STATION 1 ( PSIKIATRI )
Kasus : Ibu nanik, usia 48 tahun datang dengan keluhan sulit tidur
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan status mental (psikiatri), tuliskan resume status psikiatri
3. Buatlah Diagnosis Multiaksial
4. Lakukan Penatalaksanaan Farmakologis & Non Farmakologis
5. Edukasi & Komunikasi
6. Sikap Profesionalisme
A. ANAMNESIS
Anamnesis pada pasien psikiatri sedikit berbeda dengan pasien pada umumnya, diperlukan
sikap empati yang baik agar pasien mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.
Jika informasi yang kita dapatkan belum cukup untuk menegakkan diagnosis, maka kita
dapat melakukan heteroanamnesis dengan keluarga yang mengantar.
Perkenalan Dan Membina Sambung Rasa
Mengucapkan salam (kontak mata, senyum), Memperkenalkan diri (nama,jabat
tangan,kontak mata), Mempersilakan duduk (kontak mata), binalah hubungan yang baik.
Jelaskan pada pasien bahwa anda akan mencatat hasil anamnesis mereka. Menunjukan empati
(verbal/prilaku/perhatian) dan Menjadi pendengar yang baik dan biarkan pasien menceritakan
riwayatnya tanpa merasa di interupsi.
Identitas lengkap dan data pribadi
1. Nama lengkap
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Pekerjaan
6. Tingkat Pendidikan
7. Suku Bangsa
8. Agama
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : 5W+1H (apa, Pasien disini datang dengan keluhan sulit tidur.
kapan, dimana, siapa, mengapa,
bagaimana)
Onset Sejak kapan keluhan tersebut muncul??apakah
berlangsung hampir setiap hari?
Kuantitas Saat bagaimana keluhan tersebut muncul, apakah ada
kondisi2 tertentu yang membuat keluhan ini muncul?
Kronologis Minta pasien untuk menceritakan kronologi
ceritanya, apakah memburuk atau membaik?
Faktor presipitasi Tanyakan faktor apakah yang mencetuskan gejala
pasien, misalnya peristiwa2 dalam hidup misalnya
tidak bekerja, cerai, pemindahan tempat kerja,
kematian
Keluhan tambahan Tanyakan keluhan yang mengarah ke diagnosis
depresi : perasaan menyalahkan diri sendiri, merasa
tidak memiliki arti apa2, putus asa, tidak ada harapan
hidup, nafsu makan menurun, malas,
Diagnosis anxietas : berdebar-debar dan khawatir
Diagnosis skizofrenia : gangguan proses berfikir dan
penyerapan, ambivalensi yang berat
Tanyakan fungsi jiwa Afek emosi : apa pasien pernah menangis/tertawa
tanpa sebab
Proses berfikir : apakah pasien pernah berbicara
melantur. Rincilah apa yang dibicarakan nilailah
bentuk dan isi pikiran, sedangkan arus pikiran tidak
bisa dinilai karena tidak direkam saat itu.
Persepsi : pernahkah melihat atau mendengar sesuatu
yang tidak dilihat/didengar orang lain?
Kemauan : bagaimana tentang perawatan diri,
pekerjaan dan pergaulan sosial
Riwayat pengobatan Tanyakan riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang
sudah dilakukan pasien hingga saat ini untuk gejala
pasien sekarang.
Riwayat NAPZA : ada atau tidak. Lama pemakaian,
jenis zat, latarbelakang pemakaian.
Riwayat Penyakit Terdahulu
o Apakah dahulu pernah mengalami keluhan serupa
o Faktor organik : perlu ditanyakan riwayat penyakit organik yang pernah dialami
pasien.
o Tanyakan faktor resiko pada masa neonatus (faktor genetik, peristiwa prenatal yang
buruk, trauma kelahiran). Pada masa anak-anak (perkembangan yang terlambat,
masalah prilaku, hubungan pertemanan yang buruk, diabaikan orang tua, kekerasan
fisik dan emosional, kekerasan seksual.
Riwayat Penyakit Keluarga
Faktor keluarga atau keturunan : pada kasus neurosa seperti cemas, faktor keluarga/keturunan
tidak bergitu berpengaruh seperti halnya pada skizofrenia. Faktor keturunan dinilai dari 3
generasi sebelumnya.
Riwayat Perkembangan dan Sosial
o Riwayat pribadi ditanyakan seperti mengenai perkembangan fisik dan mental,
hubungan antar manusia, sifat, bakat,minat, kemampuan, pengalaman penting
o Kondisi sosial : tempat tinggal (anak keberapa,jenis,bersama,hidup sendiri), status
pernikahan, pembiayaan, pekerjaan, dukungan sosial (teman,keluarga), riwayat
perkembangan pendidikan
o Dampak gejala tersebut terhadap hidup pasien, keluarga pasien aktivitas sehari-hari
Faktor Premorbid
Mencari ciri kepribadian pasien yang mungkin berhubungan dengan keluhan pasien saat ini.
Kepribadian premorbid diperlukan untuk mengetahui prognosa
C. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Diagnosis Multi aksial sesuai PPDGJ III
Aksis I : Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
Aksis II : Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental
Aksis III : Kondisi Medik Umum
Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
Aksis V : Penilaian Fungsi secara Global, Global Assessment of Functioning (GAF
Scale)
Contoh :
o Aksis I : Depresi tanpa ciri psikotik
o Aksis II : Tidak ada diagnosis
o Aksis III : Tidak ada diagnosis
o Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga
o Aksis V : GAF 70-61
D. Diagnosis Banding : Gangguan Afektif bipolar episode kini depresi, skizoafektif tipe kini
depresi
E. TERAPI
o Farmakologi (salah satu)
Fluoxetin 1x10 mg
Sertralin 1x 25 mg
Amitriptilin 1x 25 mg
STATION 2 ( JANTUNG )
A. ANAMNESIS
Untuk menentukan diagnosis nyeri dada sebelah kiri, harus dilakukan pengambilan anamnesa
yang secermat-cermatnya.
KETERAMPILAN MEMBINA SAMBUNG RASA DAN MENJAGA PROSES
WAWANCARA
1. Mengucapkan salam (kontak mata, senyum)
2. Memperkenalkan diri (nama,jabat tangan,kontak mata)
3. Mempersilakan duduk (kontak mata)
4. Menanyakan nama pasien (semua Identitas) dan menyebut nama saat anamnesis
5. Menjelaskan kepada pasien bahwa kita akan mencatat hasil anamnesis mereka
6. Melakukan cross-check (memastikan kembali tujuan/keluhan)
7. Menggunakan bahasa verbal yang dipahami
8. Menggunakan bahasa non-verbal
9. Menunjukan empati (verbal/prilaku/perhatian)
10. Menjadi pendengar yang baik (tidak memotong pembicaraan)
11. Penampilan sopan dan ramah (evaluasi awal)
12. Menutup Anamnesis (memberikan pandangan sebagai dokter/resume sederhana dan
penutup dengan salam)
Menanyakan Tujuan pasien datang kemari ?
Menanyakan Identitas lengkap dan data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang
9. Nama lengkap
10. Umur
11. Jenis Kelamin
12. Alamat
13. Pekerjaan
14. Tingkat Pendidikan
15. Suku Bangsa
16. Agama
Menanyakan keluhan utama dan meyakinkan keluhan tersebut sebagai keluhan utama.
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) (SOCRATES)
1. Site (Lokasi) : Tempat sakitnya disebelah mana pak??bisa ditunjukan ? (Pasien
menunjukan pada dada sebelah kiri)
2. Onset (Mulainya) : kapan mulai nyerinya pak? (sejak 30 menit yang lalu dok)
3. Characteristik : Nyerinya seperti apa menusuk-nusuk / rasa terbakar ? (nyerinya sangat
sakit seperti tertusuk-tusuk)
4. Reffered (penjalaran nyeri/keluhan)? (nyerinya menjalar ke bahu dan terus kebawah
menuju lengan kiri atau nyeri dirasakan hingga tembus kebelakang)
5. Assosiated : hal-hal yang berhubungan dengan keluhan utama(nyeri disertai dengan rasa
sukar bernafas/sesak, pusing, kepala terasa melayang, berkeringat dingin, mual muntah)
6. Time : waktu terjadinya? (saat aktivitas/istirahat) (nyeri dada munculnya tiba-tiba saat
istirahat)
7. Endurance (memperberat/memperingan) (keluhan makin berat saat beraktivitas, akan
tetapi saat istirahat pun keluhan tidak berkurang)
8. Severity : Komplikasi?
Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)(apakah sebelumnya pernah seperti ini juga)
Keluhan serupa : Pernah mengalami nyeri dada serupa saat bermain futsal namun tidak begitu
dihiraukan karena saat dibawa istirahat keluhan nyeri dada menghilang.
Penyakit Kronis : ada riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu yang tidak terkontrol.
Riwayat pengobatan penyakit terdahulu : minum obat anti hipertensi, tetapi tidak teratur dan
jarang control ke dokter, terakhir minum obat antihipertensi 2 tahun yang lalu.
Riwayat Perawatan di rumah sakit?
Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) (penyakit yang diturunkan ex: DM,Ht,
Asma) misalnya ada ayahnya meninggal mendadak karena serangan jantung.
Menanyakan Riwayat Psikososial
Hubungan dengan suami-istri, keluarga,tetangga, teman kerja.
Riwayat Kebiasaan Pasien
Olahraga : Tidak ada (tidak teratur)
Merokok : rata-rata 12 batang perhari sejak usia 17 tahun
Diet : suka makan daging, jeroan,soto makasar, tidak sering makan sayur dan buah
JELASKAN DIAGNOSA DAN KEMUNGKINAN DD
Bapak berdasarkan gejala-gejala yang bapak sampaikan, saya dapat menyimpulkan sementara
bahwa ternyata bapak terkena penyakit……………..namun berdasarkan keluhan-keluhan bapak
tadi bapak bisa juga terjadi……DD…..jelaskan DD dari pasien.
CROSCHECK ULANG KELUHAN-KELUHAN BARU SEBUTKAN KEMUNGKINAN DD
Untuk memastikan lebih lanjut kita harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu (pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang)
Edukasi pasien (diet, aktivitas yang sesuai, merokok)
Apakah bapak/ibu ada pertanyaan ? Klo tidak ada terimakasih. Untuk menghilangkan nyeri
sementara saya memberi obat…namun saya harus merujuk bapak ke rumah sakit untuk
tindakan lebih lanjut…
Baik semoga cepat sembuh bapak.
8) Analisa tiap gelombang EKG pada ST Elevasi (IMA), lokasi infark berdasarkan
setiap sadapan sadapan :
Anteroseptal : VI-V4
Anterior ekstensif : V1-V6, I, dan aVL
Anterolateral : V4-V6, I, dan aVL
Anterior terbatas : V3-V5
Inferior : II, III, dan aVF
Lateral tinggi : I dan aVL
Posterior murni : bayangan cermin dari
V1,V2,V3 terhadap garis horizontal.
Kasus : Pria usia 35 tahun datang dengan keluhan bercak putih di bagian lengan kiri, dada dan
perut.
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan fisik ( Status Lokalis, Saraf Perifer, Sensibilitas)
3. Buatlah Pemeriksaan Penunjang ( Berikan ke dokternya)
4. Buat Diagnosis dan DD ( Berikan ke dokternya)
5. Lakukan Sikap Profesionalisme
A. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis Kulit
Lokasi
Efloresensi
Pemeriksaan Saraf Perifer
Saraf yang diperiksa : N. Fasialis, N.Aurikularis magnus, N.Radialis, N.Ulnaris,
N.Medianus, N.Poplitea lateralis, N.Tibialis Posterior.
Penilaian : Ada/tidaknya Pembesaran, pembesaran regular/irregular, perabaan
keras/kenyal, nyeri atau tidak. Bandingkan saraf tepi bagian kanan dan kiri.
Pemeriksaan Sensibilitas (sensorik)
Alat : kapas, jarum, tabung berisi air hangat dan dingin.
Selain diperiksa pada lesi kulit sebaiknya juga diperiksa pada kulit yang sehat
Bercak pada kulit harus diperiksa pada bagian tengahnya
Penilaian : Rasa Raba (kapas), Rasa Nyeri (jarum), Rasa Suhu (tabung reaksi)
Pemeriksaan komplikasi : ada tidanya pada region fasialis fascies leonine,
madarosis, saddle nose, lagoftalmus
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Bakteriologis
o Sediaan dari kerokan jaringan kulit
o Pewarnaan dengan BTA ZIEHL NEELSON
o Indeks bakteri menurut Ridley
0 : Tidak ada BTA dalam 100 LP
1+ : 1-10 BTA dalam 100 LP
2+ : 1-10 BTA dalam 10 LP
3+ : 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
4+ : 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
5+ : 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
6+ : > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
D. DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Banding Bercak Keputihan
Pitiriasis Alba
Vitiligo
Pitiriasis Versikolor
Morbus Hansen
STATION 4 ( NEUROLOGI)
Kasus : Pria usia 45 tahun datang dengan keluhan merasa kebal-kebal pada separuh tubuh
sebelah kanan.
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan Fisik
3. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang yang perlu dilakukan
4. Menegakkan Diagnosis & Diagnosis Banding
5. Lakukan Sikap Profesionalisme
A. ANAMNESIS
B. PEMERIKSAAN FISIK
PERSIAPAN
4. Membuat pasien dalam kondisi rileks dan (ajak pasien berbicara atau dengan menekuk lutut
tidak tegang saat pemeriksaan)
12. Refleks Babinski L5-S2, gores telapak kaki lateral dari posterior ke
anterior (babinski=ekstensi ibu jari kaki,
pengembangan jari kaki), timbul pada lesi traktus
cortikospinalis, intoksikasi obat2an, alkohol
19. Refleks Rossolimo Pengetukan telapak kaki. Respon = fleksi jari kaki
pada sendi interphalangealnya
20. Refleks Hoffman Goresan pada kuku jari tengah. Respon = ibu jari,
telunjung, dan jari lain ber fleksi
21. Refleks Tromner Colekan pada ujung jari tengah. Respon Hoffman
22. Refleks Leri Fleksi maksimal pergelangan tangan. Respon
tidak terjadi fleksi di sendi siku
23. Refleks Mayer Fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak
tangan. Respon tidak terjadi oposisi ibu jari.
27. gerakan telapak tangan yang beganti-ganti Buka mata, tutup mata, secepat mungkin
32. Mencatat semua hasil pemeriksaan Nama pasien, tanggal pemeriksaan, hasil secara
umum.
Pemeriksaan Sensoris
Alat : kapas, jarum, tabung berisi air hangat dan dingin.
Selain diperiksa pada lesi kulit sebaiknya juga diperiksa pada kulit yang sehat
Penilaian : Rasa Raba (kapas), Rasa Nyeri (jarum), Rasa Suhu (tabung reaksi)
STATION 5 ( AKDR )
Kasus : Ibu usia 32 tahun, sedang haid, keputihan (-), Tanda-tanda Vital dalam batas normal,
datang ingin memasang AKDR
Pertanyaan :
1. Lakukan Pemasangan AKDR
2. Lakukan Edukasi Pasca Pemasangan
3. Lakukan Sikap Profesionalisme
PEMASANGAN AKDR
Perkenalan dan Persetujuan
1. Perkenalkan diri anda pada pasien dan mintalah izin untuk melakukan pemeriksaan. Jelaskan
pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan. Beritahukan kepada pasien bahwa ada
kemungkinan pasien akan merasa sedikit sakit.
Persiapan
2. Siapkan peralatan dan instrument yang diperlukan sebelum melakukan tindakan, yaitu :
o Bivalve speculum
o Tenakulum
o Sonde uterus
o Forsep/korentang
o Gunting
o Mangkuk untuk larutan antiseptic
o Sarung tangan steril
o Cairan antiseptic (povidon iodine) untuk membersihkan servik
o Kasa atau kapas
o Sumber cahaya yang cukup
o AKDR (Cooper T 380 A IUD)
3. Siapkan pasien. Pastikan pasien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area
genitalia dengan menggunakan sabun dan air. Minta pasien berbaring diatas tempat tidur.
Pemeriksaan Panggul
4. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan handuk bersih
5. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan, atau kelainan alainnya di daerah
suprapubik
6. Kenakan kain penutup pada pasien untuk pemeriksaan panggul
7. Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks
8. Pakai sarung tangan steril
9. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam wadah steril atau
DTT
10. Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna (nilai warna, ulserasi, benjolan)
11. Palpasi kelenjar skene dan bartolin, amati adanya nyeri atau duh (discharge) vagina
12. Masukan speculum vagina
13. Lakukan pemeriksaan inspekulo:
o Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
o Inspeksi serviks, nilai adanya ulserasi, perdarahan, atau massa
14. Keluarkan speculum dengan hati-hati, tutup speculum dan tarik keluar. Letakkan kembali
pada tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan.
15. Lakukan pemeriksaan bimanual : tangan kiri di abdomen, masukan dua jari tangan kanan ke
dalam vagina
o Pastikan gerakan serviks bebas
o Tentukan besar dan arah uterus
o Pastikan tidak ada kehamilan
o Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
16. Lakukan pemeriksaan retrovagina (bila ada indikasi) :
o Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
o Adanya tumor pada kavum Douglasi
17. Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% kemudian buka secara
terbalik dan rendam dalam klorin
Tindakan Pra-Pemasangan
18. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan pasien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan serta persilahkan pasien untuk mengajukan pertanyaan
19. Masukan lengan AKDR Cu T 380A didalam kemasan sterilnya
Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
Letakkan kemasan pada tempat yang datar
Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan
sehingga lengan akan melipat
Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari
bawah lipatan lengan
Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukan lengan AKDR yang
sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter
Prosedure Pemasangan AKDR
20. Pakai sarung tangan steril
21. Pasang speculum vagina untuk melihat serviks
22. Usap vagina dan servik dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali
23. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati
24. Masukan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh (no touch technique) yaitu secara
hati-hati memasukan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh
dinding vagina ataupun bibir speculum
25. Tentukan arah dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
26. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam kemasan
sterilnya dengan menggeser leher berwarna biru pada tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastic penutup kemasan
27. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati-
hati jangan sampai pendorongnya terdorong
28. Pegang tabung AKDR dengan leher berwarna biru dalam posisi horizontal (sejajar lengan
AKDR), Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukan tabung inserter ke
dalam uterus sampai lengan berwarna biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan.
29. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
30. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal atau menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong.
31. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher
berwarna biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan
32. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR ± 3-4 cm
33. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
34. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
35. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan
kasa selama 30-60 detik
36. Keluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Tindakan Pasca Pemasangan AKDR
37. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi
38. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke
dalam tempat yang sudah disediakan
39. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam dalam larutan
klorin 0,5%
40. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
41. Pastikan pasien tidak mengalami kram berat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan pasien pulang
Konseling Pasca Pemasangan
42. Ajarkan pasien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
43. Jelaskan kepada pasien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
44. Beritahu kepada pasien kapan harus datang kembali ke klinik untuk control
45. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A dalam 10 tahun
46. Yakinkan pasien bahwa ia dapat ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi,
pemeriksaan medik, atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut
47. Minta pasien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
48. Lengkapi rekam medic dan kartu AKDR pasien.
STATION 6 ( PARU )
A. ANAMNESIS
Untuk menentukan diagnosis nyeri dada sebelah kiri, harus dilakukan pengambilan anamnesa
yang secermat-cermatnya.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Perkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan teknik pemeriksaan, dan meminta izin pada pasien
2. Tanda Vital Batuk berdahak disertai darah (hemoptisis) dikatakan mengancam nyawa
bila ≥100 ml/24 jam, menyebabkan gangguan pertukaran gas/obstruksi
jalan nafas atau instabilitas hemodinamik.
Suhu febris pada kasus sputum purulen berbercak darah dapat mengarah
pada pneumonia
3. Hidung dan Mencari sumber perdarahan dan untuk memastikan saluran nafas masih
tenggorokan paten
4. Leher Distensi vena jugular dapat menandakan edema paru yang dapat
menyebabkan batuk
5. Pemeriksaan INSPEKSI
Dinding Dada Melakukan inspeksi menyeluruh pada dinding dada (permukaannya,
Anterior tanda-tanda inflamasi, pembesaran organ,dsb)
Mengamati pergerakan dinding dada (simetris atau tidak)
Menginspeksi daerah suprasternal dan fossa supraklavikula (ada atau
tidak retraksi dan kelainan lain)
Menginspeksi ruang interkosta (ada tidaknya retraksi, dsb)
PALPASI
Mempalpasi sternal notch
Menentukan letak trakea (ada deviasi atau tidak)
Mencari angulus sternalis
Meraba ICS sampai kebawah lateral
Meraba fossa supra dan infraklavikula untuk mencari pembesaran
kelenjar dan kelainan lain
Membandingkan pergerakan dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah)
Membandingkan fremitus dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah) (pasien disuruh bilang “88”)
PERKUSI
Melakukan perkusi ICS secara sistematis kanan ke kiri, dan atas ke
bawah pada daerah yang benar (sebutkan suara yang dihasilkan)
Menentukan batas paru-hepar
AUSKULTASI
Melakukan auskultasi suara nafas dengan membrane secara benar dan
sistematis
Sebutkan suara yang didengar kalau ga kedengaran pasien disuruh
inspirasi
6. Dinding Dada INSPEKSI
Posterior Melakukan inspeksi menyeluruh pada dinding thorak posterior
Menentukan bentuk vertebrae dan letak skapula
PALPASI
Membandingkan pergerakan dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah)
Membandingkan fremitus dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah) (pasien disuruh bilang “88”)
PERKUSI
Melakukan perkusi ICS secara sistematis kanan ke kiri, dan atas ke
bawah pada daerah yang benar (sebutkan suara yang dihasilkan)
Menentukan batas pengembangan paru pasien disuruh inspirasi, ga
pakai tahan nafas
AUSULTASI
Melakukan auskultasi suara nafas dengan membrane secara benar dan
sistematis
Sebutkan suara yang didengar kalau ga kedengaran pasien disuruh
inspirasi
POIN PENTING
o Saat Inspirasi dan palpasi pasien duduk
o Saat Perkusi dan auskultasi dinding dada anterior pasien tidur
o Saat pemeriksaan dinding posterior, pasien di suruh memeluk bantal tunggu konfirmasi
dokternya.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi (leukositosis), penurunan
trombosit, waktu protrombin, INR (penggunaan antikoagulan,
gangguan koagulasi), analisis gas darah (hipoksia, hiperkarbia), D-
dimer (meningkat pada emboli paru)
Sputum o Gram dan kultur sputum : untuk menilai organism (pneumonia,
abses paru)
o Sitologi sputum : pada kasus dengan risiko kanker paru (usia > 40
tahun dan atau riwayat merokok)
o Sputum BTA : Kasus dicurigai TB paru. Cara pengambilan dahak 3
kali (SPS)
Sewaktu/Spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
Pagi (Keesokan harinya)
Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan)
Rontgen Thorak Cara Pembacaan Foto Thorak :
1. Kelengkapan Identitas (nama,umur,jenis kelamin, nomor foto
rontgen,tanda R/L, dan ada klinisnya)
2. Menilai kelayakan foto (layak baca/tidak)
3. Membaca foto thorak dari luar ke dalam
a. Soft tissue, nilai ketebalannya, ada swelling/tidak
b. Tulang, cari ada/tidaknya diskontinuetas,lesi litik dan sklerotik
c. Pleura, ada tidaknya cairan atau udara di cavum pleura, nilai
sinus costophrenicus, sinus cardiophrenicus
d. Pulmo (Parenkim paru, Corakan Bronkovaskuler, keadaan
Hilus)
e. Jantung (hitung CTR, normalnya pada posisi PA <50%
f. Diafragma
D. PENGOBATAN TB PARU
o Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid dan Etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan)
Diberikan kepada :
Penderita baru TBC paru
Penderita TBC ekstra paru
o Kategori 2 : 2HRZE/HRZE/5H3R3Z3
Diberikan kepada :
Penderita kambuh
Penderita gagal terapi
Penderita dengan pengobatan setelai lalai minum obat
o Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada : Penderita BTA (+) dan Rontgen paru mendukung aktif.
Berat Badan (Kg) Tahap Intensif Per Hari Tahap Lanjutan Per Hari
Selama 2 bulan Selama 4 bulan
≤7 1 tablet 3FDC 1 tablet 2FDC
8-9 1,5 tablet 3FDC 1,5 tablet 2FDC
10-14 2 tablet 3FDC 2 tablet 2FDC
15-19 3 tablet 3FDC 3 tablet 2FDC
20-24 4 tablet 3FDC 4 tablet 2FDC
25-29 5 tablet 3FDC 5 tablet 2FDC
STATION 7 ( IMUNISASI)
Kasus : Seorang ibu membawa bayinya usia 2 bulan, BB 5 kg, lahir di rumah sakit, datang untuk
imunisasi.
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis yang sesuai
2. Berikan Imunisasi yang sesuai
3. Edukasi pasca imunisasi
4. Isilah KMS
A. ANAMNESIS
1. Mengucapkan salam (kontak mata, senyum), Memperkenalkan diri (nama,jabat
tangan,kontak mata), Mempersilakan duduk (kontak mata).
2. Menanyakan Tujuan pasien datang kemari ?
3. Menanyakan nama ibu dan bayinya (semua Identitas)
4. Menanyakan Riwayat Kelahiran (lahir dirumah atau di rumah sakit)
5. Menanyakan Kondisi atau ada tidaknya keluhan dari si bayi (sedang sakit atau tidak)
6. Memeriksa kartu imunisasi dan menentukan imunisasi yang akan diberikan
7. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan serta minta persetujuan dari ibu pasien
8. Menyiapkan ibu dan anak untuk tindakan imunisasi
B. KETERAMPILAN IMUNISASI
PROSEDUR PERSIAPAN IMUNISASI
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Periksa obat-obatan imunisasi (tanggal vial,VVM)
3. Melakukan shake test (untuk DPT, TT, Hep B)
Siapkan sampel yang akan digunakan sebagai control
Pilih sampel yang akan diuji
Kocok sampel control dan tes
Pegang sampel control dan tes secara bersamaan satu tangan, kocok dengan kuat
selama 10-15 detik
Diamkan kedua vial dan letakkan diatas meja, didepan cahaya, bandingkan
kecepatan pengendapannya
Bila sampel tes mengendap lebih lambat dari control, kemungkinan sample tes
tidak membeku
PROSEDUR IMUNISASI
1. Mencuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Teteskan Vaksin Polio
4. Lakukan injeksi BCG ID (Lihat keterampilan Injeksi)
5. Lakukan injeksi hepatitis IM (Lihat keterampilan Injeksi)
6. Lakukan injeksi DPT IM (Lihat keterampilan Injeksi)
7. Lakukan injeksi campak SC (Lihat keterampilan Injeksi)
8. Catat waktu, lokasi dan dosis
9. Sampaikan edukasi pada ibu tentang tindakan pasca imunisasi dan jadwal imunisasi
berikutnya
10. Simpan kembali obat imunisasi
11. Tempatkan alat injeksi pada container disposible
PROSEDUR INJEKSI ID
1. Posisikan pasien dengan nyaman, letakkan lengan bawah atau atas pada tempat
yang datar, tentukan lokasi penyuntikan
2. Siapkan spuit dan jarum
3. Siapkan bahan injeksi
4. Bersihkan tutup vial dengan alcohol
5. Arahkan vial ke bawah, tusuk dengan jarum
6. Masukkan larutan yang akan digunakan ke dalam syringe
7. Keluarkan udara yang ada di dalam syringe dengan mendorong penekan syringe
8. Pakai sarung tangan steril
9. Lakukan tindakan asepsis dengan kapas alcohol, dari dalam keluar, biarkan alcohol
mengering sebentar
10. Pegang spuit dengan tangan dominan, lepaskan penutupnya
11. Regangkan kulit dengan cara : lengan bawahletakkan tangan dibawah lengan
pasien, tarik kulit dengan ketat dengan ibu jari dan telunjuk
12. Saat kulit diregangkan, letakkan syringe membentuk sudut 5-15 sejajar dengan kulit
pasien
13. Tusukkan jarum perlahan menembus epidermis, dengan kedalaman 2-3 mm,
sehingga jarum terletak pada ujung permukaan sudut
14. Suntikan larutan perlahan-lahan. Rasakan adanya tahanan, akan terbentuk
gelembung kecil (diameter 6-10 mm), klo tidak terbentuk, ulangi di daerah lain
sekitar 2 inchi dari daerah awal
15. Tarik perlahan jarum dan syringe
16. Usap perlahan tanpa menekan dengan kapas steril kering pada lokasi penyuntikan.
Jangan tutup dengan plester
17. Letakkan syringe yang telah digunakan pada tempat yang aman
18. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat yang aman
19. Catat waktu, lokasi, dosis
PROSEDURE INJEKSI SC
1. Cuci tangan 7 langkah
2. Siapkan spuit dan jarum
3. Siapkan bahan injeksi
4. Pakai sarung tangan
5. Tentukan lokasi injeksi
Paha : letakkan tangan pada bagian teratas paha, tarik garis imajiner dibawah
telapak tangan. Batas bawah telapak tangan diatas lutut, tarik garis imajiner
Lengan : batas atas telapak tangan di sendi bahu, batas bawah telapak tangan di
siku
Perut : telapak tangan di arkus kosta, garis imajiner dibawahnya merupakan lokasi
injeksi (tidak boleh satu inchi di sekitar pusar)
6. Lakukan tindakan asepsis dengan kapas alcohol, dari dalam keluar, biarkan alcohol
mengering sebentar
7. Lepaskan tutp jarum dengan hati-hati jangan sampai terkontaminasi
8. Keluarkan gelembung udara dari spuit
9. Pegang spuit pada satu tangan seperti memegang pensil
10. Genggam kulit pasien dengan ibu jari dan telunjuk
11. Arahkan jarum dengan sudut 45, pada orang gemuk sudut 90
12. Dorong jarum menembus kulit
13. Selama jarum didorong, ujung penghisap tidak boleh di dorong
14. Setelah jarum menembus kulit dengan sempurna, lepaskan genggaman kulit dan
stabilisasi spuit
15. Tarik sedikit ujung penghisap (aspiresi)
16. Dorong obat masuk, masuk dalam waktu 5 detik
17. Tarik jarum dengan menekan kulit dengan kasa steril
18. Tempatkan syringe dan jarum injeksi ke tempat pembuangan (container disposable)
19. Catat tanggal, waktu,dosis, lokasi
DOSIS IMUNISASI
JADWAL IMUNISASI
Usia Imunisasi
Bayi Lahir di rumah
0 bulan Hb 1
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/Hb combo 1, polio 2
3 bulan DPT/Hb combo 2, polio 3
4 bulan DPT/Hb combo 3, polio 4
9 bulan Campak
Bayi lahir di Rumah Sakit (RS)
0 bulan Hb, BCG, polio 1
2 bulan DPT/Hb combo 1, polio 2
3 bulan DPT/Hb combo 2, polio 3
4 bulan DPT/Hb combo 3, polio 4
9 bulan Campak
Kasus : Anak usia 4 tahun, BB 15 kg, datang dengan keluhan demam 3 hari, terdapat bintik-
bintik merah di perut, Rumple Led (+), perdarahan spontan (-). TD : 90/60 Nadi : 100 kali/menit
T : 39.
Pertanyaan :
1. Pasang IV Line
2. Pilihlah jenis cairan dan jumlah cairan yang sesuai untuk diberikan
3. Lakukan Sikap Profesionalisme
A. Pemasangan IV Line
1. Sampaikan Inform Consent ke pasien/keluarga, mengenai :
o Indikasi dan Tujuan Pemasangan
o Cara Pemasangan
o Komplikasi yang mungkin timbul
o Dampak
2. Mencuci Tangan
3. Mempersiapkan Alat
a. Infus set
o Blood set ada saringannya
o Infus Makro (u/ dewasa)
o Infus Mikro (ada jarumnya anak)
b. Kateter Vena
o Ukuran 18 (hijau) untuk resusitasi; flow rate=6,7 L/jam
o Ukuran 20 (pink) Pria/dewasa; flow rate= 3,4 L/jam
o Ukuran 22 (biru) wanita dewasa/vena kolaps;flow rate=2,2 L/jam
o Ukuran 24 (kuning) anak
c. Cairan Infus yang biasa dipakai adalah kristaloid (RL,NaCl, Ringer Asetat)
d. Kapas Alkohol
e. Tourniquet
f. Plester Hifafix dan plester biasa
g. Gunting
h. Kasa Steril (boleh dipakai boleh juga tidak) untuk dibawah kateter
i. Handschoen steril
j. Spidol
4. Persiapkan Cairan Infus
a. Colok infuse set ke botol infuse
b. Isi balon di selang sampai batas garis kemudian gantung di tiang
c. Hilangkan udara pada selang infus
5. Pakai Handschoen
6. Pilih vena yang akan di pasang infuse
a. Pastikan tidak ada kontraindikasi inflamasi, phlebitis, pembuluh darah berkelok,
suhu, kelembapan, warna
b. Pilih yang paling besar tapi jangan di daerah ventral (bisa v.cephalica,v.basilica,
dorsalis manus)
7. Pasang Tourniquet pada bagian proksimal 3-5 inchi dari vena
8. Raba vena yang akan dipasang infus
9. Menentukan ukuran kanula dan pastikan panjang kanula tidak melebihi persendian
10. Desinfeksi dengan teknik melingkar atau satu kali usap dengan kapas alcohol
11. Tusukan jarum ke vena
a. Teknik 1 langsung pada vena dengan sudut awal 30 derajat kemudian 15
derajat
b. Teknik 2 0,5 cm disamping vena dengan sudut awal 30 derajat kemudian 15
derajat
12. Dorong Kanula jangan dorong jarum, fiksasi kanul dengan hifafix
13. Tekan kanula, Lepaskan Tourniquet
14. Pasang infuse set ke kanula
15. Alirkan cairan infus
16. Fiksasi selang infuse dengan plester coklat
Teknik Cephrone (pita aids) atau teknik U-Method
17. Catat tanggal, jam, nama pemeriksa pada hifafix tempelkan di tangan pasien
18. Atur tetesan cairan
Tetesan Makro (dewasa) : Faktor tetes (infuse set Otsuka) 1cc = 15 tetes, Faktor tetes
(infuse set Terumo) 1cc = 20 tetes
Tetesan Mikro (anak-anak) 1cc = 60 tetes
Contoh Perhitungan Tetesan Anak BB 14 Kg, yaitu :
100 cc x 10 kg = 1000
50 cc x 4 kg = 200
Maka 1000 + 200 = 1200 cc/24 jam = 50 cc/jam = 0,8 cc/menit
0,8 cc/menit x 60 = 48 tetes/menit