Anda di halaman 1dari 40

 5.

Mood dan Afek, dan emosi lainnya:


 - MOOD: eutimik/ disforik/ anhedonia/ hipotimik/ hipertimik (pada kasus  disforik: sering khawatir dan curiga terhadap
org lain; anhedonia: sudah tidak perduli lagi/ tidak urus lagi. Dilihat dari kasus saat ini OS sudah tidak bisa mengurus urusan
rumah tangga dan anak-anaknya)
 MOOD: suatu emosi yang meresap dan dipertahankan, yang dialami secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat
oleh orang lain (contoh: depresi, elasi, kemarahan).
 1) Disforik: Tidak menyenangkan
 2) Eutimik: mood dalam rentang normal
 3) Meluap-luap: ekspresi perasaan seseorang tanpa pembatasan.
 4) Irritable: mudah diganggu atau dibuat marah
 5) Labil: osilasi antara euphoria dan depresi atau kecemasan
 6) Euphoria: elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
 7) ekstasi: perasaan kegairahan yang kuat
 8) depresi: perasaan kesedihan yang psikopatologis
 9) anhedonia: hilangnya minat terhadap dan menarik diri dari semua aktivitas rutin dan menyenangkan, seringkali disertasi
dengan depresi
 10) duka cita: kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata
 11) aleksitimia: ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau menyadari emosi atau mood seseorang.
 - AFEK: appropriate/ inappropriate (pada kasus  karna bilang ga perlu berobat)
 AFEK: ekspresi emosi yang terlihat: mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien.
 1) Sesuai (appropriate): kondisi dimana irama emosional adalah harmonis dengan gagasan pikiran, atau
pembicaraan yang menyertai; digambarkan lebih lanjut sebagai afek yang luas atau penuh, dimana rentang
emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai.
 2) Tidak sesuai (inappropriate): ketidak harmonisan antara irama perasaan emosional dengan gagasan
pikiran atau pembicaraan yang menyertainya.
 3) Tumpul (blunted): gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh penurunan berat pada intensitas
irama perasaan yang diungkapkan keluar.
 4) Terbatas (restricted): penurunan intensitas irama perasaan yang kurang parah daripada afek yang
tumpul tapi jelas menurun.
 5) Datar (flat): tidak adanya atau hamper tidak adanya tanda ekspresi afek; suara yang monoton; wajah
yang tidak bergerak.
 6) Labil: perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba2, yang tidak berhubungan dengan stimuli
eksternal.
 6. Pikiran dan Persepsi
 - BERPIKIR: Aliran gagasan, symbol dan asosiasi yang diarakan oleh tujuan dimulai oleh suatu
masalah atau suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan.
 - PERSEPSI: proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis.
 Yang diperiksa:
 a) BENTUK PIKIRAN:
 - PSIKOSIS: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi; gangguan realitas dengan
menciptakan realitas baru.
 - WAHAM: keyakinan palsu, didasarkan pada simpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak
sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu
alasan.
 - NEOLOGISME: suka membuat kata2 baru
 - WORD SALAD: suka mencampur kata
 - FLIGHT OF IDEAS: Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang
menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan
dalam bentuk yang kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya.
 b) ISI PIKIRAN:
- Miskin isi pikir - Gagasan berlebihan

 Bentuk pikiran:
 PSIKOSIS: (+) (pada kasus  tidak bisa membedakan nyata dan fantasi)
 Isi Pikiran:
 Gangguan proses pikir: ide sangat banyak/ inkoherensi
 Bisa berupa: waham/delusi (keyakinan yang salah dan menetap yang tidak terkait latar belakang
budaya pasien), obsesi, kompulsif

- Waham Paranoid (pada kasus  takut diracuni oleh suaminya)  Waham Persekutorik (pada kasus 
karna usia udah dewasa 30 thn, waham dan halusinasi menonjol, halusinasi auditorik yang mengancam
dirinya yaitu dilihat dari pernyataan OS sering mendengar suara-suara bisikan ditelinganya yang mengejek
tentang dirinya hampir setiap hari.)
 - Waham ketidak setiaan
 - Paranoid:
–Persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu atau disiksa
-Refrensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada dirinya
-Kontrol:
 Tought with drawal, waham pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain.
 Tought insertion, waham bahwa pikira ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain.
 Tought with broadcasting, waham bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain.
 Tough Control, waham pikiran pasien dikendalikan orang lain
 -Kebesaran: gambaran kepentingan kekuatan dan identitas seseorang yang berlebihan.
 c) PERSEPSI
- HALUSINASI: Auditorik dan visual (pada kasus  terjadi karna OS sering melihat bayangan seseorang
dikamarnya. OS juga sering mendengar suara-suara bisikan ditelinganya yang mengejek tentang dirinya hampir setiap
hari.)
 ILUSI: (-)

 HALUSINASI: persepsi sensoris yang salah yang tidak disertai dengan stimuli eksternal yang nyata.
 -Visual
 -Penciuman
 -Kecap
 -Raba
 -Somatik: Organ Viseral
 Fisiologis:
 HIPNAGOGIK: persepsi sensorik yang palsu yang terjadi saat akan tertidur
 HIPNOPONPIK: persepsi palsu yang palsu saat terbangun dari tidur
 - ILUSI: mispersepsi/misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata.
INSIGHT
 Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi.
a) Derajat 1 : menyangkal dirinya sakit
b) Derajat 2 : menyadari dirinya sakit tapi pada saat bersamaan juga menyangkal
c) Derajat 3: sadar dirinya sakit, menyalahkan orang lain atau kondisi medik organik
d) Derajat 4 : sadar dirinya sakit sehubungan dengan sebab yang tidak diketahuinya
e) Derajat 5: intellectual insight: meyadari bahwa pasien sakit dan gejala atau kegagalan dalam penyesuaian sosial akibat perasaan
irasional atau gangguan pasien tanpa menerapkan pengetahuan ini dimasa depan
f) Derajat 6: true emotional insight: kesadaran emosional bahwa motivasi dan perasaan pasien dan orang-orang yang penting
dalam kehidupannya, yang menyebabkan perubahan yang mendasar dalam perilakunya
---To confirm hallucination,
d) There must be perception without stimulus ( can u see the person speaking to u)
e) Experience must be objective ( is the voice coming from objective space or inside u)
f) Perceiving through sense organs (are the voices perceived through ears)
g) Should occur in awakened state ( related to sleep or not)
h) Lack of insight ( is it real or imagination)
 10. JUDGMENT (PERTIMBANGAN): Kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih berbagai pilihan didalam
suatu situasi.
 - Sosial: baik/ terganggu
 - Penilaian: baik/ terganggu

 JUDGMENT (PERTIMBANGAN): Kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih berbagai pilihan didalam suatu
situasi.
 - Sosial: ‘apa yg akan bapak lakukan ketika dilingkungan bapak ada gotong royong?’
 - Penilaian ‘apa yg bapak lakuan ketika bertemu dompet berisi ktp dijadalan?’
 Yang dilihat: Baik/ Terganggu

 11. INTELEGENSIA: riwayat ada/ tidak


 Retardasi Mental (-)
 Demensia (-)
 Pseudodemensia (-)
 DIAGNOSIS
- Aksis I : Gangguan Klinis Diagnosa
- AksisII : Gangguan Kepribadian dan Retardasi mental
- AksisIII : Kondisi Medik Umum
- AksisIV : Stresor psikososial
- AksisV :GAF Scale
DEFINISI
 Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu gangguan
psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi, pikiran,
afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian (Sadock, 2003).
 Berdasarkan PPDGJ III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat
kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai
oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi,
serta oleh afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted), kesadaran
yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.
EPIDEMIOLOGI
 Prevalensi 1 % populasi dewasa dan biasanya onsetnya pada usia remaja akhir
atau awal masa dewasa
 Puncak onset : pria 15-25 th
wanita 25 – 35 th
 Gejala negatif : pria > wanita
 Fungsi sosial memburuk : pria > wanita
 Hampir 90% pasien mengalami ketergantungan nikotin
 50 % pernah mencoba bunuh diri, dan 10 % meninggal
 Lebih banyak pada sosial ekonomi lemah, dan penduduk perkotaan.
Etiology
 Faktor genetic : keturunan menentukan timbulnya skizofrenia
 Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9 - 1,8%;
 bagi saudara kandung 7 – 15%;
 bagi anak dengan salah satu orangtua yang menderita skizofrenia 7 – 16%; bila kedua
orangtua menderita skizofrenia 40 – 68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2 -15%; bagi
kembar satu telur (monozigot) 61 – 86%.
 Faktor kimia : kemungkinan berasal dari ketidak seimbangan kimiawi otak yang disebut
neurotransmitter.
 Beberapa ahli mengatakan bahwa skizofrenia berasal dari aktivitas neurotransmitter
dopamine yang berlebihan di bagian-bagian tertentu otak atau dikarenakan sensitivitas yang
abnormal terhadap dopamine.
 Faktor psikologi dan social
 Faktor psikososial meliputi adanya kerawanan herediter yang semakin lama semakin kuat,
adanya trauma yang bersifat kejiwaan, adanya hubungan orang tua-anak yang patogenik,
serta interaksi yang patogenik dalam keluarga
PERJALANAN PENYAKIT
Premorbid tanda pertama penyakit skizofrenia, walaupun gejala yang ada dikenali hanya
secara retrospektif (gejala somatik, seperti nyeri kepala, nyeri punggung dan
otot, kelemahan dan masalah pencernaan)

Prodromal Tanda dan gejala prodromal skizofrenia dapat berupa cemas, gundah (gelisah),
merasa diteror atau depresi.

Fase aktif ditandai dengan gangguan jiwa yang nyata secara klinis, yaitu adanya
kekacauan dalam pikiran, perasaan dan perilaku.

Keadaan residual ditandai dengan menghilangnya beberapa gejala klinis skizofrenia. Yang
tinggal hanya satu atau dua gejala sisa yang tidak terlalu nyata secara klinis,
yaitu dapat berupa penarikan diri (withdrawal) dan perilaku aneh
Sadock 2003
Gejala Positif dan Negatif Skizofrenia
(KURT SCHNEIDER)
Gejala Positif Gejala Negatif
• Delusi • Alam perasaan (afek) tumpul atau
• Halusinasi mendatar ( blunting/flattening)
• Kekacauan pikiran • Alogia (miskin pembicaraan)
• Gaduh gelisah • Avolition (ketidakmampuan memulai dan
• Peningkatan pembicaraan mempertahankan aktivitas yang bertujuan)
• Perilaku aneh atau bermusuhan • anhedonia
• Penarikan social atau isolasi diri
• Apathy (detachment) Ketidakmampuan
merawat diri
Positive symptoms ( Kurt Schneider as first rank symptoms)
3 voices, 3 thoughts, 2 delusions.
a) Audible thoughts/thought echo- voices telling aloud what patient thinks
b) Voices making running commentary on patients behavior
c) Two or more voices critically discussing about the patient(3rd person hallucination)
d) Thought withdrawal – belief external force removing one’s thoughts
e) Thought insertion- belief external forces is putting thoughts
f) Thought broadcasting – belief ones thoughts are conveyed to others.
g) Delusion of control – belief that one’s feelings and emotions are under control by
an external force.
h) Delusion perception – unshakable belief that normal events have a special meaning
to the patient.
KRITERIA DIAGNOSTIK
SKIZOFRENIA
DSM 5
a) Halusinasi
b) Delusi
c) Pikiran kacau
d) Perilaku kacau
e) Gejala negatif
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (biasanya 2
gejala atau lebih bila gejala2 kurang tajam/kurang jelas

a) Thought echo---- isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepala (tidak keras), dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama,
namun kualitasnya berbeda
- thought insertion or withdrawal --- isi pikiran yang asing dari luar masuk
ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
dari luar dirinya (withdrwal) dan
- thought broadcasting --- isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya,.
B) delusional of control – waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan dari luar atau
a) Delusion of influence – waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan dari luar
b) Delusion of passivity – waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar ( merujuk ke pergerakan tubuh/anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan atau penginderaan khusus.
c) Delusion perception –pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
C) Halusinasi auditorik
 Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien atau
 Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (berbagai suara yang berbicara)
 Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian

D) WAHAM
 Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu
yang mustahil, misalnya perihal keyakinan atau politik tertentu, atau kekuatan di atas manusia biasa
(misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain.

 Ada gejala2 khas tersebut telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih ( tidak berlaku
untuk setiap fase nonpsikotik prodormal).
 Harus ada perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan, aspek perilaku pribadi,
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup x bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri(absorbed attitude) dan penarikan diri dari sosial.
Gangguan pikiran
Gangguan proses pikir
Asosiasi longgar ide pasien sering tidak menyambung. Ide tersebut seolah dapat melompat dari satu topik ke topik
lain yang tak berhubungan sehingga membingungkan pendengar.
Pemasukan arus pikiran pasien secara terus-menerus mengalami gangguan karena pikirannya sering dimasuki
berlebihan informasi yang tidak relevan.
Neologisme pasien menciptakan kata-kata baru (yang bagi mereka meungkin mengandung arti simbolik)
Terhambat pembicaraan tiba-tiba berhenti (sering pada pertengahan kalimat) dan disambung kembali beberapa
saat kemudian, biasanya dengan topik lain. Ini dapat menunjukkan bahwa ada interupsi.
Klang asosiasi pasien memilih kata-kata berikut mereka berdasarkan bunyi kata-kata yang baru saja
diucapkan dan bukan isi pikirannya.
Ekolalia pasien mengulang kata-kata atau kalimat-kalimat yang baru saja diucapkan oleh seseorang.
Konkritisasi pasien dengan IQ rata-rata normal atau lebih tinggi, sangat buruk kemampuan berpikir abstraknya.
Alogia pasien berbicara sangat sedikit tetapi bukan disengaja (miskin pembicaraan) atau dapat berbicara
dalam jumlah normal tetapi sangat sedikit ide yang disamapaikan (miskin isi pembicaraan).
Gangguan pikiran

2. Gangguan isi pikir

waham suatu kepercayaan palsu yang menetap yang taksesuai dengan fakta dan kepercayaan
tersebut mungkin “aneh” atau bisa pula “tidak aneh” tetapi sangat tidak mungkin dan tetap
dipertahankam meskipun telah diperlihaykan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya.

Tilikan Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien tidak
menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhaap pengobatan, meskipun gangguan yang
ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.

Gangguan perrsepsi

Halusinasi Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa juga
berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan.

Ilusi dan Ilusi yaitu adanya misinterpretasi panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
depersonalisasi perasaan asing terhadap diri sendiri.
Gangguan Perilaku
katatonik katatonik yang dapat berupa stupor atauh gaduh gelisah.
 dengan stupor tidak bergerak, tidak berbicara, dan tidak berespons, meskipun ia sepenuhnya sadar.
 Dengan katatonik gaduh gelisah menunjukkan aktivitas motorik yang tidak terkendali.
Kedua keadaan ini kadang-kadang terjadi bergantian.
Stereotipi dan Stereotipi : Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil sikap badan tertentu
manerisme Manerisme adalah stereotipi tertentu pada skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada
mukanya atau keanehan berjalan dan gaya berjalan
Gangguan Afek
Kedangkalan respons misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri
emosi
Parathimi dan Parathimi, apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa
paramimi sedih atau marah.
Paramimi, penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
Parathimi dan paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of affect
Hilangnya emotional hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik (emotional rapport).
rapport
Tipe- tipe skizofrenia
TIPE PARANOID (halusinasi dan/atau waham harus menonjol)
• ditandai dengan preokupasi satu atau lebih waham atau halusinasi auditorik (HARUS MENONJOL)
yang sering. tidak adanya perilaku spesifik yang sugestif untuk tipe hebrefrenik atau katatonik.
• Suara2 halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung(humming), atau bunyi tawa(laughing).
• Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa/bersifat seksual atau lain2 perasaan tubuh.
• Waham ada(beberapa jenis), waham dikendalikan(delusion of control), dipengaruhi (delusion of
influence), atau passivity (delusion of passivity) dan keyakinan dikejar2 adalah yang paling khas.
• Ciri lainya meliputi ansietas, kemarahan, menjaga jarak, dan suka berargumentasi, dan agresif.
• Diagnosa banding : a) epilepsy dan psikosis yang diinduksi obat2
b) keadaan paranoid involusional
c) paranoia
Delusion of persecution – others are plotting to harm you or working to endanger u
Delusion of reference –wherever you go, ppl are talking about u or making gestures referring to u or believe
the programs in tv/radio are talking about u?
Delusion of control - mental functions(thinking, emotion and behavior) are no longer under your control but
under external force?
Delusion of infidelity – spouse/sexual partner is unfaithful to u, having affair with someoene?
Tipe- tipe skizofrenia
Tipe DISORGANIK (HEBEFRENIK)
• Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset 15-25 thn).
• Harus ada pengamatan khas selama 2 atau 3 bulan untuk pastikan gambaran khas.
a) Perilaku tidak bertanggungjawab dan tidak dapat diramalkan serta mannerism, ada kecenderungan untuk
selalu menyendiri (solitary) dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai giggling atau perasaan
puas diri (self satisfied), self absorbed smiling, lofty manner, tertawa menyeringgai ( grimaces)
mannerism, pranks ( senda gurau), kata2 diulang ( reiterated phrases)
• ditandai dengan regresi nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau serta dengan tidak adanya
gejala yang memenuhi kriteria tipe katatonik.
• MENONJOL : gangguan afektif dan dorongan kehendak, gangguan proses pikir
• Tidak menonjol : halusinasi dan waham ada tapi tidak menonjol ( fleeting or fragmentary delusions and
hallucination)
• More to perilaku tujuan (AIMLESS) dan tanpa MAKSUD (EMPTY OF PURPOSE).
Tipe- tipe skizofrenia
• Tipe katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:
• Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap lingkungan atau orang. Pasien
menyadari hal-hal yang sedang berlangsung di sekitarnya.
• Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motoric yang x bertujuan, tidak dipengaruhi stimuli eksternal.
• Negativsme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau usaha-usaha untuk
menggerakkan fisiknya.
• Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigid.
• Postur katatonik yaitu pasein mempertahankan posisi yang tak biasa atau aneh.
• Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin dapat mengancam jiwanya
(misalnya, karena kelelahan).
• Fleksibilitas cerea/waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat
dibentuk dari luar.
• Command automatism – kepatuhan automatis terhadap perintah dan pengulangan kata2 serta kalimat2.
Tipe- tipe skizofrenia
Tipe undifferentiated (tak terinci)
• Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang menonjol (misalnya:
kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe
paranoid, katatonik, hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.
• Menampilkan perubahan pola simptom2 yang cepat menyangkut semua indicator skizofrenia.
• Disorganised behaviour + disorganized speech + inappropriate affect

Tipe Residual
Tipe ini merupakan kategori yang dianggap telah terlepas dari skizofrenia tetapi masih
memperlihatkan gejala-gejala residual atau sisa, seperti keyakinan-keyakinan negatif, atau mungkin
masih memiliki ide-ide tidak wajar yang tidak sepenuhnya delusional. Gejala-gejala residual itu dapat
meliputi menarik diri secara sosial, pikiran-pikiran ganjil, inaktivitas, dan afek datar.
Diagnosis
 gangguan pada pasien didiagnosis sebagai skizofrenia apabila pasien menunjukkan dua gejala yang terdaftar
sebagai gejala 3 sampai 5 pada kriteria A. 1.waham 2. Halusinasi 3. Bicara kacau 4. Perilaku yang sangat
kacau/katatonik 5. Gejala negatif, yaitu: afek medatar, alogia, atau anhedonia).
 Hanya dibutuhkan satu gejala kriteria A bila waham bizare atau halusinasinya terdiri atas suara yang terus-
menerus memberi komentar terhadap perilaku atau pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang saling
bercakap-cakap
 Kriteria B hendaya fungsi, meski tidak memburuk, yang tampak selama fase aktif penyakit. Gejala harus
berlangsung selama paling tidak 6 bulan dan diagnosis gangguan skizoafektif atau gangguan mood harus
disingkirkan. Setidaknya salah satu hal ini harus ada :
• Gema pikiran (thought echo)
• Waham kendali, pengaruh, atau pasivitas
• Suara-suara halusinasi yang terus-menerus mengomentari perilaku pasien atau saling mendiskusikan pasien, atau
suara halusinasi lain yang berasal dari bagian tubuh tertentu; dan
• Waham persisten jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan sangat tidak masuk akal.
Diagnosis
 Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal berikut ada:
1. Halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama sekurangnya 1 bulan, atau
bila disertai waham
2. Neologisme, kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan menggabungkan suku kata atau
dari kata-kata lain.
3. Perilaku katatonik, seperti eksitasi, postur atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme, dan stupor
4. Gejala negatif, seperti apatis yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan respons emosional tumpul serta
ganjil (harus ditegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan depresi atau pengobatan antipsikotik).
Penatalaksanaan
1. Farmakoterpi

Antagonis reseptor Terutama untuk gejala positif


dopamine Kekurangan :
 Hanya sebgian kecil pasien yang cukup terbantu untuk dapat memulihkan fungsi mental
normal secara bermakna
 Efek samping yang mengganggu dan serius ( akatisia, lir-parkinsonian ). Efek potensial serius
mencakup dyskinesia tarda dan sindrom neuroleptic maligna

Antagonis serotonin  Gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak ada


dopamine (atypical  berinteraksi dengan subtipe reseptor dopamin yang berbeda di banding antipsikotik standar,
antiphyscotics) dan mempengaruhi baik reseptor serotonin maupun glutamate
 Obat ini juga menghasilkan efek samping neurologis dan endokrinologis yang lebih sedikit
serta lebih efektif dalam menangani gejala negatif skizofrenia
 Beberapa SDA yang telah disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin,
sertindol, kuetiapin, dan ziprasidon.
Haloperidol Untuk manajemen psikosis. Juga untuk saraf motor dan suara pada anak dan orang dewasa. Mekanisme tidak
secara jelas ditentukan, tetapi diseleksi oleh competively blocking postsynaptic dopamine (D2) reseptor dalam
sistem mesolimbic dopaminergic; meningkatnya dopamine turnover untuk efek tranquilizing. Dengan terapi
subkronik, depolarization dan D2 postsynaptic dapat memblokir aksi antipsikotik.

Risperidone Monoaminergic selective mengikat lawan reseptor D2 dopamine selama 20 menit, lebih rendah afinitasnya
dibandingkan reseptor 5-HT2. Juga mengikat reseptor alpha1-adrenergic dengan afinitas lebih rendah dari H1-
histaminergic dan reseptor alpha2-adrenergic. Memperbaiki gejala negatif pada psikosis dan menurunkan
kejadian pada efek ekstrpiramidal.

Olanzapine Antipsikotik atipikal dengan profil farmakologis yang melintasi sistem reseptor (seperti serotonin, dopamine,
kolinergik, muskarinik, alpha adrenergik, histamine). Efek antipsikotik dari perlawanan dopamine dan reseptor
serotonin tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis dan gangguan bipolar.

Clozapine Reseptor D2 dan reseptor D1 memblokir aktifitas, tetapi nonadrenolitik, antikolinergik, antihistamin, dan reaksi
arousal menghambat efek signifikan. Tepatnya antiserotonin. Resiko terbatasnya penggunaan agranulositosis
pada pasien nonresponsive atau agen neuroleptik klasik tidak bertoleransi
Quetiapine Antipsikotik terbaru untuk penyembuhan jangka panjang. Mampu melawan efek dopamine dan serotonin.
Perbaikan lebih awal antipsikotik termasuk efek antikolinergik dan kurangnya distonia, parkinsonism, dan
tardive diskinesia.
Aripiprazole Memperbaiki gejala positif dan negatif skizofrenia. Mekanisme kerjanya belum diketahui, tetapi hipotesisnya
berbeda dari antipsikotik lainnya. Aripiprazole menimbulkan partial dopamine (D2) dan serotonin (5HT1A)
agonis, dan antagonis serotonin (5HT2A).

Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran


Haloperidol Tab. 2 – 5 mg 5 – 15 mg/hari
Risperidone Tab. 1 – 2 – 3 mg 2 – 6 mg/hari
Olanzapine Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
Clozapine Tab. 25 – 100 mg 25 – 100 mg/hari
Quetiapine Tab. 25 – 100 mg
50 – 400 mg/hari
200 mg
Aripiprazole Tab. 10 – 15 mg 10 – 15 mg/hari
Efek samping
• Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif menurun).
• Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering, kesulitan miksi&defekasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
• Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akathisia, sindrom parkinson: tremor, bradikinesia, rigiditas).
• Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolik (jaundice), hematologik (agranulocytosis), biasanya
pada pemakaian panjang

Interaksi obat
• Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat (hati-hati pada pasien dengan
hipertrofi prostat, glaukoma, ileus, penyakit jantung).
• Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan gejala dan gaduh gelisah yang
sangat hebat.
• Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan kejang meningkat, oleh karena
itu dosis antikonvulsan harus lebih besar. Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah antipsikosis
Haloperidol.
• Antipsikosis + antasida = efektivitas obat antipsikosis menurn disebabkan gangguan absorpsi.
2. Terapi psikososial
Pelatihan keterampilan social Peatihan keterampilan sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi keterampilan
perilaku. Terapi ini secara langsung dapat mendukung dan berguna untuk pasien
bersama dengan terapi farmakologis.

Terapi kelompok Terapi kelompok untuk orang dengan skizofrenia umumnya berfokus pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata

Terapi perilaku kognitif Terapi perilaku kognitif telah digunakan pada pasien skizofrenia untuk memperbaiki
distorsi kognitif, mengurangi distraktibilitas, serta mengoreksi kesalahan daya nilai.

Psikoterapi individual Tujuan terapi adalah meningkatkan penyesuaian personal dan sosial serta mencegah
terjadinya relaps. Terapi ini merupakan metode pilihan menggunakan keterampilan
sosial dan latihan relaksasi, psikoedukasi, refleksi diri, kesadaran diri, serta eksplorasi
kerentanan individu terhadap stress
Indikasi masuk rumah sakit
 Tujuan untuk diagnosis
 Menstabilkan dosis obat
 Keamanan pasien (sucide/homicide)
 Perilaku yang sangat kacau
 Perawatan diri yang buruk
TREATMENT JANGKA PANJANG
 Maintain antipyschotics
 Phycho education
 Psychosocial rehabilitation (social and occupational) to minizmize
social disabilities
PROGNOSIS BAIK
 - Onset lambat
 - Pencetus Jelas (PADA KASUS  karna ditipu teman arisan)
 - Onset akut
 - Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid baik
 - Ada gejala gangguan mood
 - Menikah (PADA KASUS  sudah menikah)
 - Riwayat keluarga gangguan mood
 - Gejala positif: halusinasi, waham, berbicara tidak jelas, membuat
gerakan aneh/ perilaku aneh dan tidak terkendali (disorganized),
inkoherensi (ggn. Asosiasi pikiran), ggn perasaan (tidak sesuai dengan
situasi)
PROGNOSIS BURUK
 - Onset muda
 - Tidak ada factor pencetus
 - Onset tidak jelas
 - Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan pramorbid buruk
 - Perilaku menarik diri (autistic)
 - Tidak menikah
 - Bercerai
 - Riwayat keluarga skizo
 - System pendukung yang buruk
 - Gejala negative: afek datar, alogia dan tidak ada kemauan
 - Tanda dan gejala neurologis
 - Riwayat trauma perinatal
 - Tidak ada remisi dalam 3 tahun
 - Banyak relaps
 - Riwayat penyerangan
WAHAM
WAHAM PRIMER
1) Waham perasaan( delusional mood) -Penghayatan baru muncul pada pasien, bahwa
ada sesuatu yang terjadi di sekelilingnya yang berkaitan dengan dirinya, namun ia tidak
dapat mengetahui apa itu.
2) Waham pikiran (delusional idea) - Suatu waham yang sepenuhnya terbentuk dalam
pikiran pasien. Disebut juga sebagai autochthonous delusion. Misalnya : mendadak
pasien mengatakan bahwa ia sekarang tahu bahwa dirinya sebenarnya adalah nabi.
3) Waham persepsi (delusional perception)- Pada waham persepsi, pasien
mempersepsikan suatu obyek secara normal (tidak ada gangguan persepsi), diberi arti
baru, biasanya berhubungan dengan dirinya sendiri. Arti baru itu tidak dapat dimengerti
sebagai muncul dari perasaan atau sikap pasien sebelumnya
 Waham sekunder
1) Waham sistematik -Adalah waham yang dibentuk berdasarkan pikiran yang
sistematis, berkembang dari suatu pola sentral. Apabila disanggah biasanya pasien
bereaksi hebat. Tingkah laku dan perasaan pasien sesuai dengan isi wahamnya.
2) Waham non sistematik -Adalah waham yang dibentuk tidak berdasarkan pemikiran
yang sistematik dan apabila disanggah biasanya tidak bereaksi hebat atau bahkan
tidak bereaksi sama sekali
3) Waham bizzare -Adalah waham yang aneh, tidak logis sama sekali. Misalnya :
waham yang isinya menyatakan bahwa otaknya sudah membusuk atau ususnya
sebagian telah diganti dengan tabung besi. Waham yang bizar pasti tidak sistematik
sedangkan waham yang tidak sistematik belum tentu sifatnya bizar. Waham bizar
dijumpai pada skizofrenia.

Anda mungkin juga menyukai