Anda di halaman 1dari 16

Penatalaksanaan Pasien dengan Gangguan Mood

Nathania Dwianti Setiawan, Tania, Yogi Adhitya, Yunus, Timothy Widjaja, Inggrid Riama,
Yesie Manise, Maria Marsela, Thevedharrshine

102016120, 102016199, 102013240, 102016009, 102016114, 102013288, 102014202,


102016066, 102016272

PBL B4 – sken 10

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no. 6, Jakarta Barat

Email : nathania_nds@hotmail.com

PENDAHULUAN

Gangguan mood cukup sering ditemui, sekitar 3-5% populasi pada satu saat dalam kehidupannya
pernah mengalami gangguan mood. Biasanya gangguan mood muncul dari adanya gangguan
depresi walaupun bisa dikarenakan faktor lainnya. gejala-gejala ringan dapat merupakan
perluasan dari kesedihan atau kegembiraan normal sedangkan gejala-gejala berat dikaitkan
dengan sindrom yang jelas yang tampak berbeda secara kualitatif dari proses normal dan
membutuhkan terapi spesifik. Tujuan dari penulisan ini adalah supaya pembaca dapat
mengetahui apa saja yang menjadi penyebab gangguan mood dan penyakit gangguan jiwa yang
berkaitan serta bagaimana tatalaksananya sehingga dapat diterapkan pada masyarakat dan
sebagai upaya menjaga kesehatan jiwa seseorang.

ANAMNESIS

Identitas : Mahasiswa FK, 22 tahun

KU : pusing, murung, dan tidak ada semangat

Keluhan Penyerta : gangguan konsentrasi (+), mual muntah (+), mood (tidak mau berteman,
mengurung diri), tidur terganggu (+), tidak nafsu makan

Trauma kepala (-) ; menggunakan obat/zat tertentu (-)

Beberapa bulan lalu putus sama pacar dan mendapat teguran dari dosen PAnya karena prestasi
menurun.

RPD : Baru pertama kali seperti ini

PEMERIKSAAN FISIK

 TTV, Kesadaran, Keadaan Umum


1
 Fisik-diagnostik
o Neurologik dan vaskuler : sakit kepala, pusing, kepala terasa enteng, seperti mau
pingsan, vertigo, tangan gemetaran, pandangan kabur, baal dan kesemutan
o Kardiovaskuler : palpitasi, nyeri dada, dada terasa panas
o Respirasi : nafas pendek, dispnoe/sesak napas, hiperventilasi
o Gastrointestinal : mulut kering, tenggorokan seperti tercekik, tenggorokan kering,
perasaan tidak enak di lambung, mual dan muntah, diare
o Genitourinarius : sering berkemih, nyeri saat berkemih, ejakulasi premature,
impotensia
o Sistim musculoskeletal : nyeri otot kepala terutama otot leher, sakit dan nyeri otot
o Kulit : keringat berlebihan, telapak tangan dan kaki basah dan terasa dingin
 Status mentalis
a) Deskripsi umum
 Penampilan : posture, sikap, pakaian, perawatan diri, rambut, kuku, sehat,
sakit, marah, takut, apatis, bingung, merendahkan, tenang, tampak lebih
muda, tampak lebih tia, bersifat seperti wanita, bersifat seperti laki-laki,
dll.
 Perilaku dan aktivitas psikomotorik : cara berjalan, mannerism, gerak-
isyarat, berkejang-kejang, stereotipik, memetik, tangkas, kaku, lamban,
dll.
 Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif, penuh perhatian, menarik
perhatian, menantang, sikap bertahan, bermusuhan, main-main, mengelak,
berhati-hati
b) Bicara : cepat, lambat, memaksa, ragu-ragu, emosional, monoton, keras,
membisik, mencerca, komat-kamit, gagap, ekolalia, intensitas, puncak, berkurang,
spontan, bergaya, bersajak.
c) Mood dan afek
o Mood : bagaimana pasien menyatakan perasaannya atau suatu emosi yang
meresap dan bertahan mewarnai persepsi seseorang terhadap dunianya.
o Afek : bagaimana pasien mengekspresikan perasaanya
o Keserasian : keserasian respon emosional pasien yang berhubungan
dengan masalah yang sedang dibahas oleh pasien.
d) Pikiran dan persepsi
1. Bentuk pikiran
 Produktivitas : ide yang meluap, kekurangan ide, ide yang
melompat-lompat, berpikir cepat, berpikir lambat, berpikir ragu-
ragu, pasien spontan menjawab bila ditanya, pikiran mengalir, dll.

2
 Arus pikiran : menjawab pertanyaan dengan sungguh-sungguh dan
langsung pada tujuan, relevan atau tidak,asosiasi longgar, tidak
logis, melantur, dll.
 Gangguan berbahasa : gangguan mencerminkan gangguan mental
seperti inkoheren, bicara yang tidak dimengerti, asosiasi bunyi,
neologisme.
2. Isi pikiran
 Preokupasi : mengenai sakit, masalah lingkungan, obsesi,
kompulsi, fobia, rencana bunuh diri, membunuh, gejala-gejala
hipokondrik, dorongan atau impul-impuls antisosial.
3. Gangguan pikiran
 Waham : isi dari sistim waham, organisasinya, pasien yakin akan
kebenarannya dan bagaimana waham mempengaruhi
kehidupannya
 Ideas of reference dan ideas of influence : bagaimana ide mulai
dan arti/makna yang menghubungkan pasien dengan diri mereka
4. Gangguan persepsi
 Halusinasi dan ilusi : apakah pasien mendengar suara atau melihat
bayangan, isi, sistim sensori yang terlibat, keadaan yang terjadi,
halusinasi hipnogonik atau hipnopompik.
 Depersonalisasi dan derealisasi : perasaan yang sangat berbeda
terhadap diri dan lingkungan
5. Mimpi dan fantasi
 Mimpi : satu yang menonjol, jika ia ingin menceritakan, mimpi
buruk
 Fantasi : berulang, kesukaan, lamunan yang tak tergoyahkan
e) Sensorium dan fungsi kognitif
 Kesadaran
 Orientasi (waktu, tempat, orang)
 Konsentrasi dan perhitungan
 Daya ingat (jangka panjang, pendek, daya ingat segera, pengaruh atau
kecacatan pada pasien)
 Tingkat pengetahuan
 Pikiran abstrak (cara pasien mengkonsepsualisasikan atau menggunakan
ide-idenya.
f) Tilikan
1. Penyangkalan sepenuhnya terhadap penyakit
2. Sedikit kesadaran diri akan adanya penyakit dan meminta pertolongan
tetapi menyangkalinya pada saat yang bersamaan

3
3. Sadar akan adanya penyakit tapi menyalahkan orang lain, faktor
luar,medis, atau faktor organik yang tidak diketahui
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
pada dirinya.
5. Tilikan intelektual : pengakuan sakit dan mengetahui gejala dan kegagalan
dalam penyusaian sosial oleh karena perasaan irrasional atau terganggu,
tanpa menerapkan pengetahuannya untuk mengalaman dimasa mendatang.
6. Tilikan emosional yang sebenarnya : kesadaran emosional terhadap motif-
motif perasaan yang dalam, yang mendasari arti dari gejala ada kesadaran
yang menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa
mendatang, keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri
sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya
g) Daya nilai
1. Daya nilai sosial : manifestasi perilaku yang tidak ketara yang
membahayakan pasien dan berlawanan dengan tingkah laku yang dapat
diterima budayanya. Adanya pengertian pasien sebagai hasil yang tidak
mungkin dari tingkah laku pribadi dan pasien dipengaruhi oleh pengertian
itu.
2. Uji daya nilai : pasien dapat meramalkan apa yang akan dia lakukan dalam
bayangan situasi tersebut. misalnya apa yang akan dilakukan pasien
dengan perangko, alamat surat yang dia temukan dijalan
3. Penilaian realitas : kemampuan membedakan kenyataan dengan fantasi
 Evaluasi psikologik

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis depresi pada remaja tidak sejelas seperti penyakit lain. Sehingga tidak ada tes khusus
yang bisa membantu untuk mendiagnosis pasien tersebut menderita depresi dan sangat sedikit
yang dapat ditentukan penyebabnya. Faktor neuroendokrin bisa mempengaruhi kejadian depresi,
oleh karena itu bisa dilakukan deksametason suppression test (DST) berupa sekresi berlebihan
kortisol, kadar hormon pertumbuhan menurun jika diberi insulin-induced hypoglycemia, kadar
tiroksin total lebih rendah, peningkatan sekresi kortisol pada malam hari.

 Laboratorium
a) Uji neuroendokrin :
1. Uji fungsi tiroid : untuk menyingkirkan hipotiroidisme yang bisa muncul
dengan gejala depresi
2. Uji supresi deksametason : untuk memastikan kesan diagnostik gangguan
depresif mayor. Jika kadar >5g/dl, maka hasil positif atau disebut non-
supresi. Jka supresi kortisol maka mengindikasikan bahwa sumbu

4
hipotalamus-adrenal-hipofisis yang berkaitan dengan stress bekerja
dengan baik.
3. Uji endokrin lain : banyak hormon lain yang berpengaruh pada perilaku.
Selain hormone tiroid, hormon lainnya seperti prolactin hipofisis anterior,
hormon pertumbuhan, somatostatin, hormon pelepas gonadotropin,
melatonin, dan hormone seks (LH, FSH,Testosteron, dan estrogen)
4. Katekolamin : kadar metabolit serotonin asam 5-hidroksiindolasetat (5-
HIAA) meningkat pada urin pasien dengan tumor karsinoid. Jumlah 5-
HIAA dalam LCS rendah pada beberapa orang dengan depresi yang
mengarah ke bunuh diri dengan cara yang kasar. Rendahnya kadar
tersebut berkaitan dengan kekerasan. Kadar katekolamin plasma yang
sangat meningkat pada feokromositoma, dikaitkan dengan ansietas,
agitasi, dan hipertensi. Pada beberapa kasus ansietas kronik menunjukan
peningkatan kadar norepinefrin dan epinefrin darah.
5. Uji fungsi ginjal : bersihan kreatinin dipantau untuk mendeteksi apakah
adanya kerusakan ginjal secara dini. BUN dan kreatinin serum dipantau
pada pasien yang mengkonsumsi lithium. Bila abnormal, dilakukan uji
bersihan kreatinin 2 jam dan kreatinin 24 jam.
6. Uji fungsi hati : kadar bilirubin direk dan total akan meningkat pada
cedera hepatoselular dan stasis empedu intrahepatic yang bisa terjadi
karena pengobatan dengan fenotiazin atau trisiklik serta penyalahgunaan
alkohol dan zat lain. Penyakit dari kerusakan hati ini dapat menyebabkan
gangguan kognitif termasuk disorientasi dan delirium.
b) Uji darah : untuk menyingkirkan penyakit menular seksual yaitu dengan
memeriksa VDRL. VDRL sistem saraf pusar diukur pada pasien dengan dugaan
neurosifilis. HIV positif mengindikasikan bahwa seseorang terpajan virus yang
menyebabkan AIDS.
c) Uji berkaitan dengan psikotropika
1. Benzodiazepin : pada kasus penyalahgunaan obat
2. Antipsikotik : semua obat antipsikotik akut dapat meningkatkan prolactin
serum, mengindikasikan adanya ketidakpatuhan obat atau nonabsorpsi.
3. Obat trisiklik dan tetrasiklik : EKG wajib dilakukan sebelum memberikan
obat ini, dan kadarnya didalam darah harus diperiksa secara rutin untuk
menentukan kadar plasma mencapai kadar terapeutik/sudah toksik.
4. MOAI : harus menghindari makanan tinggi tiramin supaya tidak
menyebabkan krisis hipertensi dan perlu pengawasan tekanan darah
selama pengobatan.
5. Lithium : sebelumnya harus dilakukan uji tiroid dasar, pemantauan
elektrolit, pengukuran WBC, uji fungsi ginjal, dan EKG dasar.
6. Karbamazepin : darah perifer lengkap harus diperiksa termasuk hitung
trombosit, retikulosit, uji besi serum. Karena karbamazepin dapat
5
menyebabkan anemia aplastic, agranulositosis, trombositopenia, dan
leukositopenia.
7. Valproat : kadar valproate diatas 125mg/ml dapat menimbulkan
trombositopenia sehingga harus diukur secara periodik.
8. Takrin : bisa menyebabkan kerusakan hati sehingga LFT dan transaminase
serum harus diukur selang seminggu selama 5 bulan.
d) Provokasi serangan panic dengan sodium laktat : 72% pasien dengan gangguan
panik akan mengalami serangan panik jika diberikan sodium laktat. Serangan
panik ini bisa diinhibisi dengan alprazolam dan obat trisiklik
e) Pungsi lumbal : pada pasien yang mendadark memiliki manifestasi gejala psikiatri
baru khususnya perubahan kognisi. Selain itu juga berguna untuk infeksi SSP.
f) Uji urine pada penyalahgunaan obat : zat yang terdeteksi bergantung pada waktu
spesifik setelah dikonsumsi. Uji ini untuk mendeteksi zat yang menimbulkan
gangguan kognitif.
 Radiologik
a) MRI : pada penderita depresi mayor terjadi penurunan volume hipokampus. Pada
penelitian terbaru ditemukan bahwa perubahan white matter mendahului depresi
late onset dan perubahan keparahan gejala depresi dapat di prediksi di tahun
berikutnya bahkan setelah mengontrol usia, fungsi kognitif dasar, dan gejala
depresi.

Struktur kalsifikasi PPDGJ –III

6
Diagnosis multiaksial

 Aksis I : gangguan klinis, kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis
 Aksis II : gangguan kepribadian, retardasi mental
 Aksis III : kondisi medikumum
 Aksis IV : masalah psikososial dan lingkungan
 Aksis V : penilaian fungsi secara global

Cara ini mencakup infomasi yang komprehensif (gangguan jiwa, kondisi medik umu,
masalah psikososial, dan lingkungan, taraf fungsi secara global sehingga dapat membantu
perencanaan terapi dan meramalkan outcome/prognosis.1

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

Gangguan Depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan keadaan
tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimis, dan kesepian.
gejala depresi pada masa remaja merupakan prediksi yang kuat untuk timbulnya depresi pada
masa dewasa kemudian hari. bila kondisi depresi seseorang sudah mengganggu fungsi aktivitas
sehari-hari, maka hal tersebut dapat disebut depresi mayor.2

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi

 Terdapat gejala anxietas maupun depresi dimana masing-masing menunjukkan rangkaian


gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri. Untuk anxietas,
beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun tidak terus menetap, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan.

7
 Jika ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
 Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan dan
diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan. Jika karena sesuatu hal hanya dapat
dikemukakan satu diagnosis maka gangguan depresif harus diutamakan.
 Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stres kehidupan yang jelas, maka harus
digunakan kategori F43.2 Gangguan penyesuaian.

Gangguan Penyesuaian

 Bergantung pada evaluasi terhadap hubungan antara


1. Bentuk, isi, dan beratnya gejala
2. Riwayat sebelumnya dan corak kepribadian
3. Kejadian, situasi yang “stressful” atau krisis kehidupan
 Adanya faktor ketiga diatas harus jelas dan bukti kuat bahwa gangguan tersebut tidak
akan terjadi seandainya tidak mengalami hal tersebut.
 Manifestasi dari gangguan bervariasi dan mencakup afek depresif, anxietas, campuran
anxietas depresif, gangguan tingkah laku disertai adanya disabilitas dalam kegiatan rutin
sehari-hari. tidak ada satupun dari gejala tersebut yang spesifik untuk mendukung
diagnosis.
 Onset biasa terjadi dalam 1 bulan setelah terjadinya kejadian yang “stressful” dan gejala-
gejala baisanya tidak bertahan melebihi 6 bulan. Kecuali dalam hal reaksi depresif
berkepanjangan.

ETIOPATOFISIOLOGI

Gangguan Depresif

Depresi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah genetik, biokimia, lingkungan, dan
psikologis. Pada beberapa kasus terdapat depresi yang murni disebabkan karena genetik,
sehingga orang yang memiliki keluarga depresi cenderung menderita depresi. Selain itu riwayat
gangguan bipolar, pengguna alkohol, skizofrenia, atau gangguan mental lainnya pada keluarga
juga meningkatkan risiko terjadinya depresi. Selain itu bisa juga disebabkan karena trauma,
kematian orang yang dicintai, keadaan yang sulit, atau kondisi stress dapat memicu terjadi
depresi. Banyak orang yang mengalami gangguan ini dapat berkaitan dengan penggunaan napza
dan alkohol karena napza terdiri dari substansi kimia yang dapat mempengaruhi fungsi otak,
terus menggunakan napza akan membuat zat kimiawi otak mengalami ketidakseimbangan,
sehingga bisa mengganggu proses pikir, perasaan dan perilaku. Penyebab depresi yang sudah
diteliti dan dijadikan dasar pengobatan yaitu karena adanya abnormalitas dari monoamin yang
merupakan neurotransmiter otak. Dari tiga puluh neurotransmiter yang telah diketahui, tiga
diantaranya berpengaruh terhadap kejadian depresi yaitu serotonin, norepinefrin, dan dopamine.

8
Ketiganya cepat dimetabolisme sehingga pada penderita depresi dapat diukur metabolit utama ini
melalui cairan serebrospinal. 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA) dari serotonin, 3-methoxy-4-
hydroxyphenyl glycol (MHPG) dari norepinefrin, dan homovanilic acid (HVA) dari dopamine.
Kadar metabolit ini pada pasien depresi akan lebih rendah dibandingkan yang tidak depresi.3

Gangguan Campuran Cemas dan Depresi

Gangguan ini sebagian besar disebabkan karena faktor genetik terhadap kedua gangguan tersebut
atau salah satu lainnya menjadi pencetus gejala lainnya. selain itu meningkatnya faktor pelepas
kortikotropin pada cairan cerebrospinal dilaporkan menjadi penyebab gangguan cemas dan
depresi ini. tetapi peptida/hormone lain dari sumbu hipotalamus-putuitary-adrenal diregulasikan
secara berbeda pada kedua gangguan ini. pasien lebih cenderung episode pertama gangguan
depresi diikuti dengan stress psikologi. Kemudian setelah tiga episode, hal tersebut membuat
episode berikutnya terjadi bersifat spontan dibandingkan karena suatu peristiwa dari luar.4

Gangguan Penyesuaian

Gangguan ini disebabkan karena respon emosional terhadap peristiwa stres. Stressor ini bisa
melibatkan masalah keuangan, penyakit medis, atau masalah hubungan. gejala harus dimulai
dalam waktu 3 bulan dari stressor. Gangguan ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu akut
dimana terjadi kurang dari 6 bulan dan kronis terjadi lebih dari 6 bulan.5

EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresif

Merupakan salah satu gangguan jiwa yang paling sering terjadi. World Health Organization
menyatakan bahwa terdapat lebih dari 300 juta orang di dunia dari berbagai usia menderita
gangguan depresif. Gangguan depresif mengenai sekitar 20% wanita dan 12% pada laki-laki
pada suatu waktu dalam kehidupan. Dapat terjadi pada semua umur dengan riwayat keluarga
mengalami gangguan depresif. Biasanya dimulai pada usia 15-30 tahun. 50% kasus terjadi pada
usia produktif yaitu 20-50 tahun. Gangguan depresif berat dapat mengarah kepada bunuh diri.
Kurang lebih 800.000 ribu orang meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya.

Gangguan campuran cemas dan depresi

85% pasien dengan depresi juga mengalami gejala cemas yang signifikan, sementara
komorbiditas depresi ada pada 90% pasien dengan gangguan cemas. Gangguan campuran cemas
dan depresi ini dapat terjadi pada semua usia. Namun hampir 50% ada pada orang tua dengan
riwayat 12 bulan selumnya mengalami gangguan cemas menyeluruh memenuhi kriteria
gangguan depresif mayor. Sedangkan hanya 7,4% tanpa riwayat gangguan cemas menyeluruh
yang memenuhi kriteria ini. biasanya pasien dengan cemas dan/atau depresi khususnya mengeluh
tentang fisiknya dibandingkan dengan kesehatan jiwa, karena gejelanya lebih samar dan tidak
spesifik.4

9
Gangguan penyesuaian

Dapat terjadi pada semua usia namun paling sering didiagnosis pada remaja. Pencetus umun
menekankan terjadi pada masalah sekolah, penolakan orang tua dan perceraian, dan
penyalahgunaan zat, masalah perkawinan, perceraian, pindah ke lingkungan baru, dan masalah
keuangan. Merupakan salah satu diagnosis psikiatri paling umum untuk gangguan pasien dirawat
di rumah sakit untuk masalah medis dan bedah. Mengenai sekitar 2-8% populasi umum.5

WORKING DIAGNOSIS

Gangguan Depresi Sedang dengan gejala somatik

GEJALA KLINIS

Gangguan Depresif

Keluhan depresi pada anak dan remaja berbeda. Pada anak terdapat keluhan somatik, agitasi
psikomotor, cemas perpisahan, dan fobia. Sedangkan pada remaja terdapat keluhan anhedonia,
putus asa, perubahan berat badan, dan penyalahgunaan obat.

Pertama adalah mood dismorfik yaitu labil dan mudah tersinggung. Gejolak mood pada remaja
normal, namun ada kondisi depresi lebih nyata. Mood dismorfik dan sedih lebih sering tampak,
selain itu kecenderungan untuk marah-marah dan perubahan mood akan meningkat. Kedua, yaitu
pada remaja yang sudah mengalami depresi kronis akan mengalami keterlambatan pubertaas.
Terutama pada yang mengalami penurunan berat badan dan anoreksia. Remaja yang mengalami
depresi akan lebih sulit menerima atau memahami tanda-tanda pubertas yang muncul. Ketiga
yaitu adanya disorganisasi fungsi kognitif namun pada remaja gejala ini sifat nya sementara, dan
akan lebih nyata pada kondisi depresi. Remaja awal yang mengalami depresi akan mengalami
keterlambatan perkembangan proses berpikir abstrak yang biasanya muncul sekitar 12 tahun.
Keempat yaitu depresi akan memperkuat perasaan rendah diri. Merasa putus asa dan tidak ada
yang menolong dirinya. Kemudian pada suatu waktu, remaja tersebut akan berusaha melawan
perasaan itu dengan penyangkalan, fantasi, atau menghindari kenyataan dengan menggunakan
NAPZA (Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif) lainnya. kelima yaitu berpengaruh pada berat
badan. Penurunan berat badan yang cepat dapat merupkan indikasi adanya depresi. Harga diri
yang rendah dan kurangnya perhatian pada perawatan dirinya atau makan berlebihan dapat
menyebabkan obesitas, juga merupakan tanda dari depresi. Keenam yaitu perilaku antisosial
seperti membolos, mencuri, berkelahi, sering mengalami kecelakaan, yang terjadi terutama pada
remaja yang sebelumnya memiliki riwayat perilaku yang baik. Ketujuh yaitu perilaku sosial,
pada remaja yang mengalami depresi, ia tidak memiliki minat untuk berkencan atau melakukan
interaksi heteroseksual. Kedelapan yaitu kesehatan fisiknya akan tampak pucat, lelah, dan tidak
memancarkan kegembiraan dan kebugaran. Remaja yang mengalami depresi akan mempunyai
kerentanan untuk bunuh diri.6

10
Yang termasuk dalam gejala utama :

 Afek depresif
 Kehilangan minat dan kegembiraan
 Berkurangnya energy yang menuju meningkatkan keadaan mudah lelah / rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja dan menurunnya aktivitas.

Yang termasuk gejala lainnya :

 Konsentrasi dan perhatian berkurang


 Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
 Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
 Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
 Gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri atau bunuh diri
 Tidur terganggu
 Nafsu makan berkurang

Untuk penegakkan diagnosisnya dibutuhkan paling sedikit 2 minggu untuk menentukan tingkat
keparahannya. Namun bisa periode lebih pendek dibenarkan jika gejala luar biasa berat dan
berlangsung cepat.

1. Depresif ringan :
a. Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gejala utama depresi
b. Sekurang-kurangny 2 dari gejala lainnya
c. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
e. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan.
2. Depresif sedang :
a. Sekurang-kurangnya ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan
b. Sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya
c. Lama seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan
urusan rumah tangga.
3. Depresif berat tanpa gejala psikotik
a. 3 gejala utama depresi harus ada
b. Sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus
berintensitas berat
c. Jika ada gejala penting seperti agitasi/retardasi psikomotor yang mencolok, maka
pasien mungkin tidak mau/tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci

11
d. Episode depresif harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi
jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat masih dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu
e. Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau
urusan rumah tangga, kecuali paad taraf yang sangat terbatas
4. Depresif berat dengan gejala psikotik
a. Memenuhi episode depresi berat diatas
b. Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik/olfatorik biasa berupa suara
menghina atau menuduh, atau bau kotoran/daging membusuk. Retardasi
psikomotor berat dapat menuju pada stupor.

TATALAKSANA GANGGUAN DEPRESI

Medikamentosa

Pengobatan pada gangguan depresif merupakan komponen yang sangat penting. Banyak faktor
yang harus diperhatikan seperti target simptom, kerja obat, farmakokinetik, cara pemberian, efek
samping, interaksi obat, sampai pada harga obatnya. Farmakoterapi pada gangguan depresif
dibagi menjadi tiga tahap yaitu fase akut untuk meredakan gejala, fase kelanjutan untuk
mencegah relaps, dan fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren. Pada pelayanan
kesehatan primer obat yang digunakan biasanya golongan trisiklik. Walaupun efek sampingnya
cukup banyak, namun hal ini tidak menghalangi penggunaannya karena terbukti efektif dalam
mengobati depresi. Obat ini biasa diberikan dosis tunggal pada malam hari dan dilakukan titrasi
peningkatan dosis, maka efek samping yang mengganggu akan sedikit teratasi. Kemudian obat
harus di pertahankan selama 7-15 bulan atau lebih panjang untuk menghadang episode gangguan
depresif berikutnya. Antidepresan ini baru terlihat efeknya kira-kira 4-12 minggu, sebelum
mengurangi atau menghapus gejala gangguan depresif meskipun hasilnya dirasakan sudah
membuat perbaikan dalam 2-3 minggu. Selama masa ini efek samping akan terasa. Banyak efek
samping yang bersifat sementara dan akan menghilang ketika obat diteruskan, namun ada
beberapa yang menetap seperti mulut kering, konstipasi, dan efek samping.6,7

 Antidepresan klasik (trisiklik & tetrasiklik) : menghambat resorpsi dari serotonin dan
noradrenalin dari sela sinaps di ujung-ujung saraf. Efek samping nya yaitu pada efek
jantung dapat menimbulkan gangguan penerusan impuls jantung dengan perubahan pada
EKG, pada overdosis dapat terjadi aritmia berbahaya; efek anti kolinergik akibat
blockade reseptor muskarin dengan menimbulkan mulut kering, obstipasi, retensi urin,
takikardia, gangguan potensi dan akomodasi, dan keringat berlebihan; efek sedasi;
hipotensi ortostatis dan pusing serta mudah jatuh; efek antiserotonin akibat blockade
reseptor 5HT postsinaptis sehingga bertambahnya nafsu makan dan berat badan; kelainan
darah seperti agranulactose dan leucopenia, serta gangguan kulit; gejala penarikan yaitu

12
pada penghentian terapi mendadak dapat timbul gangguan lambung-usus, agitasi, sukar
tidur, nyeri kepala, dan otot.
o Imipramin : 25-50 mg/3x sehari (dosis maksimum 250-300 mg/hari) ;
kontraindikasi pada infark miokard akut ; beriteraksi dengan obat anti hipertensi,
simpatomimetik, alkohol, dan obat penekan SSP.
o Klomipramin : 10 mg (dosis maksimum 250 mg/hari) ; kontraindikasi pada infark
miokard, pemberian bersamaan dengan MAO, gagal jantung, kerusakan hati yang
berat, glaukoma sudut sempit ; interaksi obat : bisa menurunkan efek
antihipertensi penghambat neuroadrenergik, dapat meningkatkan efek
kardiovaskular dari noradrenalin atau adrenalin, meningkatkan aktivitas dari obat
penekan SSP, alkohol.
o Amitriptilin : 25 mg (dosis maksimum 150-300 mg/hari) ; kontraindikasi pada
penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif sumsum tulang, kerusakan
hati, penggunaan bersama dengan MAO ; interaksi obat bersama dengan
guanetidin meniadakan efek antihipertensi, bersama depresan SSP seperti alkohol,
barbiturate, hipnotik atau analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan depresif
SSP termasuk gangguan depresif saluran napas, bersama reserpine meniadakan
efek antihipertensi.
o Lithium karbonat : 400-1200 mg dosis tungga pada pagi hari atau sebelum tidur
malam ; kontraindikasi pada kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati, dan jantung. ;
berinterakti dengan diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam, metildopa,
tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin, indometasin.
 Antidepresan generasi ke-2 terdapat dua jenis mekanisme kerja yaitu SSRI (selective
serotonin re-uptake inhibitor) yang akan menghambat resorpsi dari serotonin, dan NaSA
(Noradrenalin and Serotonin Antidepressants) obat ini berkhasiat selektif untuk
menghambat re-uptake dari serotonin dan noradrenalin. Pada beberapa indikasi obat ini
lebih efektif daripada SSRI. Efek samping pada obat-obat ini yaitu efek seratgenik seperti
mual, muntah, malaise umum, nyeri kepala, gangguan tidur dan nervositas, agitasi atau
kegelisahan sementara, disfungsi seksual dengan ejakulasi dan orgasme melambat. Selain
itu terdapat sindroma serotonin berupa kegelisahan, menggigil, demam, konvulsi dan
kekakuan hebat, tremor, diare, gangguan koordinasi. Kebanyakan terjadi pada gangguan
kombinasi obat-obat generasi ke-2 bersama obat-obat klasik, MAO, litium atau triptofan,
lazimnya dalam waktu beberapa jam sampai 2-3 minggu. Gejala ini dilawan dengan
antagonis serotonin (metisergida, propranolol). Sedangkan pada efek antikolinergik,
antiadrenergik, dan efek jantung sangat kurang atau sama sekali tidak ada.
o Fluoxetine : 20 mg sehari pada pagi hari, maksimum 80 mg/hari dalam dosis
tunggal atau terbagi
o Sertralin : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hari
o Citalopram : 20 mg/hari, maksimum 60 mg/hari

13
o Fluvoxamine : 50 mg dapat diberikan 1x/hari sebaikannya pada malam hari.
Maksimum dosis 300 mg
o Mianserin : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/hari
o Mirtazapine : 15-45 mg/hari menjelang tidur.
o Venlafaxine : 75 mg/hari bila perlu ditingkatkan menjadi 150-250 mg 1x/hari
 Antidepresan MAO : inhibitor monoamin oksidase (Monoamine oxidase
inhibitor/MAOI) diindikasikan secara umum pada penderita dengan depresi atipikal
(eksogen) dan pada beberapa penderita yang tidak berespon terhadap terapi antidepresif
lainnya. MAOI ini jarang dipakai sebagai obat pilihan.

Gambar 1. Algoritma pengobatan farmakoterapi depresi sedang dan berat.

Non-medikamentosa

Psikoterapi suportif selalu dianjurkan pada penderita gangguan depresi dengan memberikan
kehangatan, empati, pengertian dan optimistik. Membantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi faktor
pencetus dan bantu untuk mengoreksinya. Bantulah pasien untuk memecahkan problem eksternal
dan arahkan pasien terutama saat episode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Temui pasien
sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali perminggu) dan secara teratur. Tapi jangan sampai tidak
berakhir atau untuk selamanya. Psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang dapat berguna
pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang
mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.

Terapi kognitif perilaku sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan ringan. Terapi ini
disebut “ketidakberdayaan yang dipelajari” dimana pasien diberikan latihan keterampilan dan
memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk
mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negatif dan harapan-harapan negatif. terapi ini juga

14
mencegah kekambuhan. Selain itu deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam
dan tetap terjaga sampai malam berikutnya) juga dapat membantu mengurangi gejala-gejala
depresi mayor untuk sementara. Latihan fisik (berlari, berenang, dll) juga dapat memperbaiki
depresi yang berhubungan dengan mekanisme biologis walaupun belum dapat dijelaskan dengan
baik.

PROGNOSIS

Perjalanan penyakit dan prognosis gangguan mood pada anak-anak dan remaja adalah tergantung
pada usia onset, keparahan episode dan adanya gangguan komorbid. Dengan usia onset yang
muda dan adanya gangguan multiple menggambarkan prognosis yang buruk. Sejumlah besar
pasien depresif ringan kemungkinan berada dalam resiko untuk mengalami gangguan mood lain
termasuk gangguan distimik, bipolar I, bipolar II, dan gangguan depresif berat.

KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan kriteria manifestasi klinis. pasien 22 tahun yang
datang dengan keluhan pusing, murung, dan tidak ada semangat diduga menderita gangguan
depresif sedang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Muslin R. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Ed 6. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya;2013.

2. Widyanta A, Humris E, Dewi R, dkk. Penatalaksanaan pasien depresi mayor di rsj prof. dr.
soeroyo magelang dengan menggunakan repetitive transcranial magnetic stimulation (rTMS).
Berkala Ilmiah Kedokteran Duta Wacana. 2018;3(1):55-7.

3. Infrando D, Sofyani S, Widiastuty. Gangguan mood pada remaja. The Journal of Medical
School, University of Sumatera Utara. 2014;47(1):35-9.

4. Depression and anxiety. 2012. Diunduh dari


https://www.mja.com.au/system/files/issues/001_04_011012/til10628_fm.pdf. Diakses pada
tanggal 16 januari 2019.

5. Idrus MF. Gangguan terkait stres. Diunduh dari https://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-


content/uploads/2016/10/Gangguan-Terkait-dengan-Stres.pdf . Diakses pada tanggal 2 januari
2019.

6. Pharmaceutical care untuk penderita gangguan depresif. Diunduh dari


http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517835.pdf . Diakses pada tanggal 2 januari
2019.

15
7. Ningtyas AR, Puspitasari IM, Sinuraya RK. Farmakoterapi depresi dan pengaruh jenis
kelamin terhadap efikasi antidepresan. Farmaka. 2018;16(2):186-99.

16

Anda mungkin juga menyukai