Anda di halaman 1dari 18

ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERATSEPTEMBER 2019
UNIVERSITAS PATTIMURA

Psikosis pada epilepsi

Almindo Rafki
2018-84-055

Pembimbing
dr. Semuel A. Wagiu, Sp.S, M.Ked

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
PENDAHULUAN

 Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan di dunia.
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan epilepsi menyerang 70
juta dari penduduk dunia.

 Angka kejadian epilepsi masih tinggi terutama di negara berkembang yang


mencapai 114 per 100.000 penduduk per tahun. Angka tersebut tergolong
tinggi dibandingkan dengan negara yang maju dimana angka kejadian epilepsi
berkisar antara 24-53 per 100.000 penduduk per tahun.
 Angka prevalensi penderita epilepsi aktif berkisar antara 4-10 per 1000 penderita
epilepsi. Bila jumlah penduduk Indonesia berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah penderita
epilepsi baru 250.000 per tahun
epilepsi menurut kelompok studi epilepsi PERDOSSI 2016 adalah suatu keadaan yang
 Definisi

ditandai oleh bangkitan berulang akibat lepas muatan listrik abnormal


dan berlebihan di neuron-neuron otak secara paroksismal, dan disebabkan oleh berbagai
etiologi, bukan disebabkan oleh penyakit otak akut.

 Psikosis merupakan komplikasi berat dari epilepsi meskipun jarang ditemukan.


Keadaan ini disebut dengan psychoses of epilepsy (POE). Psikosis pada pasien
digolongkan berdasarkan hubungan temporal gejala itu dengan kejang.
 Diperkirakan terdapat20-30% penderita epilepsi mengalami psikopatologi dalam satu
waktu, terutama ansietas dan depresi. Prevalensi psikotik episode psikotik berkisar4-10 %
dan meningkat pada10–20 % pada temporal lobe epilepsy, terutama pada lokus sisi
kiri atau bilateral
PSIKOSIS PADA EPILEPSI

 Gambaran psikosis yang sering ditemukan pada pasien epilepsi adalah gambaran paranoid
dan schizophrenia-like. Pada forced normalization yaitu penderita mengalami gejala
psikotik pada saat kejang terkontrol dan justru gejala psikotik menghilang bila terjadi kejang
semua unsur gangguan
 Psikosis fungsional/ psikogenik Adalah psikosis yang mengandung
tidak
psikotik namun dapat ditemukan gangguan atau kerusakan patalogik/ faal
jaringan otak.

 Psikosis fungsional ini merupakan penyakit mental yang parah dengan ciri khas
adanya disorganisasi proses berfikir, gangguan emosional, disorientasi waktu, ruang pada
beberapa kasus disertai halusinasi dan delusi.
EPIDEMIOLOGI

 Prevalensi gangguan psikotik pada epilepsi sebesar 5-10% pada penderita epilepsi dan 30-
50% memiliki komorbid gangguan psikiatri. Lebih sering terjadi pada wanita dan rerata usia 39,1
tahun. Adanya riwayat keluarga, epilepsi onset dini dan tipe bangkitan yang dialami adalah
prediktor terjadinya gangguan psikotik pada epilepsi.
KLASIFIKASI

Iktal
 Iktal dengan gejala psikis
 Status non konvulsif kejang parsial simpleks (tipe sensorik, psikis, motorik, dan autonomi).
Kejang parsial kompleks, dan serangan epileptiform lateralisasi periodik.
Preiktal (termasuk prodormal pasca iktal dan iktal campuran)
 Gejala prodormal : iritabilitas, depresi, dan sakit kepala.
 Delirium pasca ictal
 Gejala psikosis preictal
Interiktal
 Psikosis skizofreniform
 Gangguan kepribadian
 Sindrom Gestaut - Geschwind

Psikotik interiktal sangat mirip dengan gangguan skizofrenia yang dengan mudah dapat dikenal
yaitu adanya gejala waham dan halusinasi.
 Hiperreligiosity
 Hiper/hiposeksual
 Hipergrafia
 Iritabilitas
 Viscocity / bradyphrenia
TATALAKSANA

 .Penanganan gangguan psikotik pada epilepsi yaitu penanganan masalah psikiatri, optimalisasi
obat anti epilepsi untuk mencegah kejang berulang dan memulai terapi farmakologis anti
psikotik berdasarkan beratnya gejala, perilaku dan fungsi sehari-hari.

 Kondisi psikotik yang muncul akan lebih baik bila ditangani dengan obat anti psikotik sedini
mungkin tanpa menunggu munculnya gejala yang lebih berat. Penanganan pada kondisi akut
dapat diberikan dopamine-blocker intra muskular seperti haloperidol dan
promethazine.
risperidon, olanzapine, dan
 Obat anti psikotik pilihan yang dapat diberikan yaitu
quetiapine, sedangkan haloperidol dan pimozide adalah jenis anti psikotik tipikal
dengan risiko rendah mencetuskan bangkitan dan tidak ada laporan kasus bangkitan akibat
penggunaan jenis obat ini.
 Dalam manajemen farmakologis pada psikosis fungsional, disarankan bahwa pasien tetap pada
dosis optimal dari obat anti psikosis selama minimal 6 bulan setelah mencapai remisi.

Anda mungkin juga menyukai