Anda di halaman 1dari 44

SOAL TRYOUT OSCE 20 AGUSTUS 2013

STATION 1 ( PSIKIATRI )

Kasus : Ibu nanik, usia 48 tahun datang dengan keluhan sulit tidur
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan status mental (psikiatri), tuliskan resume status psikiatri
3. Buatlah Diagnosis Multiaksial
4. Lakukan Penatalaksanaan Farmakologis & Non Farmakologis
5. Edukasi & Komunikasi
6. Sikap Profesionalisme

A. ANAMNESIS
Anamnesis pada pasien psikiatri sedikit berbeda dengan pasien pada umumnya, diperlukan
sikap empati yang baik agar pasien mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan.
Jika informasi yang kita dapatkan belum cukup untuk menegakkan diagnosis, maka kita
dapat melakukan heteroanamnesis dengan keluarga yang mengantar.
Perkenalan Dan Membina Sambung Rasa
Mengucapkan salam (kontak mata, senyum), Memperkenalkan diri (nama,jabat
tangan,kontak mata), Mempersilakan duduk (kontak mata), binalah hubungan yang baik.
Jelaskan pada pasien bahwa anda akan mencatat hasil anamnesis mereka. Menunjukan empati
(verbal/prilaku/perhatian) dan Menjadi pendengar yang baik dan biarkan pasien menceritakan
riwayatnya tanpa merasa di interupsi.
Identitas lengkap dan data pribadi
1. Nama lengkap
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Pekerjaan
6. Tingkat Pendidikan
7. Suku Bangsa
8. Agama
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : 5W+1H (apa, Pasien disini datang dengan keluhan sulit tidur.
kapan, dimana, siapa, mengapa,
bagaimana)
Onset Sejak kapan keluhan tersebut muncul??apakah
berlangsung hampir setiap hari?
Kuantitas Saat bagaimana keluhan tersebut muncul, apakah ada
kondisi2 tertentu yang membuat keluhan ini muncul?
Kronologis Minta pasien untuk menceritakan kronologi
ceritanya, apakah memburuk atau membaik?
Faktor presipitasi Tanyakan faktor apakah yang mencetuskan gejala
pasien, misalnya peristiwa2 dalam hidup misalnya
tidak bekerja, cerai, pemindahan tempat kerja,
kematian
Keluhan tambahan Tanyakan keluhan yang mengarah ke diagnosis
depresi : perasaan menyalahkan diri sendiri, merasa
tidak memiliki arti apa2, putus asa, tidak ada harapan
hidup, nafsu makan menurun, malas,
Diagnosis anxietas : berdebar-debar dan khawatir
Diagnosis skizofrenia : gangguan proses berfikir dan
penyerapan, ambivalensi yang berat
Tanyakan fungsi jiwa Afek emosi : apa pasien pernah menangis/tertawa
tanpa sebab
Proses berfikir : apakah pasien pernah berbicara
melantur. Rincilah apa yang dibicarakan nilailah
bentuk dan isi pikiran, sedangkan arus pikiran tidak
bisa dinilai karena tidak direkam saat itu.
Persepsi : pernahkah melihat atau mendengar sesuatu
yang tidak dilihat/didengar orang lain?
Kemauan : bagaimana tentang perawatan diri,
pekerjaan dan pergaulan sosial
Riwayat pengobatan Tanyakan riwayat pemeriksaan dan pengobatan yang
sudah dilakukan pasien hingga saat ini untuk gejala
pasien sekarang.
Riwayat NAPZA : ada atau tidak. Lama pemakaian,
jenis zat, latarbelakang pemakaian.
Riwayat Penyakit Terdahulu
o Apakah dahulu pernah mengalami keluhan serupa
o Faktor organik : perlu ditanyakan riwayat penyakit organik yang pernah dialami
pasien.
o Tanyakan faktor resiko pada masa neonatus (faktor genetik, peristiwa prenatal yang
buruk, trauma kelahiran). Pada masa anak-anak (perkembangan yang terlambat,
masalah prilaku, hubungan pertemanan yang buruk, diabaikan orang tua, kekerasan
fisik dan emosional, kekerasan seksual.
Riwayat Penyakit Keluarga
Faktor keluarga atau keturunan : pada kasus neurosa seperti cemas, faktor keluarga/keturunan
tidak bergitu berpengaruh seperti halnya pada skizofrenia. Faktor keturunan dinilai dari 3
generasi sebelumnya.
Riwayat Perkembangan dan Sosial
o Riwayat pribadi ditanyakan seperti mengenai perkembangan fisik dan mental,
hubungan antar manusia, sifat, bakat,minat, kemampuan, pengalaman penting
o Kondisi sosial : tempat tinggal (anak keberapa,jenis,bersama,hidup sendiri), status
pernikahan, pembiayaan, pekerjaan, dukungan sosial (teman,keluarga), riwayat
perkembangan pendidikan
o Dampak gejala tersebut terhadap hidup pasien, keluarga pasien aktivitas sehari-hari
Faktor Premorbid
Mencari ciri kepribadian pasien yang mungkin berhubungan dengan keluhan pasien saat ini.
Kepribadian premorbid diperlukan untuk mengetahui prognosa

B. PEMERIKSAAN STATUS PSIKIATRI


1. Kesan Umum Amatilah wajah, apakah sesuai dengan usia, kontak mata, cara
berpakaian, rambut, hygiene pribadi salah satunya bau, cara duduk,
bersikap dan berprilaku terhadap pemeriksa, cara berjalan
2. Kontak Verbal : lancer, tidak lancer, relevan, irrelevant.
Nonverbal : tulis, gambar, isyarat (beri minum lihat responnya)
3. Kesadaran o Orientasi (waktu,tempat,orang)
o Atensi (perhatian dan konsentrasi terhadap pertanyaan yang
diajukan)
o Memori (penilaian daya ingat pasien)
4. Afek-Emosi Amati emosi pasien : depresi, gembira,cemas
Amati afek (afek adalah penilaian terhadap keadaan emosi pasien)
yaitu : tingkatan afek (penuh,terbatas,datar), kelabilan,kesesuaian.
5. Proses Berfikir Arus Pikiran
o Linear : menjawab langsung sesuai pertanyaan
o Circumstance : jawaban berputar-putar dari pertanyaan yang
sebenarnya
o Tangensial : jawaban tidak berhubungan dengan pertanyaan,
terjadi bila pasien cemas atau dimensia
o Flight of idea : tampak pada mania, pikiran pasien melompat-
lompat dari satu ide ke ide lainnya yang sulit diikuti
o Asosiasi longgar : pasien menunjukan ide-ide yang tidak
berhubungan
o Pikiran Bloking : pikiran pasien tiba-tiba terhenti tanpa tujuan yang
jelas, kadang muncul pada psikosis
o Berfikir konkrit : pasien tidak dapat berfikir abstrak, sehingga
responnya ekstrim
o Preservasi : perilaku,sikap,dan pola bicara yang berulang. Sering
merupakan tanda dari disfungsi system saraf
Isi pikiran
o Waham : keyakinan pribadi yang salah (tidak rasional) yang
dipertahankan
o Waham Paranoid : keyakinan bahwa pasien sedang dikejar
kelompok tertentu
o Waham kebesaran : keyakinan bahwa pasien lebih
berbakat,terkenal daripada keadaan yang sesungguhnya.
o Waham somatik : keyakinan bahwa ada sesuatu yang salah pada
bagian tubuhnya atau ia menderita penyakit tertentu
o Waham bersama: terjadi bila salah satu anggota keluarga juga
mengalami waham yang sama
o Paranoid : perasaan kecurigaan secara umum,kecenderungan untuk
menganggap sesuatu yang diluar dirinya berbahaya
o Ide bunuh diri : pikiran yang selalu mengarah pada rasa ingin
bunuh diri
o Ide membunuh : pikiran untuk membunuh orang lain
o Ide referensi : pasien merasa pernah mengalami hal tertentu atau
pergi ke tempat tertentu
6. Intelegensi Sesuai dengan tingkat pendidikan (angka, pengetahuan umum, beda
jeruk dengan bola)
7. Persepsi o Halusinasi
o Ilusi
o Derealisasi dan depersonalisasi
8. Kemauan/volition Motivasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, berhubungan
dengan perawatan diri, pekerjaan, pergaulan social
9. Psikomotor Terdiri dari postur yaitu tonus otot tubuh pasien yang berkaitan
dengan energy dan ketegangan.

Contoh Hasil pemeriksaan status Psikiatri :


 Kesan Umum : Wanita usia 38 tahun, tampak lesu
 Kontak : verbal (+) relevan, non verbal (+)
 Kesadaran : Kualitas : CM, kualitas: normal
 Afek terbatas, emosi depresi
 Proses berfikir : bentuk realistis, arus koheren, isi pikiran memadai
 Persepsi : Normal
 Orientasi : Tempat (+), waktu (+), orang (+)
 Ingatan : Baik
 Intelegensi : baik , lulusan SLTA
 Kemauan : Menurun
 Psikomotor : menurun

C. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Diagnosis Multi aksial sesuai PPDGJ III
 Aksis I : Gangguan Klinis, kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis
 Aksis II : Gangguan Kepribadian, Retardasi Mental
 Aksis III : Kondisi Medik Umum
 Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan
 Aksis V : Penilaian Fungsi secara Global, Global Assessment of Functioning (GAF
Scale)
Contoh :
o Aksis I : Depresi tanpa ciri psikotik
o Aksis II : Tidak ada diagnosis
o Aksis III : Tidak ada diagnosis
o Aksis IV : Masalah berkaitan dengan keluarga
o Aksis V : GAF 70-61
D. Diagnosis Banding : Gangguan Afektif bipolar episode kini depresi, skizoafektif tipe kini
depresi
E. TERAPI
o Farmakologi (salah satu)
 Fluoxetin 1x10 mg
 Sertralin 1x 25 mg
 Amitriptilin 1x 25 mg

o Non farmakologi (Psikoterapi)


 Suportif ( bimbingan, reassurance berupa penenangan dan penentraman)
 Psikoedukasi mengenai kemungkinan tindakan perventif bunuh diri
 Managemen medikasi (rutin minum obat dan control teratur)
o Rujuk pasien ke dr. Sp.jiwa

STATION 2 ( JANTUNG )

Bapak usia 48 tahun, datang dengan nyeri dada sebelah kiri.


Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemasangan EKG dan Interpretasinya
3. Lakukan Sikap Profesionalisme

A. ANAMNESIS
Untuk menentukan diagnosis nyeri dada sebelah kiri, harus dilakukan pengambilan anamnesa
yang secermat-cermatnya.
KETERAMPILAN MEMBINA SAMBUNG RASA DAN MENJAGA PROSES
WAWANCARA
1. Mengucapkan salam (kontak mata, senyum)
2. Memperkenalkan diri (nama,jabat tangan,kontak mata)
3. Mempersilakan duduk (kontak mata)
4. Menanyakan nama pasien (semua Identitas) dan menyebut nama saat anamnesis
5. Menjelaskan kepada pasien bahwa kita akan mencatat hasil anamnesis mereka
6. Melakukan cross-check (memastikan kembali tujuan/keluhan)
7. Menggunakan bahasa verbal yang dipahami
8. Menggunakan bahasa non-verbal
9. Menunjukan empati (verbal/prilaku/perhatian)
10. Menjadi pendengar yang baik (tidak memotong pembicaraan)
11. Penampilan sopan dan ramah (evaluasi awal)
12. Menutup Anamnesis (memberikan pandangan sebagai dokter/resume sederhana dan
penutup dengan salam)
Menanyakan Tujuan pasien datang kemari ?
Menanyakan Identitas lengkap dan data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang
9. Nama lengkap
10. Umur
11. Jenis Kelamin
12. Alamat
13. Pekerjaan
14. Tingkat Pendidikan
15. Suku Bangsa
16. Agama
Menanyakan keluhan utama dan meyakinkan keluhan tersebut sebagai keluhan utama.
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) (SOCRATES)
1. Site (Lokasi) : Tempat sakitnya disebelah mana pak??bisa ditunjukan ? (Pasien
menunjukan pada dada sebelah kiri)
2. Onset (Mulainya) : kapan mulai nyerinya pak? (sejak 30 menit yang lalu dok)
3. Characteristik : Nyerinya seperti apa menusuk-nusuk / rasa terbakar ? (nyerinya sangat
sakit seperti tertusuk-tusuk)
4. Reffered (penjalaran nyeri/keluhan)? (nyerinya menjalar ke bahu dan terus kebawah
menuju lengan kiri atau nyeri dirasakan hingga tembus kebelakang)
5. Assosiated : hal-hal yang berhubungan dengan keluhan utama(nyeri disertai dengan rasa
sukar bernafas/sesak, pusing, kepala terasa melayang, berkeringat dingin, mual muntah)
6. Time : waktu terjadinya? (saat aktivitas/istirahat) (nyeri dada munculnya tiba-tiba saat
istirahat)
7. Endurance (memperberat/memperingan) (keluhan makin berat saat beraktivitas, akan
tetapi saat istirahat pun keluhan tidak berkurang)
8. Severity : Komplikasi?
Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)(apakah sebelumnya pernah seperti ini juga)
Keluhan serupa : Pernah mengalami nyeri dada serupa saat bermain futsal namun tidak begitu
dihiraukan karena saat dibawa istirahat keluhan nyeri dada menghilang.
Penyakit Kronis : ada riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu yang tidak terkontrol.
Riwayat pengobatan penyakit terdahulu : minum obat anti hipertensi, tetapi tidak teratur dan
jarang control ke dokter, terakhir minum obat antihipertensi 2 tahun yang lalu.
Riwayat Perawatan di rumah sakit?
Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) (penyakit yang diturunkan ex: DM,Ht,
Asma) misalnya ada ayahnya meninggal mendadak karena serangan jantung.
Menanyakan Riwayat Psikososial
Hubungan dengan suami-istri, keluarga,tetangga, teman kerja.
Riwayat Kebiasaan Pasien
Olahraga : Tidak ada (tidak teratur)
Merokok : rata-rata 12 batang perhari sejak usia 17 tahun
Diet : suka makan daging, jeroan,soto makasar, tidak sering makan sayur dan buah
JELASKAN DIAGNOSA DAN KEMUNGKINAN DD
Bapak berdasarkan gejala-gejala yang bapak sampaikan, saya dapat menyimpulkan sementara
bahwa ternyata bapak terkena penyakit……………..namun berdasarkan keluhan-keluhan bapak
tadi bapak bisa juga terjadi……DD…..jelaskan DD dari pasien.
CROSCHECK ULANG KELUHAN-KELUHAN BARU SEBUTKAN KEMUNGKINAN DD
Untuk memastikan lebih lanjut kita harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu (pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang)
Edukasi pasien (diet, aktivitas yang sesuai, merokok)
Apakah bapak/ibu ada pertanyaan ? Klo tidak ada terimakasih. Untuk menghilangkan nyeri
sementara saya memberi obat…namun saya harus merujuk bapak ke rumah sakit untuk
tindakan lebih lanjut…
Baik semoga cepat sembuh bapak.

B. CARA PEMASANGAN DAN PEMBACAAN HASIL EKG


1. CARA PEMASANGAN ALAT EKG
a. Alat
 EKG dari Fukuda model FJC-7110
 Kertas EKG
 Pasta elektroda
 Alkohol 70%
 Kapas
b. Cara Kerja
1) Persiapan alat EKG
Pada alat ini ada 2 tombol untuk power
Sebelum dimulai, kedua tombol harus dalam posisi OFF
Pada alat fakuda, didapatkan tombol pengukur pilihan sadapan dan untuk
standarisasi besarnya voltase. Tombol pengukuran pilihan sadapan digunakan
untuk semua sadapan tersebut diatas dengan cara memutar pengaturan sadapan
sesuai dengan pencatatan yang akan dikerjakan. Lakukan standarisasi sebelum
dan setelah dilakukan pencatatan EKG.
Hubungkan kabel penghubung antara EKG dan arus listrik umum.
2) Persiapan Subjek
 Pencatatan nama, umur, jenis kelamin, frekuensi olah raga serta jenis dan
jumlah rokok perhari yang dihisap
 Pengukuran BB, TB,TD,Frekuensi nadi dan respirasi
 Subjek dipersilahkan berbaring kemudian permukaan kulit berikut
dibersihkan dengan alcohol 70%
a. Bagian ventral kedua tangan dekat pergelangan tangan
b. Bagian anterolateral kedua tungkai dekat pergelangan kaki
c. Bagian dinding dada dimana elektroda unipolar precordial lead akan
ditempelkan
 Pemasangan Elektroda
Berikan sedikit pasta pada lempengan elektroda dan pasang atau tempelkan
pada kulit yang sudah dibersihkan.
Elektroda yang sudah menempel pada kulit kemudian dihubungkan dengan
kabel sbb :
1. Kabel R dipasang dipergelangan tangan kanan
2. Kabel L dipasang dipergelangan tangan kiri
3. Kabel N dipasang dipergelangan kaki kanan
4. Kabel F dipasang dipergelangan kaki kiri

Untuk Unipolar precordial lead elektroda dipasang sbb:


1. Kabel V1 (merah)  ICS IV Parasternal line dekstra
2. Kabel V2 (kuning)  ICS IV Parasternal line Sinistra
3. Kabel V3 (hijau)  Pergelangan garis lurus antara V2 & V4
4. Kabel V4 (coklat)  ICS V di Midclavicula line sinistra
5. Kabel V5 (jingga)  di linea axilaris anterior sinistra sejajar V4
6. Kabel V6 (ungu)  di linea axilaris sinistra sejajar V4
 Mengatur kecepatan kertas EKG 25 mm/detik dengan mengatur tombol
kecepatan. Kepekaan alat diatur 1 mV = 1 cm dengan menekan tombol
kepekaan sehingga input sebesar 1 mV = defleksi 1 cm.
 Lakukan Perekaman Otomatis :
1. Geser tombol (operate) keposisi A
2. Tekan tombol (star/stop)
 Atau Perekaman Manual :
1. Geser tombol (operate) keposisi A
2. Pilih lead EKG dengan tombol (lead)
3. Tekan tombol (star/stop) untuk memulai
4. Ubah ke lead lain dengan menekan tombol (lead)
5. Tekan tombol (star/stop) untuk menghentikan.

2. CARA PEMBACAAN HASIL EKG


1) Cek kalibrasi alat pada hasil EKG
2) Pastikan letak sadapan benar dengan melihat aVR gelombangnya semua terbalik
3) Cek Identitas, tensi, kecepatan respirasi dan nadi
4) Menentukan Irama Jantung Ini penting untuk diagnosis aritmia dengan
membuat lead II panjang dan harus menunjukan
irama sinus. Dikatagorikan :
 Reguler Vs irregular : menggunakan metode
pensil dan kertas dan dengan jangka
 Bradikardi Vs takikardi : menghitung denyut
jantung
 Supraventrikuler Vs ventrikuler : melihat
gelombang yang dihasilkan.
5) Menghitung denyut jantung (HR) Melihat Lead II panjang minimal 15 kotak besar
300
𝐻𝑅 =
𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
60
𝐻𝑅 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 × 0,04 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

HR= jmlh QRS komplek dalam 6 detik (30 kotak


besar) x 10
6) Regularitas gelombang
7) Menghitung aksis jantung Cara :
 Membuat garis dengan Lead 1 sebagai sumbu X
dan AVF sebagai sumbu Y
 Hitung beda potensial antara Lead 1 dan AVF
 Gambar garis pertemuan gradient (arah
depolarisasi)
 Cari sudut antara sumbu X dengan arah
𝐴𝑉𝐹
depolarisasi. (tan ∝ = )
𝐿1

8) Analisa tiap gelombang EKG pada ST Elevasi (IMA), lokasi infark berdasarkan
setiap sadapan sadapan :
 Anteroseptal : VI-V4
 Anterior ekstensif : V1-V6, I, dan aVL
 Anterolateral : V4-V6, I, dan aVL
 Anterior terbatas : V3-V5
 Inferior : II, III, dan aVF
 Lateral tinggi : I dan aVL
 Posterior murni : bayangan cermin dari
V1,V2,V3 terhadap garis horizontal.

C. RANGKUMAN TEORI JANTUNG


1. ANGINA PEKTORIS
Ciri khas angina :
 Lokasi : substernal, retrosternal, perikordial
 Sifat nyeri : sakit seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, seperti
ditusuk, diperas atau dipelintir
 Penjalaran : biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/scapula, perut, dapat ke lengan kanan juga.
 Lama nyeri : sekitar 1-3 menit, tapi bisa >10 menit
 Faktor pencetus : Latihan fisik, stress, emosi, udara dingin, sesudah makan
 Nyeri Membaik atau hilang setelah beristirahat atau pemberian nitrat
Keluhan bukan angina :
 Pleuritic pain : nyeri tajam saat bernafas dan batuk
 Nyeri terlokalisir
 Nyeri penekanan atau karena perubahan posisi
 Nyeri terus menerus berjam-jam, tidak hilang timbul
 Nyeri amat singkat, beberapa detik langsung hilang
 Penjalaran nyeri ke ekstremitas bawah
Angina Pektoris Stabil
o Gejala : timbul saat beraktivitas, hilang saat beristirahat, lama nyeri 1-3 menit, tapi
bisa >10 menit, tidak terdapat gejala sistemik (lemas, berkeringat dingin, mual,
muntah)
o Penatalaksanaan : aspirin 1 x 80-160 mg, nitrat 1-3 gram, BB (propanolol 3x20
mg), ca antagonis (nifedipin 5-10 mg/kgbb), ACEI (Captopril)
Angina pektoris tak stabil
o Gejala : timbul saat istirahat, hilang saat diberi nitrat, terdapat gejala penyerta
seperti mual, muntah, sulit bernafas, keringat dingin, cemas, lemas
o Tidak ada peningkatan enzim jantung
o Diagnosa Banding : Refluks dan spasme edophagus, ulkus peptikum, batu
empedu, gangguan musculoskeletal, nyeri pleuritik, nyeri dada non spesifik
(gangguan anxiestas)
o Penatalaksanaan : tirah baring dan monitor EKG, beri O2, Pemeriksaan tanda
vital, aspirin 160-325 mg (kunyah segera), ISDN, pasang akses vena, morphin 2,3-
5 mg, rujuk ke RS.
2. IMA
Gejala Khas Infark
 Lokasi dada bagian tengah – kiri
 Nyeri dada >20 menit
 Tidak hilang dengan istirahat maupun nitrat
 Tidak selalu dicetuskan dengan aktivitas (jadi saat istirahatpun nyeri bisa muncul
tiba2)
 Penjalaran ke leher, rahang, bahu kiri, lengan kiri, punggung
 Disertai gejala sistemik seperti mual, muntah, lemah, keringat dingin
 Ada peningkatan enzim jantung
 Ro : untuk mencari komplikasi atau penyakit terdahulu
IMA NON STEMI
o Gambaran mirip angina tidak stabil
o Nyeri dada khas infark
o EKG : depresi segmen ST 1 mm pada 2 atau lebih lead yang berhubungan
IMA STEMI
o Nyeri dada khas infark
o EKG : elevasi segmen ST 1 mm pada 2 atau lebih lead yang berhubungan
Penatalaksanaa :
 Morfin 2,5 – 5 mg
 ACEI (bila hemodinamik stabil)
 Trombolisis (hati-hati)
 Trolly emergency dan alat defibrillator standby
 Heparinisasi
 Obat-obatan : aspirin, nitrat, Ca antagonis
 Serial EKG/Enzim selang 8 jam
 Puasa 8 jam pertama (selama masih ada angina)
 Pelunak tinja dan obat penenang
 Rujuk ke RS
Komplikasi
 Hipotensi
 Gagal jantung
 Syok kardiogenik
 Edema paru akut
 Aritmia
 Perikarditis
 Emboli paru
 Blok
 Komplikasi mekanik akibat pembedahan
3. GAGAL JANTUNG
Anamnesis
o Gagal jantung kanan : asites, edema perifer
o Gagal jantung kiri : edema paru
Pemeriksaan Fisik
o Kepala leher : nafas cepat dan dalam, bendungan vena kava
o ThoraxJantung : Pembesaran jantung, suara murmur atau gallop, irama tidak
teratur, Paru : Ronki luas
o Abdomen : Hepatomegali dan asites
o Tungkai : edema, sianosis, tangan dan kaki panas dan dingin
Pemeriksaan Penunjang
o RO : CTR > 50% pada foto PA
o EKG
o Echo : hipertrofi ventrikel kiri, fungsi sistol turun, diastole terganggu
o DL dan AGD
o Kateterisasi jantung
o treadmill
Penatalaksanaan
o Non farmakologi : diet rendah garam, berhenti merokok, aktivitas sesuai
o Pengurangan beban kerja jantung (preload) : O2, diuretic (furosemid), nitrat, morfin
sulfat
o Vasodilator (menurunkan preload dan afterload) : ACEI, ARB, Hidralazine,
nitroprusside
o Inotropik : digitalis, dopamine, NE, Dobutamin
STATION 3 ( KULIT )

Kasus : Pria usia 35 tahun datang dengan keluhan bercak putih di bagian lengan kiri, dada dan
perut.
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan fisik ( Status Lokalis, Saraf Perifer, Sensibilitas)
3. Buatlah Pemeriksaan Penunjang ( Berikan ke dokternya)
4. Buat Diagnosis dan DD ( Berikan ke dokternya)
5. Lakukan Sikap Profesionalisme

A. ANAMNESIS

Perkenalan Dan Membina Sambung Rasa


Mengucapkan salam (kontak mata, senyum), Memperkenalkan diri (nama,jabat
tangan,kontak mata), Mempersilakan duduk (kontak mata), binalah hubungan yang baik.
Jelaskan pada pasien bahwa anda akan mencatat hasil anamnesis mereka. Menunjukan
empati (verbal/prilaku/perhatian) dan Menjadi pendengar yang baik dan biarkan pasien
menceritakan riwayatnya tanpa merasa di interupsi.
Identitas lengkap dan data pribadi
1. Nama lengkap
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Pekerjaan
6. Tingkat Pendidikan
7. Suku Bangsa
8. Agama
Menanyakan Keluhan Utama Pasien datang? (ada bercak putih di bagian lengan kiri,
dada dan perut)
Anamnesis keluhan utama dengan pernyataan terbuka, biarkan pasien menceritakan
keluhannya. Bila ada pertanyaan yang belum lengkap, lanjutkan anamnesis menggunakan
Prinsip Basic 7(onset, lokasi, kualitas & kuantitas, kronologi, faktor memperberat dan
memperingan, dan gejala lain yang menyertai, riwayat pengobatan sebelumnya),
Fundamental 4(RPS,RPD, RPK, dan Riwayat Sosial).
Riwayat Penyakit Sekarang
 Onset
 Lokasi
 kualitas & kuantitas
 faktor memperberat dan memperingan
 gejala lain yang menyertai
 riwayat pengobatan sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sosial
Riwayat Alergi

B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis Kulit
 Lokasi
 Efloresensi
Pemeriksaan Saraf Perifer
Saraf yang diperiksa : N. Fasialis, N.Aurikularis magnus, N.Radialis, N.Ulnaris,
N.Medianus, N.Poplitea lateralis, N.Tibialis Posterior.
Penilaian : Ada/tidaknya Pembesaran, pembesaran regular/irregular, perabaan
keras/kenyal, nyeri atau tidak. Bandingkan saraf tepi bagian kanan dan kiri.
Pemeriksaan Sensibilitas (sensorik)
Alat : kapas, jarum, tabung berisi air hangat dan dingin.
Selain diperiksa pada lesi kulit sebaiknya juga diperiksa pada kulit yang sehat
Bercak pada kulit harus diperiksa pada bagian tengahnya
Penilaian : Rasa Raba (kapas), Rasa Nyeri (jarum), Rasa Suhu (tabung reaksi)
Pemeriksaan komplikasi : ada tidanya pada region fasialis fascies leonine,
madarosis, saddle nose, lagoftalmus

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Bakteriologis
o Sediaan dari kerokan jaringan kulit
o Pewarnaan dengan BTA ZIEHL NEELSON
o Indeks bakteri menurut Ridley
 0 : Tidak ada BTA dalam 100 LP
 1+ : 1-10 BTA dalam 100 LP
 2+ : 1-10 BTA dalam 10 LP
 3+ : 1-10 BTA rata-rata dalam 1 LP
 4+ : 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
 5+ : 101-1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
 6+ : > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP

D. DIAGNOSIS DAN DD
Diagnosis Banding Bercak Keputihan
 Pitiriasis Alba
 Vitiligo
 Pitiriasis Versikolor
 Morbus Hansen

STATION 4 ( NEUROLOGI)

Kasus : Pria usia 45 tahun datang dengan keluhan merasa kebal-kebal pada separuh tubuh
sebelah kanan.
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan Fisik
3. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang yang perlu dilakukan
4. Menegakkan Diagnosis & Diagnosis Banding
5. Lakukan Sikap Profesionalisme

A. ANAMNESIS

Perkenalan Dan Membina Sambung Rasa


Mengucapkan salam (kontak mata, senyum), Memperkenalkan diri (nama,jabat
tangan,kontak mata), Mempersilakan duduk (kontak mata), binalah hubungan yang baik.
Jelaskan pada pasien bahwa anda akan mencatat hasil anamnesis mereka. Menunjukan
empati (verbal/prilaku/perhatian) dan Menjadi pendengar yang baik dan biarkan pasien
menceritakan riwayatnya tanpa merasa di interupsi.
Identitas lengkap dan data pribadi
9. Nama lengkap
10. Umur
11. Jenis Kelamin
12. Alamat
13. Pekerjaan
14. Tingkat Pendidikan
15. Suku Bangsa
16. Agama
Menanyakan Keluhan Utama Pasien datang?
Anamnesis keluhan utama dengan pernyataan terbuka, biarkan pasien menceritakan
keluhannya. Bila ada pertanyaan yang belum lengkap, lanjutkan anamnesis menggunakan
Prinsip Basic 7(onset, lokasi, kualitas & kuantitas, kronologi, faktor memperberat dan
memperingan, dan gejala lain yang menyertai, riwayat pengobatan sebelumnya),
Fundamental 4(RPS,RPD, RPK, dan Riwayat Sosial).
Riwayat Penyakit Sekarang
 Onset
 Lokasi
 kualitas & kuantitas
 faktor memperberat dan memperingan
 gejala lain yang menyertai
 riwayat pengobatan sebelumnya
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Sosial
Riwayat Trauma sebelumnya

B. PEMERIKSAAN FISIK

PERSIAPAN

1. Memperkenalkan diri, menjelaskan maksud Inform consent lisan, meminta persetujuan.


dan tujuan pemeriksaan Menilai dan menentukan letak/jenis lesi saraf

2. Meminta persetujuan pasien untuk dilakukan


pemeriksaan

3. Mempersiapkan alat-bahan Palu reflex, spatula lidah

4. Membuat pasien dalam kondisi rileks dan (ajak pasien berbicara atau dengan menekuk lutut
tidak tegang saat pemeriksaan)

PEMERIKSAAN REFLEK FISIOLOGIS TENDON

5. Refleks Tendo Biseps Saraf radiks C5-C6, pasien duduk, 2 cara :

1. Dengan telunjuk pemeriksa menekan siku,


tangan pasien ditopang paha
2. Dengan jempol pemeriksa menekan siku,
tangan pasien ditopang lengan pemeriksa

6. Refleks Tendo Triseps Saraf radiks C6-C8, topang dengan lengan


pemeriksa, ketuk diatas insersi proc.olekranon
ulna sejauh ½ inchi diatas siku

7. Refleks Tendo Brachiadialis Tendon radius di pertengahan tangan (sejajar


jempol)
8. Refleks Tendo Patela Radiks L2-L4, tendon patella (positive=kontraksi
kuadrisep dan ekstensi lutut)

9. Refleks Tendo Achilles Radiks S1-S2, ketuk pada posterior kalkaneus


dengan menekuk kaki dorsofleksi (positif=fleksi
plantar pergelangan kaki)

10. Melakukan pemeriksaan pada ektremitas


kanan dan kiri serta bandingkan

PEMERIKSAAN REFLEKS FISIOLOGIS SUPERFISIALIS

11. Reflek superfisialis abdomen Horizontal, lateral-medial (umbilicus)

Untuk integritas nervus cutaneus

PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

12. Refleks Babinski L5-S2, gores telapak kaki lateral dari posterior ke
anterior (babinski=ekstensi ibu jari kaki,
pengembangan jari kaki), timbul pada lesi traktus
cortikospinalis, intoksikasi obat2an, alkohol

13. Refleks Chaddock Gores dorsum pedis bagian lateral, sekitar


malleolus lateralis dari posterior ke anterior. Sama
dengan respon babinski

14. Refleks Oppenheeim Pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke


distal. Sama dengan respon babinski

15. Refleks Gordon Tekan betis secara keras

16. Refleks Scaffer Memencet tendon achiles dengan keras

17. Refleks Gonda Penekukan (planta fleksi) jari kaki ke-4

18. Refleks Stransky Penekukan (lateral) jari kaki ke-5

19. Refleks Rossolimo Pengetukan telapak kaki. Respon = fleksi jari kaki
pada sendi interphalangealnya

20. Refleks Hoffman Goresan pada kuku jari tengah. Respon = ibu jari,
telunjung, dan jari lain ber fleksi

21. Refleks Tromner Colekan pada ujung jari tengah. Respon Hoffman
22. Refleks Leri Fleksi maksimal pergelangan tangan. Respon
tidak terjadi fleksi di sendi siku

23. Refleks Mayer Fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak
tangan. Respon tidak terjadi oposisi ibu jari.

24. Melakukan pemeriksaan pada ekstremitas


kanan dan kiri serta membandingkannya.

PEMERIKSAAN FUNGSI KOORDINASI

Gangguan akibat disfungsi serebelum, sistem motorik, sistem ekstrapiramidal, gangguan


psikomotorik, gangguan tonus, gangguan sensorik, sistem vestibular, dll

25. jari ke hidung Jari kedua tangan

26. gerakan ujung jari yang beganti-ganti Secepat mungkin

27. gerakan telapak tangan yang beganti-ganti Buka mata, tutup mata, secepat mungkin

28. Tumit ke Lutut Lutut menurunin tulang kering ke bawah

29. Romberg Gaya titanic, tutup mata

30. gaya berjalan Perhatikan postur, keseimbangan, ayunan tangan


dan gerakan kaki.

Jalan diatas tumit, Jalan diatas jari kaki, Tandem


Walking, Jalan lurus lalu berputar, Jalan Mundur,
Hopping, Berdiri dengan satu kaki,

31. Melakukan pemeriksaan pada ekstremitas


kanan-kiri serta membandingkan

32. Mencatat semua hasil pemeriksaan Nama pasien, tanggal pemeriksaan, hasil secara
umum.

Pemeriksaan Meningeal Sign


1. Kaku Kuduk Cara : Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan
agar dagu mencapai dada. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan
dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat bersifat ringan
atau berat.
Hasil :
Normal  leher dapat bergerak dengan mudah, dagu dapat menyentuh
atas sternum, atau fleksi leher.
Kaku kuduk : adanya rigiditas leher dan keterbatasan gerakan fleksi leher.
Arti klinis : Meningitis, meningoensefalitis, SAH, Karsinomameningeal
2. Kernig Sign Cara : pasien yang sedang berbaring di fleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai
bawah di ekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut
>135 derajat terhadap paha.
Hasil :
Positive : bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari
sudut 135 derajat.
Normal : Lutut dapat diluruskan tanpa kesulitan
Klinis : adanya iritasi meningen, bila unilateral dapat disebabkan karena
iritasi radiks atau HNP
BRUDZINSKI SIGN
Tanda Leher menurut Cara : pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang
Brudzinski ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, tangan
pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan di dada pasien untuk
mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien di fleksikan
sehingga dagu menyentuh dada.
Hasil Positif : bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di
sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
Tanda Tungkai lateral Cara : Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang
Menurut Brudzinski difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas di ekstensikan pada
sendi panggul.
Hasil Positif : bila timbul secara reflektori berupa fleksi tungkai
kontralateral pada sendi lutut dan panggul.
Tanda Pipi menurut Penekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zygomatikus akan
Brudzinski disusul oleh gerakan fleksi secara reflektori di kedua siku dengan gerakan
reflektori keatas sejenak dari kedua tangan
Tanda Simfisis Pubis Penekanan pada simfisis pubis akan disusul oleh timbulnya gerakan fleksi
menurut Brudzinski secara reflektori pada kedua tungkai disendi lutut dan panggul.
Tanda Laseque Cara : Pasien berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan),
kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian
pinggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan
ekstensi (lurus).
Hasil :
Normal : dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum timbul rasa sakit dan
tahanan.
Positif : bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai sudut
70 derajat. Namun pada pasien lanjut usia diambil patokan 60 derajat.
Pemeriksaan Saraf Kranialis
1. N. Olfaktorius (I) Untuk menguji saraf olfaktorius digunakan bahan yang tidak
merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau rempah-rempah.
Letakkan salah satu bahan-bahan tersebut di depan salah satu
lubang hidung orang tersebut sementara lubang hidung yang lain
kita tutup dan pasien menutup matanya. Kemudian pasien diminta
untuk memberitahu saat mulai terhidunya bahan tersebut dan
kalau mungkin mengidentifikasikan bahan yang di hidung.
2. N. Optikus (II) Pemeriksaan meliputi :
 penglihatan sentral (Visual acuity)diperiksa dengan kartu
snellen, jari tangan, dan gerakan tangan
 penglihatan perifer (visual field) diperiksa dengan tes
konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri
 refleks pupil
 pemeriksaan fundus okuli alat oftalmoskop
 tes warna mengetahui adanya polineuropati pada n. optikus
3. N. Okulomotorius (III) Pemeriksaan meliputi
 Ptosis
 Gerakan bola mata
 Pupil
4. N. Troklearis (IV) Pemeriksaan meliputi :
a. gerak mata ke lateral bawah
b. strabismus konvergen
c. diplopia

5. N. Trigeminus (V) Pemeriksaan meliputi


 Sensibilitas  Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik,
maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada ketiga
cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu
dengan sisi yang lain. Mula-mula tes dengan ujung yang
tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua
matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit,
pasien ditanya apakah terasa tajam atau tumpul. Hilangnya
sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul
 Motorik Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya
atrofi otot-otot temporalis dan masseter. Kemudian pasien
disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya
kontraksi masseter diatas mandibula. Kemudian pasien
disuruh membuka mulutnya (otot-otot pterigoideus) dan
pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha
menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik
menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi yang lemah (yang
terkena).
 Refleks Refleks kornea, Refleks masseter
6. N. Abdusens (VI) Pemeriksaan meliputi gerakan mata ke lateral, strabismus
konvergen dan diplopía, tanda-tanda tersebut maksimal bila
memandang ke sisi yang terkena dan bayangan yang timbul
letaknya horizonatal dan sejajar satu sama lain.
7. N. Fasialis (VII)  Asimetri wajah penurunan sudut mulut unilateral dan
kerutan dahi menghilang serta lipatan nasolabial, tetapi pada
kelumpuhan nervus fasialis bilateral wajah masih tampak
simetrik
 Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah).
Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang
disentuhkan pada salah satu sisi lidah.
 Hiperakusis. Jika ada kelumpuhan N. Stapedius yang melayani
otot stapedius maka suara-suara yang diterima oleh telinga
pasien menjadi lebih keras intensitasnya.
8. N. Vestibulokoklearis  Pemeriksaan pendengaran Tes Rinne, Tes Weber
(VIII)
 Pemeriksaan Fungsi Vestibuler Pemeriksaan fungsi
vestibuler meliputi : nistagmus, tes romberg dan berjalan lurus
dengan mata tertutup, head tilt test (Nylen – Baranny, dixxon –
Hallpike) yaitu tes untuk postural nistagmus.
9. N.Glosofaringeus (IX)  Pasien disuruh membuka mulut dan inspeksi palatum dengan
10. N. Vagus (X) senter perhatikan apakah terdapat pergeseran uvula, kemudian
pasien disuruh menyebut “ah” jika uvula terletak ke satu sisi
maka ini menunjukkan adanya kelumpuhan nervus X unilateral
perhatikan bahwa uvula tertarik kearah sisi yang sehat.
 tes refleks muntah dengan lembut (nervus IX adalah komponen
sensorik dan nervus X adalah komponen motorik). Sentuh
bagian belakang faring pada setiap sisi dengan spacula, jangan
lupa menanyakan kepada pasien apakah ia merasakan sentuhan
spatula tersebut (N. IX) setiap kali dilakukan
11. N. Asesorius (XI) Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien
mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot trapezius
dan usahakan untuk menekan bahunya ke bawah, kemudian
pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan
(tangan pemeriksa) dan juga raba massa otot sternokleido
mastoideus.
12. N. Hipoglosus (XII) Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara; Inspeksi lidah dalam
keadaan diam didasar mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi
(kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik). Fasikulasi
dapat unilateral atau bilateral.
Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi
yang lemah (terkena) jika terdapat lesi upper atau lower
motorneuron unilateral.
Lesi UMN dari N XII biasanya bilateral dan menyebabkan lidah
imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN bilateral dari N. IX. X, XII
disebut kelumpuhan pseudobulbar.

Pemeriksaan Motorik (MMT)


5 = Menahan tahanan secara kuat
4= Bisa menahan ringan
3= Dapat melawan gravitasi namun tidak lama
2= hanya dapat menggeser saja
1=Hanya ada kedutan otot

Pemeriksaan Sensoris
 Alat : kapas, jarum, tabung berisi air hangat dan dingin.
 Selain diperiksa pada lesi kulit sebaiknya juga diperiksa pada kulit yang sehat
 Penilaian : Rasa Raba (kapas), Rasa Nyeri (jarum), Rasa Suhu (tabung reaksi)

STATION 5 ( AKDR )

Kasus : Ibu usia 32 tahun, sedang haid, keputihan (-), Tanda-tanda Vital dalam batas normal,
datang ingin memasang AKDR
Pertanyaan :
1. Lakukan Pemasangan AKDR
2. Lakukan Edukasi Pasca Pemasangan
3. Lakukan Sikap Profesionalisme

PEMASANGAN AKDR
Perkenalan dan Persetujuan
1. Perkenalkan diri anda pada pasien dan mintalah izin untuk melakukan pemeriksaan. Jelaskan
pemeriksaan apa saja yang akan dilakukan. Beritahukan kepada pasien bahwa ada
kemungkinan pasien akan merasa sedikit sakit.
Persiapan
2. Siapkan peralatan dan instrument yang diperlukan sebelum melakukan tindakan, yaitu :
o Bivalve speculum
o Tenakulum
o Sonde uterus
o Forsep/korentang
o Gunting
o Mangkuk untuk larutan antiseptic
o Sarung tangan steril
o Cairan antiseptic (povidon iodine) untuk membersihkan servik
o Kasa atau kapas
o Sumber cahaya yang cukup
o AKDR (Cooper T 380 A IUD)
3. Siapkan pasien. Pastikan pasien sudah mengosongkan kandung kemihnya dan mencuci area
genitalia dengan menggunakan sabun dan air. Minta pasien berbaring diatas tempat tidur.
Pemeriksaan Panggul
4. Cuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun, keringkan dengan handuk bersih
5. Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan, atau kelainan alainnya di daerah
suprapubik
6. Kenakan kain penutup pada pasien untuk pemeriksaan panggul
7. Atur arah sumber cahaya untuk melihat serviks
8. Pakai sarung tangan steril
9. Atur penempatan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam wadah steril atau
DTT
10. Lakukan inspeksi pada genitalia eksterna (nilai warna, ulserasi, benjolan)
11. Palpasi kelenjar skene dan bartolin, amati adanya nyeri atau duh (discharge) vagina
12. Masukan speculum vagina
13. Lakukan pemeriksaan inspekulo:
o Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina
o Inspeksi serviks, nilai adanya ulserasi, perdarahan, atau massa
14. Keluarkan speculum dengan hati-hati, tutup speculum dan tarik keluar. Letakkan kembali
pada tempat semula dengan tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan.
15. Lakukan pemeriksaan bimanual : tangan kiri di abdomen, masukan dua jari tangan kanan ke
dalam vagina
o Pastikan gerakan serviks bebas
o Tentukan besar dan arah uterus
o Pastikan tidak ada kehamilan
o Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
16. Lakukan pemeriksaan retrovagina (bila ada indikasi) :
o Kesulitan menentukan besar uterus retroversi
o Adanya tumor pada kavum Douglasi
17. Celupkan dan bersihkan sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% kemudian buka secara
terbalik dan rendam dalam klorin
Tindakan Pra-Pemasangan
18. Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan pasien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan serta persilahkan pasien untuk mengajukan pertanyaan
19. Masukan lengan AKDR Cu T 380A didalam kemasan sterilnya
 Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat ke belakang
 Masukkan pendorong ke dalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
 Letakkan kemasan pada tempat yang datar
 Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
 Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan
sehingga lengan akan melipat
 Setelah lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari
bawah lipatan lengan
 Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukan lengan AKDR yang
sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter
Prosedure Pemasangan AKDR
20. Pakai sarung tangan steril
21. Pasang speculum vagina untuk melihat serviks
22. Usap vagina dan servik dengan larutan antiseptic 2 sampai 3 kali
23. Jepit serviks dengan tenakulum secara hati-hati
24. Masukan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh (no touch technique) yaitu secara
hati-hati memasukan sonde ke dalam kavum uteri dengan sekali masuk tanpa menyentuh
dinding vagina ataupun bibir speculum
25. Tentukan arah dan kedalaman kavum uteri dan keluarkan sonde
26. Ukur kedalaman kavum uteri pada tabung inserter yang masih berada di dalam kemasan
sterilnya dengan menggeser leher berwarna biru pada tabung inserter, kemudian buka
seluruh plastic penutup kemasan
27. Angkat tabung AKDR dari kemasannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati-
hati jangan sampai pendorongnya terdorong
28. Pegang tabung AKDR dengan leher berwarna biru dalam posisi horizontal (sejajar lengan
AKDR), Sementara melakukan tarikan hati-hati pada tenakulum, masukan tabung inserter ke
dalam uterus sampai lengan berwarna biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya
tahanan.
29. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan satu tangan
30. Lepaskan lengan AKDR dengan menggunakan teknik withdrawal atau menarik keluar
tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan tetap menahan pendorong.
31. Keluarkan pendorong, kemudian tabung inserter didorong kembali ke serviks sampai leher
berwarna biru menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan
32. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang AKDR ± 3-4 cm
33. Keluarkan seluruh tabung inserter, buang ke tempat sampah terkontaminasi
34. Lepaskan tenakulum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
35. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan
kasa selama 30-60 detik
36. Keluarkan speculum dengan hati-hati, rendam dalam larutan klorin 0,5%
Tindakan Pasca Pemasangan AKDR
37. Rendam seluruh peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi
38. Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kasa, sarung tangan sekali pakai) ke
dalam tempat yang sudah disediakan
39. Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
bersihkan cemaran pada sarung tangan, buka secara terbalik dan rendam dalam larutan
klorin 0,5%
40. Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
41. Pastikan pasien tidak mengalami kram berat dan amati selama 15 menit sebelum
memperbolehkan pasien pulang
Konseling Pasca Pemasangan
42. Ajarkan pasien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
43. Jelaskan kepada pasien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
44. Beritahu kepada pasien kapan harus datang kembali ke klinik untuk control
45. Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A dalam 10 tahun
46. Yakinkan pasien bahwa ia dapat ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi,
pemeriksaan medik, atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut
47. Minta pasien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
48. Lengkapi rekam medic dan kartu AKDR pasien.

STATION 6 ( PARU )

Kasus : Laki-laki usia 38 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan batuk.


Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis
2. Lakukan Pemeriksaan Fisik Paru secara Sistematis
3. Menegakkan Diagnosis & DD
4. Pemeriksaan Penunjang yang di perlukan ( Berikan ke dokter )
5. Hasil Pemeriksaan Penunjang (Interpretasi)
6. Buatlah Regimen Pengobatan

A. ANAMNESIS

Untuk menentukan diagnosis nyeri dada sebelah kiri, harus dilakukan pengambilan anamnesa
yang secermat-cermatnya.

KETERAMPILAN MEMBINA SAMBUNG RASA DAN MENJAGA PROSES


WAWANCARA
1. Mengucapkan salam (kontak mata, senyum)
2. Memperkenalkan diri (nama,jabat tangan,kontak mata)
3. Mempersilakan duduk (kontak mata)
4. Menanyakan nama pasien (semua Identitas) dan menyebut nama saat anamnesis
5. Menjelaskan kepada pasien bahwa kita akan mencatat hasil anamnesis mereka
6. Melakukan cross-check (memastikan kembali tujuan/keluhan)
7. Menggunakan bahasa verbal yang dipahami
8. Menggunakan bahasa non-verbal
9. Menunjukan empati (verbal/prilaku/perhatian)
10. Menjadi pendengar yang baik (tidak memotong pembicaraan)
11. Penampilan sopan dan ramah (evaluasi awal)
12. Menutup Anamnesis (memberikan pandangan sebagai dokter/resume sederhana dan penutup
dengan salam)
Menanyakan Tujuan pasien datang kemari ?
Menanyakan Identitas lengkap dan data pribadi yang berkaitan dengan latar belakang
1. Nama lengkap
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Alamat
5. Pekerjaan
6. Tingkat Pendidikan
7. Suku Bangsa
8. Agama
Menanyakan keluhan utama dan meyakinkan keluhan tersebut sebagai keluhan utama.
Menanyakan Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
1. Onset Batuk akut (< 3 minggu) : Paling sering disebabkan oleh ISPA (common
cold, sinusitis bacterial akut, pertusis), Pneumonia, emboli paru atau
penyakit jantung kongestif
Batuk Subakut (3-8 minggu) : paling sering karena post infeksi,
inflamasi jalan nafas yg persisten. Jika bukan karena post infeksi
pikirkan yg lain
Batuk Kronis (> 8 minggu) : Pada perokok pikirkan PPOK atau
karsinoma bronkogenik. Pada non perokok dengan foto thorak normal
dan tidak mengkonsumsi ACEI, penyebab tersering adalah post nasal
drip, bronchitis eosinofilik (jika tidak ada asma) dan GERD
2. Kualitas Karakteristik dahak, warna, kuantitas,bau, darah, volume.
Bisa membedakan Hemoptisis, hematemesis, epitaksis
Hemoptisis : tidak didahului mual atau muntah. Darah dari salura cerna
lebih gelap dgn pH asam.
Sputum Purulen : bronchitis, bronkiektasis, pneumonia
Sputum purulen bercak darah, berbau busuk : abses paru
3. Kuantitas Seberapa sering batuk terjadi, kapan batuk sering kali muncul? Terus
menerus?Malam saja atau pagi saja?
4. Kronologis Perkembangan penyakit : memburuk,menetap atau membaik?
Gambaran Bronkitis : Hemoptisis dengan gambaran bercak darah
disertai sputum yang mukopurulen atau purulen.
Gambaran bronchitis kronis eksaserbasi akut : Produksi sputum kronik
dengan episode akut, peningkatan jumlah sputum atau perubahan warna
sputum.
Gambaran Emboli paru : Hemoptisis yang diikuti onset yang akut dari
nyeri dada pleura dan sesak.
5. Faktor yang memperberat dan memperingan/ ada factor pencetus atau tidak ?saat aktivitas?
Udara/lingkungan? Apabila istirahat atau minum obat batuk hilang atau tidak?
6. Keluhan lain o Gejala terkait : nyeri dada pleuritik, sesak nafas, post nasal drip,
mengi, suara serak
o Gejala sistemik : demam, menggigil, keringat malam
o Demam dan batuk produktif mengarah pada infeksi
o Penurunan berat badan yang signifikan dapat mengarah pada
keganasan atau infeksi kronik seperti tuberculosis atau bronkiektasis
o Nyeri ulu hati atau nyeri perut : menyingkirkan kemungkinan
hematemesis.
7. Riwayat pengobatan dan pemeriksaan yang sudah dilakukan pasien
Menanyakan Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
 Sebelumnya pernah sakit seperti ini atau tidak ?
 Punya riwayat alergi atau tidak?
 Riwayat gangguan perdarahan sebelumnya ada atau tidak?
Menanyakan Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)
Ada tidaknya riwayat batuk lama atau pengobatan lama di keluarga atau lingkungan sekitar
Ada tidaknya kanker paru di keluarga
Menanyakan Riwayat SOSIAL
 Riwayat Merokok
 Paparan asbestosis
 Minum alcohol atau tidak
 Lingkungan pekerjaan / rumah ( debu, ventilasi, sinar matahari, hubungan dengan keluarga
& teman)
JELASKAN DIAGNOSA DAN KEMUNGKINAN DD
Bapak berdasarkan gejala-gejala yang bapak sampaikan, saya dapat menyimpulkan sementara
bahwa ternyata bapak terkena penyakit……………..namun berdasarkan keluhan-keluhan bapak tadi
bapak bisa juga terjadi……DD…..jelaskan DD dari pasien.
CROSCHECK ULANG KELUHAN-KELUHAN BARU SEBUTKAN KEMUNGKINAN DD
Untuk memastikan lebih lanjut kita harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu (pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang)
Edukasi pasien
 Apakah pasien tau tentang TB?Pengertiannya?
 Gejala2 nya
 Penyebabnya?
 Menular (melalui percikan air liur, ditularan melalui udara yang di hirup
 Pencegahan : Batuk jgn disembarang tempat (memakai tempat khusus, ditutup saat batuk),
ventilasi rumah & penyinaran, makan2an bergizi, tempat tidur dijemur, tidur dipisahkan dari
anak2, istirahat dari pekerjaan (cuti kerja)
Apakah bapak/ibu ada pertanyaan ? Klo tidak ada terimakasih.
Baik semoga cepat sembuh bapak.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Perkenalkan diri, menjelaskan tujuan dan teknik pemeriksaan, dan meminta izin pada pasien
2. Tanda Vital Batuk berdahak disertai darah (hemoptisis) dikatakan mengancam nyawa
bila ≥100 ml/24 jam, menyebabkan gangguan pertukaran gas/obstruksi
jalan nafas atau instabilitas hemodinamik.
Suhu febris pada kasus sputum purulen berbercak darah dapat mengarah
pada pneumonia
3. Hidung dan Mencari sumber perdarahan dan untuk memastikan saluran nafas masih
tenggorokan paten
4. Leher Distensi vena jugular dapat menandakan edema paru yang dapat
menyebabkan batuk

5. Pemeriksaan INSPEKSI
Dinding Dada  Melakukan inspeksi menyeluruh pada dinding dada (permukaannya,
Anterior tanda-tanda inflamasi, pembesaran organ,dsb)
 Mengamati pergerakan dinding dada (simetris atau tidak)
 Menginspeksi daerah suprasternal dan fossa supraklavikula (ada atau
tidak retraksi dan kelainan lain)
 Menginspeksi ruang interkosta (ada tidaknya retraksi, dsb)
PALPASI
 Mempalpasi sternal notch
 Menentukan letak trakea (ada deviasi atau tidak)
 Mencari angulus sternalis
 Meraba ICS sampai kebawah lateral
 Meraba fossa supra dan infraklavikula untuk mencari pembesaran
kelenjar dan kelainan lain
 Membandingkan pergerakan dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah)
 Membandingkan fremitus dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah) (pasien disuruh bilang “88”)
PERKUSI
 Melakukan perkusi ICS secara sistematis kanan ke kiri, dan atas ke
bawah pada daerah yang benar (sebutkan suara yang dihasilkan)
 Menentukan batas paru-hepar
AUSKULTASI
 Melakukan auskultasi suara nafas dengan membrane secara benar dan
sistematis
 Sebutkan suara yang didengar kalau ga kedengaran pasien disuruh
inspirasi
6. Dinding Dada INSPEKSI
Posterior  Melakukan inspeksi menyeluruh pada dinding thorak posterior
 Menentukan bentuk vertebrae dan letak skapula
PALPASI
 Membandingkan pergerakan dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah)
 Membandingkan fremitus dinding dada pada 3 tempat (atas, tengah,
bawah) (pasien disuruh bilang “88”)
PERKUSI
 Melakukan perkusi ICS secara sistematis kanan ke kiri, dan atas ke
bawah pada daerah yang benar (sebutkan suara yang dihasilkan)
 Menentukan batas pengembangan paru pasien disuruh inspirasi, ga
pakai tahan nafas
AUSULTASI
 Melakukan auskultasi suara nafas dengan membrane secara benar dan
sistematis
 Sebutkan suara yang didengar kalau ga kedengaran pasien disuruh
inspirasi

POIN PENTING
o Saat Inspirasi dan palpasi pasien duduk
o Saat Perkusi dan auskultasi dinding dada anterior pasien tidur
o Saat pemeriksaan dinding posterior, pasien di suruh memeluk bantal tunggu konfirmasi
dokternya.

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi (leukositosis), penurunan
trombosit, waktu protrombin, INR (penggunaan antikoagulan,
gangguan koagulasi), analisis gas darah (hipoksia, hiperkarbia), D-
dimer (meningkat pada emboli paru)
Sputum o Gram dan kultur sputum : untuk menilai organism (pneumonia,
abses paru)
o Sitologi sputum : pada kasus dengan risiko kanker paru (usia > 40
tahun dan atau riwayat merokok)
o Sputum BTA : Kasus dicurigai TB paru. Cara pengambilan dahak 3
kali (SPS)
 Sewaktu/Spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
 Pagi (Keesokan harinya)
 Sewaktu/spot (pada saat mengantarkan)
Rontgen Thorak Cara Pembacaan Foto Thorak :
1. Kelengkapan Identitas (nama,umur,jenis kelamin, nomor foto
rontgen,tanda R/L, dan ada klinisnya)
2. Menilai kelayakan foto (layak baca/tidak)
3. Membaca foto thorak dari luar ke dalam
a. Soft tissue, nilai ketebalannya, ada swelling/tidak
b. Tulang, cari ada/tidaknya diskontinuetas,lesi litik dan sklerotik
c. Pleura, ada tidaknya cairan atau udara di cavum pleura, nilai
sinus costophrenicus, sinus cardiophrenicus
d. Pulmo (Parenkim paru, Corakan Bronkovaskuler, keadaan
Hilus)
e. Jantung (hitung CTR, normalnya pada posisi PA <50%
f. Diafragma

Kriteria foto thorak yang baik harus memenuhi :


 Dapat dilihat kedua klavikula lurus atau miring
 Scapula seluruh ada diluar lapangan paru
 Batas atas adalah vertebra C6 dan batas bawahnya vertebra T4
 Trakea terletak di tengah
 Foto harus simetris kiri dan kanan baik organ maupun tulang,
sudut costophrenicus terlihat jelas
 Inspirasi maksimum, kosta VI memotong diafragma ditengah-
tengah
 Film harus kontras, ada perbedaan hitam dan putih sehingga
ada gradasi densitas tulang dan jaringan lunak.
CT Scan thorak Untuk mengidentifikasi karsinoma bronkogenik yang kecil dan
bronkiektasis. CT scan dengan kontras dapat mengidentifikasi lesi
vaskuler, seperti aneurisma dan malformasi arteriovenosus
Bronkoskopi Dapat sebagai alat diagnostic dan terapetik. Bronkoskopi dapat
dilakukan 24-48 jam menunggu kondisi pasien stabil atau segera saat
terjadi perburukan. Bronkoskopi fiberoptik sangat berguna dalam
menentukan lokasi perdarahan dan gambaran lesi endobronkial.
Angiografi paru Untuk memvisualisasi anatomi arteri bronchial dan non bronchial pada
kasus yang dicurigai emboli paru.

D. PENGOBATAN TB PARU
o Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid dan Etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan)
Diberikan kepada :
 Penderita baru TBC paru
 Penderita TBC ekstra paru
o Kategori 2 : 2HRZE/HRZE/5H3R3Z3
Diberikan kepada :
 Penderita kambuh
 Penderita gagal terapi
 Penderita dengan pengobatan setelai lalai minum obat
o Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada : Penderita BTA (+) dan Rontgen paru mendukung aktif.

Dosis Obat Anti Tb (OAT)

Obat Dosis harian Dosis 2x/minggu Dosis 3x/minggu


(mg/KgBB/hari) (mg/KgBB/hari) (mg/KgBB/hari)
Isoniazid (H) 5-15(maks 300 mg) 15-40(maks 900 mg) 15-40(maks 90 mg)
Rifampisin (R) 10-20(maks 600 mg) 10-20(maks 600 mg) 15-20 (maks 600 mg)
Pirazinamid (Z) 15-40(maks 2 gram) 50-70(maks 4 gram) 15-30(maks 3 gram)
Etambutol (E) 15-25(maks 2,5 gram) 50 (maks 2,5 gram) 15-25(maks 2,5 gram)
Streptomisin (S) 15-40 (maks 1 gram) 25-40 (maks 1,5 gr) 25-40(maks 1,5 gram)
BSO : H= 300 mg/tab, R=600 mg/tab, Z=500 mg/tab, E=500 mg/tab, S= 1 gram/injeksi, Vit B6=
10 mg/tab/hari.

Dosis dan Aturan Pakai FDC untuk pasien Kategori 1

Berat Badan (Kg) Tahap Intensif per Hari Tahap Lanjutan


Selama 56 hari 3kali/minggu
Selama 16 minggu
30-37 2 tablet 4FDC 2 tablet 2FDC
38-54 3 tablet 4FDC 3 tablet 2FDC
55-70 4 tablet 4FDC 4 tablet 2FDC
≥ 71 5 tablet 4FDC 5 tablet 2FDC

Dosis dan Aturan Pakai FDC untuk pasien Kategori 2

Berat Badan (Kg) Tahap Intensif Per Hari Tahap Lanjutan


3 kali/minggu
Selama 20 minggu
Selama 56 Hari Selama 28 Hari
30-37 2 tab 4FDC + 500 mg 2 tab 4FDC 2 tab 2FDC + 2 tab
Streptomisin injeksi Etambutol
38-54 3 tab 4FDC + 750 mg 3 tab 4FDC 3 tab 2FDC + 3 tab
Streptomisin injeksi Etambutol
55-70 4 tab 4FDC + 1000 4 tab 4FDC 4 tab 2FDC + 4 tab
mg Streptomisin Etambutol
injeksi
≥ 71 5 tab 4FDC + 1000 5 tab 4FDC 5 tab 2FDC + 5 tab
mg Streptomisin Etambutol
injeksi

Dosis dan Aturan Pakai FDC untuk Anak

Berat Badan (Kg) Tahap Intensif Per Hari Tahap Lanjutan Per Hari
Selama 2 bulan Selama 4 bulan
≤7 1 tablet 3FDC 1 tablet 2FDC
8-9 1,5 tablet 3FDC 1,5 tablet 2FDC
10-14 2 tablet 3FDC 2 tablet 2FDC
15-19 3 tablet 3FDC 3 tablet 2FDC
20-24 4 tablet 3FDC 4 tablet 2FDC
25-29 5 tablet 3FDC 5 tablet 2FDC

STATION 7 ( IMUNISASI)

Kasus : Seorang ibu membawa bayinya usia 2 bulan, BB 5 kg, lahir di rumah sakit, datang untuk
imunisasi.
Pertanyaan :
1. Lakukan Anamnesis yang sesuai
2. Berikan Imunisasi yang sesuai
3. Edukasi pasca imunisasi
4. Isilah KMS

A. ANAMNESIS
1. Mengucapkan salam (kontak mata, senyum), Memperkenalkan diri (nama,jabat
tangan,kontak mata), Mempersilakan duduk (kontak mata).
2. Menanyakan Tujuan pasien datang kemari ?
3. Menanyakan nama ibu dan bayinya (semua Identitas)
4. Menanyakan Riwayat Kelahiran (lahir dirumah atau di rumah sakit)
5. Menanyakan Kondisi atau ada tidaknya keluhan dari si bayi (sedang sakit atau tidak)
6. Memeriksa kartu imunisasi dan menentukan imunisasi yang akan diberikan
7. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan serta minta persetujuan dari ibu pasien
8. Menyiapkan ibu dan anak untuk tindakan imunisasi

B. KETERAMPILAN IMUNISASI
PROSEDUR PERSIAPAN IMUNISASI
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Periksa obat-obatan imunisasi (tanggal vial,VVM)
3. Melakukan shake test (untuk DPT, TT, Hep B)
 Siapkan sampel yang akan digunakan sebagai control
 Pilih sampel yang akan diuji
 Kocok sampel control dan tes
 Pegang sampel control dan tes secara bersamaan satu tangan, kocok dengan kuat
selama 10-15 detik
 Diamkan kedua vial dan letakkan diatas meja, didepan cahaya, bandingkan
kecepatan pengendapannya
 Bila sampel tes mengendap lebih lambat dari control, kemungkinan sample tes
tidak membeku
PROSEDUR IMUNISASI
1. Mencuci tangan
2. Pakai sarung tangan
3. Teteskan Vaksin Polio
4. Lakukan injeksi BCG ID (Lihat keterampilan Injeksi)
5. Lakukan injeksi hepatitis IM (Lihat keterampilan Injeksi)
6. Lakukan injeksi DPT IM (Lihat keterampilan Injeksi)
7. Lakukan injeksi campak SC (Lihat keterampilan Injeksi)
8. Catat waktu, lokasi dan dosis
9. Sampaikan edukasi pada ibu tentang tindakan pasca imunisasi dan jadwal imunisasi
berikutnya
10. Simpan kembali obat imunisasi
11. Tempatkan alat injeksi pada container disposible

C. INJEKSI INTRA DERMAL (ID)


1. Indikasi
a. Skin test
b. Uji tuberculin
c. Imunisasi BCG, rabies
d. Anestesi lokal
2. Alat dan Bahan
a. Obat
b. Kapas alcohol
c. Tuberculin syringe (syringe 1 ml)
d. Jarum ukuran 25-27 gauge (0,5 inchi)
3. Daerah injeksi
a. Sama dengan subkutan + dada atas & lengan bawah volar
b. BCG : belakang lengan atas
c. Uji tuberculin : volar lengan bawah
4. Dosis
a. Skin test : 0,1 ml
b. BCG : 0,05 ml apabila usia <12 bulan & 0,1 ml bila usia >12 bulan
5. Intradermal skin reaction
a. 0 : no reaction
b. +1 : eritema
c. +2 : eritema, lesi yang elevasi atau papul diameter > 5mm
d. +3 : eritema, papula, vesikel diameter >5 mm
e. +4 : blister luas >5mm
6. Uji Mantoux ( evaluasi 48-72 jam)
a. Indurasi : 0-4 mm, uji mantoux negative, arti klinis : tidak ada infeksi m.tb
b. Indurasi : 3-9 mm, meragukan, karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan m.atipik,
setelah vaksin BCG
c. Indurasi > 10 mm (pada anak gizi baik), >5 mm (gizi buruk)positif, artinya
sedang/pernah terinfeksi m.tb

PROSEDUR INJEKSI ID
1. Posisikan pasien dengan nyaman, letakkan lengan bawah atau atas pada tempat
yang datar, tentukan lokasi penyuntikan
2. Siapkan spuit dan jarum
3. Siapkan bahan injeksi
4. Bersihkan tutup vial dengan alcohol
5. Arahkan vial ke bawah, tusuk dengan jarum
6. Masukkan larutan yang akan digunakan ke dalam syringe
7. Keluarkan udara yang ada di dalam syringe dengan mendorong penekan syringe
8. Pakai sarung tangan steril
9. Lakukan tindakan asepsis dengan kapas alcohol, dari dalam keluar, biarkan alcohol
mengering sebentar
10. Pegang spuit dengan tangan dominan, lepaskan penutupnya
11. Regangkan kulit dengan cara : lengan bawahletakkan tangan dibawah lengan
pasien, tarik kulit dengan ketat dengan ibu jari dan telunjuk
12. Saat kulit diregangkan, letakkan syringe membentuk sudut 5-15 sejajar dengan kulit
pasien
13. Tusukkan jarum perlahan menembus epidermis, dengan kedalaman 2-3 mm,
sehingga jarum terletak pada ujung permukaan sudut
14. Suntikan larutan perlahan-lahan. Rasakan adanya tahanan, akan terbentuk
gelembung kecil (diameter 6-10 mm), klo tidak terbentuk, ulangi di daerah lain
sekitar 2 inchi dari daerah awal
15. Tarik perlahan jarum dan syringe
16. Usap perlahan tanpa menekan dengan kapas steril kering pada lokasi penyuntikan.
Jangan tutup dengan plester
17. Letakkan syringe yang telah digunakan pada tempat yang aman
18. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat yang aman
19. Catat waktu, lokasi, dosis

D. INJEKSI INTRA MUSKULAR (IM)


1. Indikasi
a. Obat yang sulit diabsorbsi lewat oral
b. Untuk mencapai onset yang lebih cepat
2. Alat dan bahan
a. Syringe
b. Jarum injeksi (19-22 gauge, 1 ½ inchi), ukuran tergantung kedalaman
c. Bahan yang diinjeksikan
d. Kapas steril
3. Daerah injeksi
a. Muskulus Deltoideus
 Larutan < 2 cc
 1/3 medial m.deltoideus, 3-4 cm dibawah acromion
 Hati2 N.Radialis
b. M. Vastus Lateralis
 Anak < 3 tahun
 Anterolateral paha atas
 Larutan 0,5-2 cc

PROSEDURE PERSIAPAN INJEKSI IM


1. Cuci tangan 7 langkah
2. Keluarkan alat injeksi dari dalam bungkus plastic
3. Gabungkan syringe dengan jarum injeksi
4. Bersihkan vial dengan alcohol
5. Balikkan vial sehingga tutup berada dibawah
6. Tusuk jarum kedalam vial
7. Pastikan jarum berada didalam larutan
8. Tarik pendorong sampai mencapai volume yang benar
9. Tarik keluar jarum
10. Periksa untuk memastikan tidak ada udara bebas dalam vial
PROSEDURE INJEKSI
1. Cuci tangan 7 langkah
2. Pakai sarung tangan
3. Pilih daerah yang akan di injeksi
 1/3 medial m.deltoideus
 Bagian atas sebelah lateral bokong
 Anterior permukaan lateral paha
4. Bersihkan daerah yang diinjeksi dengan alcohol, dari dalam keluar
5. Siapkan syringe dan jarum injeksi
6. Pegang otot yang akan diinjeksi
7. Lakukan injeksi dengan sudut 90
8. Tarik kembali alat pendorong sedikit memastikan jarum tidak masuk pembuluh darah
(aspirasi), klo ada darah keluarkan alat injeksi ulang dengan alat injeksi baru.
9. Injeksikan larutan ke dalam otot
10. Jika sudah tarik jarum dengan sudut 90
11. Massase daerah injeksi secara perlahan dengan kapas alcohol
12. Tempatkan syringe dan jarum injeksi ke tempat pembuangan (container disposable)
13. Catat tanggal, waktu,dosis, lokasi

E. INJEKSI SUBKUTAN (SC)


1. Daerah injeksi
Diberi pada bagian tubuh yang memiliki lapisan lemak subkutan yang tebal (lengan baian
luar, perut, paha atas, pantat)
2. Alat bahan
a. Jarum dengan ukuran 23-25 gauge (untuk dewasa), bayi 25-27, panjang ¾ inchi
b. Spuit
c. Kapas alcohol
d. Obat yang akan diberikan
3. Obat
Insulin, growth hormone, epineprin
4. Kontraindikasi : kulit dengan luka bakar, inflamasi

PROSEDURE INJEKSI SC
1. Cuci tangan 7 langkah
2. Siapkan spuit dan jarum
3. Siapkan bahan injeksi
4. Pakai sarung tangan
5. Tentukan lokasi injeksi
Paha : letakkan tangan pada bagian teratas paha, tarik garis imajiner dibawah
telapak tangan. Batas bawah telapak tangan diatas lutut, tarik garis imajiner
Lengan : batas atas telapak tangan di sendi bahu, batas bawah telapak tangan di
siku
Perut : telapak tangan di arkus kosta, garis imajiner dibawahnya merupakan lokasi
injeksi (tidak boleh satu inchi di sekitar pusar)
6. Lakukan tindakan asepsis dengan kapas alcohol, dari dalam keluar, biarkan alcohol
mengering sebentar
7. Lepaskan tutp jarum dengan hati-hati jangan sampai terkontaminasi
8. Keluarkan gelembung udara dari spuit
9. Pegang spuit pada satu tangan seperti memegang pensil
10. Genggam kulit pasien dengan ibu jari dan telunjuk
11. Arahkan jarum dengan sudut 45, pada orang gemuk sudut 90
12. Dorong jarum menembus kulit
13. Selama jarum didorong, ujung penghisap tidak boleh di dorong
14. Setelah jarum menembus kulit dengan sempurna, lepaskan genggaman kulit dan
stabilisasi spuit
15. Tarik sedikit ujung penghisap (aspiresi)
16. Dorong obat masuk, masuk dalam waktu 5 detik
17. Tarik jarum dengan menekan kulit dengan kasa steril
18. Tempatkan syringe dan jarum injeksi ke tempat pembuangan (container disposable)
19. Catat tanggal, waktu,dosis, lokasi

DOSIS IMUNISASI

a. DPT 0,5 ml Intramuskular


b. Campak  0,5 ml Subkutan
c. TT  0,5 ml Intra Muskular
d. BCG  0,05 ml Intra Dermal
e. Polio  2 tetes

JADWAL IMUNISASI

Usia Imunisasi
Bayi Lahir di rumah
0 bulan Hb 1
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT/Hb combo 1, polio 2
3 bulan DPT/Hb combo 2, polio 3
4 bulan DPT/Hb combo 3, polio 4
9 bulan Campak
Bayi lahir di Rumah Sakit (RS)
0 bulan Hb, BCG, polio 1
2 bulan DPT/Hb combo 1, polio 2
3 bulan DPT/Hb combo 2, polio 3
4 bulan DPT/Hb combo 3, polio 4
9 bulan Campak

STATION 8 ( PASANG INFUS)

Kasus : Anak usia 4 tahun, BB 15 kg, datang dengan keluhan demam 3 hari, terdapat bintik-
bintik merah di perut, Rumple Led (+), perdarahan spontan (-). TD : 90/60 Nadi : 100 kali/menit
T : 39.
Pertanyaan :
1. Pasang IV Line
2. Pilihlah jenis cairan dan jumlah cairan yang sesuai untuk diberikan
3. Lakukan Sikap Profesionalisme

A. Pemasangan IV Line
1. Sampaikan Inform Consent ke pasien/keluarga, mengenai :
o Indikasi dan Tujuan Pemasangan
o Cara Pemasangan
o Komplikasi yang mungkin timbul
o Dampak
2. Mencuci Tangan
3. Mempersiapkan Alat
a. Infus set
o Blood set  ada saringannya
o Infus Makro (u/ dewasa)
o Infus Mikro (ada jarumnya anak)
b. Kateter Vena
o Ukuran 18 (hijau) untuk resusitasi; flow rate=6,7 L/jam
o Ukuran 20 (pink)  Pria/dewasa; flow rate= 3,4 L/jam
o Ukuran 22 (biru)  wanita dewasa/vena kolaps;flow rate=2,2 L/jam
o Ukuran 24 (kuning)  anak
c. Cairan Infus yang biasa dipakai adalah kristaloid (RL,NaCl, Ringer Asetat)
d. Kapas Alkohol
e. Tourniquet
f. Plester  Hifafix dan plester biasa
g. Gunting
h. Kasa Steril (boleh dipakai boleh juga tidak) untuk dibawah kateter
i. Handschoen steril
j. Spidol
4. Persiapkan Cairan Infus
a. Colok infuse set ke botol infuse
b. Isi balon di selang sampai batas garis kemudian gantung di tiang
c. Hilangkan udara pada selang infus
5. Pakai Handschoen
6. Pilih vena yang akan di pasang infuse
a. Pastikan tidak ada kontraindikasi  inflamasi, phlebitis, pembuluh darah berkelok,
suhu, kelembapan, warna
b. Pilih yang paling besar tapi jangan di daerah ventral (bisa v.cephalica,v.basilica,
dorsalis manus)
7. Pasang Tourniquet pada bagian proksimal 3-5 inchi dari vena
8. Raba vena yang akan dipasang infus
9. Menentukan ukuran kanula dan pastikan panjang kanula tidak melebihi persendian
10. Desinfeksi dengan teknik melingkar atau satu kali usap dengan kapas alcohol
11. Tusukan jarum ke vena
a. Teknik 1  langsung pada vena dengan sudut awal 30 derajat kemudian 15
derajat
b. Teknik 2  0,5 cm disamping vena dengan sudut awal 30 derajat kemudian 15
derajat
12. Dorong Kanula  jangan dorong jarum, fiksasi kanul dengan hifafix
13. Tekan kanula, Lepaskan Tourniquet
14. Pasang infuse set ke kanula
15. Alirkan cairan infus
16. Fiksasi selang infuse dengan plester coklat
Teknik Cephrone (pita aids) atau teknik U-Method
17. Catat tanggal, jam, nama pemeriksa pada hifafix  tempelkan di tangan pasien
18. Atur tetesan cairan

NB : Poin penting pada pemasangan IV Line


1. Kateter vena diganti setiap 72 jam
2. PASTIKAN TIDAK ADA EMBOLI
3. STERILITAS PENTING  Jangan sentuh semua pada bagian ujung
(jarum,kanula,infuse set)
4. Pelajari cara menghitung cairan

Perhitungan Kebutuhan cairan Menurut Formula Halliday Segar :


 Dewasa : 50cc/KgBB/24 jam
 Anak :
10 kg Pertama 100cc/KgBB/24 jam
10 kg Kedua  50cc/KgBB/24 jam
Selebihnya  20cc/KgBB/24 jam

(𝑲𝒆𝒃𝒖𝒕𝒖𝒉𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 ×𝒇𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝒕𝒆𝒕𝒆𝒔)


Jumlah tetesan/menit=
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑱𝒂𝒎 ×𝟔𝟎 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕

Tetesan Makro (dewasa) : Faktor tetes (infuse set Otsuka)  1cc = 15 tetes, Faktor tetes
(infuse set Terumo) 1cc = 20 tetes
Tetesan Mikro (anak-anak) 1cc = 60 tetes
Contoh Perhitungan Tetesan Anak BB 14 Kg, yaitu :
100 cc x 10 kg = 1000
50 cc x 4 kg = 200
Maka 1000 + 200 = 1200 cc/24 jam = 50 cc/jam = 0,8 cc/menit 
0,8 cc/menit x 60 = 48 tetes/menit

Anda mungkin juga menyukai