FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERATSEPTEMBER 2019
UNIVERSITAS PATTIMURA
Almindo Rafki
2018-84-055
Pembimbing
dr. Semuel A. Wagiu, Sp.S, M.Ked
Epilepsi merupakan salah satu penyakit otak yang sering ditemukan di dunia.
Data World Health Organization (WHO) menunjukkan epilepsi menyerang 70
juta dari penduduk dunia.
Gambaran psikosis yang sering ditemukan pada pasien epilepsi adalah gambaran paranoid
dan schizophrenia-like. Pada forced normalization yaitu penderita mengalami gejala
psikotik pada saat kejang terkontrol dan justru gejala psikotik menghilang bila terjadi kejang
semua unsur gangguan
Psikosis fungsional/ psikogenik Adalah psikosis yang mengandung
tidak
psikotik namun dapat ditemukan gangguan atau kerusakan patalogik/ faal
jaringan otak.
Psikosis fungsional ini merupakan penyakit mental yang parah dengan ciri khas
adanya disorganisasi proses berfikir, gangguan emosional, disorientasi waktu, ruang pada
beberapa kasus disertai halusinasi dan delusi.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan psikotik pada epilepsi sebesar 5-10% pada penderita epilepsi dan 30-
50% memiliki komorbid gangguan psikiatri. Lebih sering terjadi pada wanita dan rerata usia 39,1
tahun. Adanya riwayat keluarga, epilepsi onset dini dan tipe bangkitan yang dialami adalah
prediktor terjadinya gangguan psikotik pada epilepsi.
KLASIFIKASI
Iktal
Iktal dengan gejala psikis
Status non konvulsif kejang parsial simpleks (tipe sensorik, psikis, motorik, dan autonomi).
Kejang parsial kompleks, dan serangan epileptiform lateralisasi periodik.
Preiktal (termasuk prodormal pasca iktal dan iktal campuran)
Gejala prodormal : iritabilitas, depresi, dan sakit kepala.
Delirium pasca ictal
Gejala psikosis preictal
Interiktal
Psikosis skizofreniform
Gangguan kepribadian
Sindrom Gestaut - Geschwind
Psikotik interiktal sangat mirip dengan gangguan skizofrenia yang dengan mudah dapat dikenal
yaitu adanya gejala waham dan halusinasi.
Hiperreligiosity
Hiper/hiposeksual
Hipergrafia
Iritabilitas
Viscocity / bradyphrenia
TATALAKSANA
.Penanganan gangguan psikotik pada epilepsi yaitu penanganan masalah psikiatri, optimalisasi
obat anti epilepsi untuk mencegah kejang berulang dan memulai terapi farmakologis anti
psikotik berdasarkan beratnya gejala, perilaku dan fungsi sehari-hari.
Kondisi psikotik yang muncul akan lebih baik bila ditangani dengan obat anti psikotik sedini
mungkin tanpa menunggu munculnya gejala yang lebih berat. Penanganan pada kondisi akut
dapat diberikan dopamine-blocker intra muskular seperti haloperidol dan
promethazine.
risperidon, olanzapine, dan
Obat anti psikotik pilihan yang dapat diberikan yaitu
quetiapine, sedangkan haloperidol dan pimozide adalah jenis anti psikotik tipikal
dengan risiko rendah mencetuskan bangkitan dan tidak ada laporan kasus bangkitan akibat
penggunaan jenis obat ini.
Dalam manajemen farmakologis pada psikosis fungsional, disarankan bahwa pasien tetap pada
dosis optimal dari obat anti psikosis selama minimal 6 bulan setelah mencapai remisi.