Anda di halaman 1dari 50

Laporan Kasus Psikiatri

Pembimbing :

dr. Nindita Pinastikasari, Sp.KJ


Disusun Oleh :
Nelda Azas Aryuni (20710106)

Krisna Yoga Erlangga (20710103)

Eva Nur Insyaroh (20710065)

Risky Nurcahya Putra (20710006)

Anita Sulistyowati (20710007)

Welinda Febrian Eka Permatasari (20710099)

Agustika Pramitasari (20710056)


DEFINISI SKIZOFRENIA

schizo = terbelah phrene = Jiwa

PPDGJ III: Suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit
luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik,
fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang
fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual dan biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran
kognitif tertentu dapat dapat berkembang kemudian. (Maslim, 2019).
Jenis Jenis Skizofrenia

a. Skizofrenia paranoid

b. Skizofrenia hebefrenik

c. Skizofrenia katatonik

d. Skizofrenia simplex

e. Skizofrenia residual
Patofisiologi

A. Peningkatan ukuran ventrikel, penurunan ukuran otak dan asimetri otak.

B. Hipotesis dopaminergik

C. Disfungsi glutamatergik.

D. Kelainan serotonin (5-HT).


Gejala Klinis

Gejala Positif Skizofrenia

Gejala psikotik (gejala positif). Gejala psikotik ditandai dengan munculnya

gejala berupa, halusinasi , delusi (sikap yang aneh, sering paranoid dan

timbul kecurigaan dan gangguan berpikir (pemikiran dan ucapan tidak

logis).
Gejala Klinis

Gejala negatif skizofrenia

Gejala negatif pada skizofrenia ditandai dengan penurunan fungsi sosial dan

emosional, termasuk ekspresi, cara bicara, kemauan serta aktivitas sosial dan

hedonik
Gejala Klinis

Gangguan kognitif

Gangguan kognitif ditandai dengan adanya gangguan dalam hal attention

(perhatian), kecepatan berpikir dan penyelesaian masalah


Gejala Klinis

Gejala Skizofrenia Paranoid

Gejala yang mencolok adalah waham primer, disertai waham- sekunder dan

halusinasi. Baru dengan pemeriksaan yang teliti ternyata ada juga gangguan

proses berpikir, gangguan afek, emosi dan kemauan.


Kriteria Diagnostik

I. Paling sedikit terdapat satu gejala yang amat jelas dari beberapa hal berikut:

1. THOUGHT ECO : Isi pikiran berulang atau bergema dalam kepalanya


(dari dalam dirinya sendiri)
2. THOUGHT INSERTION/WITHDRAWAL : Pikiran dari luar masuk ke
dalam
3. THOUGHT BROADCASTING : Isi pikiran tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya
4. DELUSION OF CONTROL : waham tentang dirinya dikendalikan
kekuatan dari luar
5. DELUSION OF INFLUENCE : waham tentang dirinya dipengaruhi
kekuatan tertentu dari luar
6. DELUSION OF PASSIVITY : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar
7. DELUSION OF PERCEPTION : pengalaman inderawi tidak wajar yang
bermakna sangat khas bagi dirinya (mistik atau mukjizat)
8. HALUSINASI AUDITORIK : suara halusinasi yang terus menerus
terhadap perilaku pasien dan mendiskusikan perihal pasien diantara
mereka atau jenis jenis suara halusinasi yang berasal dari salah stau bagian
tubuh
9. WAHAM MENETAP YANG LAINNYA : yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dab mustahil
Kriteria Diagnostik
II. Atau paling sedikit 2 gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara :

1. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja. Setiap hari selama 1
bulan atau lebih ; atau Disertai waham mengambang tanpa kandungan
afektif
2. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (akibatnya
pembicaraannya inkoheren atau neologisme)
3. Perilaku katatonik (gaduh; gelisah; mematung; fleksibilitas serba;
negativisme; mutisme; stupor)
4. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis ataupun respons emosional
yang menumpul
Kriteria Diagnostik

III. Gejala-gejala khas tersebut berlangsung selama satu bulan atau lebih

IV.Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi dan bermanifestasi sebagai
hilangnya minat diri dan hidup tak bertujuan serta penarikan diri secara sosial.

V. Tidak disebabkan oleh penyakit otak atau intoksinasi atau lepas zat.
Tatalaksana
Penggunaan Antipsikotik sebagai farmakoterapi digunakan untuk mengatasi
gejala psikotik dengan berbaagai etiologi, salah satunya skizofrenia. Antipsikotik
diklasifikasikan menjadi antipsikotik generasi pertama dan antipsikotik generasi
kedua
Antipsikotik Generasi Pertama

Antipsikotik generasi pertama merupakan antipsikotik yang bekerja dengan cara


memblok reseptor dopamin D2. Antipsikotik ini memblokir sekitar 65% hingga
80% reseptor D2 di striatum dan saluran dopamin lain di otak. Contoh obat-obat
antipsikotik generasi pertama : Chlorpromazine, Pherpenazine, Trifluoperazine,
Fluphenazine, Thioridazine, Haloperidol, Pimozide
Antipsikotik Generasi Kedua
Antipsikotik generasi kedua, seperti risperidone, olanzapine, quetiapine,
ziprasidon aripriprazol, paliperidone, iloperidone, asenapine, lurasidone dan
klozapin memiliki afinitas yang lebih besar terhadap reseptor serotonin daripada
reseptor dopamin. Sebagian besar antipsikotik generasi kedua menyebabkan efek
samping berupa kenaikan berat badan dan metabolisme lemak.
Klozapin merupakan antipsikotik generasi kedua yang efektif dan tidak
menimbulkan efek samping ekstrapiramidal. Oleh karenanya, klozapin
digunakan sebagai agen pengobatan lini pertama pada penderita skizofrenia.
Namun, klozapin dikaitkan dengan peningkatan risiko hematotoksis yang dapat
menyebabkan kematian (agranulositosis) Oleh karena itu, beberapa antipsikotik
generasi kedua (risperidone, olanzapine, quetiapine dan ziprasidone) digunakan
sebagai terapi tambahan untuk meningkatkan khasiat klozapin tanpa diskrasia
darah
Kasus
Nama : Tn. S
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal lahir : Lumajang, 2 September 1999
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Status Marital : Belum menikah
Pendidikan Terkakhir : SMK
Pekerjaan Terakhir : Pegawai pabrik
Alamat Pasien : Jatiroto, Lumajang.
Waktu Pemeriksaan : 19 Desember 2019, Pukul: 16.35 WIB
Anamnesis

Keluhan Utama: Pasien suka marah-marah.


Autoanamnesis
Pasien Datang ke IGD RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang diantar oleh Ibu,
Ayah, dan 2 tetangga lain dengan menggunakan mobil pribadi pada hari Kamis, 19
Desember 2019 pukul 16.30 WIB. Pasien berpenampilan rapi (berbaju lengkap, kaos
berwarna biru muda dan celana panjang hitam bahan jeans) dan beralas kaki berupa
sandal jepit swallow warna hijau. Roman wajah pasien sesuai usia, berbau, rambut
berantakan, pasien cukup komunikatif dan kooperatif. Pasien masuk IGD berjalan kaki
tanpa bantuan orang lain saat menuju ke tempat tidur pemeriksaan. Saat diajak
berbicara, pasien mau menatap mata pemeriksa. Saat pasien diberi pertanyaan
mengenai identitas, pasien dapat menjawab nama, usia, alamat, dan tempat tanggal
lahir, namun saat ditanya pekerjaan pasien hanya diam. Pasien mengetahui jika saat ini
sore hari.
Pasien juga mengetahui jika saat ini berada di RSJ Lawang diantar oleh orang tua yang
bernama Ny. P. Saat ditanya alasan pasien datang ke IGD, pasien mengatakan bahwa pasien
tidak tahu. Sesekali saat diajak berbicara, pasien sering melihat sekeliling. Pasien sering
duduk lalu tidur lagi sambil tangannya / jarinya bergerak-gerak terus tanpa tujuan. Saat
ditanya oleh pemeriksa pasien saat ini merasakan apa, pasien menjawab bahwa pasien
sedang mencari jati diri dan merasa kebingungan apakah dia laki-laki atau perempuan. Saat
ditanyakan mengapa, pasien lalu bilang “ya bingung saja kok bisa”. Lalu pasien tiba-tiba
bercerita bahwa ia ingin memiliki adik kecil. Saat ditanyakan mengapa, pasien mengatakan
biar ada temannya.
Lalu pasien mengatakan lagibahwa bingung kenapa kok malah kakaknya yang punya
anak. Tiba-tiba pasien bercerita lagi bahwa tadi pagi bangun tidur habis mimpi buruk. Saat
ditanya mimpi buruk apa, pasien menjawab takut mati. Lalu pemeriksa menanyakan
mengapa kok takut mati, pasien menjawab karena mimpi buruknya namun tidak mau
menceritakan isi mimpi buruknya. Pasien mengaku sulit tidur pada malam hari dan baru
tidur di pagi hari karena mimpi buruk. Pasien mengaku mendengar suara gamelan dari
telinganya. Pasien merasa ketakutan juga pada saat malam hari karena merasa sendirian.
Pasien tiba-tiba bercerita bahwa pasien tidak suka dengan Vian yang mau menikah dengan
Putri, pasien merasa bingung dengan Putri karena pasien merasa bahwa ia adalah Raja dan
Vian adalah kacung. Saat ditanya Putri siapa, pasien menjawab dia adalah selirnya namun
selingkuh dengan Vian. Pada pasien tidak ditemukan rasa senang dan sedih yang
berlebihan
Heteroanamnesis
Heteroanamnesis (diperoleh dari ibu kandung pasien yaitu Ny. P)

Rincian Keluhan Utama`

Ibu pasien mengatakan pasien marah-marah sampai mengumapat terus selama 1


bulan ini. Sebelumnya kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien menjadi pendiam
dan suka mengurung diri di kamar. Pasien dibawa ke IGD RSJ Lawang karena
perilakunya yang aneh yaitu marah-marah dan lari-lari disekitar rumah sampai
meresahkan tetangga.
Gejala lain yang mengertai keluhan UTAMA

Pasien sering berbicara sendiri, saat ditanya berbicara dengan siapa pasien marah-
marah dan mengumpat. Berbicaranya kadang melantur dan mengaku mendengar
suara gamelan. Pasien jadi pendiam padahal biasanya suka bercerita ke Ibunya.
Pasien sering lari-lari atau mondar mandir tanpa tujuan disekitar rumah. Pasien
memiliki pacar yang sekitar 1 bulan yang lalu dilamar orang lain, ibu pasien
mengatakan bahwa mereka sudah pacaran selama 4 tahun. Dulu pasien pernah
mengalami kejaian seperti ini (marah-marah, mengomel tapi ketika ditanya tidak
menjawab) saat masih SMK kelas 3, namun tiba-tiba hilang sendiri tanpa
dilakukan pengobatan.
Gejala Prodormal

1. Perilaku tidak terkendali

2. Pasien sering bicara sendiri

3. Pasien suka menyendiri

 
Peristiwa terkait dengan keluhan utama

Pacarnya dilamar orang lain sekitar 1 bulan yang lalu. Mereka sudah berpacaran
selama 4 tahun dan sangat dekat antar keluarga.
Pemeriksaan
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 110 / 90 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8°C
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran Umum : Compos Mentis
Pemeriksaan Lokalis
Kepala / Leher : 1. a-/i-/c-/d-
Pembesaran KGB :-

Thorax : Pulmo : simetris, Vesikuler , Rhonki -/- Wheezing /-,

Cor : S1/S2 Tunggal , Irama : Reguler , Murmur : -

Abdomen : Soepl, bising usus + Normal , Nyeri Tekan –

Ekstremitas : Akral Hangat kering merah +/+ , Odem -/-


Status Neurologik
GCS : E4,V5,M6
Reflek Patologis :
Meningeal Sign:
Kaku kuduk : tidak dilakukan Babinski Tde /Tde
Kernig sign : tidak dilakukan Chaddock Tde/Tde
Brudzinki I : tidak dilakukan Hoffman Tde/Tde
Brudzinki II : tidak dilakukan
Tromner Tde/Tde

Reflek Primitif :
Reflek Fisiologis :
Palmar grasp reflek -/-
BPR +2/+2
Palmomental -/-
APR +2/+2
Motorik : Tde
TPR +2/+2
Sensorik : Tde
KPR +2/+2
Status Psikiatri

a. Kesan Umum : Pasien laki-laki dating dengan roman wajah sesuai umur,
berbau, rambut berantakan. Pasien masuk IGD dengan berjalan kaki tanpa
bantuan orang lain saat menuju ke tempat tidur pemeriksaan
b. Kontak : Pasien cukup kooperatif dan komunikatif. Saat di ajak berbicara,
pasien mau menatap mata pemeriksa. Saat pasien diberi pertanyaan nengenai
identitas, pasien dapat menjawab nama, usia, alamat dan tempat tanggal lahir,
namun saat ditanya pekerjaan, pasien hanya diam.
c. Kesadaran : Jernih
8. Terapi psikofarmakologi

d. Orientasi : Waktu : Tidak terganggu

Tempat : Tidak terganggu


Orang : Tidak terganggu

e. Daya Ingat: Segera : tidak terganggu


Pendek : tidak terganggu
Panjang : tidak terganggu

f. Persepsi : Halusinasi auditorik


g. Proses berpikir : Bentuk pikiran : Non realistik
Arus pikiran : Inkoherensi , neologisme
Isi : waham kejar, waham curiga

h. Afek / Mood : curiga

i. Kemauan : ADL : cukup


Sosial : Cukup
Pekerjaan : Menurun

j. Psikomotor : Meningkat

k. Insight : Tilikan 1
Resume
Pasien Datang ke IGD RSJ dr.Radjiman Wediodiningrat Lawang diantar oleh Ibu, Ayah,
dan 2 tetangga lain dengan menggunakan mobil pribadi pada hari Kamis, 19 Desember
2019 pukul 16.30 WIB. Pasien berpenampilan rapi (berbaju lengkap, kaos berwarna biru
muda dan celana panjang hitam bahan jeans) dan beralas kaki berupa sandal jepit swallow
warna hijau. Roman wajah pasien sesuai usia, berbau, rambut berantakan, pasien cukup
komunikatif dan kooperatif. Pasien masuk IGD berjalan kaki tanpa bantuan orang lain saat
menuju ke tempat tidur pemeriksaan. Saat diajak berbicara, pasien mau menatap mata
pemeriksa. Saat pasien diberi pertanyaan mengenai identitas, pasien dapat menjawab
nama, usia, alamat, dan tempat tanggal lahir, namun saat ditanya pekerjaan pasien hanya
diam. Pasien mengetahui jika saat ini sore hari. Pasien juga mengetahui jika saat ini berada
di RSJ Lawang diantar oleh orang tua yang bernama Ny. P.
Saat ditanya alasan pasien datang ke IGD, pasien mengatakan bahwa pasien tidak tahu.
Sesekali saat diajak berbicara, pasien sering melihat sekeliling. Pasien sering duduk lalu
tidur lagi sambil tangannya / jarinya bergerak-gerak terus tanpa tujuan. Saat ditanya oleh
pemeriksa pasien saat ini merasakan apa, pasien menjawab bahwa pasien sedang mencari
jati diri dan merasa kebingungan apakah dia laki-laki atau perempuan. Saat ditanyakan
mengapa, pasien lalu bilang “ya bingung saja kok bisa”. Lalu pasien tiba-tiba bercerita
bahwa ia ingin memiliki adik kecil. Saat ditanyakan mengapa, pasien mengatakan biar ada
temannya. Lalu pasien mengatakan lagibahwa bingung kenapa kok malah kakaknya yang
punya anak. Tiba-tiba pasien bercerita lagi bahwa tadi pagi bangun tidur habis mimpi buruk.
Saat ditanya mimpi buruk apa, pasien menjawab takut mati. Lalu pemeriksa
menanyakan mengapa kok takut mati, pasien menjawab karena mimpi buruknya
namun tidak mau menceritakan isi mimpi buruknya.
Pasien mengaku sulit tidur pada malam hari dan baru tidur di pagi hari karena mimpi
buruk. Pasien mengaku mendengar suara gamelan dari telinganya. Pasien merasa
ketakutan juga pada saat malam hari karena merasa sendirian. Pasien tiba-tiba bercerita
bahwa pasien tidak suka dengan Vian yang mau menikah dengan Putri, pasien merasa
bingung dengan Putri karena pasien merasa bahwa ia adalah Raja dan Vian adalah kacung.
Saat ditanya Putri siapa, pasien menjawab dia adalah selirnya namun selingkuh dengan
Vian. Pada pasien tidak ditemukan rasa senang dan sedih yang berlebihan
Pada heteroanamnesis dengan Ny. P yang merupakan ibu kandung pasien, Ibu pasien
mengatakan pasien marah-marah sampai mengumapat terus selama 1 bulan ini. Sebelumnya
kurang lebih 1 bulan yang lalu, pasien menjadi pendiam dan suka mengurung diri di kamar.
Pasien dibawa ke IGD RSJ Lawang karena perilakunya yang aneh yaitu marah-marah dan
lari-lari disekitar rumah sampai meresahkan tetangga. Pasien sering berbicara sendiri, saat
ditanya berbicara dengan siapa pasien marah-marah dan mengumpat. Berbicaranya kadang
melantur dan mengaku mendengar suara gamelan. Pasien jadi pendiam padahal biasanya
suka bercerita ke Ibunya. Pasien sering lari-lari atau mondar mandir tanpa tujuan disekitar
rumah. Pasien memiliki pacar yang sekitar 1 bulan yang lalu dilamar orang lain, ibu pasien
mengatakan bahwa mereka sudah pacaran selama 4 tahun. Dulu pasien pernah mengalami
kejaian seperti ini (marah-marah, mengomel tapi ketika ditanya tidak menjawab) saat masih
SMK kelas 3, namun tiba-tiba hilang sendiri tanpa dilakukan pengobatan.
Diagnosis Multiaksial

Axis I : F.20.0 Skizofrenia Paranoid

Axis II : Tidak ada

Axis III : Tidak ada

Axis IV : Masalah psikososial & lingkungan lain

Axis V : GAF Scale (40-31)


Differensial Diagnosis

Gangguan Skizoafektif tipe Depresi

Skizofrenia Paranoid

Psikosis Skizofrenia
Rencana Tindak Lanjut
A. Non farmakologi

1. Psikoedukasi Pasien

a) Mendengarkan dan memberikan kesepatan pada pasien untuk menggunakan


isi hati dan perasaan serta mengadakan konseling.
b) Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita, gejala, dan hal
yang dapat memicu kekambuhan.
c) Memotivasi pasien untuk patuh terhadap pengobatan, elakukan aktivitas yang
bermanfaat, tetap bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
2. Psikoedukasi Keluarga

a) Memberikan pengertian dan pemahaman kepada kelurga dan orang terdekat


pasien mengenai kondisi pasien.
b) Meminta keluarga dan orang terdekat untuk berperan aktif dalam memberikan
dukungan kepada pasien serta memantau kepatuhan terapi.
c) Keluarga diminta membantu memberikan edukasi pada lingkungan sekitar
agar pasien dapat diterima di masyarakat.
3. Follow-up

a) Memeriksa secara berkala keadaan dan perkembangan pasien.

b) Selalu memantau efektivitas dan efek samping dari obat yang diberikan.
B. Farmakologi

Pada pasien ini diberikan obat Risperidone dimulai dengan Dosis yang diberikan

adalah 2 mg, dalam sehari pasien minum obat sebanyak 1 kali 1 tablet selama 5

hari sebagai dosis inisial/dosis awal terapi.


Prognosis
Faktor Baik Buruk

Usia 20 tahun  

Status Belum  

pernikahan menikah

Pendidikan SMK  

terakhir

Pekerjaan Pegawai  

Pabrik

Kepribadian Tidak ada  

premorbid gangguan

Faktor Jelas  

pencentus
Prognosis
Faktor Baik Buruk

Faktor Tidak ada  

keturunan

Gejala Jelas  

Onset / awitan   Kronis

Jenis   Skizofrenia

paranoid

Insight /   Derajat 1

Tilikan

Pengobatan Belum pernah  

berobat

sebelumnya

Kesimpulan : Dunia ad bonam


Pembahasan
Penentuan diagnosis psikiatri ditegakkan berdasarkan anamnesis (autoanamnesis dan
heteroanamnesis), pemeriksaan fisik, status neurologi, dan status psikiatri. Dari
anamnesis ditemukan keluhan utama ialah pasien suka marah-marah kurang dari 1
bulan Keluhan ini muncul sejak pasien mengetahui pacarnya dilamar orang lain sekitar
1 bulan lalu.
Pada pemeriksaan fisik dan status neurologis tidak ditemukan kelainan. Pada status
psikiatri ditemukan adanya halusinasi auditorik, gangguan proses berfikir dengan
bentuk nonrealistik dan isi pikiran pikiran waham seperti waham kebesaran. Aktivitas
ADL (Activity of daily living) kurang membaik, kemauan bersosialisasi tidak
membaik, dan psikomotor meningkat. Tingkat insight pada pasien ini adalah derajat 1
dimana pasien tidak menyadari tentang situasi dirinya.
Diagnosis pasien ini adalah Gangguan Skizofrenia Paranoid, diagnosis ini ditegakkan
karena pada pasien ditemukan adalah adanya halusinasi auditorik, disertai waham
kebesaran, serta ditemukan juga perilaku gaduh gelisah yang gejala tersebut sudah
terjadi selama 1 bulan. Pasien ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka
dengan Haloperidol 2 x 5mg berguna untuk mengatasi perasaan tumpul, waham, dan
halusinasi yang dialami pasien. Trihexyphenidyl 2 x 2 mg diberikan pada pasien ini
untuk profilaksis mengatasi gejala ekstrapiramidal dan sindrom parkinsonisme seperti
gemetar, badan kaku seperti robot dan hipersalivasi yang dapat ditimbulkan sebagai
efek sekunder oleh obat-obat haloperidol yang diberikan untuk terapi anti psikosis
(Muslim, 2007).
Prognosis pasien dengan skizofrenia paranoid, ad vitam dubia ad bonam karena
apabila pasien menjalani pengobatan dengan baik dan dukungan keluarga juga baik
maka kualitas hidup pasien dapat meningkat, sedangkan prognosis ad functionam dan
ad sanationam dubia ad malam
Kesimpulan
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang bergantung pada
interaksi pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Termasuk Skizofrenia
Paranoid karena ditemukan gejala halusinasi dan waham lebih menonjol seperti
adanya halusinasi auditorik, waham kebesaran, yang gejala tersebut sudah
terjadi selama 1 bulan.
Tn. S yang berusia 22 tahun mulai sering berbicara sendiri, marah-marah dan sering
lari-lari di sekitar rumah hingga meresahkan tetangga setelah sekitar 1 bulan yang lalu
pacar pasien di lamar orang lain.
Dengan diagnosis tersebut, maka terapi yang diberikan untuk pasien ini adalah
diberikan obat Risperidone dimulai dengan Dosis yang diberikan adalah 2 mg, dalam
sehari pasien minum obat sebanyak 1 kali 1 tablet selama 5 hari sebagai dosis
inisial/dosis awal terapi. Inj Haloperidol 5 mg im maximal 30 mg/24 jam, ulangi
pemberian obat dalam 30-60 menit sampai tercapai kontrol yang adekuat terhadap
gaduh gelisah +
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai