetilkolin (Ach)
adalah neurotransmitter yang berperan dalam penghantaran signal saraf
kolinergik, yang setelah berikatan dengan reseptor muskarinik menyebabkan
kontraksi otot-otot detrusor. Reseptor muskarinik yang banyak berperan di dalam
kontraksi buli buli adalah M2 dan M3. Peranan system parasimpatetik pada proses
miksi berupa kontraksi detrusor, dan terbukanya sfingter uretra.

Gambar 2
Inervasi Saluran Kemih Bawah 2
Serabut saraf simpatetik brasal dari korda spinalis segmen torako-lumbal
(T10-L2) yang dibawa oleh nervus hipogastrikus menuju buli-buli dan uretra.
Terdapat 2 jenis reseptor adrenergic yang letaknya berbeda di dalam buli buli dan
uretra, yaitu reseptor adrenergic yang , banyak terdapat pada leher buli-buli
(sfingter interna) dan uretra posterior, serta reseptor adrenergic yang banyak
terdapat pada fundus buli buli. Rangsangan pada reseptor adrenergic
menyebabkan kontarksi, sedangkan pada menyebabkan relaksasi. System
simpatis ini berperan pada fase pengisian yaitu menyebabkan terjadinya: (1)
Relaksasi otot detrusor karena stimulasi adrenergic dan (2) kontraksi sfingter
interna serta uretra posterior karena stimulasi adrenergic yang bertujuan untuk
mempertahankan resistensi uretra agar selama fase pengisian urin tidak bocor
(keluar) dari buli buli.

Serabut saraf somatic berasal dari nucleus Onuf yang berada di kornu
anterior korda spinal S2-4 yang dibawa oleh nervus pudendus dan menginervasi
otot bergaris sfingter eksterna dan otot otot dasar panggul. Perintah dari korteks
serebri (secara disadari) menyebabkan terbukanya sfingter eksterna pada saat
miksi.
Pada saat buli-buli terisi oleh urin dari kedua ureter, volume buli-buli
bertambah besar karena ototnya mengalami peregangan. Regangan itu
menyebabkan stimulasi pada stretch receptor yang berada di dinding buli-buli
yang kemudian memberikan signal kepada otak tentang jumlah urin yang mengisi
buli-buli. Setelah kurang lebih terisi separuh dari kapasitasnya, mulai dirasakan
oleh otak adanya urin yang mengisi buli-buli.
Pada saat buli-buli sedang terisi, terjadi stimulasi pada system simpatetik
yang mengakibatkan kontraksi sfingter uretra interna (menutupnya leher bulibuli), dan inhibisi system parasimpatetik berupa relaksasi otot detrusor. Kemudian
pada saat buli-buli terisi penuh dan timbul keinginan untuk miksi, timbul stimulasi
system parasimpatetik dan menyebabkan kontraksi otot detrusor, serta inhibisi
system simpatetik yang menyebabkan relaksasi sfingter interna (terbukanya leher
buli-buli. Miksi kemudian terjadi jika terdapar relaksasi sfingter uretra eksterna
dan tekanan kntravesikal melebihi tekanan intrauretra.
Kelainan pada unit vesiko-uretra dapat terjadi pada fase pengisian atau
pada fase miksi. Kegagalan buli-buli dalam menyimpan urin menyebabkan urin
tidak sempat tersimpaan di dalam buli-buli dan bocor keluar buli-buli, yaitu pada
inkontinensia urin; sedangkan kelainan fase miksi menyebabkan urin tertahan di
dalam buli-buli sampai terjadi retensi urin.
SUMBER
Purnomo, B., 2012. Disfungsi Saluran Kemih Sebelah Bawah. Dasar-Dasar
Urologi. Malang: Sagung Seto.
Upjohn,
2014.
Lower

Urinary

Tract.

Available

http://www.urolog.nl/urolog/php/content.php?
doc=overactivebladder&profmenu=yes. [Accessed June 15th 2015]

at:

BAB III
LaporanKasus
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Viky Msrkisno Ginting
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 1 tahun 3 bulan
No. Rekam Medik
: 00.64.45.99
Ruangan
: RB4
Tanggal masuk
: 9 Juni 2015
ANAMNESIS
Keluhan utama

: Buang air kecil tersendat

Telaah

: Hal ini dialami pasien sejak 1 bulan ini. Pasien akan

menangus jika ingin buang air kecil. Riwayat demam dijumpai, demam dijumpai
apabila pasien tidak buang air kecil. Muntah tidak dijumpai. Pasien buang air

kecil jika dipasang dengan urin kateter. Batuk tidak dijumpai, pilek tidak
dijumpai. Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Efarina dengan diagnosis
Susp. Neurogenik bladder + ISK kompleks.
RPT

: Tidak jelas

RPO

: Tidak jelas

STATUS PRESENS
Sensorium

: Compos Mentis

Tekanandarah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 92 x/menit

Pernafasan

: 24 x/menit

Suhu

: 37,4 C

PEMERIKSAAN FISIK
Kepala
Mata: pupil isokor 3mm, reflekscahaya (+/+), konjungtiva palpebra inferior
pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Telinga/ hidung/ mulut: dalambatas normal
Leher

: TVJ R-2 cm H2O

Toraks
Inspeksi

: simetris fusiformis

Palpasi

: stem fremitus kanan=kiri, kesan normal

Perkusi

: sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi

: suara pernapasan vesikuler, suara tambahan (-)

Abdomen
Inspeksi

: simteris

Palpasi

: H/L/R : teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: peristaltik (+) normal

Ekstremitas : dalambatas normal


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium
9 Juni 2015
JENIS PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI
DarahLengkap (CBC)
Hemoglobin (HBG)
Eritrosit (RBC)
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit (PLT)
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PCT
PDW
Hitung jenis
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil Absolut
Limfosit Absolut
Monosit Absolut
Eosinofil Absolut
Basofil Absolut
HATI
Albumin
GINJAL
Ureum
Kreatinin
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)

SATUAN

HASIL

RUJUKAN

g%
105/mm3
103/mm3
%
103/mm
Fl
Pg
g%
%
fL
%
fL

11.00
4.05
14.03
33.0
533
81.50
27.20
33.30
13.90
8.00
0.43
8.1

13.2-17.3
4.20 4.87
4.5 11.0
43 49
150 450
85 95
28 32
33 35
11.6 14.8
7.0 10.2

%
%
%
%
%
103/l
103/l
103/l
103/l
103/l

34.2
46.80
8.30
8.10
2.600
4.78
6.57
1.17
1.14
0.37

37 80
20 40
28
16
01
2.7 6.5
1.5 3.7
0.2-0.4
0 0,10
0 0,1

g/dL

4.1

3.8 5.4

mg/ dL
mg/ dL

43.00
0.28

<50
0.70 1,20

mEq/L
mEq/L

136
5.3

135 155
3.6 5.5

Klorida (Cl)
Calcium (Ca)

mEq/L
mEq/L

Kesimpulan:
Dd 1. Retensi urin ec. Posterior urethral valve
2. Retensi urin ec. Vesico urethral valve
3. Retensi urin ec. Uretro pelvic juntion
DIAGNOSA KERJA
Retensi urin ec. Posterior urethral valve
PENATALAKSANAAN

Tirah baring
Diet MB
IVFD RL 20 gtt/i
Inj Ceftriaxone 1 gr/12jam
Inj Ranitidin 50 mg/12 jam
Inj Ketorolac 30 mg/8jam

100
10.3

96 106
8.4-10.4

Anda mungkin juga menyukai