Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

I. KASUS ( MASALAH UTAMA)


Ganguan persepsi sensori : Halusinasi

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


Definisi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanda ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami suatu persepsi melaluipanca indra tanpa
stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal
(dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
(Kusumawati & Hartono, 2012:102)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien
mengalamai perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan atau penghiduan.
Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (Damaiyanti,
2012: 53)
A. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya percaya
diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebih dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabakan
teraktivasinya neutransmitter otak.
4. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju
alam hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit ini.
(Prabowo, 2014: 132-133)
B. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterprestasikan.
2. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap
stresosor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menamggapi stress.(Prabowo, 2014 : 133)
4. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku
menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
a. Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan
untuk tidur dalamwaktu yang lama.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusianasi itu
terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa peritah memaksa
dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien
berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang
akan mengotrol semua perilaku klien.
d. Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien menganggap bahwa hidup
bersosialisasi dialam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak
didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan
kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu
cenderung keperawatan klien dengan mengupayakan suatu
proses interkasi yang menimbulkan pengalaman
interpersonal yang memuaskan, serta mengusahakan klien
tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e. Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas, tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah
dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri,
irama sirkardiannya terganggu.(Damaiyanti, 2012 : 57-58)
C. Jenis
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik
tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara
terutama suara-suara orang, biasanya pasien mendengar suara
orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran
cahaya, gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau
panorama yang luas dan komplesk. Bayangan bias bisa
menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan
adanya bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :
darah, urine atau feses. Kadang-kadang terhidu bau harum.
Biasnya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau
tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan
sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu
yang busuk, amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi
tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan
dicerna atau pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007: 130)
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa
pribadinya sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak
sesuai dengan kenyataan yang ada. Sering pada skizofrenia
dan sindrom obus parietalis. Misalnya sering merasa
diringa terpecah dua.
b. Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan
yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan
segala suatu yang dialaminya seperti dalam mimpi.
(Damaiyanti, 2012 : 55-56)
D. Fase- fase
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase
memiliki karakteristik yang berdeda yaitu:
1. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini
pasien tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai
lepas kendali dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya
dengan sumberdipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda-
tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan
tanda-tanda vital ( denyut jantung, pernapasan, dan tekanan
darah), asyik dengna pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan reaita.
3. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi
dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar
berhubungan dengan orang ain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang ain dan berada dalam
kondisi yang sangat menegangkan terutamajika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti
perintah halusinasi. Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang
komplek dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi
pasien sangan membahayakan. ( Prabowo, 2014: 130- 131)
E. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari
suatu stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca
indra. Respon neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar
dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi konsisten, dan
perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi
delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon Neurobiologist

Respon adaptif
ResponMaladaptif

a. Pikiran Logis a. Distori Pikiran a. Gangguan pikiran


b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Halusinasi
c. Emosi konsisten c. Reaksi emosi berlebihan c. Kesukaran proses
d. Perilaku sesuai atau berkurang d. Emosi
e. Pengalaman d. Perilaku yang tidak biasa e. Perilaku disorganisasi
f. Berhubungan Sosial e. Menarik diri f. Isolasi sosial

Rentang respon neurobiologis (Stuart and Sundeen, 1998)


Rentang Respon
1. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-
norma social budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah
akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman ahli
d. Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran
e. Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan
orang lain dan lingkungan
2. Respon psikosossial Meliputi :
a. Proses piker terganggu adalah proses piker yang
menimbulkan gangguan
b. Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah
tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata)
karena rangsangan panca indra
c. Emosi berlebih atau berkurang
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang
melebihi batas kewajaran
e. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.
3. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam
menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma
social budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive
antara lain :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakin ioleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang
timbul dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak
teratur
e. Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negative mengancam.
(Damaiyanti,2012: 54)
F. Mekanisme Koping
1. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
2. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
3. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimuus internal. (Prabowo, 2014 :134)

III. POHON MASALAH


Resiko perilaku kekerasan

Gangguan Sensori Perseptual : Halusinasi Pendengaran

Interaksi Sosial : Menarik Diri

Harga Diri Rendah

A. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
2. Data yang perlu dikaji
a. Data subjektif
1) Pasien mengatakan sering berbicara sendiri
2) Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki
3) Pasien mengatakan mendengar suara kadang 3 kali sehari,
pada saat klien sedang sendirian
b. Data objektif
1) Pasien tampak tertawa sendiri
2) Pasien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
3) Pasien tampak diam dan bingung
IV. DIAGNOSA KEPEAWATAN
a. Perubahan sensori persepsi: Halusinasi Pendengaran
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
A. Tujuan Umum
Pasien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya dan mengikuti
program pengobatan secara optimal
B. Tujuan Khusus
1. TUK 1 : Pasien dapat mengenal halusinasinya
a. Kriteria Hasil
Setelah 2x pertemuan pasien dapat menyebutkan waktu, isi,
frekuensi timbulnya halusinasi dan respon terhadap halusinasi
b. Intervensi
1) Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2) Mengidentifikasi isi, waktu dan frekuensi halusinasi pasien
3) Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan
halusinasi
4) Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
5) Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : menghardik,
minum obat, bercakap-cakap dengan orang lain dan
melakukan kegiatan
6) Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
2. TUK 2 : Pasien dapat mengontrol halusinasinya
a. Kriteria Hasil
Setelah 2x pertemuan pasien mampu menyebutkan cara
mengontrol halusinasi : menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan melakukan aktivitas
b. Intervensi
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur dengan prinsip 6 benar
3) Menjelaskan manfaat & kerugian minum obat
4) Menganjurkan pasien memasukkan minum obat dalam
jadwal kegiatan harian
3. TUK 3 : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap
a. Kriteria Hasil
Setelah 2x pertemuan pasien mampu mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain
b. Intervensi
1) Mengevaluasi jadwal harian pasien
2) Menjelaskan cara berlatih dan bercakap-cakap saat
halusinasi
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-
cakap ke dalam jadwal kegiatan harian
4. TUK 4 : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan
a. Kriteria Hasil
Setelah 2x pertemuan pasien dapat mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan

b. Intervensi
1) Mengevaluasi jadwal harian pasien
2) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian dengan dimulai dari 2 tindakan
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan untuk
mengendalikan halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian

VI. SUMBER
- Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
- Keliat&Akemat, (2010). Jurnal Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta
- Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung: Refika Aditama.
- Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa. Jakarta Timur: TIM.
- Damaiyanti, Nidya. (2012). Buku Bimbingan Konseling. Yogyakarta:
Araska
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP I

HALUSINASI

Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
- Pasien mengatakan sering berbicara sendiri
- Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki
- Pasien mengatakan mendengar suara kadang 3 kali sehari, pada saat
klien sedang sendirian
b. Data Objektif
- Pasien tampak tertawa sendiri
- Pasien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
- Pasien tampak diam dan bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus : Pasien dapat mengenal dan mengontrol
halusinasinya
4. Tindakan keperawatan : SP 1
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
- Mengidentifikasi isi, waktu dan frekuensi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan
- Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian
Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum bu, Selamat Pagi. Perkenalkan saya perawat Davrina
mahasiswa dari Poltekkes Malang , saya yang akan merawat ibu pagi ini”

2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik : “Baiklah bu, pagi ini bagaimana jika kita berbincang-
bincang tentang suara yang mengganggu ibu dan cara
mengontrol suara-suara yang ibu dengar, apa ibu
bersedia?”
b. Waktu : “Berapa lama ibu ingin kita berbincang-bincang?
Baiklah 10 menit ya bu”
c. Tempat : “Dimana ibu ingin kita berbincang-bincang? Baiklah
ditaman ya bu”
d. Tujuan interaksi : Pasien dapat mengenal dan mengontrol halusinasinya
dengan cara menghardik
KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Apakah ibu sering mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya ibu
mendengar wujud tersebut. Tapi saya sendiri tidak mendengar suara tersebut”
2. “Apakah ibu mendengar suara tersebut terus menerus atau sewaktu-waktu saja?
Kapan waktu yang paling sering ketika ibu mendengar suara itu? Berapa kali
sehari ibu mendengar suara itu? Pada saat keadaan apa ibu suara itu ibu
dengar? Apakah waktu ibu sendiri? Apa yang ibu rasakan saat mendengar
suara-suara itu? Apa yang ibu lakukan ketika mendengar suara itu? Dengan
cara apa suara itu bisa hilang?”
3. ”Apa yang ibu alami dan rasakan namanya Halusinasi. Ada 4 cara untuk
mengontrol halusinasi, yaitu dengan cara menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan melakukan kegiatan”
4. “Bagaimana jika kita latihan cara pertama yaitu menghardik? Apakah ibu
bersedia? Baiklah kita mulai ya bu”
5. “baiklah saya akan mempraktekan terlebih dahulu, setelah itu ibu
mempraktekan kembali apa yang saya lakukan. Seperti ini bu, jika ada suara itu
muncul, ibu katakan dengan lepas “Pergi! Saya tidak mau dengar, kamu palsu”
sambil menutup kedua tenga ibu ya. Seperti itu”
6. “Coba sekarang ibu ulangi apa yang saya lakukan tadi? Bagus sekali bu”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu lakukan sekali lagi latihan kita tadi. Wah bagus sekali bu”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yan telah dilakukan)
- “Ibu lakukan cara itu ketika ibu mendengar suara itu dan lakukan sampai
suara tersebut hilang”
- “Ibu bisa berlatih cara itu 3x dalam sehari yaitu pada jam 09.00, jam 14.00
dan jam 20.00. Latihan cara ini akan dimasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian ibu yang bertanda M (Mandiri) jika ibu berlatih cara ini secara
mandiri tanpa dibantu/diingatkan. Ibu beri tanda B (Bantuan) jika ibu
berlatih cara ini diingatkan atau dibantu dan ibu beri tanda T (Tidak) jika
ibu tidak melakukan.”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik :
“Bagaimana besok kita berbincang-bincang tentang cara kedua, yaitu
minum obat untuk mengontrol halusinasi ibu. apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Jam berapa ibu ingin kita berbincang-bincang? Baiklah jam 10.00 ya bu.
Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang? Baiklah 15 menit ya bu”
c. Tempat
“Dimana tempat yang ibu mau untuk kita berbincang-bincang? Baiklah
ditaman ya bu”
“Baiklah kalau begitu saya permisi. Sampai jumpa besok. Selamat pagi,
lanjutkan kembali aktivitas ibu. Asaalamualaikum bu”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP II

HALUSINASI

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif
- Pasien mengatakan sering berbicara sendiri
- Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki
- Pasien mengatakan mendengar suara kadang 3 kali sehari, pada saat klien
sedang sendirian
b. Data Objektif
- Pasien tampak tertawa sendiri
- Pasien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
- Pasien tampak diam dan bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus : Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran
dengan prinsip 6 benar minum obat
4. Tindakan keperawatan : SP 2
- Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
dengan prinsip 6 benar
- Menjelaskan manfaat & kerugian minum obat
- Menganjurkan pasien memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan
harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
”Assalamualaikum ibu, selamat pagi, masih ingat dengan saya? Ya benar bu,
saya Perawat D yang akan merawat ibu pagi ini”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?” “Apakah ibu masih mendengar suara-
suara itu?”
“Apakah Ibu telah melakukan apa yang telah kita pelajari kemarin?
Bagaimana apakah dengan menghardik maka suara-suara itu hilang?”
“Coba ibu praktekan kepada saya bagaimana ibu melakukannya. Wah bagus
sekalu bu”
“Coba saya liat jadwal kegiatan harian ibu, wah bagus ya bu”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan latihan cara
kedua untuk mengontrol halusinasi yaitu minum obat dengan prinsip 6
benar. Apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Sesuai dengan janji kita kemarin, kita akan latihan cara ini selama 15
menit ya bu”
c. Tempat
“Ibu ingin kita berbincang dimana? Baiklah di taman ya bu”
d. Tujuan interaksi : Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran
dengan prinsip 6 benar minum obat
KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)
1. “Ibu apakah hari ini ibu sudah minum obat yang diberikan oleh perawat?”
2. “Ibu, perlu meminum obat ini secara teratur agar pikiran ibu jadi tenang dan
bisa tidur dengan nyenyak”
3. “Obatnya ada 3 macam ya bu. Yang warna Orange itu namnya CPZ bu
diminum 3x sehari guna nya untuk mengurangi rasa marah dan dapat membuat
ibu merasa tenang.
Yang warna putih itu namanya THP diminum 3x sehari bu guna nya agar ibu
merasa rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang warna nya merah jambu itu
namanya HCP diminum 3x sehari gunanya untuk menghilangkan suara-suara
yang ibu dengar.
Sebelum ibu minum obat, ibu lihat dulu diplastik obat, apakah benar nama ibu
tertulis disini, kemudian ibu lihat jenis obatnya, lalu ibu lihat juga berapa butir
obat yang harus ibu minum. Setelah itu, ibu lihat juga waktunya kapan saja
untuk meminum obat dan juga ibu bisa tanyakan kepada suster cara
meminumnya seperti apa.
Setelah ibu meminum obat, ibu bisa memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian. Obat ini diminum 3x sehari ya bu pada jam 07.00 pagi, jam 15.00 siang
dan jam 23.00 malam.
Jika setelah minum obat ibu merasa kering maka ibu bisa mengatasinya dengan
menghisap es batu, bila terasa kunang-kunang ibu bisa mengatasinya dengan
beristirahat sejenak, dan ibu tidak boleh berhenti minum obat sampai dokter
sendiri yang memperbolehkannya ya bu”
4. “Cara mengisi jadwalnya bu seperti ini, ibu beri tanda ceklis dikolom M
(Mandiri) jika ibu minum obat tanpa bantuan dan tidak diingatkan, ibu beri
tanda ceklis dikolom B (Bantuan) jika ibu minumobat diingatkan dan beri
ceklis dikolom T (Tidak) jika ibu tidak meminum obatnya”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berlatih hari ini?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Sudah berapa cara yang kita pelajari untuk mengontrol halusinasi? Coba
ibu sebutkan? Ya bagus bu”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yang telah dilakukan)
“Jadwal minum obatnya sudah kita buat ya bu, yaitu jam 07.00 pagi, 15.00
siang dan 23.00 malam. Nah sekarang kita masukkan kedalam jadwal
kegiatan ibu ya bu dan jangan lupa diminum secara teratur ya bu”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Baiklah bagaimana kalau kita besok bertemu lagi? Untuk melihat manfaat
minum obat dan berlatih cara ketiga untuk menontrol halusinasi ya bu”
b. Waktu
“Jam berapa ibu ingin kita bertemu dan berapa lama ibu besok ingin kita
berbincang-bincang? Baiklah kita besok bertemu jam 09.00 selama 15
menit ya bu”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin kita bertemu? Baiklah ditaman ya bu” “Tidak terasa
sudah 10 menit kita berbincang. Sampai jumpa besok ya bu, selamat pagi.
Assalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP III

HALUSINASI

Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
- Pasien mengatakan sering berbicara sendiri
- Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki
- Pasien mengatakan mendengar suara kadang 3 kali sehari, pada saat klien
sedang sendirian
b. Data Objektif
- Pasien tampak tertawa sendiri
- Pasien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
- Pasien tampak diam dan bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain
4. Tindakan keperawatan : SP 3
- Mengevaluasi jadwal harian pasien
- Menjelaskan cara berlatih dan bercakap-cakap saat halusinasi
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap ke dalam
jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum ibu, selamat pagi. Apa ibu masih ingat dengan saya? Ya
benar bu saya perawat D yang akan merawat ibu pagi inI”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? apakah halusinasinya masih sering
muncul?”
“Apakah ibu telah melakukan 2 cara mengontrol halusinasiyang sudah kita
pelajari kemarin?”
“Coba ibu jelaskan kembali 2 cara mengontrol halusinasi yang telah kita
pelajari kemarin”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan ibu, wah bagus sekali bu semuanya dilakukan
secara teratur”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih cara ketiga
untuk mengontrol halusinasi, yaitu dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain, apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Sesuai janji kita kemarin ya bu, kita akan berbincang-bincang selama 15
menit ya bu”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin kita berbincang-bincang? Baiklah ditaman ya bu”
d. Tujuan interaksi : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap dengan orang lain

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Apakah ibu masih suka mendengar suara-suara tersebut?


2. “Baiklah bu, jika kemarin kita sudah berlatih cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik dan minum obat, sekarang kita coba cara ketiga ya bu
yaitu dengan cara ketika ibu mendengar suara-suara tersebut, ibu bisa langsung
mencari teman untuk mengobrol dengan ibu”
3. “Contohnya seperti ini, “Ayo kita ngobrol dengan saya!” atau bisa dengan
meminta perawat untuk berbicara dengna ibu”
4. “Coba ibu praktekkan. Wah bagus sekali bu”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tadi?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Jadi sudah berapa cara yang sudah kita lakukan untuk mengontrol suara-
suara tersebut bu?” “Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu ya”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yang telah dilakukan)
- “Jangan lupa bu untuk melakukan cara-cara yang sudah kita lakukan ya
bu, agar suara-suara tersebut tidak terdengar lagi”
- “Nanti berikan tanda jika ibu telah melakukannya ya bu, seperti kemarin”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Bagaimana kalau besok kita bertemu lagi untuk berlatih cara yang
keempat untuk mengontrol suara-suara tersebut, bagaimana apa ibu
bersedia?”
b. Waktu
“Jam berapa ibu ingin kita bertemu dan berapa lama waktu yang ibu
inginkan untuk pertemuan kita besok? Baiklah bu jam 10.00 dan 15 menit
untuk kita berbicara ya bu”
c. Tempat
“Dimana ibu ingin kita bertemu besok? Baiklah diruang tamu ya bu”
“Tidak terasa sudah 15 menit kita berbincang ya bu, baiklah kalau begitu
saya permisi ya bu, selamat beraktifitas. Selamat pagi. Assalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

SP IV

HALUSINASI

Proses Keperawatan

1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
- Pasien mengatakan sering berbicara sendiri
- Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki
- Pasien mengatakan mendengar suara kadang 3 kali sehari, pada saat klien
sedang sendirian
b. Data Objektif
- Pasien tampak tertawa sendiri
- Pasien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
- Pasien tampak diam dan bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
kegiatan
4. Tindakan keperawatan : SP 4
- Mengevaluasi jadwal harian pasien
- Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
dengan dimulai dari 2 tindakan
- Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan untuk mengendalikan
halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum ibu, selamat pagi. Apa ibu masih ingat dengan saya? Ya
benar bu saya perawat D yang akan merawat ibu pagi inI”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini? apakah masih suka mendengar suara-suara
itu? Apakah ibu telah melakukan 3 cara yang telah kita lakukan untuk
menghilangkan suara-suara yang mengganggu? Coba saya lihat jadwa kegiatan
harian nya ya bu. Bagus sekali bu, ibu minum obat dan latihan bercakap-cakap
secara teratur. Apakah suara-suara itu masih sering terdengar bu? Syukurlah bu
kalau mulai berkurang”
3. Kontrak
a. Topik
“Baiklah ibu sesuai perjanjian kemarin hari ini kita akan latihan cara
melakukan aktifitas tersebut sesuai jadwal, apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Sesuai janji kita kemarin ya bu, kita akan berbincang-bincang selama 15
menit ya”
c. Tempat
”Dimana ibu ingin kita berbincang? Baiklah diruang tamu ya bu”
d. Tujuan interaksi : Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Apa saja yang ibu lakukan? Apa saja kegiatan yang bisa dilakukan? (terus
tanyakan sampai dapat jawaban kegiatan pasien sampai malam hari). wah
banyak sekali ya bu kegiatannya. Hari ini kita latih terus ya kegiatan ibu
sampai malam hari agar ibu selalu ada kegiatan”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
”Bagaimana perasaan ibu setelah kita melakukan kegiatan tersebut?
Apakah selama kegiatan suara-suara itu datang?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Sekarang kita coba ulangi langkah-langkah yang tadi telah kita lakukan”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil
tindakan yang telah dilakukan)
- “Bagus sekali bu, sekarang masukkan kedalam jadwal kegiatan harian ya
bu”
- “Lalu jam berapa ibu ingin melakukan kegiatan ini? baiklah bu jam 06.00
dan jam 15.00. setelah ibu bangun tidur ya”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang tentang kebersihan diri
ibu? apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Ibu ingin kita berbincang jam berapa? Bagaimana jika jam 11.00 bu?”
“Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang? Bagaimana jika 15 menit
bu?”
c. Tempat
“Dimana tempat yang ibu inginkan untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana jika diruang tamu? Baiklah bu saya besok akan kembali lagi,
saya permisi ya bu. Sampai jumpa besok. Asaalamualaikum”

Anda mungkin juga menyukai