PEMERIKSAAN PSIKIATRI
Anamnesis
1. Alloanamnesis : dilakukan kepada keluarga
- Identitas penderita
- Identitas sumber informasi
- Keluhan utama : Apa alasan pasien datang ke psikiater?
- Riwayat Penyakit/Gangguan Jiwa Sekarang :
o Mengapa pasien datang ke dokter saat ini?
o Bagaimana keadaan hidup pasien saat onset gejala atau perubahan perilaku dan
bagaimana mereka memperlakukan pasien?
o Apa peristiwa pencetus di masa lalu yang menyebabkan peristiwa sekarang ?
o Dengan cara apa penyakit pasien mempengaruhi aktivitas kehidupannya ?
o Apakah terdapat gejala psikofisiologi ?
- Riwayat Penyakit/Gangguan Jiwa Sebelumnya
. a. riwayat psikiatrik
- keluhan yang pernah dialami oleh penderita? Gejalanya seperti apa? Beratnya penyakit?
- Pengobatan yang pernah diterima? pernah/tidak sembuh sempurna? Efek samping pengobatan tsb?
Kepatuhan minum obat?
b. Riwayat Medis (trauma kepala, peyakit neurologis, tumor, kejang, kehilangan kesadaran )
c. Riwayat konsumsi alcohol dan zat psikoaktif lain, atau keadaan yang beresiko HIV/AIDS
- Riwayat Perkembangan
a. Riwayat Prenatal, Perinatal dan masa kanak kanak (0-3 th)
b. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun) : pengalaman sekolah pertama, penyesuaian diri,
hukuman yang diberikan di rumah, sikap terhadap saudara kandung dan teman sepermainan,
kemampuan bekerjasama dengan teman lain, dll
c. Masa kanak kanak akhir (pubertas sampai remaja) : hubungan sosial dengan teman sebaya, riwayat
sekolah, masalah emosional dan fisik, perkembangan psikoseksual, dll
d. Masa dewasa : riwayat pekerjaan, aktifitas sosial, riwayat perkawinan, keagamaan, dll
e. Riwayat keluarga
- Silsilah keluarga
- Riwayat pribadi penderita
- Stressor psikososial
2. Autoanamesis
- Menggali gejala yang ada, karena penderita psikotik memiliki insight yang buruk
- Menggali stressor yang dialami bagi penderita non psikotik
- Menggali riwayat kehidupan, pekerjaan dan informasi lainnya bagi penderita non psikotik.
Pemeriksaan Psikiatri
Kesan Umum
Pengertian :
Kesan secara umum yang dapat dilihat orang umum di tempat umum terhadap pasien meliputi penampilan,
sikap, dan tingkah laku, tanpa ada intervensi dari pemeriksa.
Sikap
Tingkah Laku
1. Normoaktif
2. Hipoaktif
3. Hiperaktif
Orientasi
Orientasi dapat dinilai “baik” apabila pasien dapat menjawab pertanyaan mengenai orientasi dengan tepat,
dan “buruk” bila tidak tepat. Orientasi menjadi “sulit dinilai” pada pasien yang tidak memberikan jawaban.
Umumnya, pada pasien dengan gangguan jiwa psikotik orientasinya sulit dinilai.
Proses Pikir
a. Bentuk Pikir
b. Isi Pikir
Waham : Isi pikir yang salah, dipercaya, diyakini, dan dihayati oleh yang bersangkutan dan tidak bisa
dikoreksi oleh orang lain.
Ide : Isi pikir yang salah, tetapi masih dapat dikoreksi oleh orang lain bila dibenturkan dengan kenyataan
yang ada.
Ide dapat terjadi pada pasien non psikotik, contohnya ide bersalah dan/atau ide berdosa pada pasien dengan
depresi sedang. Waham terjadi pada pasien psikotik. Secara umum, terdapat dua bagian besar waham yaitu
waham logis dan waham bizarre (aneh). Waham logis dapat ditemukan pada berbagai pasien psikotik.
Namun, waham bizarre hanya ditemukan pada pasien skizofrenia dan yang sejenis. Waham bizarre sekaligus
menjadi ciri penyakit tersebut.
Waham Bizarre : Kepercayaan yang salah, aneh, dan sangat tidak masuk akal.
c. Progresi Pikir
1. Neologisme :
Kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien.
2. Inkoherensi :
Gabungan kata-kata dalam satu kalimat tanpa tata bahasa sehingga tidak dimengerti maknanya.
3. Verbigerasi :
Pengulangan kata-kata yang tidak berarti.
4. Ekolali :
Pengulangan kata-kata seseorang tanpa tujuan.
5. Irrelevansi :
Jawaban tidak relevan/ tidak harmonis dengan pertanyaan yang diajukan.
6. Flight Of Ideas :
Bicara melompat-lompat dalam penyampaian isi pikiran.
7. Blocking :
Penyampaian alur pikir yang terputus mendadak sebelum selesai.
8. Remming :
Alur pikir yang diucapkan dengan intonasi pelan, frekuensi lambat, dan kadang tidak sampai tujuan.
9. Sirkumstansial :
Alur pikir yang melingkar-lingkar sehingga lambat mencapai tujuan.
10. Tangensial :
Alur pikir yang menyebar sehingga tidak pernah mencapai tujuan.
11. Logore :
Bicara banyak sekali, dengan intonasi tinggi, dan sulit diinterupsi.
Pada pasien non psikotik kita dapat menemukan progresi pikir dalam batas normal. Progresi pikir yang
normal tersebut dapat kita nilai dengan istilah “koheren” dan “relevan”.
Roman Muka
Macam-macam Penilaian Roman Muka :
1. Normo Mimik 3. Sedikit Mimik (Hipomimik)
2. Banyak Mimik (Hipermimik) 4. Tegang
Afek
Pengertian :
Ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien.
Halusinasi : Penerimaan impuls (persepsi) tanpa ada rangsangan (stimulus eksternal) yang nyata.
Macam-macam Halusinasi :
1. Halusinasi Auditorik
Seringkali terjadi pada kasus psikotik. Dapat berupa halusinasi auditorik perintah, ancaman,
ejekan, pembicaraan, dan lain-lain.
2. Halusinasi Visual terjadi pada pasien dengan Gangguan Mental Organik
3. Halusinasi Olfaktori : Halusinasi yang berkaitan dengan indra penghidu
4. Halusinasi Gustatorik : Halusinasi yang berkaitan dengan pengecapan
5. Halusinasi Taktil : Halusinasi sentuhan
6. Halusinasi Hipnagogik : Halusinasi sensorik palsu yang terjadi saat akan tertidur
7. Halusinasi Hipnopompik : Halusinasi sensorik palsu yang terjadi saat bangun dari tidur
Perhatian (Atensi)
Pengertian :
Memori
Fungsi penyimpanan informasi di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran.
Contoh pertenyaan :
a. Bapak udah makan belom ?
b. Makanya lauk apa ?
Intelegensia
Kemampuan untuk mengerti, mengingat, mengolah, dan menyatukan secara konstruktif pelajaran
sebelumnya dalam menghadapi situasi baru.
Memori dan intelegensia dapat dinilai dengan baik atau buruk sesuai dengan kondisi pasien.
Ex :
Definisi :
Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi.
Insight cukup dinilai dengan baik atau buruk sesuai kondisi pasien. Dalam literatur lain, insight
juga dapat dinilai dengan menggunakan derajat sebagai berikut :
Derajat II : Ambivalensi
Contoh pertanyaan :
D : Bapak di sini mau ngapain ?
P : sakit nanana
Bentuk Syndrome
1. Sindrom Skizofrenia
- Inkoherensi/Irelevansi/Neologisme, dll
2. Sindrom Psikotik
- Waham Logis
- Halusinasi Auditorik
3. Sindrom Manik
- Euforia/Elasi
- Hiperaktif
- Logore
4. Sindrom Depresi
- Remming
- Blocking
- Disforik
- Anhedonia
- Sulit tidur
- Mudah kelelahan
- Halusinasi Auditori
- Waham Curiga
- Waham Cemburu
- Waham Dikejar
- Waham Dianiaya
6. Sindrom Katatonik
- Command Automatism
- Agitatif
- Stupor, dll
Diagnosis Multiaksial
AXIS I GANGGUAN KLINIS /SINDROM KLINIS (Skizo….., bipolar manic/depresi,
demensia, GAD, ..)
macamnya :
Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya halusinasi, waham,
perilaku kataton, perilaku kacau, pembicaraan kacau.
Contoh: skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan delusi (bisa merupakan bagian dari skizofren
atau berdiri sendiri), gangguan skizofreniform (gangguan mirip skizofrenia tapi belum 6 bulan)
*Halusinasi: panca indra merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada (contoh: mendengar
suara2 aneh, padahal lagi hening)
*Waham atau delusi: kepercayaan yang salah, berdasarkan simpulan yang salah tentang
kenyataan eksternal, yang dipegang teguh meskipun apa yang diyakini semua orang merupakan
bukti-bukti yang jelas dan tak terbantahkan
*perilaku kataton: gangguan perilaku yang melibatkan gerakan ekstrim. Bentuk yang paling
terkenal melibatkan posisi kaku tak bergerak untuk jangka waktu yang lama (berhari2,
berminggu2, atau lebih).
- Skizofrenia
Biasanya dikaitkan dengan gangguan personalitas multiple
-Depresi Manik
Mirip dengan depresi bipolar, tapi lebih serius. Perasaannya naik turun naik turun. Mereka sering
berpikir bunuh diri, tapi saat manik, mereka tidak sadar dengan realita. Contoh, orang manik akan
berpikir kalau mereka sangat kaya atau tidak ada yang sebaik mereka. Sehingga, mereka
menghabiskan banyak uang yang tidak mereka miliki.
- Gangguan Personalitas
- Gangguan depresif
a. depresi unipolar/depresi/gangguan depresif major (sedih/kecewa lebih dari 2 minggu)
b. depresi bipolar (kadang senang, tapi segera setelahnya, mereka akan benar2 depresi)
c. depresi postnatal (perempuan merasa depresi setelah memiliki bayi, biasanya dipicu
oleh hormon)
d. seasonal affective disorder (SAD; depresi di musim salju--di negara yang tidak
ada/minim cahaya di musim salju)
- Gangguan anxietas
a. fobia, serangan panik
b. gangguan obsesif kompulsif
c. PTSD (post traumatic stress disorder)
- Gangguan makan
a. Anoreksia (tidak mau makan)
b. Bulimia (muntahin makanan)
Gangguan jiwa non psikotik: kondisi dimana pikiran mempengaruhi perasaan, pikiran, atau
perilaku individu tanpa menyebabkan psikosis (kehilangan kontak dengan realita).
TERAPI
A.Panik
A.P Trisiklik Imipramin
e
Clomipra
mine
A.P Benzodiazepine Alprazola
m
A.P RIMA Moclobe
mide
A.P SSRI Sertraline
Paroxetin
e
Fluoxetine
Citalopra
m
ANTIPSIKOSIS
Cara Pemberian
Rapid Neuroleptization ( Pemberian obat neuroleptik berulang dalam kontrol ketat untuk
menghentikan gejala psikosis fungsional akut )
Haloperidol 5 – 10 mg ( I.M ) dapat diulangi setiap 2 jam, dosis maksimum 100 mg
dalam 24 jam
Kontra indikasi : penyakit hati, darah, epilepsi, ketergantungan alkohol, penyakit
SSP.
Perhatikan : - Onset efek primer ( efek klinis ) : sekitar 2 – 4 minggu
- Onset efek sekunder ( efek samping) : sekitar 2 – 6 jam
- Waktu paruh : 12 – 14 jam ( pemberian obat 1 – 2
x/hari) Dosis boleh berbeda ( malam lebih besar)
Mulai dengan “ dosis awal “ sesuai dosis anjuran, dinaikkan setiap 2 -3 hari sampai “dosis
efektif” evaluasi setiap 2 minggu, bila perlu naikkan ke dosis optimal Pertahankan 8 – 12
minggu ( stabilisasi) Turunkan setiap 2 minggu , “dosis maintenance” dipertahankan 6
bulan sampai 2 tahun, diselingi “drug holiday” 1 – 2 hari/ minggu teppering off (dosis
diturunkan tiap 2 – 4 minggu ) stop
INTERAKSI OBAT
1. Anti psikosis + anti psikosis lain : Potensiasi efek
Contoh : CPZ + Reserpine = Potensiasi efek hipotensif
2. Anti psikosis + Anti depresan trisiklik : Efek samping kolinergik meningkat (Hati – hati
pasien BPH, glaukoma, ileus, peny. Jantung)
3. Anti psikosis + Anti anxietas : Efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk
gaduh gelisah hebat (acute adjunctive therapy)
4. Antipsikosis + ECT : Dianjurkan tidak memberi
antipsikosis pada pagi hari sebelum ECT karena mortalitas tinggi
5. Anti psikosis + Anti konvulsan : Ambang konvulsi menurun, kemungkinan
kejang meningkat ( anti konvulsan dosisnya lebih besar)
Hipotesis : Defisiensi “Aminergic Receptor” ( nor adrenaline, serotonin, dopamin) pada celah
sinaps neuron sehingga aktivitas serotonin menurun
Kriteria Diagnosis
Paling sedikit berlangsung selama 2 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
1. Rasa hati yang murung
2. Hilang minat dan rasa senang
3. Kurang tenaga hingga mudah lelah dan kendur kegiatan
Keadaan di atas disertai gejala – gejala
1. Penurunan konsentrasi pikiran dan perhatian
2. Pengurangan rasa harga diri dan percaya diri
3. Pikiran perihal dosa dan tidak berguna lagi
4. Pandangan suram dan pesimistik terhadap masa depan
5. Gagasan atau tindakan mencenderai diri / bunuh diri
6. Gangguan tidur
7. Pengurangan / Penambahan nafsu makan
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala : Penurunan
kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin
Efek Samping
Sedasi
Efek anti kolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia, dll)
Efek Anti – adrenergik – Alfa ( perubahan EKG, Hipotensi)
Efek neurotoksis ( tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia )
Intoksikasi Overdosis / Trisiklik ATROPIN TOXIC SYNDROME ( Eksitasi SSP, hipertensi,
hiperpireksia, konvulsi, gangguan kesadaran)
Lakukan tindakan dengan cepat :
- Gastric lavage Hemodialisis dan diuresis tidak bermanfaat)
- Diazepam 10 mg I.M untuk mengatasi konvulsi
- Prostigmine 0.5 – 1 mg I.M untuk mengatasi efek anti –
kolinergik ( ulangi 30 – 45 menit sampai reda)
- Monitoring EKG
Kematian karena Cardiac Arrest
Lethal Dose Trisiklik = 10 kali Therapeutic dose, Karena itu jangan berikan obat
dalam jumlah besar ( lebih dari seminggu)
Interaksi Obat
1. Trisiklik + Haloperidol / Phenothiazine : Mengurangi kecepatan ekskresi dari
Trisiklik
Potensiasi efek antikolinergik ( ileus
paralitik, disuria, gangguan absorpsi)
Pemilihan Obat
Hipotesis : “Dopamine receptor supersensitivity” (Karena tingginya kadar serotonin pada celah
sinaps neuron )
Lithium Carbonate mengurangi Dopamine receptor supersensitivity dengan meningkatkan
cholinergic muscarinic activoty dan menghambat cyclic AMP dan phosphoinositides
Kriteria Diagnosis
Paling sedikit berlangsung selama 1 minggu dan hampir setiap hari mengalami :
Afek ( mood, suasana perasaan ) yang meningkat, ekspresif dan iritabel
Keadaan di atas disertai minimal 4 dari gejala – gejala :
1. Peningkatan aktivitas dalam kehidupan sehari – hari
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya atau dorongan bicara terus menerus
3. Flight of ideas atau penghayalan subjektif bahwa dirinya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas sampai waham / delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian
7. Keterlibatan lebih pada aktivitas berisiko tinggi dan memiliki efek merugikan (belanja
berlebihan, mengebut tidak bertanggung jawab dan tanpa perhitungan)
Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari – hari bermanifestasi dalam gejala : Penurunan
kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan melakukan kegiatan rutin
Efek Samping
1. Gejala efek samping Dini ( Kadar serum Lithium 0.8 – 1.2 mEg/L)
- Mulut kering, haus, gastrointestinal distress, kelemahan otot, poliuria, tremor halus
sering pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersama neuroleptika dan anti
depresan
- Hipothyroid
- Peningkatan berat badan
- Kelainan hasil Lab : Penurunan thyroxine dan peningkatan LDH, leukositosis
- Oedem tungkai
- Metalic Taste
- Gangguan daya ingat dan konsentrasi
2. Gejala Intoksikasi ( Kadar serum Lithium > 1.5 mEg/L)
- Gejala dini diikuti kesadaran menurun
Pemilihan Obat
Pada mania akut diberikan Haloperidol I.M (untuk atasi hiperaktivitas, impulsivitas,
iritabilitas ) dengan teknik rapid neuroleptization
dan Lithium Carbonate (Efek anti mania dari Lithium muncul setelah 7 – 10 hari)
Pda gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania - depresi berat : Lithium
Carbonate merupakan profilaksis yang dapat mengurangi frekuensi, berat, dan lamanya
kekambuhan
Alternatif dari pemberian Lithium Carbonate adalah Carbamazepine, Valproic Acid
Divalproex Na
Pada Unipolar Recurent Depression dapat juga digunakan obat golongan SSRI
Lithium Carbonate tidak boleh digunakan pada Pasien Hamil
Khusus
13 Kesan Umum
a. Penampilan (tampak sehat, agak sakit, kelihatan tua/muda,
tampak kusut, kacau, gelisah )
b. Tatapan mata : berbinar/ hidup/ kosong/ terarah pada suara
14 Kesadaran : compos mentis/ kesadaran menurun
15 Sikap ( datar, bekerjasama, menggoda, menantang, agresif, gaduh)
16 Tingkah Laku (mengiringi sikapnya jika merunduk: hipoaktif, jika
menantang : hiperaktif, jika aneh : disaktif
17 Orientasi (waktu, tempat, orang, situasi )
18 Proses Pikiran
a. Bentuk fikir (realistic/non realistic)
b. Isi fikir (waham curiga, idea of reference)
c. Progresi fikir (remming, blocking
19 Roman Muka : normo/hipo/hipermimik/tegang
20 Afek : normal, tumpul, datar, appropriate/inappropriate, disforik,
euforik
21 Perhubungan jiwa : baik, mudah, sukar
22 Perhatian
23 Gangguan persepsi : ilusi, halusinasi
24 Gangguan memori : amnesia, amnesia anterograd, amnesia retrograd
25 Gangguan intelegensia : baik, kurang, buruk
26 Insight/Tilikan : baik, kurang, buruk
27 Meringkas hasil dan mengemukakan sindrom yang didapatkan dari
hasil anamnesis
28 Memberi kesempatan untuk bertanya dan menutup pembicaraan
29 Mengucapkan salam
TOTAL
1. Seorang ibu membawa anaknya ke Dokter dengan keluhan lambat belajar, usia 12 tahun, anaknya sudah 2 kali
tidak naik kelas dan susah mengikuti pelajaran, perilakunya sama dengan adiknya yang berusia 4 tahun.
Dx Retardasi Mental Berat (F72)
IQ 4/12 x 100 = 33,3
DD (F81) Gangguan Perkembangan Belajar Khas, (F90) Gangguan hiperkinetik
Kriteria Dx F72 Retardasi Mental Berat
IQ biasanya berasa dalam rentang 20-34
Pada umumnya mirip dengan retardasi mental sedang dalam hal (Gambaran klinis,
terdapatnya etiologi organic, kondisi yang menyertai, tingkat prestasi yang rendah).
Kebanyakan menyandang retardasi mental berat menderita gangguan motoric yang
mencolok atau deficit lain yang menyertainya, menunjukan adanya kerusakan atau
penyimpangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat.
Penatalaksanaan Pendekatan etiologis
Tatalaksana medis untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai RM
Pendidikan yang sesuai dengan Rehabilitasi
Psikoterapi
2. Seorang ibu membawa anaknya ke dokter dengan keluhan tidak pernah berhenti. Usia 8 tahun dikeluhkan tidak
bisa diam, selalu mengganggu teman-temannya, pensil selalu hilang, tidak pernah diam.
Dx Gangguan Hiperkinetik (F90)
Kriteria Dx Berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak
untuk diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih dari satu situasi (misalnya dirumah,
dikelas, diklinik).
Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan
ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak anak ini seringkali beralih
dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya kehilangan minatnya terhadap tugas yang
satu, karena perhatiannya tertarik kepada kegiatan lainnya (sekalipun kajian
laboratorium pada umumnya tidak menunjukan adanya derajat gangguan sensorik
atau perseptual yang tidak biasa). Berkurangnya dalam ketekunan dan perhatian ini
seharusnya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan usia atau IQ
yang sama.
Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan, khususnya dalam situasi
yang menunutut keadaan relative tenang. Hal ini, tergantung dari situasinya,
mencakup anak itu berlari-lari atau berlompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun
bangun dari duduk/kursi dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu
banyak berbicara dan rebut, atau kegugupan.kegelisahan dan berputar-putar
(berbelit-belit). Tolak ukut untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas disebut
berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan
dibandingkannya dengan anak anak lain yang sama umur dan nilai IQnya. Ciri khas
perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan diatur yang
menuntut suatu pengendalian diri yang tinggi.
Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu diagnosis,
namun demikian ia dapat diperlukan. Kecerobohan dalam hubungan-hubungan social,
kesembronoan dalam situasi yang berbahaya dan sikap yang secara impulsive
melanggar tata tertib social (yang diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau
mengganggu kegiatan orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan yang belum
lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya), kesemuanya
merupakan ciri khas dari anak anak dengan gangguan ini.
Gangguan belajar serta kekakuan motoric sangat sering terjadi dan haruslah dicatat
secara terpisah (dibawah F80-89)bila ada. Namun demikian tidak boleh dijadikan
bagian dari diagnosis actual mengenai gangguan hiperkinetik yang sesungguhnya.
Gejala-gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria ekslusi ataupun
kriteria inklusi untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala gejala itu dijadikan
dasar untuk sibdivisi utama dari gangguan tersebut
DD Gangguan aktivitas dan perhatian (F90.0), Gangguan tingkah laku hiperkinetik (F90.1),
Autisme masa kanak-kanak (F84)
Penatalaksanaan Farmakoterapi
Methylphenidate tab 10 mg (Psikotropika)
Aripiprazole 15 mg (Antipsikotik)
Depakoter ER tab 1 x 250 mg (Mood Stabilizer)
Non-Farmakologi
Neurofeedback
Cognitive Behavioural Therapy
Psikoterapi berorientasi keluarga
Hipnoterapi
Rujuk Sp. KJ
3. Seorang laki laki usia 25 tahun datang ke dokter diantar istrinya dengan keluhan demam terus menerus sejak 3
hari yang lalu. Keluhan diserati rasa pegal dan lemas, tidak ada batuk pilek, takut mandi, pemakai putau sejak
lima tahun yang lalu, lima jam yang lalu pasien gelisah, keluar ingus, pada pemeriksaan fisik TD 120/80mmHg, RR
24 x/menit, S 36,8
Dx Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida, Keadaan putus obat (F11.3)
Kriteria Dx Informasi penggunaan putar/heroine atau golongan opioid
Keadaan putus zat merupakan salah satu indicator dari sindrom ketergantungan dan
diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan.
Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini merupakan
alas an rujukan dan cukup parah sampai memerlukan perhatian medis secara khusus.
Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan psikologis
(misalnya anxietas, depresi dan gangguan tidur) merupakan gambaran umum dari
keadaan putus zat ini.
Yang khas ialah pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda dengan
meneruskan penggunaan zat.
DD Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida, keadaan putus obat tanpa
komplikasi (F11.30), Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioda, keadaan
putus obat dengan komplikai (F11.31),
Penatalaksaanaan ?
4. Seorang perempuan usia 20 tahun datang ke dokter diantar keluarganya dengan keluhan berdebar-debar bila
memakai mobil, hal tersebut terjadi sejak 2 bulan yang lalu. Tidak mau melewati jalan yang sama dan sering
bermimpi buruk. Hal tersebut terjadi setelah satu bulan mengalami kecelakaan dan kaki kanan mengalami patah
tulang. Pemeriksaan fisik TD 100/80mmhg, RR 20x/menit, S 36,5.
Dx Gangguan Stress Paska Trauma (F43.1)
Kriteria Dx Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatic berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu
sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan)
Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat
kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya
adalah khas dan tidak didapat alternative kategori gangguan lainnya.
Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan baying-bayang atau mimpi-
mimpi dari kejadian traumatic tersebut secara berulang-ulang kembali (flashback)
Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.
Seuatu sequel menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya
saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0
(Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofia)
DD Gangguan anxietas fobik (F40)
Penatalaksanaan Psikofarmaka (Amitriptilin 50-300 mg/hari atau imipramine 50-300 mg/hari “Golongan
trisiklik”)
Psikoterapi
Edukasi
Dukungan psikososial dari dokter, keluarga, lingkungan.
Edukasi teknik meredakan kecemasan: relaksasi, mengatur napas dan mengontrol
pikiran
Modifikasi pola hidup: diet sehat, kurangi konsumsi kafein, rokok dan obat lainnya,
olahraga teratur
5. Seorang wanita berusia 29 tahun datang ke dokter keluarga diantar oleh suaminya. Mengeluhkan dirinya merasa
gelisah. Keluhan ini dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering gelisah dan mondar-mandir tanpa
tujuan. Pasien mengaku bahwa merasa dirinya adalah polisi yang dikawal oleh intelijen. Pasien juga mengatakan
bahwa dirinya sulit tidur. Hari ini pasien merasa sangat gembira. Saat ditanya pasien menggunakan nada yang
tinggi dan bicaranya sulit diinterupsi. Pasien menggunakan baju dan kerudung warna merah dan lipstick yang
menyala. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerjam memiliki satu orang anak. Suami pasien
bekerja menjual papeda di kebumen. Pasien mengaku ingin suaminya pulang setiap hari namun membawa uang
yang banyak, karena selama ini suami pasien pulang seminggu sekali. Pasien mengaku enam bulan yang lalu
pernah sering diam, tidak bersemangat, kehilangan rasa percaya diri, dan sedih sekali sampai pernah ingin bunuh
diri.
Dx GAB episode kini manik dengan gejala psikotik (F31.2)
Kriteria Dx Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup beras sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas social yang biasa
dilakukan.
Perubahan afek harus disertai dengan energy yang bertambah sehingga terjadi aktivitas
berlebihan, percepatan dan banyak bicaram kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide
perihal kebesaran/ grandious idea dan terlalu optimistic.
Harga diri yang membumbung dan dadasan kebesaran berkembang menjadi waham
kebesaran, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar. Waham dan halusinasi bisa
sesuai (mood congruent) dengan keadaan afek.
Harus ada sekurang kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif
atau campuran) di masa lampau
DD GAB kini dalam remisi (F31.7), Skizoafektif tipe manik (F25.0)
Penatalaksanaan Psikofarmaka (Lithium 1x800 mg, valproate 250-500mg/hr, karbamazepin 200-1600
mg/hr, Lamotrigine 25 mg/hr)
Psikoterapi
Edukasi
Dukungan psikososial dari dokter, keluarga, lingkungan.
Modifikasi pola hidup: diet sehat, olahraga teratur
6. Seorang perempuan usia 41 tahun berkunjung ke puskesmas diantar oleh suaminya dengan keluhan nyeri ulu
hati yang dialami sejak beberapa tahun yang lalu. Keluhan ini disertai sakit kepala, kembung, BAB tidak lancar,
kesemutan. Pasien sudah berobat ke beberapa dokter namun pasien tidak puas dengan hasil pemeriksaan
dokter. Sebelumnya pasien mengeluh keluhan ini sejak 2 tahun yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik dan
laboratorium dalam batas normal.
Dx Gangguan somatisasi (F45.0)
Kriteria Dx Harus memenuhi semua hal berikut:
Adanya banyak keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat dijelaksan atas
dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya selama 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
DD Gangguan Somatoform tak terinci (F45.1), Gangguan nyeri somatoform menetap
(F45.4)
Penatalaksanaan Psikoterapi