Anda di halaman 1dari 18

Konsep Dasar Gangguan

Sensori Persepsi Halusinasi

Kelompok 3
1.Dwitia Ambarwati 4. Jihandanu pratama
2.Eka Novita 5. Pipih Siti Roaeni
3.Evi Ndaru 6. Ucung Sujali
A. Pengertian halusinasi
Halusinasi didefinisikan sebagai suatu tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal.Halusinasi juga merupakan gangguan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis
halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan 20%, dan sisanya 10%
adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi merupakan keadaan seseorang yang mengalami perubahan
pola dan jumlah rangsangan yang dimulai secara internal atau eksternal di
sekitarnya dengan pengurangan, pembesaran, distorsi, atau
ketidaknormalan respon terhadap setiap rangsangan.Faktor-faktor yang
mampu mempengaruhi kekambuhan penderita skizofrenia dengan
halusinasi meliputi ekspresi emosi keluarga yang tinggi, pengetahuan
keluarga yang kurang, ketersediaan pelayanan kesehatan, penghasilan
keluarga dan kepatuhan minum obat pasien skizofrenia.

Halusinasi juga merupakan persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak
ada rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya).
Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan
kepribadian seseorang.Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman
psikologis seseorang.

Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana


pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada 6 rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa
stimullus eksteren : persepsi palsu
B.Proses Terjadinya Halusinasi

Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress


adaptasi Stuart yang meliputi Stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi :

a. Faktor Predisposisi halusinasi terdiri dari :

1. Faktor Biologis : Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami


gangguan jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
2. Faktor Psikologis : Memiliki riwayat kegagalan yang berulang.Menjadi
korban, pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya
kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
3. Sosiobudaya dan lingkungan : Sebagian besar pasien halusinasi berasal
dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki
riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien
halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah
mengalami kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri),
serta tidak bekerja.
b. Faktor Presipitasi Stressor

Presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan


adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur otak,
adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di keluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik antar
masyarakat.
c. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
d. Dimensi social Klien : mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah
ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain
e. Perilaku Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri,
kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan nyata dan tidak.
f. Dimensi intelektual : Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa
individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien
dan tak jarang akan mengotrol semua perilaku klien.
C. Tahapan Halusinasi

 Tahap I : Halusinasi bersifat menyenangkan, tingkat ansietas pasien sedang.


Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.

Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan bersalah


dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini pasien mencoba
menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa
pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non
psikotik).

Perilaku yang teramati :


1. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Respon verbal yang lambat
4. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan
 Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat
berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.

Karakteristik : Pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat menjijikkan dan


menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali,
pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien
merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain
(nonpsikotik).

Perilaku yang teramati :


1. Peningkatan kerja susunan saraf otonom yang menunjukkan timbulnya ansietas
seperti peningkatan nadi, tekanan darah dan pernafasan
2. Kemampuan kosentrasi menyempit.
3. Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk
membedakan antara halusinasi dan realita
D. Jenis-jenis Halusinasi Menurut Pardede et all (2021) jenis halusinasi
antara lain :

1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 % Karakteristik ditandai dengan


mendengar suara, terutama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 % Karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun
dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory) Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk,
amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang
terhidu bauharum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile) Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang
dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan
sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
E. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:

a. Data Objektif
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10.Muntah
11.Menggaruk-garuk permukaan kulit
b.Data Subjektif
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu
menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7. Merasa takut atau senang dengan halusinanya
8. Mengatakan sering mengikuti isi perintah halusinasi
F. Proses Asuhan Keperawatan
A. DX 1: ISOLASI SOSIAL (D.0121)

Definisi: ke tidak mampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat,


terbuka,dan interdependent dengan orang lain.

Penyebab :
1. keterlambatan perkembangan
2. ketidak mampuan menjalin hubungan yang memuaskan
3. ketidaksesuaian minat dengan tahap perkembangan
4. ketidak sesuaian nilai2 dengan norma
5. ketidak sesuaian perilaku sosial dengan norma
6. perubahan penampilan fisik
7. perubahn status mental
8. ketidak adekuatan sumber daya personal(mis disfungsi berduka, pengendalian
diri buruk)

Gejala dan tanda mayor


Subjectif :
1. rasa ingin sendrian
2. merasa tidak aman ditempat umum
 
Objectif:
1. menarik diri
2. tidak berminat atau menolak berintreraksi dengan orang lain atau lingkungan
Gejala dan tanda minor
Subjectif :
1. merasa berbeda dengan orang lain
2. merasa asik dengsn fikiran sendri
3. merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas

Objectif:
1. afect datar
2. afect sedih
3. riwayat ditolak
4. menunjukan permusuhan
5. tidak mampu memenuhi harapan orang lain
6. kondisi difable
7. tindakan tidak berarti
8. tidak ada kontak mata
9.perkembangan terlambat
10.Tidak bergairah atau lesu

Kondisi klinis terkait


1. penyakit alzheimer
2. aids
3. tuberculosis
4. kondisi yang menyebabkan gangguan mobilisasi
5. gangguan psikiatrik (mis. Depresi mayor dan schizopherenia)
Dx 2 : Gangguan Persepsi Sensori (D.0085)
Penyebab :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan pendengaran
3. Gangguan penghidungan
4. Gangguan perabaan
5. Hipoksia cerebral
6. Penyalah gunaan zat
7. Usia lanjut

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :
1. Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2. Merasakan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, atau pengecapan
 
Objektif :
3. Distorsi sensori
4. Respons tidak sesuai
5. Nersikap seolah melihat,mendengar, mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu
Gejala dan tanda minor
Subjektif :
1. Menyatakan kesal

Objektif :
2. Menyendiri
3. Melamun
4. Konsentrasi buruk
5. Disorientasi waktu,tempat, orang, atau situasi
6. Curiga
7. Melihat ke satu arah
8. Mondar mandir
9. Bicara sendiri

Kondisi klinis terkait


10.Glukoma 11. Trauma okuler
11.Katarak 12. Gangguan amnestik
12.Trauma tumir otak 13. Penyakit terminal
13.Infeksi okuler
14.Gangguan psikotik
15.Malfungsi alat bantu dengar
16.Delirieum
17.Demensia
18.gangguan refraksi (miopia,hiperopia, astigmatisma, presbiopia)
19. trauma pada saraf kranialis II,III, IV, V akibat stroke, aneurisma, intrakranial, trauma
tumir otak
B. Intervensi
DX 1 : Terapi Aktifitas (1.05186)
Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, dan spiritual tertentu untuk memulihkan
keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas individu atau kelompok .

Observasi :
1. Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2. Indentifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
3. Monitor response emosional, fisik, sosial, spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik :
4. Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang dialami
5. Kordinasikan pemilihan aktivitasb sesuai usia
6. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
7. Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
8. Tingkatkan keterlibatan dalam akltivitas rekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan
9. Jadwalkan akivitas dalam rutinitas dalam sehari-hari
10.Berikan penguatan positif atas partisifasi dalam aktivitas
Edukasi :
11.Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari
12.Ajarkan cara melakukan akativitas yang dipilih
13.Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi
Kolaborasi :
14.Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas
15.Kolaborasi dengan terapis okuvasi dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas.
DX 2 : Manajemen halusinasi 1.09288

Definisi : mengidentifikasi dan mengelola peningkatan keamanan, kenyamanan dan


orientasi realita
Observasi :
1. Monitor prilaku yang mengindikasi halusinasi
2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
3. Monitor isi halusinasi (mis. Kekerasan atau membahayakan diri)

Terapeutik :
4. Pertahankan lingkungan yang aman
5. Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
6. Himdari perdebatan tentang validitas halusinasi

Edukasi :
7. Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
8. Anjurkan bicara pada orang yang percaya untuk memberi dukungan dan umpan
balik korektif terhadap halusinasi
9. Akarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi

Kolaborasi :
10.Kolaborasi pemberian obat anti psikotin dan anti ansietas
C. Implementasi
 
Pada implementasi keperawatan jiwa dilakukan sesuai dengan strategi
perencanaan yang disusun.Strategi perencanaan adalah sebelum melakukan
tindakan keperawatan yang suadah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih dibutuhkan
klien sesuai dengankondisi saat ini. Pada saat akan dilaksanakan tindakan
keperawatan, perawat melakukan kontrak dengan klien dengan menjelaskan
apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan.
Implementasi yang dilakukan perawat.
 
D. Evaluasi
 
Tahap evaluasi keperawatan dibuat berdasarkan tujuan, kriteria hasil
dan menggunakan metode SOAP dimana S: data subjektif, O: data objektif, A:
analisa data masalah dan P: planning. Metode ini digunakan untuk
membandingkan 31 perubahan keadaan pasien(hasil yang diamati) dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dibuat
berdasarkan tujuan khusus yang telah dibuat
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai