Anda di halaman 1dari 4

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental terhadap pasien dengan gangguan jiwa diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan memastikan fungsi-fungsi apa saja yang mengalami gangguan.

Hindari melaporkan gambaran-gambaran yang terdahulu pada status mental─laporan


seharusnya merupakan keadaan pasien saat itu juga. Kecuali bila gambaran penyakit
sebelumnya telah hilang, misalnya “Pada saat wawancara, tidak ada bukti keyakinan
penganiayaan yang sebelumnya ada pada saat masuk rumah sakit.”

PENAMPILAN DAN PERILAKU


Pakaian, perawatan diri: misalnya pemakaian warna-warna dan riasan yang cerah dapat
terlihat pada pasien mania, pengabaian terlihat pada pasien depresi.
Perilaku selama wawancara: kegelisahan, kesedihan, kontak mata, mudah marah,
kesesuaian, mudah teralihkan.
Psikomotor: kemiskinan, stereotipe, ritual, gerakan-gerakan abnormal lainnya.
Rapport.

BICARA
Kecepatan: lambat/terbelakang, atau tertahan/tidak dapat diinterupsi.
Irama: normal, intonasi datar atau berlebihan.
Volume: berbisik, tenang, keras.
Isi: mempermainkan kata-kata yang berlebihan, asosiasi bunyi (clang association), berbicara
satu-satu suku kata (monosyllabic), spontan atau hanya menjawab pertanyaan.
Disfasia.
Disartria.

MOOD
Amati perasaan pasien selama wawancara dan tanyakan juga bagaimana perasaan
mereka:
1) Secara obyektif (afek): kesan Anda (sesuai/tidak sesuai)─depresi, elasi, eutimia, tumpul
atau datar, cemas.
2) Secara subyektif: bagaimana pasien melaporkan mood yang dominan─depresi, elasi.
Catatan: Di sini Anda dapat merekam gambaran-gambaran biologis dari depresi jika tidak
terdapat dalam riwayat penyakit. Ide bunuh diri?

ISI PIKIRAN
1) Gangguan isi pikiran (bentuk pikiran abnormal):
Pasien tidak mengikuti susunan yang umum dalam komunikasi dan akibatnya pembicaraan
menjadi kurang berarti. Biasanya pada skizofrenia.
 Derailment (gerakan Knight): terdapat kekacauan kata-kata secara tiba-tiba dari waktu ke
waktu, yang seharusnya sesuai, namun tidak dalam konteks ini (jalannya isi pikiran menjadi
keluar jalur).
 Circumstantiality (asosiasi longgar): isi pikiran menjadi samar-samar dan tampak campur
aduk.
 Bloking isi pikiran: sensasi-sensasi isi pikiran tiba-tiba berhenti.
2) Tempo isi pikiran abnormal:
Akselerasi (isi pikiran ditekan, flight of ideas─dapat timbul tanpa penekanan untuk bicara)
atau retardasi.
3) Kepemilikan isi pikiran abnormal:
Pasien merasa pikirannya dikendalikan oleh sesuatu dari luar─penarikan isi pikiran, insersi,
penyiaran (merasa pikiran seseorang ditarik oleh orang lain).
4) Isi pikiran abnormal:
Preokupasi/ide yang berlebihan (ide-ide ini sangat kuat dan dominan dan tidak selalu tidak
logis atau tidak layak secara budaya).
Obsesi, kompulsi, ruminasi. Trias kognitif Beck─pandangan negatif terhadap diri, dunia dan
masa depan.

Waham-waham
Waham adalah kepercayaan yang salah, tidak mudah digoyahkan, di luar sistem
kepercayaan sosial dan budaya normal seorang individu.
Tipe-tipe waham:
 Grandiose (kebesaran)─percaya bahwa mereka memiliki kemampuan dan misi khusus.
 Poverty (kemiskinan)─percaya bahwa mereka telah dibuat miskin.
 Guilt (rasa bersalah)─percaya bahwa mereka telah melakukan kejahatan dan pantas
dihukum.
 Nihilistic (ketidakberadaan)─percaya bahwa mereka tidak berarti atau tidak ada.
 Hypochondriacal─percaya bahwa mereka mengidap suatu penyakit fisik.
 Persecutory (penganiayaan)─percaya bahwa semua orang berkonspirasi melawan mereka.
 Reference (referensi)─percaya bahwa mereka dipengaruhi oleh majalan/televisi.
 Jealousy (kecemburuan)─percaya bahwa pasangan mereka tidak setia meskipun tidak ada
buktinya.
 Amorous (penuh cinta)─percaya bahwa orang lain sedang jatuh cinta dengan mereka.
 Infestation (serbuan)─percaya bahwa mereka diserbu oleh serangga atau parasit.
 Passivity experiences─percaya bahwa mereka disuruh melakukan sesuatu, atau
merasakan emosi-emosi, atau dikendalikan dari luar; somatic passivity─merasakan seolah-
olah mereka dipindahkan dari luar.

Waham kemungkinan sesuai dengan mood, misalnya waham kebesaran, penganiayaan


dalam mood elasi; waham hipokondrik, kemiskinan, bersalah dan nihilistik
dalam mood depresi.
Lihat pula sindrom eponymous.

Waham dapat diklasifikasikan menjadi primer dan sekunder:


 Waham primer timbul ‘entah dari mana’ tanpa ada contoh yang dapat diidentifikasi.
 Waham sekunder timbul dari mood yang mendasari, fenomena psikosis atau kerusakan
kognisi dan dapat dipahami dalam konteks tersebut. Waham ini timbul ketika berusaha
memahami kejadian penyakit primernya.

PERSEPSI
 Gangguan sensorik─sensitivitas terhadap suara atau warna meningkat.
 Ilusi─salah menginterpretasikan stimuli yang normal.
 Halusinasi─persepsi yang salah tanpa adanya stimulus apapun; merasa hal itu berasal dari
luar dirinya.
1) Pendengaran: suara-suara orang kedua langsung diarahkan kepada pasien
(misalnya,”kamu tidak berguna”)
Orang ketiga─dua atau lebih suara-suara mendiskusikan pasien (misalnya,”dia sangat
berkuasa”)
Gema isi pikiran─suara-suara menggemakan isi pikiran sebelum atau sesudah isi pikiran itu
muncul.
Komentar orang ketiga─suara-suara mengomentari suatu tindakan (misalnya,”ia keluar
sekarang”)
Tanyakan waktu terjadi, pemicu, jumlah suara, orang pertama atau kedua─misalnya, suara
tersebut mungkin mengatakan “saya tidak berguna”, “kamu tidak berguna” atau “dia tidak
berguna”. Apakah mereka mengenali suara itu?
2) Penglihatan
3) Penciuman: biasanya bau yang tidak sedap.
4) Pengecapan: biasanya suatu perasaan bahwa sesuatu terasa berbeda dan ini
diinterpretasikan sebagai akibat peracunan.
5) Sensasi somatik: misalnya, sensasi adanya serangga di bawah kulit atau gerakan sendi-
sendi.
Halusinasi dapat dirasakan orang saat mereka tertidur (hypnagogic) atau terjaga
(hypnapompic)─hal ini normal.
Pseudohalusinasi bersifat samar, tidak jelas dan diketahui berasal dari pikiran orang itu
sendiri.

KOGNISI
Kesadaran, orientasi, perhatian, ingatan (lihat pemeriksaan status mental
sederhana─MMSE).
Konfabulasi (menciptakan hal-hal fiksi mengenai masa lalu untuk menyembunyikan ingatan
yang lemah).
Ketekunan (ketekunan yang berlebihan pada suatu tugas yang mencegah mereka
mengalihkan perhatian ke hal lain)
Disfasia, apraksia konstruksional, agnosia.

INSIGHT
Seberapa baik pasien memahami kondisi mereka.
Apakah pasien menyadari bahwa ada yang salah?
Apakah yang mereka pikir sebagai penyebabnya?
Apakah mereka mau menerima bantuan?

Perumusan
 Ringkasan─bertujuan untuk memberikan ikhtisar singkat dari poin-poin yang relevan dalam
suatu kasus. Termasuk di dalamnya adalah: rincian demografis pasien, informasi latar
belakang yang relevan, kronologis gejala yang timbul, hasil pemeriksaan status mental yang
relevan.
 Diagnosis banding.
 Etiologi.

Pikirkan masalah biologis, psikologis dan sosial.


Lakukan pengujian lain untuk mencocokkan hal ini.
Faktor Biologis Psikologis Sosial
Predisposisi (apa yang sepertinya
menyebabkan masalah ini?)
Presipitasi (mengapa Anda
memulainya saat itu dan bukan
sebelumnya?)
Perpetuasi (mengapa hal ini masih
terjadi?)

Rencana penatalaksanaan termasuk:

Jangka Pendek
 Membutuhkan riwayat terdahulu dari narasumber-narasumber lain.
 Fisik: misalnya pemeriksaan darah.
 Psikologis: misalnya pemeriksaan neuropsikologi.
 Sosial: penilaian situasi keluarga atau tempat tinggal.
 Kebutuhan akan observasi oleh perawat.
 Penilaian terapi okupasi (OT).
 Penilaian risiko.

Jangka Panjang
 Terapi psikologi
 Terapi fisik
 Keterlibatan tim multidisiplin

Anda mungkin juga menyukai