Oleh :
DEDIK BUDI YANTO
(2114314901047)
A. PENGERTIAN
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu tanggapan
dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal. Ada lima
jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan
perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling
banyak ditemukan terjadi pada 70% pasien, kemudian halusinasi penglihatan
20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien
mengalami perubahan sensori persepsi, seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan, klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Muhith, 2011). Halusinasi
merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami
suatu persepsi melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu
(Prabowo, 2014).
B. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati
sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau
apa saja yang sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang
sedang tidak berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang
yang tidak tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang
lain, benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman
adalah:
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan
halusinasi pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman.
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan
adalah:
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai
dari hasil observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun
tanda dan gejala klien halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit
C. Etiologi
Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan konsep stress
adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor predisposisi dan presipitasi.
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari
a) Faktor Biologis :
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain (NAPZA).
b) Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban, pelaku
maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya kasih sayang
dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
c) Sosiobudaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki riwayat penolakan dari
lingkungan pada usia perkembangan anak, pasien halusinasi seringkali
memiliki tingkat pendidikan yang rendah serta pernah mengalami
kegagalan dalam hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta
tidak bekerja.
2) Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis atau kelainan struktur
otak, adanya riwayat kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan-
kegagalan dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan di
keluarga atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta
konflik antar masyarakat.
3) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
4) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stress(Prabowo, 2014).
5) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata
dan tidak.
6) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
7) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat
diatasi merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat
berupa peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi
menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat
sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
8) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan
impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengotrol semua perilaku klien.
9) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan
comforting, klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata
sangat membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi
sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
Isi halusinasi dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
10) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya
terganggu(Damaiyanti, 2012).
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut.
Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
b. Respon psikososial
Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, ada pun respon maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.Perilaku tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negative mengancam (Damaiyanti,2012).
G. PATHWAY
Gangguan jiwa ringan
Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa berat
↓
Skizofrena
I. PENATALAKSANAAN HALUSINASI
Menurut Marasmis (2004) Pengobatan harus secepat mungkin diberikan,
disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan
di RSJ klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan
yang sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan
keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Prabowo, 2014).
1) Penatalaksanaan Medis
Menurut Struat, Laraia (2005) Penatalaksanaan klien yang mengalami
halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain
(Muhith, 2015).
a. Psikofarmakologis,
Farmakoterapi adalah pemberian terapi dengan menggunakan obat.
1. Clorpromazine (CPZ)
2. Haloperidol (HLP)
3. Trihexyphenidyl (THP)
b. Terapi Somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
ganggua jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladatif
menjadi perilaku adaptif dengan melakukan tindakan yang di tujukan
pada kondisi fisik klien.Walaupun yang di beri perilaku adalah fisik
klien, tetapi target adalah perilaku klien. Jenis somatic adalah meliputi
pengingkatan, terapi kejang listrik, isolasi, dan fototerapi.
c. Pengikatan
Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk
melindungi cedera fisik sendiri atau orang lain.
d. Terapi kejang listrik
Bentuk terapi pada klien dengan menimbulkan kejang (grandma)
dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2- 8joule) melalui
elektroda yang ditempelkan beberapa detik pada pelipis kiri / kanan
(lobus frontal) klien (Stuart, 2011).
e. Terapi modalitas
Terapi Modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan
jiwa.Tetapi diberikan dalam upaya mengubah perilaku klien dan
perilaku yang maladaftif menjadi perilaku adaptif. Jenis terapi
modalitas meliputi psikoanalisis, psikoterapi. Terapi perilaku kelompok,
terapi keluarga, terapi rehabilitas, terapi psikodrama, terapi lingkungan
(Stuart, 2011).
2) Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penerapan Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
1) Melatih klien mengontrol halusinasi :
a) Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
b) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
c) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
d) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
2) Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya
ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga , sehingga
keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
a) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam
merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi
klien dengan menghardik
b) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat
klien halusinasi dengan enam benar minum obat
c) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat
klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan
d) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien
halusinasi
b. Psikoterapi dan rehabilitasi
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu
karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik
untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat
dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena
dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk
mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas
yang terdiri dari:
1) Terapi aktivitas
Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi
relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pelaku/ usia Korban/ usia Saksi/ usia
1 Aniaya fisik - -
2 Aniaya seksual - -
3 Penolakan - -
4 Kekerasan dalam keluarga - -
5 Tindakan kriminal - -
Jelaskan: (Tidak Terkaji)
Jelaskan: klien terlihat rapi dengan rambut tertata rapi dan bersih,
jenggot dicukur, kuku tidak panjang dan bersih, berpakaian juga baik
tidak acak-acakan
Masalah Keperawatan: (Tidak ada)
2. Kesadaran
Kwantitatif/ Penurunan kesadaran
(√) Compos mentis ( ) Apatis/ sedasi ( ) Somnolensia
( ) Sopor ( ) subkoma ( ) Koma
Kwalitatif
(√) Tidak berubah ( ) Berubah
( ) Meninggi (√) Gangguan Tidur, sebutkan
( ) Hipnosa terbangun pada malam hari
( ) Disosiasi: sebutkan ____ karena bisikan
3. Disorientasi
( ) Waktu ( ) Tempat ( ) Orang
Jelaskan : Tidak ada disorientasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada
5. Afek/ Emosi
(√) Adekuat
(√) Dangkal/ datar
(√) Merasa kesepian
(√) Depresif/ sedih
Jelaskan: Pasien bicara dengan cukup jelas, tetapi intonasi suara sedih, kontak
mata terlihat kurang saat diajak bicara, klien dapat menangkap topik
pembicaraan dengan baik
6. Persepsi
(√) Halusinasi
Macam Halusinasi: (√) Halusinasi pendengaran
Jelaskan: pasien mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya
jangan pergi, pasien mendengar suara tersebut pada malam hari ketika
pasien tidur dan suara itu terdengar hanya satu kali saja dalam satu hari
Masalah Keperawatan: Gangguan Persepsi sensori
7. Proses Pikir
Arus Pikir: (√) Koheren
Jelaskan: Interaksi klien saat diwawancarai kooperatif dan mau
menjawab semua pertanyaan yang diajukan
Isi Pikir:
(√) Isolasi social
(√) Rendah diri
Bentuk Pikir: Realistik
8. Memori: Baik klien dapat mengingat kejadian jangka panjang dan jangka
pendek
9. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung: Baik
10. Kemampuan Penilaian: Gangguan ringan
Jelaskan : Klien mampu mengambil keputusan dengan bantuan orang
lain, saat ditanya “mau permen lolipop rasa strawberry atau candy bar
rasa coklat?” dan klien menjawab “yang lolipop rasa strawberry”.
11. Daya Tilik Diri/ Insight
(√) Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : Saat ditanya kenapa dibawa ke RSJ Benwaras klien
mengingkarinya dengan mengatakan bahwa dia tidak sedang sakit dan tidak
gangguan jiwa
Masalah keperawatan: Kurang pengetahuan (pasien menyangkal bahwa
dia tidak sakit dan tidak gangguan jiwa)
12. Interaksi selama wawancara
(√) Kontak mata kurang
Jelaskan : kontak mata terlihat kurang saat diajak berkomunikasi
VI. FISIK
1. Keadaan umum : Klien sadar penuh
2. TTV : TD: 120/90 mmHg N: 80x/ menit S: 36℃ RR: 22x/menit
3. Ukur : TB: 169cm BB: 63kg turun naik
4. Keluhan fisik : Tidak ada keluhan fisik
3. Hubungan Sosial
a. Hubungan terdekat: Kedua orang tua
b. Peran serta dalam kelompok/ masyarakat
klien termasuk aktif dikegiatan rukun warga
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
klien mengatakan jika warga masyarakat saat ini kurang begitu
menghargainya apalagi pernah di rawat di RSJ sebelumnya
Masalah Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial
4. Spiritual dan Kultural
a. Nilai dan Keyakinan: Tidak Terkaji
b. Konflik Nilai/ Keyakinan/ Budaya: warga masyarakat saat ini kurang
begitu menghargainya apalagi pernah di rawat di RSJ sebelumnya
c. Kegiatan Ibadah: Jika tidak tertib dalam menjalankan ibadah sholat 5
waktu selama di rumah
Masalah Keperawatan: -
DO=
pasien terlihat bingung
pasien terlihat melamun
pasien menutup telinga
DO=
Kontak mata kurang
Intonasi suara sedih
Ekspresi klien murung
3 DS= Defisien
klien mengingkarinya dengan mengatakan Pengetahuan
bahwa dia tidak sedang sakit dan tidak
gangguan jiwa
Klien tidak betah jika harus tinggal dan
kembali ke rumah sakit karena merasa
dirinya baik-baik saja tidak sakit.
DO=
Pasien terlihat bingung
DO=
Kontak mata kurang
Ekspresi klien murung
DS=
Klien mengatakan jika warga masyarakat
saat ini kurang begitu menghargainya apalagi
pernah di rawat di RSJ sebelumnya
Klien mengatakan sekarang sudah tidak aktif
dalam kegiatan mmasyarakat karena malas
selalu mendapat stigma negatif di lingkungan
sekitar karena mantan pasien jiwa
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS
Nama Klien : Tn. N
No. Reg : 3456902
TANGGAL TANGGAL TT
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL TERATASI
Gangguan Persepsi Sensori:
1
Halusinasi Pendengaran
2 Harga Diri Rendah
3 Hambatan interaksi social
4 Isolasi Sosial
5 Defisien Pengetahuan
3.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn. N
No. Reg : 3456902
Diagnosa
No Tujuan Kriteria Standart Intervensi Rasional TT
Keperawatan
1 Gangguan Persepsi Tujuan Umum: Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan
Sensori: Halusinasi Setelah dilakukan tindakan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: dari klien
Pendengaran keperawatan Gangguan Sapa klien dengan ramah merupakan hal
Persepsi Sensori: Halusinasi Perkenalkan nama lengkap, nama panggilan yang mutlak,
Pendengaran pada Tn. N dan tujuan karena akan
teratasi dengan kriteria hasil: Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan membantu
1. Tn. N mampu mengontrol klien mempermudah
halusinasi: Berikan sikap empati, jujur dan beri perhatian kerjasama agar
a. Menghardik halusinasi kepada klien klien lebih
b. Mengajak bercakap- Tanyakan perasaan klien dan masalah yang kooperatif
cakap dengan keluarga dihadapi klien
c. Mengalihkan dengan Dengarkan penuh perhatian ekspresi perasaan
melakukan aktivitas, klien
kegiatan rutin
d. Patuh minum obat
dengan 6 benar
Tujuan Khusus:
TUK I:
Klien dapat membina
hubungan saling percaya
Kriteria Evaluasi:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan, diharapkan klien
mampu menunjukkan tanda-
tanda percaya kepada lawan
bicara:
Ekspresi wajah bersahabat
Menunjukkan rasa senang
Ada kontak mata
Mau berjabat tangan
Mau menyebutkan nama
Mau menjawab salam
Mau duduk berdampingan
Bersedia mengungkapkan
masalah
TUK II: Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap, Menentukan
Klien dapat mengenal observasi tingkah laku klien terkait dengan mekanisme
halusinasinya halusinasinya (mendengar), jika menemukan klien koping yang
yang sedang halusinasi: dimiliki klien
Kriteria Evaluasi: Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu dalam
Klien mampu menyebutkan: (mendengar/ melihat/ penghidu/ raba/ kecap) menghadapi
Isi halusinasi Jika klien menjawab “ya”, apakah yang sedang masalah serta
Waktu terjadi dialaminya sebagai langkah
Situasi dan kondisi yang Diskusikan dengan klien, isi, waktu dan menyusun
menimbulkan halusinasi frekuensi terjadinya halusinasi strategi
A=
Hubungan saling percaya belum terbina
dengan baik
P=
Lanjutkan rencana membina hubungan
saling percaya
2 SP II: Menanyakan apakah klien mengalami sesuatu S=
Klien dapat mengenal (mendengar/ melihat/ penghidu/ raba/ kecap) Klien menyebutkan sebelumnya
halusinasinya Jika klien menjawab “ya”, tanyakan apakah pernah di diagnose Halusinasi
yang sedang dialaminya Pendengaran
Mengatakan bahwa perawat akan membantu Klien mengatakan mengalami sesuatu
klien yaitu mendengar suara laki-laki yang
Mendiskusikan dengan klien, isi, waktu dan menyuruhnya jangan pergi
frekuensi terjadinya halusinasi Klien mengatakan hal tersebut terjadi
Mendiskusikan situasi dan kondisi yang pada malam hari ketika klien tidur
menimbulkan atau tidak menimbulkan Klien mendengar suara laki-laki
halusinasi hanya sekali setiap malam
Mendiskusikan dengan klien yang dirasakan Klien mengatakan tidak merespon
jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan suara yang terdengar
untuk mengungkapkan perasaannya
Mendiskusikan apa yang dilakukan untuk O=
mengatasi perasaan tersebut Pasien bicara sendiri
Menjelaskan dampak yang akan dialami bila Pasien terlihat bingung
klien menikmati halusinasi Pasien menutup telinga
Pasien terlihat kooperatif
A=
Pengenalan halusinasi teratasi sebagian
P=
Lanjutkan mengidentifikasi pengenalan
halusinasi
3 SP III: Mengidentifikasi bersama klien cara/ tindakan S=
Klien dapat mengontrol yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, Klien menceritakan terjadinya
halusinasinya marah, menyibukkan diri, dll) halusinasi
Mendiskusikan cara baru untuk memutus, Klien mengatakan tidak merespon
mengontrol timbulnya halusinasi: saat mendengar suara
Mengatakan pada diri sendiri bahwa ini Pasien langsung menutup telinganya
tidak nyata (saya tidak mau mendengar saat mendengar suara
pada saat halusinasi terjadi) Pasien mengatakan dapat melakukan
Menemui orang lain untuk menceritakan kegiatan ADL secara mandiri
tentang halusinasi itu Pasien mengatakan jika tidak tertib
Membuat dan melaksanakan jadwal dalam menjalankan Ibadah sholat 5
kegiatan sehari-hari yang telah disusun waktu
Membantu klien memilih cara yang sudah Klien melakukan aktivitas di rumah
dianjurkan dan latih untuk mencobanya dengan membantu mencuci pakaian
Memberi kesempatan untuk melakukan cara dan menyapu
yang dipilih dan dilatih
Memantau pelaksanaan yang telah dipilih dan O=
dilatih jika berhasil beri pujian Pasien bicara sendiri
4 SP IV: Membuat kontrak dengan keluarga untuk Pasien terlihat bingung
Klien mendapat dukungan pertemuan (waktu, tempat dan topik) Pasien menutup telinga
dari keluarga dalam Mendiskusikan dengan keluarga (pada saat Pasien terlihat kooperatif
mengontrol halusinasinya pertemuan keluarga/ kunjungan rumah) Pasien melamun
Pengertian halusinasi Penampilan klien terlihat rapi dan
Tanda gejala halusinasi bersih
Proses terjadinya halusinasi Pasien tidak minum obat
Cara yang dapat dilakukan untuk memutus
halusinasi A=
Obat-obatan halusinasi Kontrol halusinasi teratasi sebagian
Cara merawat klien yang halusinasi (beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan P=
bersama, memantau obat dan cara Lanjutkan mengidentifikasi dalam
pemberiannya untuk mengatasi halusinasi) mengontrol halusinasi
5 SP V: Mendiskusikan dengan klien tentang manfaat S=
Klien dapat memanfaatkan dan kerugian tidak minum obat Klien belum bisa menyebutkan
obat dengan baik Memantau klien saat minum obat manfaat dan kerugian tidak minum
Memberi pujian jika klien menggunakan obat obat
Klien mengatakan tidak minum obat
dengan benar lagi karena kehabisan obat kurang lebih 3
A=
Pemanfaatan obat dengan baik belum
teratasi
P=
Lanjutkan rencana pemanfaatan obat
dengan baik
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien:
Klien mengeluh bingung, tidur malam kurang, mendengar bisikan-
bisikan, bicara sendiri, tidak minum obat lagi karena kehabisan obat
kurang lebih 3 bulan. Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
menyuruhnya jangan pergi, pasien mendengar suara tersebut pada malam
hari ketika pasien tidur dan suara itu terdengar hanya satu kali saja dalam
satu hari. Pada saat suara muncul pesien tidak merespon dan pasien
langsung menutup telinganya.
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus:
Klien mampu mengenali perilaku halusinasi dan mampu mengontrol
terjadinya halusinasi
4. Tindakan Keperawatan:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Membantu klien agar dapat mengenal halusinasinya yang
meliputi isi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi, situasi
pencetus dan perasaan saat terjadi halusinasi
3. Membantu klien agar dapat mengontrol halusinasinya dengan
cara menghardik
4. Membantu klien untuk mendapat dukungan dari keluarga dalam
mengontrol halusinasinya dengan melakukan aktivitas-aktivitas
(buat jadwal kegiatan pasien) dan tidak membiarkan klien
menyendiri dan berdiam saja
5. Membantu klien dalam pemanfaatan obat dengan baik
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Assalamualaiku wr.wb, selamat pagi mas. Boleh saya berkenalan
dengan masnya? Perkenalkan nama saya Dedik Budi Yanto, masnya
boleh memanggil saya dengan panggilan Dedik. Saya mahasiswa
Keperawatan STIKes Maharani Malang. Disini saya sedang melakukan
praktik dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB siang.
Kalau boleh tahu nama mas siapa ya? Dan masnya lebih senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
2. Evaluasi/ Validasi
“Bagaimana perasaan mas pada hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
“Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan aktifitas. Bagaimana kalau kita latih cara
yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah N bersedia?”
“Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya akan mempraktekan dahulu
baru N mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini N jika
suara itu muncul katakan “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara
palsu” sambil menutup kedua telinga N. seperti ini ya N. coba sekarang N
ulangi lagi seperti yang saya lakukan tadi.”
TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Subyektif:
Bagaimana perasaan N setelah kita kita bercakap-cakap?
Obyektif:
Jadi suara-suara itu menyuruh N untuk jangan pergi, terjadi saat malam
hari dan N merasa kesal. Seperti yang telah kita perlajari bila suara -suara
itu muncul N bisa mengatakan “ pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu
suara palsu”
2. Tindakan lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil
tindakan yang telah dilakukan)
Lakukan itu pada saat suara itu datang pada malam hari, cara mengisi
buku kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang
telah kita buat tadi ya N? . Jika N melakukanya secara mandiri makan N
menuliskan M, jika N melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka N buat W, Jika N tidak melakukanya maka N
tulis T. apakah N mengerti? Coba N ulangi? Naah bagus N.
120/90 mmHg, nadi 80 kali per menit, suhu 36,5 o C, respirasi 22 kali per menit,
tinggi badan 169 cm, berat badan 63 kg. Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik
yang terjadi dan yang dirasakan pada dirinya. Tn N adalah anak ke 3 dari 3
bersaudara. Ke 2 kakak perempuannya telah menikah dan tinggal dengan suaminya,
di rumah Tn N Tinggal bersama kedua orangtuanya dan nenek dari ibunya yang
seorang janda beranak satu. klien mengatakan suka dengan seluruh anggota tubuhnya,
karena klien bersyukur apa yang sudah diberi tuhan. Identitas klien, klien mengatakan
merasa puas dengan keberadaannya sebagai seorang anak laki-laki yang bisa
membantu orang tuanya di sawah. Peran klien di keluarga adalah seorang anak laki-
laki satu-satunya dan dalam kehidupan bermasyarakat klien termasuk aktif dikegiatan
rukun warga. klien mengatakan jika warga masyarakat saat ini kurang begitu
menghargainya apalagi pernah di rawat di RSJ sebelumnya dan klien menuturkan jika
sebenarnya tidak betah jika harus tinggal dan kembali ke rumah sakit karena merasa
dirinya baik- baik saja tidak sakit.
Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kedua orang
tuanya. Klien mengatakan dulu aktif dalam kegiatan masyarakat, tetapi sekarang
sudah tidak karena malas selalu mendapat stigma negatif di lingkungan sekitar karena
mantan pasien jiwa. Selain itu klien juga mengatakan jika tidak tertib dalam
menjalankan ibadah sholat 5 waktu selama di rumah. Secara penampilan klien terlihat
rapi dengan rambut tertata rapi dan bersih, jenggot dicukur, kuku tidak panjang dan
bersih, mandi 2 kali sehari, keramas kurang lebih 2 kali seminggu, gosok gigi 2 kali
sehari, cara berpakaian juga baik tidak acak-acakan. Pembicaraan saat dikaji, klien
berbicara dengan cukup jelas tetapi terkadang intonasi suara sedih, serta kontak mata
terlihat kurang saat diajak berkomunikasi, klien dapat menangkap topik pembicaraan
dengan baik. Aktifitas motorik klien terlihat lemas. Alam perasaan klien, klien
mengatakan merasa sedih karena tidak bisa bertemu dengan keluarganya dan ingin
segera bertemu dengan keluarganya. Afek klien datar saat setiap ditanya oleh perawat
dan orang lain, serta ekspresi klien juga murung. Interaksi klien saat diwawancarai
kooperatif dan mau menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Isi pikir klien saat
dikaji, klien mengatakan yang selalu terfikirkan adalah neneknya yang sudah berusia
lanjut. Pengkajian memori didapatkan dengan klien dapat mengingat kejadian jangka
panjang dan jangka pendek, seperti klien mampu mengingat saat dulu dia masih kecil
sering belanja ke pasar bersama neneknya dan klien masih ingat dibawa ke rumah
sakit jiwa oleh keluarganya beberapa waktu lalu, serta klien juga mengingat dengan
baik kegiatan yang baru saja dilakukannya. Tingkat kesadaran, klien sadar penuh,
tidak ada disorientasi waktu dan tempat. Klien dapat berkonsentrasi saat diajak
berbicara dengan dibuktikan dapat menjelaskan kembali apa yang telah dibicarakan
dan klien dapat berhitung secara baik dengan dibuktikan klien dapat melakukan
penjumlahan dan pengurangan. Klien mampu mengambil keputusan dengan bantuan
orang lain, saat ditanya “mau permen lolipop rasa strawberry atau candy bar rasa
coklat?” dan klien menjawab “yang lolipop rasa strawberry”.
Pada pengkajian didapatkan data bahwa klien mengatakan makan 3 kali sehari
secara mandiri dan habis satu porsi tiap makan. Klien mengatakan, BAB sehari 1 kali
yaitu saat sore hari dan untuk BAK kurang lebih bisa 6 sampai 7 kali sehari, dalam
BAB dan BAK klien melakukan secara mandiri. Kebutuhan mandi klien juga
tercukupi, klien mengatakan mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore. Klien juga
mengatakan keramas kurang lebih 3 kali seminggu dan menggosok giginya 3 kali
sehari, klien juga menyisir rambutnya dengan rapi dan berpakaian secara rapi. Saat
ditanya kenapa dibawa ke RSJ Lawang klien mengingkarinya dengan mengatakan
bahwa dia tidak sedang sakit dan tidak gangguan jiwa. Kegiatan selama di rumah,
klien mengatakan membantu orang rumah seperti mencuci pakaian, menyapu dan
kegiatan tersebut dilakukan secara mandiri.