Dosen pembimbing :
Ariani Fatmawati, M.Kep.,Ns., Sp.Kep.Mat.
Disusun Oleh :
AHMAD MUSTOPA
402019076
5. Perubahan Hematologis
Trimester 1
Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan. Konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal kehamilan.
Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga cenderung
meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.
Trimester 2
Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan
eritrosit. Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan
peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu, sesuai dengan saat
produksi eritrosit paling tinggi.
Trimester 3
Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama
kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan kadar
hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila konsentrasi
Hb<11,0g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi
besi.
6. Sistem Kardiovaskuler
Trimester 1
Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama
kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan yang
merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta peningkatan
frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat bertambahnya
volume
plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.
Trimester 2
Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena cava
inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal itu akan
berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga terjadi
penurunan preload dan cardiac output yang kemudian dapat menyebabkan
hipotensi arterial sehingga pada ibu hamil sering terjadi pusing pada saat duduk
ataupun berdiri dari tidurnya.
Trimester 3
Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran
uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada posisi
terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan dengan
posisi miring.
7. System pernafasan
Trimester 1
Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan
yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering mengesankan
adanya kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak ada apa-apa.
Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan diinduksi terutama oleh
progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha nafas yang meningkat tersebut
mengakibatkan PCO2 atau tekanan karbokdioksida berkurang.
Trimester 2
Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6 cm
dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus pada rongga
abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume ventilasi per menit, dan
pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan.
Trimester 3
Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus
dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal, volume
ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan mencapai puncaknya
pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih dalam sehingga
memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat
20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesterone.
8. Sistem Urinaria
Trimester 1
Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus
sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia
kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis dan naik
ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama kehamilan. Laju
filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF) meningkat pada awal
kehamilan.1
Trimester 2
Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga penekanan
pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya peningkatan vaskularisasi
dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya hiperemia dan menjadi mudah
berdarah bila terluka.
Trimester 3
Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul
menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering berkemih
pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi darah di ginjal
yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi glomerulus dan renal
plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada ekskresi akan dijumpai kadar
asam amino dan vitamin yang larut air lebih banyak.
9. Sistem Muskuloskeletal
Trimester 1
Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal. Akibat
peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi relaksasi dari
jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan synovial.
Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan fleksibilitas dan mobilitas
persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama kehamilan biasanya normal
apabila asupan nutrisinya khususnya produk terpenuhi.
Trimester 2
Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas persendian
sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi cairan pada connective
tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan tangan.
Trimester 3
Akibar pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil
memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca, sacrococcigis,
dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena pengaruh hormonal.
Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap pada wanita hamil dan
menimbulkan perasaan tidak nyaman pada bagian bawah punggung.
10. Sistem Pencernaan
Trimester 1
Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi
lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi asam
lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena pengaruh human
Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus digestivus juga berkurang.
Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa. Pada beberapa wanita
ditemukan adanya ngidam makanan yang mungkin berkaitan dengan persepsi
individu wanita tersebut mengenai apa yang bisa mengurangi rasa mual. Pada ibu
hamil trimester 1 sering mengalami konstipasi yaitu dikarenakan oleh peningkatan
hormon estrogen dan progesteron sehingga menyebabkan penurunan mortalitas
usus dan terjadi konstipasi. Konstipasi juga dapat terjadi akibat dari pembesaran
uterus yang akan menekan usus sehingga terjadi penurunan mortalitas usus.
Trimester 2
Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.
Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke arah
atas dan lateral.
Trimester 3
Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot polos
pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya, tonus
sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan refluks dari
lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti heartburn.
Penurunan motilitas usus juga memungkinkan penyerapan nutrisi lebih banyak,
tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi. Sedangkan mual dapat terjadi
akibat penurunan asam lambung.
11. Perubahan Hormonal Selama Kehamilan
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan terutama meliputi
perubahan konsentrasi hormon seks yaitu progesteron dan estrogen. Pada awal
kehamilan, terjadi peningkatan hormon hCG dari selsel trofoblas. Juga terdapat
perubahan dari korpus luteum menjadi korpus luteum gravidarum yang
memproduksi estrogen dan progesteron. Pada pertengahan trimester satu, produksi
hCG menurun, fungsi korpus luteum gravidarum untuk menghasilkan estrogen
dan progesteron pun digantikan oleh plasenta. Pada trimester dua dan tiga,
produksi estrogen dan progesteron terus megalami peningkatan hingga mencapai
puncaknya pada akhir trimester tiga.
Estrogen dan progesteron memiliki peran penting yang mempengaruhi sistem
organ termasuk rongga mulut. Reseptor bagi estrogen dan progesteron dapat
ditemukan pada jaringan periodontal. Maka dari itu, ketidakseimbangan hormonal
juga dapat berperan dalam patogenesis penyakit periodontal. Peningkatan hormon
seks steroid dapat mempengaruhi vaskularisasi gingiva, mikrobiota subgingiva,
sel spesifik periodontal, dan sistem imun lokal selama kehamilan. Beberapa
perubahan klinis dan mikrobiologis pada jaringan periodontal:
- Peningkatan kerentanan terjadinya gingivitis dan peningkatan kedalaman
saku periodontal.
- Peningkatan kerentanan terjadinya infeksi.
- Penurunan kemotaksis neutrofil dan penekanan produksi antibodi.
- Peningkatan sejumlah patogen periodontal (khususnya Porphyromonas
gingivalis).
- Peningkatan sintesis PGE2.
2. Etiologi
Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara lain :
a. Servik inkompeten (penipisan servikx) yaitu kelainan pada servik uteri
dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
b. Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan ganda dan
hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada kulit ketuban di atas
ostium uteri internum pada servik atau peningkatan intra uterin secara
mendadak.
c. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic.
d. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten.
e. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi
f. Makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin
g. Komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat
h. Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan letak
lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu atas panggul
yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane bagian bawah.
kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung, sepalopelvik, disproporsi.
i. Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
ketuban pecah dini.
3. Patofisilogi
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik KPD menurut Mansjoer (2008) antara lain :
a. Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau
kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
c. Janin mudah diraba
d. Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering
e. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan
air ketuban sudah kering.
f. Kecemasan ibu meningkat.
Menurut Manuaba (2013) mekanifestasi klinis ketuban pecah dini, antara
lain:
a. Terjadi pembukaan prematur servik
b. Membran terkait dengan pembukaan terjadi:
1) Devaskularisasi
2) Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
3) Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban, makin berkurang
4) Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat denga infeksi yang
mengeluarkan enzim preteolitik dan kolagenase.
5. Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada ketuban pecah dini menurut Manuaba (2013):
a. Konservatif
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umur kehamilan kurang 37 minggu.
4) Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan
kortikosteroid untuk mematangkan fungsi paru janin.
6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
7) Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan.
b. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan.
1) Induksi atau akselerasi persalinan.
2) Lakukan seksiosesaria bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami
kegagalan.
3) Lakukan seksio histerektomi bila tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban
Yang harus segera dilakukan:
1) Pakai pembalut tipe keluar banyak atau handuk yang bersih.
2) Tenangkan diri Jangan bergerak terlalu banyak pada saat ini. Ambil nafas
dan tenangkan diri.
Yang tidak boleh dilakukan:
1) Tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman.
2) Jangan bergerak mondar-mandir atau berlari ke sana kemari, karena air
ketuban akan terus keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.
E. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Anamnesa
Anamnesa identitas istri dan suami
Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri ulu
hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai keadaan panggul. Adanya
kesempitan atau kelainan panggul, dapat diduga bila terlihat jalannya ibu tidak
normal, misalnya pincang, ibu sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis,
skoliosis), kelainan belah ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu hamil atau
ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm dimungkinkan sang ibu
memiliki panggul sempit.
c. Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5 kg/minggu. Bila
dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan selama hamil muda 5 kg,
selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-masing bertambah 5 kg. Pada akhir
kehamilan, pertambahan berat badan total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang
berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan kembar,
hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang
kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
e. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam kehamilan.
Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau lebih, dan/atau
diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi preeklamsi dan eklamsi.
b) Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
c) Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini kemungkinan
ada infeksi dalam kehamilan.
d) Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit. Bila ibu
mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah atau kemungkinan
dicurigai mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala dan Leher
a) Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
b) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna
kuning/jaundice pada sclera
c) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
d) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar tiroid,
pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis
g. Payudara
a) Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal melingkar, agak
simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
b) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
d) Retraksi akibat adanya lesi
e) Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen
a) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
b) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan > 12
minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu
c) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan penurunan
kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I :
Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
Konsistensi uterus
Leopold II :
Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
Menentukan bagian terbawah janin
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
Leopold IV :
Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah
masuk PAP
i. Tangan dan kaki
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
c) Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo atau
hiper
j. Pemeriksaan panggul
Panggul : genital luar
a) Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra, introitus vagina
untuk melihat adanya tukak atau luka, varises, cairan yang ada (warna,
konsistensi, jumlah, bau)
b) Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui adanya
pembengkakan masa atau cairan kista
Panggul : menggunakan speculum
a) Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi, apakah
serviks sudah membuka atau belum
b) Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan luka
Panggul : pemeriksaan bimanual
a) Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan (dilatasi)
dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri goyang)
b) Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di dalam
vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi, mobilitas, rasa nyeri, serta
adanya masa.
Trisemester III
Diagnosa I Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan
Tujuan: klien dapat beradaptasi dengan status kesehatannya
Intervensi:
1) Ajarkan kepada pasien teknik relaksasi untuk dilakukan sekurang-kurangnya
setiap 4 jam ketika terjaga
Rasional: Data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
2) Kurangi stressor (termasuk membatasi akses individu pada pasien jika sesuai)
dan usahakan menuntut pasien
Rasional: Seminimal mungkin jika memungkinkan untuk menciptakan iklim tenang
dan teraupetik
3) Pantau respon verbal dan non verbal yang menunjukan kecemasan
Rasional: Klien mungkin tidak menunjukan keluhansecara langsung tetapi
kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukan
adanya
kegelisahan, kemarahan, penolakan dan sebagainya
4) Kolaborasi pemberian obat sesuai yang diresepkan
Rasional: Untuk membantu pasien rileks selama periode ansietas berat