Anda di halaman 1dari 4

Penegakan Diagnosis Skizofrenia Paranoid

Abstrak

Skizofrenia adalah suatu kekacauan mental organik dan gangguan psikotik dalam 
berhubungan  dengan realitas dan intelektual bergantung dari tipe jenis penyakitnya.
Waham, gangguan emosional dan kehidupan afeksi, halusinasi dan kecenderungan
menarik diri. Pada skizofrenia waham harus menonjol, terutama waham kejar atau
curiga dan waham kebiasaan. Disertai macam-macam ilusi dan halusinasi terus
menerus berganti coraknya dan tidak teratur sifatnya. Penatalaksanaan pada pasien
skizofrenia diberikan antipsikotik tipikal seperti chlorpromazin.

Kata Kunci : antipsikotik tipikal, paranoid skizofrenia,

ISI
Keluhan dan gejala
Dialami kurang lebih 7 bulan yang lalu. Terkadang pasien berbicara sendiri jika di luar
rumah,sehingga oleh tetangga diejek sebagai orang gila, begitu di ejek maka pasien
mengejek balik sambil berbicara terus menerus, terkadang dengan nada yang keras,
pasien marah karena disebut sebagai orang gila, tetapi jika diejek seperti itu pasien
tidak sampai memukul orang. Terkadang pasien mendengar suara bisikan yang
menyuruhnya untuk menjaga wilayah daerah luwu dari serangan perang mandar,
pasien mengatakan bahwa dirinya adalah penjaga daerah luwu, dan perintah itu
diterimanya dari pemimpin luwu yaitu raja luwu dengan cara berkomunikasi lewat
ilmu kebatinan, sehingga pasien mengetahui keinginan dari raja luwu. Pasien juga
mengatakan bahwa dirinya pernah melihat hantu pada saat menonton bola
dirumahnya, peristiwa tersebut di lihatnya hanya sekali. Menurut ibunya, pasien
pernah berkeinginan untuk bepergian ke pulau kalimantan setelah menyelesaikan
sekolahnya di SMK, tetapi tidak diizinkan oleh orang tuanya. Perubahan perilaku
terjadi semenjak tahun 2005. Pada awalnya pasien tiba-tiba melihat hantu di
rumahnya ketika sedang menonton bola di televisi, pasien pun berlari keluar rumah
dan sangat ketakutan. Sejak peristiwa tersebut pasien selalu merasa ketakutan.
Pada tahun 2006, ayah pasien meninggal dunia dan sejak saat itu pasien sering
berbicara-bicara sendiri. Menurut adiknya, setiap pasien melakukan aktivitas pasien
selalu berbicara sendiri dengan mengatakan ”salah lagi-salah lagi” sehingga aktivitas
apa pun yang dikerjakannya selalu dilakukan secara berulang-ulang. Keadaan ini
hampir tiap kali terjadi setiap pasien hendak melakukan aktivitas di rumahnya. Dan
pasien pun dimasukkan ke RS.Dadi untuk pertama kalinya 10 hari setelah kepergian
ayahnya pada bulan november 2006. Pasien di rawat di RS.Dadi kurang lebih 1
bulan lamanya dan dikeluarkan pada bulan desember 2006. Setelah keluar dari
RS.Dadi pasien tidak meminum obat secara teratur dan bahkan pernah tidak
meminum obat sama sekali.
Hendaya :
- Hendaya sosial (+)
- Hendaya pekerjaan (+)
- Hendaya penggunaan waktu senggang (+)
· Faktor stresor psikososial : Tidak jelas
· Gangguan sekarang dengan penyakit fisik dan psikis sebelumnya :Tidak ada
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan : Tampak seorang laki-laki memakai baju tiga lapis, baju lapisan
pertama adalah lengan panjang dengan motif bergaris, baju lapisan kedua adalah
lengan pendek dengan motif bergaris, baju lapisan ke tiga adalah rompi warna
orange mencolok dengan motif jaring jaring. Memakai celana pendek berwarna
hitam selutut. Perawakan tinggi, wajah agak lonjong sesuai umur, rambut agak
gondrong, kulit sawo matang, kesan kurang rapi.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas prikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati, Perhatian :
1. Mood : sulit dinilai
2. Afek : tumpul
3. Keserasian : Inappropriate
4. Empati : sulit di raba- rasakan
C. Fungsi Intelektual (kognitif) :
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : Sesuai dengan taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi : Cukup
3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : Baik
4. Daya ingat : Jangka panjang baik, jangka pendek baik, dan jangka segera baik.
5. Pikiran abstrak : Terganggu
6. Bakat kreatif : tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : cukup
D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi
· Halusinasi Auditorik berupa suara yang mengomentari perilaku pasien yang
didengar tiap hari.
· Halusinasi Auditorik berupa ”Raja Luwu” yang memberikan perintah.
· Halusinasi Visual berupa pasien melihat ”hantu” saat sedang menonton bola di
rumahnya.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir :
1. Arus pikiran :
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran :
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Waham
· Waham kebesaran yang berupa pasien adalah penjaga wilayah luwu.
· Waham mustahil yang berupa raja luwu berkomunikasi dengan pasien melalui
ilmu batin sehingga pasien dapat mengetahui keinginan raja luwu.
F. Pengendalian Impuls : Terganggu
G. Daya Nilai
Norma sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Terganggu
Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan (insight) : Insight 1, pasien merasa dirinya tidak sakit.
I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III)


· Aksis I :
Dari autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang
bermakna yaitu sering berbicara-bicara sendiri jika beraktivitas dan melamun.
Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) dan disabilitas bagi pasien dan
keluarganya sehingga dapat disimpulkan sebagai Gangguan Jiwa.
Pada pemeriksaan status internus dan status neurologis tidak ditemukan adanya
kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan
gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat disingkirkan, sehingga pasien di
diagnosis sebagai Gangguan Jiwa Psikotik Non-Organik.
Pada pasien ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik
yaitu suara-suara yang mengomentari perilaku pasien tiap hari yang berupa ”salah
lagi-salah lagi” serta perintah raja luwu untuk menjaga daerah luwu dan menjaga
badik raja luwu dari rebutan kerajaaan mandar. Dan waham mustahil yang berupa
pasien berkomunikasi dengan raja luwu melalui ilmu kebatinan. Sehingga
berdasarkan PPDGJ-III di diagnosis sebagai Skizofrenia (F.20).
Disamping itu, ditemukan adanya gejala waham dan halusinasi yang menonjol
sehingga berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis Gangguan Jiwa
(PPDGJ-III), diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F.20.0).
Aksis II :Ciri kepribadian tidak khas
Aksis III :Tidak ada diagnosis
Aksis IV :Tidak Jelas
Aksis V :GAF Scalae 50-41 (pasien mengalami gejala berat dan disability berat)

Diskusi
Untuk mendiagnosis skizofrenia (F20.0), maka harus memenuhi kriteria umum
skizofrenia dari kriteria satu gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat jelas) yaitu
berupa : Thought, Delusion, Halusinasi auditorik, dan waham. Serta kriteria dua
gejala (paling sedikit 2 dari 4 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas)
Halusinasi/ waham harus menonjol
Arus pikiran yang terputus
Perilaku katatonik
Gejala gejala negative (gangguan afek)
Dimana gejala tersebut telah berlangsung selama lebih dari 1 bulan.
Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala seperti Halusinasi auditorik yang berupa
suara-suara yang mengomentari perilaku pasien tiap hari yang berupa ”salah lagi-
salah lagi” serta perintah raja luwu untuk menjaga daerah luwu dan menjaga badik
raja luwu dari rebutan kerajaaan mandar. Ditemukan pula adanya waham mustahil
yang berupa pasien berkomunikasi dengan raja luwu melalui ilmu kebatinan. Dimana
gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria umum skizofrenia dari kriteria satu
gejala (salah satu dari 4 gejala yang sangat jelas), Sehingga di diagnosis sebagai
Skizofrenia (F.20).
Sedangkan untuk mendiagnosis Skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III yaitu
harus memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia.Dan sebagai tambahan:
· Halusinasi dan / atau waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit,mendengung, atau bunyi tawa.
Halusinasi pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain lain
perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan ( delusion of
control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity dan keyakinan dikejar
yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
Pada pasien ini ditemukan adanya Halusinasi Auditorik dan waham yang menonjol
sehingga diagnosis diarahkan pada skizofrenia paranoid (F20.0).
Untuk terapi psikofarmaka diberikan haloperidol. Haloperidol termasuk dalam obat
anti-psikosis tipikal, dimana mekanisme kerja dari obat ini adalah memblokade
Dopamin pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik
dan sistem ekstra piramidal, sehingga efektif untuk mengatasi gejala gejala positif.
Dalam kasus ini ditemukan gejala gejala positif yang menonjol yaitu gangguan isi
pikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi). Haloperidol memiliki efek
sedative lemah digunakan untuk sindrom psikosis dengan gejala positif dan biasa
digunakan pada pasien skizofrenia dalam terapi jangka panjang

RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka : Haloperidol 1,5 mg 3 .1 tab
2. Psikoterapi Supportif
· Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati sehingga pasien menjadi lega
· Konseling memberikan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya dan
memahami kondisinya lebih baik dan menganjurkan untuk berobat teratur
Sosioterapi : memberikan penjelasan pada keluarga pasien dan orang sekitar pasien
untuk memberikan dorongan dan menciptakan lingkungan yang kondusif

DAFTAR PUSTAKA:
 Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri,
Jilid I. Binarupa Aksara.
 Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III.
 Anonim. 2009. www.scribd.com/doc/54066427/Skizofrenia-Paranoid

Penulis Sigit Prasetya Utama, 20060310039. Bagian Jiwa, RS Soeroyo Magelang

Anda mungkin juga menyukai