Anda di halaman 1dari 5

Neola dan Rika | Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre

Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre

Neola Amanda Miskanita Zukna, Rika Lisiswanti


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Halusinasi merupakan suatu keadaan dimana terdapat persepsi sensoris dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsangan
eksternal yang sesungguhnya sedangkan waham atau delusi merupakan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus luar
yang cukup. Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III, untuk mendiagnosis skizofrenia paranoid gejala halusinasi dan/atau waham
harus menonjol. Pasien laki-laki, usia 28 tahundibawa ke RSJ Provinsi Lampung dengan keluhan marah-marah sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit.Pasien tidak pulang kerumah, tidak mau minum obat, tidak mau mandi, berbicara dan
tertawa sendiri dan tidak bisa tidur. Pasien juga selalu mencari dan menanyakan tentang kapan pulangnya penampakan
yang selalu diingatnya yang menurut pasien merupakan ayah kandung pasien (Nabi Isa Almasih) dan ibu kandung pasien
(Halimatul Sa’diah). Hasil pemeriksaan status internus, fisik, neurologis dalam batas normal. Hasil laboratorium darah
lengkap didapatkan adanya peningkatan pada SGOT dan SGPT.Pasien didiagnosis skizofrenia paranoid dengan prognosis
dubia ad malam. Pasien diberikan terapi berupa psikoterapi, psikoedukasi dan psikofarmaka.

Kata kunci: halusinasi, skizofrenia paranoid, waham bizarre

Patients with Hallucinations and Bizarre Delusions


Abstract
Hallucination is a condition where there is a sensory perception in a conscious absence but there is no real external
stimulus while delusions are false beliefs that arise without considerable external stimulus. Based on ICD-10 and PPDGJ III,
to diagnose schizophrenia paranoid, hallucinations and/or delusions symptoms must be prominent. Male patients, 28 years
old was brought to RSJ Lampung province with complaints grumpy since 2 weeks ago.Patients did not go home, did not
want to take medication, do not take a bath, talking and laughing to himself and could not sleep. Patients also always
looking for and ask about the returning that according to the patient is the biological father of his (Isa Almasih) and the
biological mother of the patients (Halimatul Sa'diah). The results of the examination of the internal status, physical,
neurological within normal limits. Complete blood laboratory results obtained an increase in SGOT and SGPT. Patients
diagnosed with paranoid schizophrenia with prognosis dubia ad malam. Patients were assigned to treatment such as
psychotherapy, psychoeducation and psikofarmaka. Conclusion: based on ICD-10 and PPDGJ III hallucinations and delusions
are symptoms of schizophrenia and requires both pharmacological therapy, psychotherapy and psychoeducation in order
to accelerate the healing of the patient.

Keywords: bizarre delusions, hallucinations,paranoid schizophrenia

Korespondensi: Neola Amanda Miskanita Zukna, S.Ked., alamat jl. Wr. Monginsidi No. 22, HP 081272604754, e-
mailneolaamanda@gmail.com

Pendahuluan Waham atau delusi merupakan


Halusinasi merupakan suatu keadaan keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus
dimana terdapat persepsi sensoris dalam luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri
kondisi sadar tanpa adanya rangsangan sebagai berikut: tidak realistik, tidak logis,
eksternal yang sesungguhnya.1International menetap, egosentris, diyakini kebenarannya
Pilot Study of Schizophrenia (IPSS) oleh penderita, tidak dapat dikoreksi, dihayati
memperkirakan bahwa 70% dari pasien oleh penderita sebagai hal yang nyata,
skizofrenia mengalami halusinasi. Halusinasi penderita hidup dalam wahamnya itu,
yang paling umum dalam skizofrenia adalah keadaan atau hal yang diyakini itu bukan
pendengaran, diikuti oleh visual. Secara merupakan bagian sosiokultural setempat.
keseluruhan, salah satu kesan yang didapatkan Waham bizzare merupakan waham yang aneh
pada visual skizofrenia yaitu adanya dunia dimana terdapat pengalaman inderawi yang
yang seperti dongeng, diisi dengan hal-hal tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi
yang tidak ada di dunia nyata dan orang-orang dirinya, biasa bersifat mistik atau mukjizat.1,3
yang muncul dalam bentuk simbolik,
fragmentaris atau dilemahkan.2

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |38


Neola dan Rika | Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre

Berdasarkan DSM IV, waham bizarre absorbed attitude), dan penarikan diri secara
dianggap sebagai kriteria yang cukup untuk sosial.3
mendiagnostik skizofrenia.4,5Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Sreeja de et al. Kasus
(2013)6, didapatkan prevalensi waham bizarre Pasien laki-laki usia 28 tahun datang di
pada pasien skizofrenia adalah 2,56%. Lima hal antar oleh keluarga pasien (kakak)pada
yang dinilai adalah, kejadian yang tidak tanggal 14 Mei 2016 pukul 23.00 WIB yang
lalu ke RSJ Provinsi Lampung dengan keluhan
mungkin terjadi, sensasi tubuh, perubahan
sering mengamuk 2 minggu sebelum masuk
identitas, seksual, dan agama.
rumah sakit. Menurut pasien orang
Skizofrenia adalah suatu psikosa disekitarnya selalu saja bertengkar. Pasien
fungsional dengan gangguan utama pada juga selalu mencari dan menanyakan tentang
proses pikir serta disharmonisasi antara proses kapan pulangnya penampakan yang selalu
pikir, afek atau emosi, kemauan dan diingatnya yang menurut pasien merupakan
psikomotor disertai distorsi kenyataan, ayah kandung pasien (Nabi Isa Almasih) dan
terutama karena waham dan halusinasi, ibu kandung pasien (Halimatul Sa’diah) yang
assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul sering datang menghampiri pasien dan
menolong pasien dan memberikan pasien
inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta
uang namun sekarang sedang tinggal di
psikomotor yang menunjukkan penarikan diri, Amerika. Kedua penampakan itu, menurut
ambivalensi dan perilaku bizarre.1,7 pasien pernah menghidupkan kembali pasien
Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III, untuk yang telah meninggal dikarenakan digorok
mendiagnosis skizofrenia paranoid gejala lehernya oleh tentara Inggris pada saat pasien
halusinasi dan/atau waham harus menonjol berusia 15 tahun.Pasien mengaku dilahirkan di
seperti suara-suara halusinasi yang Amerika oleh penampakan tersebut dan
mengancam pasien atau memberi perintah, dititipkan ke Lampung kepada yang
sebenarnya merupakan orangtua pasien
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal
namun pasien menganggapnya sebagai orang
berupa bunyi peluit (whistling), mendengung
tua angkat pasien. Menurut keluarga pasien,
(humming), atau bunyi tawa (laughing). keluhan tersebut sudah timbul kurang lebih
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, sejak 6 bulan yang lalu namun satu hari
atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan sebelum masuk rumah sakit keluhan semakin
tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi memberat dan pasien tidak pulang ke rumah
jarang menonjol. Waham dapat berupa hampir dan pasien sudah dianggap meresahkan
setiap jenis, tetapi waham dikendalikan masyarakat sehingga pasien dibawa ke RSJ.
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of Keluhan lain seperti berupa tidak pulang
kerumah (keluyuran), tidak mau minum obat,
influence), atau ‘passive’ (delusion of
tidak mau mandi, berbicara dan tertawa
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar, adalah
sendiri, tidak bisa tidur. Menurut keluarga
yang paling khas. Sedangkan gejala gangguan pasien, pasien tidak kontrol dan tidak minum
afektif seperti dorongan kehendak dan obat sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu dan
pembicaraan, serta gejala katatonik secara sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien
relatif tidak nyata/ tidak menonjol.3 tidak pernah pulang kerumah (keluyuran).
Adanya gejala-gejala khas tersebut di Tingkah laku pasien tidak dapat diarahkan lagi
atas telah berlangsung selama kurun waktu sehingga pasien tidak mandi dan tidak makan.
satu bulan atau lebih dan harus ada suatu Dalam kehidupan sehari-hari pasien
merupakan orang yang pendiam dan senang
perubahan yang konsisten dan bermakna
menyendiri.
dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari Pasien mengaku merupakan anak
beberapa aspek perilaku peribadi (personal pertama dan adik adiknya merupakan rakyat
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya Israel. Pasien mengaku sehat dan ingin pulang
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat untuk menemui yang menurut pasien adalah
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self ayah kandungnya (Nabi Isa Almasih).

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|39


Neola dan Rika | Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre

Iamengatakan saat ini usianya 28 tahun, sudah kurang jelas, volume cukup, amplitudo dan
menikah dengan pembawa acara TV ONE kualitas baik, kuantitas cukup, sikap pasien
(Dini) dan memiliki dua orang anak yang tidak kooperatif, mood disforia, afek terbatas,
pernah dilihatnya namun menurutnya tidak inapropriate. Taraf pendidikan sesuai, daya
pernah berkembang karena rindu pada dirinya konsentrasi cukup baik, orientasi baik, daya
dan anaknya sekarang menjadi artis yang ingat baik, abstraksi. Terdapat halusinasi
memerankan film yang sedang ditayangkan di visual, auditorik. Arus pikir baik dan koheren,
TV yaitu Cinta Elif, pasien pernah bersekolah isi pikir terdapat waham bizarre. Daya nilai
di SLTA dan lulus setelah mengikuti ujian dan uji realitas buruk, pasien tidak merasa
paket C, saat ini tidak bekerja namun pernah dirinya sakit (tilikan 1).
menjadi artis (pemain film) pada usia 15 tahun Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
dan berhenti setelah pasien digorok lehernya fisik, dan pemeriksaan psikiatri, maka pada
oleh tentara inggris dan meninggal. pasien ini dapat ditegakkan diagnosis
Pasien mengatakan tidak pernah Skizofrenia Paranoid. Kemudian pasien ini
mencium bau-bauan yang tidak dicium oleh ditatalaksana dengan medikamentosa berupa
orang lain. Perasaan senang ataupun sedih Resperidon 5 mg 2x1, psikoterapi edukasi dan
berlebihan tidak pernah dirasakan pasien. Ia psikoterapi suportif terhadap pasien dan
tidak pernah mencemaskan takut mati keluarga, rehabilitasi sesuai bakat dan minat
ataupun berpikir lebih baik mati. pasien.
Pasien sebelumnya pernah dirawat
sebanyak 2 kali di RSJ sejak tahun 2011. Pada Pembahasan
tahun 2011 (awal pasien dibawa ke RSJ) ia Berdasarkan data-data yang didapat
sering mengamuk sehingga meresahkan melalui anamnesis baik alloanamnesis maupun
lingkungan, berbicara kacau, tingkah laku autoanamnesis, pemeriksaan psikiatri dan
tidak bisa diarahkan oleh keluarga, bicara rekam medik Pada pasien ini ditemukan
melantur, sering melamun dan melihat serta adanya gangguan persepsi yang bermakna
mendengar yang menurut pasien adalah serta menimbulkan suatu distress
orang tua kandung pasien yang menurut (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
keluarga tidak dapat dilihat oleh orang lain. pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,
Lalu pasien dirawat di RSJ pada tanggal 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
Oktober 2011 dan keluar pada tanggal 25 mengalami gangguan jiwa.1,8
Oktober 2011. Pasien diharuskan kontrol ke Ditemukan gangguan persepsi berupa
poli setiap bulan namun pasien tidak datang halusinasi visual (ayah kandung pasien (Nabi
ke poli RSJ untuk kontrol, sehingga pasien Isa Almasih) dan ibu kandung pasien
kembali masuk melalui UGD dengan keluhan (Halimatul Sa’diah) yang setinggi 3 meter dan
sulit tidur, emosi labil, menganggu orang tinggal di Amerika) sehingga digolongkan
sekitar, dan pasien mangaku sering gangguan jiwa psikotik.1,3Waham yang
mendengar bisikan yang tidak jelas yang tidak berhubungan dengan agama sering ditemukan
ada wujudnya. Pasien kembali dirawat pada pada pasien skizofrenia. Untuk diklasifikasikan
tanggal 24 Desember 2011 dan keluar pada sebagai waham bertema agama, kepercayaan
tanggal 17 April 2012. Setelah keluar pasien tersebut harus tidak masuk akal dan tidak
tetap tidak rutin kontrol, terkadang 3 bulan dapat diterima budaya dan kultur setempat.9
sekali dan terkadang mencapai 6 bulan sekali Pemeriksaan fisik, status internis dan
sehingga hal yang sama berulang, sehingga neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga
pasien dirawat tahun 2016 ini untuk yang digolongkan gangguan psikotik non-organik.
ketiga kalinya. Pasien tidak pernah mengalami trauma. Pasien
Pada status Psikiatri diperoleh merokok dari SLTA dan minum alkohol, namun
kesadaran compos mentis, sikap cukup pasien tidak pernah mengggunakan zat
koperatif, penampilan rapi dan sesuai usia, psikoaktif. Hal ini dapat menjadi dasar untuk
perilaku dan psikomotor saat wawancara menyingkirkan diagnosis gangguan mental
pasien dalam keadaan tenang, kontak mata organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif
baik, duduk tegak tanpa bersandar di kursi, (F.1).Ditemukan juga gangguan persepsi
sesekali mengerakan tangan, bicara spontan, berupa halusinasi visual serta gangguan isi
mimik wajah normal, terkadang artikulasi pikir berupa wahambizzare. Gejala-gejala

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |40


Neola dan Rika | Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre

tersebut berlangsung >1 bulan sehingga ekstra piramidal (distonia,akitisia atau


memenuhi kriteria umum dan didiagnosis parkinsonisme) maka diberikan antikolinergik
skizofrenia (F.20). Karena gejala klinis berupa seperti Trihehyphenidyl3x2 mg.1,11,12
halusinasi dan waham menonjol dari pasien ini Pasien juga diberikan Psikoedukasi
maka pasien ini didiagnosis skizofrenia berupapengenalan terhadap penyakitnya,
paranoid (F.20.0).1,3 manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek
Aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan samping pengobatan. Pasien juga dimotivasi
tidak didapatkan gangguan tumbuh kembang agar minum obat secara teratur dan rajin
pada usia kanak-kanak dan remaja. Pasien kontrol setelah pulang dari perawatan. Dokter
mampu menyelesaikan pendidikan sampai juga harus membantu pasien untuk menerima
SMP dan terhenti ketika SMK kelas I tanpa realita dan menghadapinya, membantu pasien
penyebab yang jelas. Hal ini menyingkirkan agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
diagnosis retardasi mental (F.70).1,3 hari secara bertahap dan menambah kegiatan
Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan keterampilan yang dimiliki.1
tidak ditemukan riwayat penyakit fisik. Oleh Psikoedukasi juga diberikan kepada
karena itu aksis III belum ada diagnosis.1,3Aksis keluarga pasien berupa pengertian kepada
IV didapatkan masalah dalam hal kepatuhan keluarga pasien tentang gangguan yang dialami
minum obat, kontrol tidak teratur dan pasien, menyarankan kepada keluarga pasien
dukungan keluarga untuk mengambil obat agar memberikan suasana/lingkungan yang
sesuai jadwal yang tidak sesuai. Pasien juga kondusif bagi penyembuhan dan perawatan
jarang bersosialisasi dengan keluarga dan lebih pasien, menyarankan kepada keluarga agar
sering mengurung diri didalam kamar.1,3 lebih berpartisipasi dalam pengobatan dan
Penilaian terhadap kemampuan pasien pengawasan pasien.1
untuk berfungsi dalam kehidupannya Dengan adanya faktor-faktor
menggunakan skala GAF (Global Assessment of penghambat berupa stressor psikososial yang
Functioning). Pada saat dilakukan wawancara, kurang jelas, ketidakpatuhan pasien terhadap
skor GAF 60-51 (gejala sedang (moderate), pengobatan, dukungan keluarga yang
disabilitas sedang). GAF tertinggi satu tahun kurangdan terdapat riwayat keluarga dengan
terakhir adalah GAF 80-71 (gejala sementara keluhan yang sama sehingga prognosis pasien
dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam adalah dubia ad malam.1,8
sosial, pekerjaan dan sekolah).1,3
Terapi farmakologis pada pasien Simpulan
dilakukan pemberian obat berdasarkan Berdasarkan ICD-10 dan PPDGJ III
keluhan dan gejala psikotik yang didapatkan. halusinasi dan waham merupakan gejala dari
Berdasarkan buku ajar psikiatri FK UI, standar
skizofrenia dan membutuhkan terapi baik
emas pengobatan skizofren dengan
farmakologi psikoterapi dan psikoedukasi agar
menggunakan terapi APG II (antipsikotik
atipikal) yang bermanfaat baik untuk gejala dapat mempercepat penyembuhan pasien.
positif dan gejala negatif dengan efek samping
yang lebih ringan serta dapat digunakan secara Daftar Pustaka
aman tanpa memerlukan pemantauan jumlah 1. Tim Fakultas Kedokteran Universitas
sel darah putih setiap minggu. Oleh karena itu Indonesia. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2.
dipilih antipsikotik atipikal Risperidon 2x1 mg Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
dengan dosis anjuran 2-8 mg/hari. Dosis Indonesia; 2013.
dinaikkan dalam waktu 3-5 hari sampai 2. Chaudhury S. Hallucinations: clinical
mencapai dosis efektif (penurunan gejala aspects and management. Ind Psychiatry
psikotik) hingga 4-6 minggu. Kemudian J.2010; 19(1):5-12.
dipertahankan selama 8-12 minggu untuk 3. MaslimR. Buku saku diagnosis gangguan
tahap stabilisasi sambil dipantau setiap 2 jiwa PPDGJ-III. Jakarta: Ilmu Kedokteran
minggu. Kemudian dilanjutkan dengan dosis Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma
maintenance selama kurang lebih 2 tahun atau Jaya; 2001. hlm. 53.
lebih (pasien sakit hampir 11 tahun) kemudian 4. Cermolacce M, Sass L, Parnas J. What is
dilakukan tappering off. Apabila dalam bizzare in bizarre delusion?: acritical
pemantauan selanjutnya ditemukan gejala

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017|41


Neola dan Rika | Pasien dengan Halusinasi dan Waham Bizarre

review. Schizophr Bull. 2010; 36(4):667- of religious delusions. Soc Psychiatry


79. Psychiatr Epidemiol. 2014; 49(7):1051-
5. Shinn AK, Heckers S, Ongur D. The 61.
special treatment of first rank auditory 10. Sommer IEC, Slotema CW, Daskalakis ZJ,
hallucinations and bizarre delusions in Derks EM, Blom JD. The treatment of
the diagnosis of schizophrenia. Schizophr hallucinations in schizophrenia spectrum
Res.2013; 146(0):17-21. disorders. Schizophr Bull. 2012;
6. De S, Bhatia T, Thomas P, Chakraborty S, 38(4):704-14.
Prasad S, Nagpal R, et al. Bizarre 11. Komossa K, Kluge CR, Schwarz S, Schmid
delusions: a qualitative study on Indian F, Hunger H. Risperidone versus other
schizophrenia patients. Indian J Psychol atypical antipsychotics for schizophrenia.
Med. 2013; 35(3):268-72. Cochrane Database Syst Rev. 2011;
7. Maramis WF. Catatan ilmu kedokteran (1):CD006626.
jiwa. Surabaya: Airlangga University 12. Maslim, R. Panduan praktis penggunaan
Press; 2009. hlm. 356-60. klinis obat psikotropika. Edisi ke-3.
8. American Psychiatric Association. Jakarta:Bagian ilmu Kedokteran Jiwa FK
Diagnosis and statistical manual of Unika Atma Jaya; 2007.
mental disorders (DSM IV TR).
Washington DC: APA; 2000. hlm. 13-26.
9. Iyassu R, Jolley S, Bebbington P, Dunn G,
Emsley R. Pshychological characteristic

J Medula Unila|Volume 7|Nomor 1|Januari 2017 |42

Anda mungkin juga menyukai