Anda di halaman 1dari 6

Melati Indah Jelita dan High Boy K Hutasoit | Kegawatdaruratan Psikiatri ec.

Skizofrenia Paranoid Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun

Kegawatdaruratan Psikiatri ec. Skizofrenia Paranoid


Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun
Melati Indah Jelita1, High Boy K. Hutasoit2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa, Rumah Sakit Jiwa, Provinsi Lampung

Abstrak
Kedaruratan psikiatri merupakan keadaan yang tak terduga dengan potensi katastrophic, dimana 12 % dari bagian
kedaruratan pasien datang dengan keluhan psikiatrik. Tindak kekerasan atau agresifitas merupakan alasan
paling umum yang menyebabkan pasien datang ke bagian kedaruratan, dengan perilaku menyerang yang
terlihat pada 3-10 % pasien psikiatrik. Banyak penyakit medis umum yang memberikan gejala gangguan perilaku dan
dapat menyebabkan perubahan dalam berpikir dan mood. Skizofrenia adalah suatu psikosa fungsional dengan
gangguan utama pada proses pikir serta disharmonisasi antara proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan
psikomotor disertai distorsi kenyataan yang berlangsung selama minimal selama 6 bulan dan mencakup setidaknya 1
bulan gejala fase aktif. Sementara itu gangguan skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala positif, gejala negatif, dan
gangguan kognitif. Terdapat beberapa tipe dari skizofrenia (paranoid, hebefrenik, katatonik, undifferentiated, dan
residual). Tn P, 30 tahun datang dengan keluhan mencelakai tetangga dengan pisau. Pada pasien didapatkan gangguan
persepsi berupa halusinasi auditorik, dan gangguan isi pikir berupa waham curiga, waham kejar yang terjadi sejak 4
tahun yang lalu dan cenderung menyendiri. Pasien didiagnosis skizofrenia paranoid dan diberikan terapi berupa
psikoterapi, psikoedukasi, dan psikofarmaka.

Kata kunci: Kegawatdaruratan, paranoid, skizofrenia, terapi

Emergency Psychiatry ec. Paranoid Schizophrenia


in 30 years Adult Male

Abstract
Emergency psychiatry is unforeseen circumstances with the potentiality ofkatastrophic, which 12% of emergency
departments presented with psychiatric complaints. Violence or aggressiveness is the most common reason patients are
admitted to emergency room, with attacking behavior seen in 3-10% in psychiatric patients. Many medical diseases
commonly present with behavioral pathology and may lead to a change in thinking and mood. Schizophrenia is a
functional psychosis with major abnormalities in thought processes and disharmony between thought processes, affect or
emotion, will and psychomotor, accompanied by distortions of reality that lasts for at least 6 months and includes at least 1
month of active phase symptoms. Meanwhile, schizophrenic disorders are characterized by positive symptoms, negative
symptoms, and cognitive impairment. There are several types of schizophrenia (paranoid, hebephrenic, catatonic,
undifferentiated, and residual). Mr P, 30 years old came with complaints of attack his neighbors with a knife. In patient,
there are perceptual disorders in the form of auditory hallucinations, and disturbances of thought content in the form of
suspicious and chasing thoughts that have occurred since 4 years ago and tend to be alone. The patient was diagnosed
with paranoid schizophrenia and was given therapy in the form of psychotherapy, psychoeducation, and
psychopharmaceutical.

Keywords: Emergency, paranoid, schizophrenia, therapy

Korespondensi: Melati Indah Jelita , S.Ked, alamat Jl. Perumahan Rajabasa Permai blok C33, e-mail
indahjelita97@gmail.com

Pendahuluan terutama karena waham dan halusinasi,


Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, assosiasi terbagi-bagi sehingga muncul
schizein yang berarti terpisah atau pecah dan inkoherensi, afek dan emosi inadekuat, serta
phren yang berarti jiwa. Terjadi pecahnya / psikomotor yang menunjukkan penarikan
ketidakserasian antara afek, kognitif, dan diri, ambivalensi dan perilaku bizar.
perilaku. Skizofrenia adalah suatu psikosa Kesadaran dan kemampuan intelektual
fungsional dengan gangguan utama pada biasanya tetap terpelihara, walaupun
proses pikir serta disharmonisasi antara kemunduran kognitif dapat terjadi
proses pikir, afek atau emosi, kemauan dan dikemudian hari.1 Skizofrenia adalah
psikomotor disertai distorsi kenyataan, gangguan yang berlangsung selama minimal

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 |588


Melati Indah Jelita dan High Boy K Hutasoit | Kegawatdaruratan Psikiatri ec. Skizofrenia Paranoid Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun

6 bulan dan mencakup setidaknya 1 bulan kembali. Perilaku pasien semakin parah
gejala fase aktif. Sementara itu gangguan sejak ibu kandung pasien meninggal dunia,
skizofrenia dikarakteristikan dengan gejala pasien menjadi mudah tersinggung, sering
positif (delusi dan halusinasi), gejala negatif memecahkan barang dan perawatan diri
(apatis, menarik diri, penurunan daya pikir, asal – asalan.
dan penurunan afek), dan gangguan kognitif Pada Februari 2019 pasien menusuk
(memori, perhatian, pemecahan masalah, kakak kandung laki – lakinya dengan pisau
dan sosial).2 Terdapat beberapa tipe dari dapur setelah pasien dimarahi dan takut
skizofrenia (Paranoid, hiberfrenik, katatonik, untuk dipukul oleh kakak laki – lakinya.
undifferentiated, dan Residual.3 Pasien yakin bahwa tindakan yang dilakukan
Kedaruratan psikiatri merupakan tidah salah dan pasien tidak menyesal
sebuah keadaan yang sering diabaikan melakukannya.
tetapi keadaan ini meningkatkan masalah 1 hari SMRS pasien menyerang
bagian kedaruratan di dunia. Dijumpai tetangganya dengan kipas yang ia buat dari
hingga 12 % dari bagian kedaruratan pisau karena merasa curiga. Kemudian
pasien datang dengan keluhan psikiatrik. pasien diamankan oleh warga sekitar dan
Dari kedaruratan tingkah laku ini, dibawa oleh kakak kandungnya ke RS Jiwa
gangguan psikotik akut, episode manik, Lampung. Pasien merasa dirinya baik-baik
depresi mayor, gangguan bipolar, dan saja, pasien merasa kesal terhadap
penyalahgunaan obat mencapai 6 % dari keluarganya terutama kepada keluarga yang
keseluruhan kasus di bagian kedaruratan. membawanya ke RS Jiwa Lampung.
Tindak kekerasan atau agresif merupakan Riwayat prenatal dan perinatal dan
alasan umum untuk datang pada bagian riwayat masa kanak awal baik tidak
kedaruratan, dengan perilaku menyerang ditemukan adanya kelainan serta sama
yang terlihat pada 3-10 % pasien psikiatrik.4 dengan anak lain pada umumnya. Pada
masa kanak pertengahan juga baik. Pada
Kasus masa kanak akhir dan remaja, pasien
Pasien Tn. P, 30 tahun, lulus SMP, mempunyai banyak teman. Pasien
Islam, suku Lampung, beralamat di menempuh pendidikan SD selama 6
Lampung Timur, menikah, telah dilakukan tahun, SMP selama 3 tahun, kemudian
auto-alloanamnesa pada tanggal 4 dan 5 melanjutkan STM jurusan Teknik Mesin
November 2020 pukul 09.30 WIB. Pasien namun tidak sampai lulus. Menikah pada
berpenampilan sesuai dengan usianya, cara usia 26 tahun dan dikruniai 1 orang anak,
berpakaian kurang rapi dan perawatan diri anak perempuan. Dari status mental,
kurang. Pasien diantar oleh keluarga ke kesadaran pasien compos mentis, sikap
Rumah Sakit Jiwa karena menyerang pasien selama wawancara waspada.
tetangga dengan pisau dan selalu Selama wawancara pasien dalam keadaan
mencurigai lingkungan serta keluarganya. tegang, bisa menjawab pertanyaan
Hal ini sudah telah dirasakan sejak tahun dengan baik, kontak dengan pemeriksa
2016, setelah berpisah dengan istrinya dan pasien selalu menatap mata pemeriksa
anak perempuannya lalu kembali ke dan memperhatikan setiap gerak – gerik
Lampung dan tinggal bersama kedua orang yang dilakukan pemeriksa, gerakan
tuanya. Menurut ibunya setelah pulang dari involunter tidak ada, sesekali pasien
Jakarta pasien banyak menyendiri di dalam melihat apakah yang ditulis oleh dokter.
kamar, terkadang tertawa dan berbicara Pasien berbicara spontan, lancar, intonasi
sendiri serta jarang tidur. Pasien juga sering sedang, volume meningkat, kualitas
mondar mandir sambil membawa senjata cukup, artikulasi jelas, kuantitas cukup.
tajam. Pasien kemudian dibawah oleh Mood pasien disforia dengan afek
ibunya berobat ke RS Jiwa Lampung dan terbatas dan keserasian cukup serasi.
dirawat inap kurang lebih 2 minggu, tetapi Ditemukan adanya halusinasi auditorik.
setelah itu pasien tidak pernah kontrol Produktivitas pikiran sedang, dengan

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 |589


Melati Indah Jelita dan High Boy K Hutasoit | Kegawatdaruratan Psikiatri ec. Skizofrenia Paranoid Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun

kontinuitas koheren, dan tidak didapatkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis


hendaya berbahasa. Pada isi pikir Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III sebagai berikut:
ditemukan adanya Waham: curiga (+), Persyaratan yang normal untuk diagnosis
waham kejar (+). Pada penilaian fungsi skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu
kognitif, daya konsentrasi distraktibilitas, gejala tersebut di bawah yang amat jelas
orientasi waktu, tempat dan orang baik, (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila
daya ingat ingat jangka panjang buruk, gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang
daya ingat jangka menengah kurang, jelas) dari gejala yang termasuk salah satu
jangka pendek, dan jangka segera baik dan dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut
pada pikiran abstrak kurang. Penilaian di bawah, atau paling sedikit dua gejala dari
pasien dalam norma sosial, uji daya nilai kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu
buruk. Pasien merasa dirinya tidak sakit ada secara jelas selama kurun waktu 1 bulan
dan secara keseluruhan pernyataan pasien atau lebih.
kurang dapat dipercaya. Dari pemeriksaa a. ‘thought echo’, ‘thought insertion atau
fisik tidak ditemukan adanya kelainan. withdrawal’, dan ‘thought
Pada pasien ini ditemukan adanya broadcasting’
gangguan persepsi dan isi pikir yang b. Waham dikendalikan (delusion of
bermakna serta menimbulkan suatu control), waham dipengaruhi (delusion
distress atau penderitaan dan disability of influence), atau passivity yang jelas
atau hendaya dalam pekerjaan dan merujuk kepada pergerakan tubuh
kehidupan sosial pasien, sehingga dapat atau pergerakan anggota gerak, atau
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami pikiran, perbuatan atau perasaan
gangguan jiwa. Aksis I berdasarkan data (sensations) khusus : persepsi
yang didapat melalui anamnesis dan delusional
pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya c. Suara halusinasi yang berkomentar
riwayat trauma kepala, demam tinggi secara terus menerus terhadap
ataupun kejang sebelumnya, serta perilaku pasien, atau mendiskusikan
penyangkalan terhadap penggunaan zat perihal pasien di antara mereka
psikoaktif. sendiri, atau jenis suara halusinasi lain
Diagnosis ditegakkan berdasarkan yang berasal dari salah satu bagian
anamnesis dengan pasien dan keluarga. Pada tubuh
pasien didapatkan gangguan persepsi berupa d. Waham-waham menetap jenis lain
halusinasi audiorik, dan gangguan isi pikir yang menurut budayanya dianggap
berupa waham curiga, waham kejar yang tidak wajar serta sama sekali mustahil,
terjadi sejak 4 tahun yang lalu sehingga seperti misalnya mengenai identitas
untuk aksis I diagnosisnya Skizofrenia keagamaan atau politik, atau kekuatan
Paranoid (F.20.0). Terdapat kecurigaan dan dan kemampuan ‘manusia super’
kecenderugan menyalah-artikan tindakan (misalnya mampu mengendalikan
orang lain sebagai suatu sikap permusuhan cuaca, atau berkomunikasi dengan
atau penghinaan. Dan terdapat kecurigaan makhluk asing dari dunia lain)
berulang tanpa dasar. Hal ini menegakkan e. Halusinasi yang menetap dalam setiap
diagnosis gangguan kepribadian paranoid modalitas, apabila disertai baik oleh
(F.60.0) sebagai diagnosis pada aksis II , aksis waham yang mengambang/melayang
III: Belum ada diagnosis, dan aksis IV: maupun yang setengah berbentuk
Masalah pada primary support group tanpa kandungan afektif yang jelas,
(keluarga). Aksis V: GAF 60 – 51 gejala ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-
sedang dengan disabilitas sedang.2 valued ideas) yang menetap, atau
apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-
Pembahasan bulan terus menerus
Kriteria dignostik Skizofrenia menurut f. Arus pikiran yang terputus atau yang

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 |590


Melati Indah Jelita dan High Boy K Hutasoit | Kegawatdaruratan Psikiatri ec. Skizofrenia Paranoid Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun

mengalami sisipan (interpolasi) yang yang berada jauh di bawah tingkat


berakibat inkoherensi atau yang dicapai sebelum awitan (atau jika
pembicaraan yang tidak relevan, atau awitan pada masa anak-anak atau
neologisme remaja, ada kegagalan untuk
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan mencapai beberapa tingkat 24
gaduh gelisah (excitement), sikap pencapaian hubungan interpersonal,
tubuh tertentu (posturing), atu akademik, atau pekerjaan yang
fleksibilitas serea, negativisme, diharapkan).6
mutisme dan stupor c. Durasi
h. Gejala-gejala negatif seperti sikap Tanda kontinu gangguan berlangsung
sangat masa bodoh (apatis), selama setidaknya 6 bulan. Periode 6
pembicaraan yang terhenti, dan bulan ini harus mencakup setidaknya 1
respons emosional yang menumpul bulan gejala (atau kurang bila telah
atau tidak wajar, biasanya berhasil diobati) yang memenuhi
mengakibatkan penarikan diri dari kriteria A (yaitu gejala fase aktif) dan
pergaulan sosial dan menurunnya dapat mencakup periode gejala
kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa prodromal atau residual. Selama
semua hal tersebut tidak disebabkan periode gejala prodromal atau
oleh depresi atau medikasi residual ini, tanda gangguan dapat
neuroleptika.2,3 Suatu perubahan yang bermanifestasi sebagai gejala negatif
konsisten dan bermakna dalam mutu saja atau 2 atau lebih gejala yang
keseluruhan dari beberapa aspek terdaftar dalam kriteria A yang muncul
perilaku perorangan, bermanifestasi dalam bentuk yang lebih lemah
sebagai hilangnya minat, tak (keyakinan aneh, pengalaan
bertujuan, sikap malas, sikap berdiam perseptual yang tidak lazim).3,5
diri (self absorbed attitude) dan d. Eksklusi gangguan mood dan
penarikan diri secara sosial. skizoafektif
Adapun kriteria diagnostik gangguan Gangguan skizoafektif dan gangguan
skizofrenia berdasarkan DSM-V antara lain: depresif atau bipolar dengan ciri
a. Terdapat 2 atau lebih dari kriteria psikotik telah disingkirkan baik karena:
dibawah ini, masing-masing terjadi (1) Tidak ada episode depresif manik,
dalam kurun waktu yang signifikan atau campuran mayor yang terjadi
selama 1 bulan (atau kurang bila telah bersamaan dengan gejala fase aktif.
berhasil diobati). Paling tidak salah (2) Jika episode mood terjadi selama
satu harus ada (delusi), (halusinasi), gejala fase aktif durasi totalnya relatif
atau (bicara kacau ): singkat dibandingkan durasi periode
(1) Delusi/Waham aktif dan residual.3
(2) Halusinasi e. Eksklusi kondisi medis umum/zat
(3) Bicara Kacau (sering melantur atau Gangguan tersebut tidak disebabkan
inkoherensi) efek fisiologis langsung suatu zat (obat
(4) Perilaku yang sangat kacau atau yang disalahgunaan, obat medis) atau
katatonik kondisi medis umum.2,3
(5) Gejala negatif (berupa ekspresi f. Hubungan dengan keterlambatan
emosi yang berkurang atau kehilangan perkembangan global. Jika terdapat
minat).3,5 riwayat gangguan autistik atau
b. Disfungsi Sosial/Pekerjaan keterlambatan perkembangan global
Selama kurun waktu yang signifikan lainnya, diagnosis tambahan
sejak awitan gangguan, terdapat satu skizofrenia hanya dibuat bila waham
atau lebih disfungsi pada area fungsi atau halusinasi yang prominen juga
utama; seperti pekerjaan, hubungan terdapat selama setidaknya satu bulan
interpersonal, atau perawatan diri, (atau kurang bila telah berhasil

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 |591


Melati Indah Jelita dan High Boy K Hutasoit | Kegawatdaruratan Psikiatri ec. Skizofrenia Paranoid Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun

diobati).5 trihexyphenidyl 2x2 mg. Trihexyphenidyl


Diagnosis pada pasien ditegakkan merupakan salah satu obat antikholinergik
secara spesifik yaitu Skizofrenia Paranoid yang tidak perlu diberikan secara rutin atau
(F20.0) yang merupakan kasus tersering dari untuk tujuan pencegahan efek samping
skizofrenia. Pasien seringkali mengalami ekstrapiramidal, karena munculnya efek
episode pertama pada usia yang lebih tua samping ekstrapiramidal, karena munculnya
dibandingkan skzofrenia hebefrenik dan efek samping bersifat individual dan obat
katatonik. Pada skizofrenia paranoid waham antikholinergik tersebut baru perlu diberikan
dan halusinasi menonjol. Gambaran klinis di hanya bilaterjadi efek samping EPS
dominasi oleh waham-waham dimana (ekstrapiramidal sindrom).5
indivdidu merasa dikejar-kejar yang secara Saat ini standar emas pengobatan
relatif stabil, sering kali bersifat paranoid, skozofrenia adalah antipsikotik golongan II
biasanya disertai oleh halusinasi, terutama (APG-II). Baik efikasinya maupun efek
halusinasi pendengaran, dan gangguan- sampingnya, APG-II lebih baik daripada APG-
gangguan persepsi lainya. Gangguan afektif, I. Risperidone merupakan salah satu APG-II
dorongan kehendak (volition) dan yang lebih memiliki efek untuk mengurangi
pembicaraan serta gejala-gejala katatonik gejala negatif (upaya pasien untuk menarik
tidak menonjol.3 diri dari lingkungan) maupun gejala positif
Gejala paranoid yang paling umum (halusinasi, gangguan proses pikir).
yaitu waham kejar adalah yang paling khas, Risperidon bekerja pada afinitas reseptor
rujukan (reference), kebesaran, serotonin 5-HT2 yang efektif untuk gejala
dikendalikan, dipengaruhi dan cemburu. negative dan dopamine D2 serta memiliki
Suara-suara halusinasi yang mengancam beberapa afinitas terhadap reseptor alfa-
pasien atau memberi perintah, atau adrenergik, histamin H2 dan dopamine D1.
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal Dosis yang paling banyak digunakan adalah
berupa bunyi pluit (whistling), mendengung 4 mg/hari mampu mengikat reseptor D2
(humming), atau bunyi tawa (laughing), sekitar 60-70%. Sedangkan dosis yang lebih
halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, tinggi dari 6 mg/hari mampu mengikat lebih
atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan dari 77% yang terkait dengan perkembangan
tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi EPS. Dosis anjurannya adalah 1-6 mg/hari.7
jarang menonjol.3,5 Efek samping yang terjadi dapat
Pada pasien ini rencana terapi yang berupa sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa
diberikan adalah risperidon 2x2 mg per hari. mengantuk, kewaspadaan berkurang,
Dosis dinaikkan perlahan-lahan secara kinerja psikomotor menurun, kemampuan
bertahap dalam waktu 1-3 minggu sampai kognitif menurun), dan gangguan otonomik
dicapai dosis optimal, lalu dipertahankan (hipotensi, antikolinergik / parasimpatolitik,
sampai 8-12 minggu sebelum masuk ke mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi,
tahap pemeliharan. Dalam tahap hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
pemeliharaan ini dosis dapat intraokuler meninggi, gangguan irama
dipertimbangkan untuk mulai diturunkan jantung), gangguan ekstrapiramidal
secara bertahap sampai diperoleh dosis (dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson
minimal yang masih dapat dipertahankan seperti tremor, bradikinesia, rigiditas),
tanpa menimbulkan kekambuhan. Alasan gangguan endokrin, hematologik biasanya
penggunaan risperidon, karena Risperidon pada pemakaian jangka panjang.
adalah obat antipsikotik generasi II dengan Risperidone diberikan sebagai pilihan
efek samping yang kecil untuk terjadinya pengobatan pasien ini karena resiko terjadi
sindromekstrapiramidal dan efek sedatif, efek samping dapat ditolerir.3,7
juga tidak membuat perubahan fungsi Pada kasus ini dimana pasien kontrol
kognitif pada pasien, dan obat ini juga tidak teratur dan sulit minum obat
mudah didapatkan.5 dikarenakan perhatian yang kurang dari
Pada pasien juga diberikan keluarga, sehingga penyakit sering

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 |592


Melati Indah Jelita dan High Boy K Hutasoit | Kegawatdaruratan Psikiatri ec. Skizofrenia Paranoid Pada Laki-laki Dewasa 30 tahun

mengalami kekambuhan, maka itu harus Systematic Review and MetaAnalysis.


selalu diberikan edukasi kepada keluarga Plos Medicine; 2009. [disitasi tanggal 14
tentang pentingnya pengobatan bagi pasien November 2020]; Tersedia dari:
jika kualitas hidup pasien ingin kembali baik https://journals.plos.org/plosmedicine/a
lagi. Prognosis pada pasien adalah dubia ad rticle?id=10.1371/journal.pmed.1000120
bonam karna diharapkan pasien bisa 5. Kusumawardhani A, Husain AB,
menerapkan kepatuhan minum obat, dan Adikusumo A, Damping AA, Briliantina
diharapkan ada dorongan dari keluarga.8 DM, Lubis DB, et al. Buku Ajar
Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Simpulan Fakultas Kedokteran Universitas
Diagnosis pasien dengan skizofrenia Indonesia; 2013.
paranoid pada kasus ditegakkan berdasarkan 6. Harrison J, Gill A. The experience and
anamnesis baik secara alloanamnesis consequences of people with mental
maupun autoanamnesis dan pemeriksaan health problems, the impact of stigma
status psikiatri. Diagnosa skizofrenia harus upon people with schizophrenia: a way
ada sedikitnya satu gejala utama atau forward. J Psychiatr Ment Health Nurs.
paling sedikitnya dua gejala tambahan. 2010 Apr;17(3):242-50. [disitasi tanggal
Dimana gejala tersebut harus berlangsung 14 November 2020]; Tersedia dari:
minimal satu bulan. Pilihan terapi pada https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/
skizofrenia dipilih berdasarkan target 10.1111/j.1365-2850.2009.01506.x
gejala pada pasien skizofrenia. Tujuan 7. Indriani A, Ardiningrum W, Febrianti Y.
pengobatan adalah untuk mencegah bahaya Studi Penggunaan Kombinasi Antipsikotik
pada pasien, mengontrol perilaku pasien, pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit
dan untuk mengurangi gejala psikotik pada Yogyakarta. Majalah Farmasetika; 2020.
pasien sepert iagitasi, agresif, negatif hlm. 201-211 [disitasi tanggal 16
simptom, positif simptom serta gejala afek. November 2020]; Tersedia dari:
Dalam beberapa literatur penggunaan obat http://jurnal.unpad.ac.id/farmasetika/art
antipsikosis golongan II memiliki efektifitas icle/view/25882
yang lebih baik dan efek samping lebih 8. Smolak, A. Gearing, RE. Alonzo, D.
rendah bila dibandingkan dengan Baldwin, S. Harmon, S. McHugh. K. Social
antipsikosis golongan I. Pasien dengan Support and Religion : Mental Health
skizofrenia selain membutuhkan terapi Service Use and Treatment of
farmakologi juga perlu psikoterapi dan Schizophrenia, Community Mental
psikoedukasi agar pasien mendapat Health Journal; 2013. [disitasi tanggal 16
dukungan oleh keluarga serta mempercepat November 2020]; Tersedia dari:
penyembuhan pasien. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC3570737/#
Daftar Pustaka
1. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2013. hlm. 173-198.
2. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan
Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran jiwa
FK Unika Atmajaya; 2011.
3. Sadock, Benjamin J. Buku Ajar Psikiatri
Klinis edisi 2. Jakarta: EGC; 2010. hlm:
154-155.
4. Fazel S, Gulati G, Linsell L, Geddes JR,
Grann M. Schizophrenia and Violence:

Medula | Volume 10 | Nomor 4 | Januari 2021 |593

Anda mungkin juga menyukai