Anda di halaman 1dari 9

BAB V

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 29 tahun memiliki keluhan kejang yang dirasakan
sudah dari seminggu terakhir terjadi setiap hari. Kejang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang
dalam keadaan beraktivitas maupun saat beristirahat. Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai
kaku dan kelojotan, pasien dalam keadaan tidak sadar. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka
dimana epilepsi merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling umum terjadi dan
mengenai sekitar 50 juta orang di dunia. Epilepsi berupa suatu kondisi yang berbeda-beda
ditandai dengan kejang yang tiba-tiba dan berulang.(WHO, 2012) Epilepsi merupakan
manifestasi gangguan fungsi otak dengan berbagai etiologi, dengan gejala tunggal yang khas,
yakni kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik neuron otak secara berlebihan dan
paroksimal. Epilepsi ditetapkan sebagai kejang epileptik berulang (dua atau lebih), yang tidak
dipicu oleh penyebab yang akut (Markand, 2009).
Keluhan kejang tersebut sudah dirasakan sejak pasien berumur 12 tahun. Hal ini seusai
dengan tinjauan pustaka dimana insiden dari penyakit epilepsi terbanyak terjadi pada usia 5
14 tahun. Di Indonesia, yang merupakan negara berkembang, terdapat paling sedikit 700.000-
1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan
diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak-anak (Suwarba, 2011). Penelitian tentang insidensi
epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta tahun 2004-2008 menunjukkan kasus terbesar sebanyak
30,02% terjadi pada usia 5-14 tahun atau usia sekolah (Putri, 2009).
Pasien mengatakan kejang terjadi tiba-tiba saat pasien sedang dalam keadaan beraktivitas
maupun saat beristirahat. Kejang terjadi diseluruh tubuh disertai kaku dan kelojotan, pasien
dalam keadaan tidak sadar. Berdasarkan tinjauan pustaka pasien mengalami epilepsi tipe
tonik klonik atau bisa disebut epilepsi grandmal. Merupakan jenis serang klasik epilepsi
serangan ini di tandai oleh suatu sensasi penglihatan atau pendengaran selama beberapa saat
yang diikuti oleh kehilangan kesadaran secara cepat. Secara tiba-tiba penderita akan jatuh
disertai dengan teriakan, pernafasan terhenti sejenak kemudian diiukti oleh kekauan tubuh.
Setelah itu muncul gerakan kejang tonik-klonik (gerakan tonik yag disertai dengan relaksaki).
Pada saat serangan, penderita tidak sadar, bisa menggigit lidah atau bibirnya sendiri, dan bisa
sampai mengompol. Pasca serangan, penderita akan sadar secara perlahan dan merasakan
tubuhnya terasa lemas dan biasanya akan tertidur setelahnya.
Saat kejang pasien mengatakan mata memandang keatas, lidah tidak tergigit tapi keluar
lendir berbusa dari mulut pasien. Pasien juga mengaku sebelum kejang dirinya terasa seperti
akan pingsang dan terasa sakit kepala. Menurut keluarga pasien kejang berlangsung kurang
lebih 15 menit. Setelah kejang pasien mengaku tersadar. Kejang biasanya terjadi lebih dari 1
kali dalam seminggu. Biasanya sebelum kejang pasien merasakan sakit kepala kemudian
pasien tidak sadar bahwa dirinya sudah kejang. Setelah kejang pasien tersadar dan merasa
pusing lalu tertidur karena lemas. Pasien mengaku juga sering sakit kepala, merasa kepala
nya seperti kurang nyaman. Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka dimana kejang tipe
grandmal terdapat dua tahap kejang yaitu tahap tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau
kelonjotan. Pada serangan jenis ini pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik
saja. Serangan jenis ini biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami
sebelum serangan dapat berupa : merasa sakit perut , baal, kunang kunang , telinga
berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat mengalami kehilangan kesadaran, kehilangan
keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan yang jelas,
menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik dapat terjadi kontraksi otot
yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau buang air besar tidak dapat di kontrol,
pasien tampak sangat pucat, pasien mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur
setelah serangan.
Pasien sebelumnya sudah melakuakan pemeriksaan EEG dan dari hasil pemeriksaan EEG
pasien dikatakan menderita epilepsi. Namun pasien tidak diberikan hasil EEG yang dilakukan
di Rumah Sakit Klungkung. Sesuai dengan tinjauan pustaka dimana pemeriksaan penunjang
yang dianjurkan untuk penderita epilepsi adalah EEG. Pemeriksaan EEG harus dilakukan
pada semua pasien epilepsi dan merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering
dilakukan untuk rnenegakkan diagnosis epilepsi. Adanya kelainan fokal pada EEG
menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan adanya kelainan umum
pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan genetik atau metabolik.
Untuk pengobatan pasien diberikan carbamazepine yang diminum dua kali sehari. Pasien
mengatakan sudah rutin mengkonsumsi obat carbamazepin tersebut namun kejang yang
dialami pasien selama seminggu terakhir semakin sering. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka dimana prinsip penanggulangan bangkitan epilepsi dengan terapi farmaka mendasar
pada beberapa faktor antara lain blok kanal natrium, kalsium, penggunaan potensi efek
inhibisi seperti GABA dan menginhibisi transmisi eksitatorik glutamat. Sekarang ini dikenal
dengan pemberian kelompok inhibitorik GABAergik. Beberapa obat antie- pilepsi yang
dikenal sampai sekarang ini antara lain karbamazepin (Tegretol), klobazam (Frisium),
klonazepam (Klonopin), felbamate (Felbatol), gabapentin (Neurontin), lamotrigin (Lamiktal),
levetirasetam (Keppra), oksarbazepin (Trileptal), fenobarbital (Luminal), fenitoin (Dilantin),
pregabalin (Lyrica), tiagabine (Gabitril), topiramat (Topamax), asam valproat (Depakene,
Convulex) (Brodie and Dichter, 1996).
Jenis kegiatan mini project ini adalah melakukan kunjungan terhadap penderita penyakit
Epilepsi serta memberikan pengetahuan kepada penderita dan keluarga penderita Epilepsi Hal
ini sudah sesuai dengan definisi dokter keluarga yaitu dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak
hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit
keluarga dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita
atau keluarganya. Sekitar 80% kasus epilepsi, serangan kejang/bangkitan dapat terkontrol
dengan obat anti epilepsi (OAE). Pilihan obat bukan hanya tergantung dari jenis serangan
kejang/ bangkitan namun juga tergantung pada individu dan memerlukan waktu untuk
mencaai dosis yang tepat bagi setiap orang. Pengobatan memperkuat resistensi terhadap
serangan kejang/bangkitan. Terpenting adalah meminum obat sesuai dosis dan waktu yang
telah ditentukan. Dilarang menghentikan OAE secara tiba tiba tanpa konsultasi dengan
dokter. Bila ada kelupaan minum OAE maka janganlah meminumnya menjadi dobel dosis.
Bila ditemukan ada perubahan atau efek samping OAE haruslah segera mengunjuni dokter
dan melaporkannya.

Banyak mitos yang terjadi di masyarakat mengenai penyakit epilepsi.Sehingga sosialisasi


terhadap keluarga dan orang orang disekitar penderita epilepsi mengenai penyakit epilepsi
sangatlah penting untuk kehidupan bermasyarakat penderita epilepsi. Mengalami epilepsi
bukan suatu kutukan, kehinaan atau menularkan ke orang lain dan sangat merugikan bila
takluk pada keadaan ini. Sangat penting bahwa keluarga dan teman menghormati kebebasan
penyandang epilepsi dan jangan terlalu over protektif. Pekerjaan Penyandang epilepsi bisa
sukses dalam berbagai jenis pekerjaan yang sesuai. Hal ini dapat didiskusikan dengan dokter
yang merawat. Teman teman di tempat bekerja harus mengetahui keadaan seseorang dengan
epilepsi dan mengetahui apa yang harus dilakukan bila terjadi serangan di tempat kerja.

Sangatlah penting memberikan edukasi kepada penderita Epilepsi mengenai keselamatan


diri sendiri. Bila ada gejala akan terjadi serangan kejang/bangkitan maka dapat
mempersiapkan diri agar tak celaka. Hal hal yang perlu diperhatikan oleh penderita epilepsi
adalah jangan dekat api dan kompor menyala sehingga dapat membahayakan bagi penderita
epilepsi. Selain itu jangan mengunci pintu kamar mandi. Menggunakan pancuran air atau
gayung lebih baik daripada berendam dalam bak mandi. Bila banyak serangan
kejang/bangkitan maka dinasehatkan jangan mandi bila sendirian di rumah. Beberapa oarng
mengalami serangan kejang/bangkitan saat sedang tidur. Maka sebaiknya tidur tanpa
memakai bantal akan lebih baik. Dengan kehati-hatian tak ada halangan untuk berolah raga
seturut nasihat dokter. Bila mengandarai kendaraan bermotor harus memakai helm atau lebih
baik lagi ditemani oleh keluarga atau kerabat terdekat.. Berenang, memanjat gunung serta
berlayar harus ditemani oleh orang yang paham akan keadaan penyandang epilepsi dan tahu
apa yang harus dilakukan. Untuk penderita epilesi pakailah penanda seperti kalung atau
gelang secara terus menerus dan jangan dilepaskan. Bawalah kartu identitas yang berisi
nama, alamat anda serta nama dokter yang merawat dengan nomor telponnya di dalam tas
atau dompet anda.

Selain pengobatan secara medikamentosa, kepada penderita Epilepsi harus juga


diingatkan untuk makan makanan yang bergizi serta mengurangi bahan-bahan penyedap yang
dapat memperparah penyakit Epilepsi. Selain itu juga perlu diingatkan untuk tetap berdoa
kepada Tuhan dan tetap bersyukur dengan keadaan yang ada. Selain itu, pada penderita
Epilepsi juga disarankan untuk kontrol secara rutin ke dokter di Puskesmas ataupun rumah
sakit, walaupun penyakit tidak kambuh ataupun tidak ada keluhan. Hal itu sangat penting
mengingat pengobatan membutuhkan waktu yang lama dan kepatuhan dari pasein sehingga
diperlukan monitoring untuk perkembangan penyakit dan juga efek samping obat-obatan
yang digunakan dalam waktu yang lama tersebut.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
LAMPIRAN DOKUMENTASI

FOTO-FOTO KEGIATAN

Gambar 1. Kunjungan pertama pada tanggal 11 Februari 2017

Gambar 2. Kunjungan kedua pada tanggal 16 Februari 2017


Gambar 3. Keadaan rumah tetangga sebelah kanan tempat tinggal pasien

Gambar 4. Keadaan rumah tetangga sebelah kiri tempat tinggal pasien


Gambar 5. Keadaan depan tempat tinggal pasien

Gambar 6. Keadaan di dalam perkarangan tempat tinggal pasien.


Gambar 7. Keadaan kamar tidur pasien bagian luar

Anda mungkin juga menyukai