Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

Disusun oleh :
LIA BARETA
2041312122

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2020
GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH

1. Definisi

Perasaan yang timbul akaibat evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri

negatif yang sudah berlangsung lama ( Towsend, 2009). Harga diri rendah adalah kemamuan

diri yang negatif dan dipertahankan lama (Nanda, 2016).

2. Etiologi

a. Faktor Predisposisi

 Biologis: Penyakit kronis yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan

diri, pengaruh genetik / herediter, riwayat penyakit/trauma dan adanya faktor hereditas

keluarga yang mengalami gangguan jiwa

 Psikologis : Adanya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, kegagalan, kurang

mempunyai tanggung jawab personel, ketergantungan pada orang lain, penialaian

negatif pasien terhadap diri sendiri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri

tidak realistis, peran yang terganggu dan pengaruh internal individu

 Sosial Budaya: Penialain negatif dan lingkungan, sosial ekonomi rendah, penolakan

lingkungan dan pendidikan yang rendah

b. Faktor Presipitasi

 Trauma: Penganiayaan seksual dan psikologis/menyaksikan peristiwa yang mengancam

kehidupan
 Ketegangan Peran : Berhubungan dengan peran/diharapkan dan individu mengalami

frustasi

 Transisi Peran Perkembangan : Perubahan norma dengan nilai yang tidak sesuai dengan

diri

 Transisi Peran Situasi : Bertambah/berkurangannya orang yang penting dalam kehidupan

individu

 Transisi Perat Sehat-Sakit: Kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, fungsi,

penampilan, prosedur perawatan dll.

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala harga diri rendah dapat dinilai dari ungkapan pasien yang menunjukkan

penilaian negatif tentang dirinya dan didukung dengan data hasil wawancara atau hasil

obeservasi ( Nanda, 2016)

a. Data Subjektif

 Hal negatif diri sendiri dan orang lain

 Perasaan tidak mampu

 Pandangan hidup pesimis

 Penolakan terhadap kemampuan diri

b. Data Objektif

 Penurunan produktivitas

 Tidak menatap lawan bicara

 Menundukkan Kepala

 Bicara dengan lambat

c. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Konsep Diri HDR Kerancuan Identitas Depersonalisasi

4. Mekanisme

 Tindakan untuk lari sementara dari krisi

 Kegiatan mengganti identitas sementara

 Kegiatan yang memberi dukungan sementara

 Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti penyalahgunaan

obat-obatan (Stuart, 2007)

5. Pohon Masalah

Perubahan Sensori Persepsi :


Halusinasi

Gangguan Konsep Diri: Harga diri


rendah kronis

Gangguan konsep diri: harga diri


rendah situasional

6. Data Yang Perlu Dikaji

No Data yang ditemukan Data yang perlu dikaji


1 Adanya penurunan produktivitas Hal negatif diri sendiri dan orang lain

2 Klien tidak menatap lawan bicara Adanya perasaan tidak mampu

3 Klien tampak menundukkan kepala saat Pandangan hidup pesimis


berinteraksi
Penolakan terhadap kemampuan diri
4 Bicara dengan lambat
7. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

 Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah kronis

 Isolasi sosial: Menarik diri

 Resiko peruahan sensori persepsi : Halusinasi

8. Rencana tindakan keperawatan

 Bina hubungan salaing percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik

 Diskusikan kemampuan positif yang dimiliki klien

 Bersama klien membuat daftara kemampuan yang dimilikinya

 Diskusikan kemampuan yang masih dapay dilakukan saat ini

 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan kondisi klien

 Rencanakan bersama klien suatu aktivitas yang dilakukan

 Bediskusi dengan klien untuk melaksanakan kegiatan yang direncanakan

 Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang merawat klien dengan harga

diri rendah
PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI :HALUSINASI

1. Definisi

Halusinasi adalah gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu

yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar,

suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus ekstren

atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).

2. Proses terjadinya masalah (tinjauan teori)

a. Jenis Halusinasi

 Pendengaran : Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang, hewan,

barang kejadian alamiah dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun ( Maramis,

2005).

 Penglihatan : Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gamar

kartun, banyangan yang rumit atau kompleks

 Penciuman : Membaui bau'an tertentu, seperti bau darah, urin dan feses

 Perabaan : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa sstimulus yang jelas

b. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis persepsi kuat  Distensi pikiran:  Gangguan pikir atau

emosi konsisten Ilusi reaksi emosi delusi halusinasi

perilaku sesuai berlebihan isolasi sosial


c. Faktor Predisposisi

 Biologis: Meliputi adanya faktor herediter gangguan jiwa, adanya resiko bunuh diri,

riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat penggunan NAPZA

 Psikologis: Adanya kegagalan yang berulang, individu korban kekerasan, kurangnya

kasih sayang atau overprotektif

 Sosiobudaya dan lingkungan: Sosial ekonomi rendah, riwayat penolakan lingkungan

pada usia tumbuh kembang anak, tingkat pendidikan rendah dan kegagalan hubungan

sosial ( Stuart, 2002 )

d. Faktor presipitasi

Ditemukan adanya penyakit kronik atau kelainan struktur otak, kekerasan dalam keluarga

atau adanya kegagalan dalam hidup, kemiskinan.

e. Manifestasi Klinis

 Bicara sendiri

 Senyum sendiri

 Ketawa sendiri

 Menggerakkan bibir tanpa suara

 Pergerakan mata yang cepat

 respon verbal yang lambat

 Menarik diri dari yang lain

 Berusaha untuk menghindari orang lain

 Mudah tersinggung, jengkel, marah

 Curiga dan bermusuhan

 Tidak dapat membedakan yang nyata dan yang tidak


 Tremor, berkeringat

 ekspresi muka tegang

 Tidak mampu mengikuti perintah perawat

 Ketakutan

3. Pohon Masalah

Resiko menderai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Perubahan sensori persepsi:


Halusinasi

Gangguan konsep diri: Harga


diri rendah kronis

4. Data yang Perlu Dikaji

No Data yang Ditemukan Data yang Perlu Dikaji

1 Mengarahkan telinga pada sumber Mendengar suara atau bunyi


suara gaduh

2 Marah-marah tanpa sebab yang Mendengar suara yang


jelas menyuruh untuk melakukan
sesuatu yang berbeda

3 Bicara atau tertawa sendiri Bicara dan berkata sendiri

4 Menutup telinga Melihat makhluk yang


mengerikan
5. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

 Perubahan sensori persepsi: Halusinasi

 Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

 Isolasi sosial : Menarik diri

6. Rencana Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan mengemukakan prinsip komunikasi terapeutik

 Diskkusikan dengan klien situasi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan

halusinasi (jika sendiri, jengkel atau sedih)

 Memberi contoh cara menghardik halusinasi

 Klien dapat menyebutkan jenis, dosis dan waktu minum obat

 Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang diminum

 Diskusikan dengan keluarga (Pada saat berkunjung atau pada sat kunjungan rumah)
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

1. Definisi

Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien

isolasi sosial mengalami gangguan dalam berinteraksi dan mengalami perilaku tidak

ingin berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya, lebih menyukai berdiam diri,

mengurung diri, dan menghindar dari orang lain (Yosep, Sutini, 2014).

2. Proses Terjadinya Masalah

a. Faktor Predisposisi

 Faktor biologis: Adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa, adanya risiko

bunuh diri, resiko penggunaan narkoba

 Faktor Psikologis: engalaman negatif terhadap diri sendiri, kegagalan dalam

memenuhi harapan

 Faktor sosial dan budaya: Tingkat sosial ekonomi rendaah, rendahnya pedidikan

dan kegagalan dalam tingkat sosial

b. Faktor Presipitasi

 Stresor sosiokultural :Stresor osisal budaya, misalnya menurunya stabilitas unit

keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya'

 Stresor psikologis: Berpisah dengan orang lain, misalnya dan memanjang disertai

dengan kemampuan yang terbatas


 Stresor intelektual: Kurangya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk

berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu, klien dengan kegagalan

ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain

 Stresor fisik: Akibat penyakit kronik dan keguguran

3. Manifestasi Klinis

 Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting

 Perilaku tidak sesuai dengan perkembangan

 Afek tumpul

 Bukti kecacatan (fisik, mental)

 Tindakan tidak berarti

 Tidak ada kontak mata

 Menunjukan permusuhan

 Ingin sendiri

 Menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima oleh kelompok kultural yang

dominan.

 Tidak komunikatif

 Menarik diri

4. Penatalaksanaan

 Terapi farmakologi: Chlorpumaine , Halopenidol, Trilexy Penidil

 Terapi Individu

 Terapi Aktivitas Kelompok


5. Pohon Masalah

Resiko gangguan persepsi sensori:


Halusinasi

Isolasi sosial

Harga diri Rendah

6. Data yang Perlu Dikaji

No Data yang ditemukan Data yang perlu dikasi

Menarik Diri Adanya perasaan kesepian atau ditolak oleh


orang lain
Tidak Komunikatif
Klien merasa tidak aman berada dengan orang
Tindakan berulang dan tidak bermakna lain
Asyik dengan pikirannya sendiri Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan
Tidak ada kontak mata waktu

Tampak sedih, apatis, afek tumpul Klien merasa tidak berguna

Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

7. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

 Isolasi sosial

 Harga diri rendah

 Resiko gangguan persepsi sensori : Halusinasi

8. Rencana tindakan keperawatan

 Bina hubungan saling prcayadengan mengemukakanprinsip komunikasi terapeutik

 Tanyakan pada klien tentang orang yng tinggal denganny, orang yang dekat dan kenapa
dia dekat
 Observasi perilaku klien ketika berhubungan sosial

 Diskusikan dengan klien tentnag perasaannya setelah berhubungan sosial dengan


orang lain

 Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi


perilaku isolasi

 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama,
warna, cara terapi dan efek samping penggunaan obat
RESIKO BUNUH DIRI

1. Definisi

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.

Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang

dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri

dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari

individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,2008).

2. Proses Terjadinya Masalah (Tinjauan Teori)

a. Faktor Predisposisi

 Faktor Biologis: Adanya faktor herediter, bunuh diri, riwayat penggunaan narkoba,

riwayat penyakit fisik, nyeri kronik dan penyakit kriminal

 Faktor Psikologis : Memiliki riwayat kekerasan, riwayat keluarga bunuh diri, homoseksual

saat remaja, perasaan bersalah

b. Faktor presipitasi: Perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal

melakukan yang erarti dan kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stress

c. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Peningkatan diri Pengambilan resiko Destruktif diri Pencederaan Maladaptif

yang meningkatkan tak langsung diri

pertumbuhan destruktif
3. Kategori Resiko Bunuh Diri

 Isyarat bunuh diri

 Ancaman bunuh diri

 Percobaan bunuh diri

4. Manifestasi Klinik

 Merasa hidup tidak berguna lagi

 Mengancam bunuh diri

 Pernah mencoba bunuh diri

 Ekspresi murung

 Tak bergairah

 Banyak diam

5. Kategori Bunuh diri

 Bunuh diri egoistik

 Bunuh diri altruistik

 Bunuh diri anomik


6. Mekanisme koping

Keterampilan koping yang terlihat adalah sikap berupa kehilanga batas realita, menarik

dan mengisolasikan diri, tidak memanfaatkan sistem pendukung, melihat dari sebagai orang

yang secara total tidak berdaya. Mekanisme pertahanan ego yang berhuungan dengan perilaku

perusakan diri tak langsung adalah pengingkaran diri (denial) sementara itu, mekanisme

koping yang paling menonjol adalah rasionalisai, intelektualisasi, dan regresi.

7. Pohon Masalah

Resiko Cedera Kematian

Resiko Bunuh Diri

Gangguan Konsep diri:


Harga diri rendah

8. Data yang perlu dikaji

No Data yang ditemukan Data yang perlu dikaji

1 Ekspresi Murung Merasa hidupnya tak berguna lagi

2 Tak bergairah Ingin mati

3 Banyak Diam Pernah mencoba bunuh diri

4 Ada bekas percobaan bunuh diri Mengancam bunuh diri

Merasa bersalah, sedih, marah,putus asa,


tidak berdaya
9. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

 Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

 Perilaku kekerasan

 Gangguan kosep diri : Harga diri rendah

10. Rencana tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan mengemukakanprinsip komunikasi terapeutik

 Temani pasien terus-menerus sampai dipindahkan pada tempat yang aman

 Diskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya

 Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang muncul pada pasien
GANGGUAN PROSES PIKIR:WAHAM

1. Definisi

Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan

keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misalnya”saya adalah nabi yang menciptakan biji mata

manusia”) atau bias pula “tidak aneh” (hanya sangat tidak mungkin, contoh masyarakat di

surge selalu menyertai saya kemanapun saya pergi”) dan tetap dipertahankan meskipun telah

diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya (Purba dkk, 2008).

Waham adalah suatu keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi

dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari

pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011).

2. Proses Terjadinya Masalah (Tinjauan Teori)

a. Fase terjadinya waham

 Fase kurangnya kebutuhan manusia

 Fase kurangnya kepercayaan diri

 Fase kendali internal dan eksternal

 Fase dukungan lingkungan

 Fase kenyamanan

 Fase peningkatan

b. Tipe-tepe waham

 Waham kebesaran

 Waham persekusi

 Waham agama

 Waham somatik
 Waham nihilistik

 Waham bizar
3. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang Gangguan proses fikir: waham

Persepsi akurat menyimpang ilusi Halusinasi

Emosi konsisten reaksi emosional Kesulitan memproses emosi

dgn pengalaman Ilusi Ketidakteraturan dalam perilaku

Perilaku sesuai Perilaku aneh Isolasi sosial

Hubungan Sosial Menarik diri

4. Manifestasi Klinis

 Gangguan fungsi kognitif (Perubahan daya ingat), cara berfikir primitif

 Fungsi persepsi : Depersonalisasi dan halusinasi

 Fungsi emosi: Efek tumpul, kurang respon emosional, efek datar

 Fungsi motorik : Impulsif

 Fungsi sosial : Kesepian atau stress, menarik diri dan harga diri rendah

 Dalam keperawatan jiwa : respon yang serig muncul adalah gangguan

5. Pohon Masalah

Resiko kerusakan
komunkasi verbal

Perubahan proses
fikir: waham

Gangguan konsep diri:


Harga diri rendah
6. Data yang Perlu Dikaji

NO Data yang Ditemukan Data yang Perlu Dikaji

1 Pasien curiga Klien mengatakan bahwa dia adalah


seorang yang berpengaruh
2 Mengancam secara verbal
Klien selalu curiga
3 Aktivias tidak tepat
Klien mengatakan hal yang tidak
4 Impulsif
mungkin dia lakukan
5 Pola pikir stereotip

6 Kebersihan diri yang kurang

7. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

 Gangguan proses pikir (waham)

 Hambatan komunikasi verbal

 Menarik diri: Isolasi sosial

8. Rencana Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan mengemukakan prinsip konumikasi terapeutik

 Berikan pujian pada penampilan dan kemampuan klien ang realistik

 Observasi kebutuhn klien sehari-hari

 Berbicara dengan klien dalam konteks realita

 Diskusikan dengan keluarga terhadap pasien

 Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping
obat, dan akibat dari penghentian obat
DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Definisi

Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhnnya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan

kondisi kesehatannya (Sulastri, 2012). Menurut Herdman (2012), Defisit perawatan diri adalah

gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri

sendiri; mandi; berpakaian dan berhias untuk diri sendiri aktifitas makan sendiri; dan aktifitas

eliminasi sendiri. Herdman (2012) membagi Defisit perawatan diri menjadi 4 kegiatan; mandi,

berpakaian/berhias, makan, dan toileting.

2. Proses Terjadinya Masalah (Tinjauan Teori)

a. Etiologi

Menurut potter dan perry (2009). Faktor-fakto yang menyebabkan defisit perawatan diri:

 Citra Tubuh: Perubahan fisik akibat operasi bedah dapat memicu individu untuk tidak

peduli terhadap kebersihan

 Status sosial ekonomi

 Pengetahuan: Kurrangnya pengetahuan terhadap kebersihan

 Variabel kebudayaan

 Kondisi fisik

b. Lingkup Defisit Perawatan Diri

 Kebersihan diri

 Berdandan atau berhias


 Makan
 Toileting

c. Batasan Karakteristik

 Defisit perawatan diri: Mandi (Bathing self-care defisit)

 Defisit perawatan diri: berhias atau berpakaian (dressing self- care defisit)

 Defisit perawatan diri :makan

 Defisit perawatan diri : toileting

d. Rentang Respon

Respon adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan Kadang-kadang Tidak melakukan

diri seimbang perawatan diri, perawatan diri

kadang tidak

e. Sumber Koping

 Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri

 Berhias dan berdandan secara baik

 Melakukan makan dengan baik

 Melaksanakan BAB atau BAK secara mandiri

 Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif


 Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif

3. Pohon Masalah

Gangguan pemeliharaan
kesehatan

Defisit perawatan diri

Kehialangan fungsi tubuh,


kurangnya motivasi

4. Data yang Perlu Dikaji

No Data yang Ditemukan Data yang Perlu Dikaji

1 Badan klien bau, kotor, berdaki, Klien mengatakan

rambut kotor, gigi kotor, kuku


Malas andi
panjang
2 Tidak mau menyisir rambut
Tidak menggunakan alat-alat mandi
Tidak mau menggosok gigi
Rambut kusut, berantakan
3 Tidak mau memotong kuku

Tidak mau berhias atau berdandan

BAB dan BAK sembarangan


5. Diagnosa Keperawatan (priotitas)

 Defisit perawatan diri

 Gangguan pemeliharaan kesehatan

 Resiko infeksi

6. Rencana Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik

 Melatih pasien cara-cara perawatan diri

 Melatih pasien cara berdandan

 Memantau keamampuan pasien makan

 Mengkaji budaya pasien ketika mempromosikan aktivitas perawatan diri

 Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang dibutuhkan oleh pasien

 Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan

pasien dalam merawat diri


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

1. Defenisi

Perilaku kekerasan adalah nyata melakukan kekerasan, ditujukan pada diri sendiri atau orang

lain secara verbal maupun non verbal dan pada lingkungan (Depkes RI, 2006 dalam

Dermawan, 2013). Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang

bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Marah tidak memiliki

tujuan khusus, tetapi lebih merujuk pada suatu dengan perasaan marah (Berkowitz, 1993

dalam Dermawan, 2013)

2. Proses Terjadinya Masalah (Tinjauan Teori)

a. Etiologi

 Hilangnya harga diri atau perasaan ditolak atau dianiaya

 Kebutuhan akan status

 Frustasi

 Masa kanakkanak yang tidak menyenangkan

 Ketidakseimanagan neurotransmitter

 Budaya tertutup atau kontrol sosial yang tidak pasti

b. Tanda dan Gejala

 Fisik: Mata meloto, wajah kemerahan, dan tegang, postur tubuh kaku

 Verbal: Mengancam atau mengumpat dengan kata kasar, berbicara dengan kasar dan

ketus
 Perilaku: Menyerang orang lain, menyukai orang lain atau diri sendiri mengamuk agresif,

merusak lingkungan

 Intelektual: Kasar, meremehkan

 Spiritual : Merasa berkuasa

 Sosial: Menark diri, sendirian

 Emosi: Tidak adekuat, tidak aman, dan nyaman, merasa terganggu, jengkel, ingin

berkelahi

3. Rentang Respon

Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk atau Pk

4. Faktor Predisposisi

 Faktor biologis: Teori dorongan naluri, Teori psikomatik

 Faktor psikologis: Teori agresif frustasi, teori perilaku, teori eksistensi

 Faktor risiko: Resko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri, Resiko perilaku kekerasn

terhadp orang lain


5. Pohon Masalah

Resiko mencederai diri sendiri, orang


lain dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Resiko perilaku kekerasan

6. Data yang Perlu Dikaji

No Data yang Ditemukan Data yang Perlu Dikaji

1 Wajah memerah dan tegang Ungkapan berupa ancaman

2 Pandangan tajam Ungkapan kaa-kata kasar

3 Mengatupkan rahang dengan kuat Ungkapan ingin memukul atau melukai

4 Mengepalkan tangan

5 Bicara kasar

6 Suara tinggi, menjerit atau berteriak

7 Mondar mandir

8 Melempar atau memukul benda atau orang


lain

7. Diagnosa Keperawatan (Prioritas)

 Perilaku kekerasan

 Resiko perilaku kekerasan

 Resiko mncenderai diri sendiri dan orang lain


8. Rencana Tindakan Keperawatan

 Bina hubungan saling percaya menggunakan komunikasi terapeutik

 Bantu klien mengungkapkan perasan marahnya

 Memabantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya

 Diskuskan dengan klien seputar perilaku kekerasan yang dilakukannya selam ini

 Diskusikan dengan klien akibat negatif atau kerugian dari caa arau tindakan
kekerasan yang dilakukan

 Diskusikan caa mengontrol marah

 Ikut serta dalam berinteraksi dengan keluarga

 Jelaskan penggunaan obat


STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HALUSINASI

a. Kondisi

Klien tampak menyendiri, tertawa dan berbicara tanpa lawan bicara, marah-

marah tanpa sebab, mendekatkan telinga kearah tertentu, dan menutup telinga.

Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan, mendengar suara

yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh

melakukan sesuatau yang berbahaya.

b. Diagnosis Keperawatan

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

c. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai

berikut.

1) Ekspresi wajah bersahabat

2) Menunjukkkan rasa senang

3) Klien bersedia diajak berjabat tangan

4) Klien bersedia menyebutkan nama

5) Ada kontak mata

6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat

7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.

b. Membantu klien mengenal halusinasinya

c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik

halusinasi

d. Intervensi Keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik

1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal

2) Perkenalkan diri dengan sopan

3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan

5) Jujur dan menepati janji

6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar

klien.

b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi

halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi

halusinasi

c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Tahapan tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.

1) Jelaskan cara menghardik halusinasi

2) Peragakan cara menghardik halusinasi

3) Minta klien memperagakan ulang

4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien

yang sesuai

5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

e. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik

“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan

dengan Ibu? Nama Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya

Mahasiswa Profesi Keperawatan Unand, Saya sedang praktik di sini

dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau

boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan sebutan

apa?”

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?

Ada keluhan tidak?”

c. Kontrak

1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut

ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol

tentang suara dan sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat

tetapi tidak tampak wujudnya?”

2) Waktu

“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa

menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”

3) Tempat

“Di mana kita akan bincang-bincang ???

Bagaimana kalau di ruang tamu saya ???

2. Kerja

“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”

“Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”

“Seperti apa yang kelihatan?”

“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu

saja?”

“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara

tersebut?”

“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”

“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”

“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”

“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”

“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau

bayangan agar tidak muncul?”

“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”

“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”

“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”


“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”

“Keempat, minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”

“Caranya seperti ini:

1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi

Saya tidak mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara

palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi.

Coba ibu peragakan! Nah begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya

bagus Ibu sudah bisa.”

2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya

tidak mau lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu.

Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba

Ibu peragakan! Nah begitu… bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu

sudah bisa.”

3. Terminasi

a. Evaluasi subjektif

“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang

tidak dengan latihan tadi?”

b. Evaluasi objektif

“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan

pembicaraan kita tadi.”

“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar

tidak muncul lagi.”

c. Rencana tindak lanjut

“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba

cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam

berapa saja latihannya?”

(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu

menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh


keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya

maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).

d. Kontrak yang akan datang

1) Topik

“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya

berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu

muncul?”

2) Waktu

“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30

WIB, bisa?”

3) Tempat

“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya?

Sampai jumpa besok.

Wassalamualaikum,……………

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

a. Kondisi klien

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas

b. Diagnosa Keperawatan

Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

c. Tujuan

Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan

orang lain.

d. Intervensi Keperawatan

Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-

cakap dengan orang lain.

e. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini?

mas masih ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah

massudah makan?

 Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita

sudah berdiskusi tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada

saya tntang isi suara-suara yang mas dengar dan apakah mas bisa

mempraktekkan cara mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan

menghardik?”

 Kontrak

: Topik :

”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di

ruamg tamu mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar

dulu agar suara itu tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu

bercakap-cakap dengan orang lain.

Waktu :

Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja,

bagaimana mas setuju?”

Tempat :

”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?

Bagaimana kalau di ruang tamu? mas setuju?”

2. Fase kerja

 ”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan

membuat mas jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang

telah saya ajarkan kemarin apakah sudah dilakukan?”

 ”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada

perawat bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas

mengobrol sehingga suara itu hilang dengan sendirinya

3. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama.

Saya senag sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya.

Bagaimana perasaan mas setelah kita berbincang-bincang?”

 Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas

pilih untuk mengontrol halusinasinya adalah......

 Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus

praktekkan cara yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak

menguasai pikiran mas.”

 Kontrak yang akan datang :

Topik :

”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara

mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri

dengan kegiatan yang bermanfaat.”

waktu :

”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam ? mas setuju?”

tempat :

”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih

mas sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok

pagi.”

3. STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)

a. Kondisi klien

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

b. Diagnosa Keperawatan : halusinasi

c. Tujuan

Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan

melakukan aktifitas / kegiatan harian.

d. Intervensi Keperawatan

Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas

harian klien.
e. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi :

 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?

 Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana

perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih

ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih

mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin

 Kontrak

Topik :

”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-

bincang tentang suara- suara yang sering mas dengar agar bisa

dikendalikan engan cara melakukan aktifitas / kegiatan harian.”

Tempat :

”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-

bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”

Waktu :

”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas

setuju?”

2. Fase Kerja

 ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah

berdiskusi tentang cara pertama dan kedua, cara lain dalam

mengontrol halusinasi yaitu caar ketiga adalah mas menyibukkan

diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan

waktu luang untuk melamun saja.”

 ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan

diri dengan kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau

menyibukkan dengan kegiatan lain.”


3. Fase Terminasi

 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang

lama, saya senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya.

Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang?”

 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol

halusinasi yang ketiga?

 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol

halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi?

 Kontrak yang akan datang

Topik:

”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara

mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan

patuh obat.”

Waktu :

”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”

Tempat :

”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain?

Terimakasih mas sudah mau berbincang-bincang dengan saya.

Sampai ketemu besok pagi.”

4. STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)

a. Kondisi klien

DO : Klien tenang

DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas

b. Diagnosa Keperawatan : halusinasi

c. Tujuan: Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.

d. Intervensi Keperawatan

Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan

obat secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)

e. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???

 Evaluasi validasi : ”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya

hari ini ? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan

kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara

yang kita bicarakan kemarin.

 Kontrak

Topik :

”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang

tentang obat-obatgan yang mas minum.”

Tempat :

”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?

Bagaimana kalu di ruang tamu? mas setuju?”

Waktu :

”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas

setuju?”

2. Fase Kerja

”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya ini

namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini

diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari.

Obat yang warnanya ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas

dengar sedangkan yang warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua

obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk,

ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong nanati mas

sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini

harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian

mas jangan berhenti minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang

mas alami sekarang akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan

oleh mas pada saat mionum obat yaitu beanr obat, benar dosis, benar cara, benar

waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas..?!!”


3. Fase Terminasi

 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya

senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan

mas setelah berbincang-bincang?”

 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi?

Kemudian berapa dosisnya?

 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya

minum obat.”

 Kontrak yang akan datang

Topik:

”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas

Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”

Waktu :

”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam......? mas setuju?”

Tempat :

”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas

sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”


STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) ISOLASI SOSIAL

a. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien

Data subjektif

 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.

 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.

 Klien merasa orang lain tidak selevel.

Data objektif :

 Klien tampak menyendiri.

 Klien terlihat mengurung diri.

 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.

2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.

3. Tujuan

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.

c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan

orang lain.

d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.

e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang

lain.

f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.

g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Membina hubungan saling percaya.

b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.

c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain

e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang


f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang

dengan orang lain dalam kegiatan harian.

b. Proses Pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

a. Salam Terapeutik.

Assalamualaikum..!!! selamat pagi bu…… perkenalkan nama saya Khairil

Anwar, biasa dipanggil Ade . Saya mahasiswa Profesi Keperawatan Unand yang

akan merawat ibu ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam 07:00

sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama

ibu siapa? Senangnya ibu di panggil apa?

b. Evaluasi / Validasi.

Bagaimana perasaan Bu…… hari ini? O.. jadi Bu merasa bosan dan tidak

berguna.

Apakah Ibu masih suka menyendiri ??

c. Kontrak.

Topik:

Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu dan

kemampuan yang Bu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan

saya dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan

berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

Waktu : Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10

menit saja ya?

Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang

tamu?.

2. Fase kerja.

Dengan siapa ibu tinggal serumah?

Siapa yang paling dekat dengan ibu?

apa yang menyebabkan ibu dekat dengan orang tersebut?

Siapa anggota keluarga dan teman ibu yang tidak dekat dengan ibu?

apa yang membuat ibu tidak dekat dengan orang lain? A


pa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?

Bagaimana dengan teman-teman yang lain?

Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang

lain? Apa yang menghambat ibu dalam berteman atau bercakap-cakap dengan

orang lain?

Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?

Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.

Apa lagi ibu? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)

Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa ibu? ya apa lagi? (sampai

menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.

Kalau begitu ingin ibu belajar berteman dengan orang lain?

Nah untuk memulainya sekrang ibu latihan berkenalan dengan saya terlebih

dahulu. Begini ibu, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita

sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.

Contohnya: nama saya Khairil Anwar, senang sipanggil Anwar.

Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya

nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?

Ayo bu coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. coba ibu

berkenalan dengan saya.

Ya bagus sekali ibu!! coba sekali lagi ibu..!!! bagus sekali ibu!!

Setelah berkenalan dengan ibu, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal yang

menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan

sebagainya,

Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman ibu.

(dampingi pasien bercakap-cakap).

3. Terminasi.

a. Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?

Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan

orang lain!
b. RTL

Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap

dengan teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada

jadwal kegiatan, kita isi pasa jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah

bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri

makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh

keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu

tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.

c. Kontrak yang akan datang

: Topik :

Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang

pengalaman ibu bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan

bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah ibu bersedia?

Waktu :

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?

Tempat :

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu?? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu.

saya permisi Assalamualaikum Wr,Wb.

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

a.Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien.

Data subjektif :

 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang

lain Data objektif :

 Klien menyendiri di kamar.

 Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.

 Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.


3. Tujuan.

a. Klien dapat mempraktekkan cara berkenalan denagn orang lain.

b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang

dengan orang lain.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Memberikan kesempatan kepada pasien mempraktekkan cara berkenalan

dengan satu orang.

c. Membenatu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan

orang lain sebagai salah satu kegiatan harian.

b. Proses Pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

a. Salam Terapeutik.

Assalamualaikum, Selamat pagi ibu, Masih ingat dengan saya?

b. Evaluasi/ Validasi :

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan

kesepian, bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman?

Apakah ibu sudah mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana

perasaan ibu setelah mulai berkenalan?

c. Kontrak

: Topik :

Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai

mana berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin

banyak teman. Apakah ibu bersedia?

Waktu :

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?

Tempat :

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.
Baiklah hari ini saya datang bersama dua orang ibu perawat yang juga dinas di

ruangan Dewa Ruci, ibu bisa memulai berkenalan.. apakah ibu masih ingat

bagaimana cara berkenalan? (beri pujian jika pasien masih ingat, jika pasien

lupa, bantu pasien mengingat kembali cara berkenalan) nah silahkan ibu mulai

(fasilitasi perkenalan antara pasien dengan perawat lain) wah bagus sekali ibu,

selain nama,alamat, hobby apakah ada yang ingin ibu ketahui tetang perawat

C dan D? (bantu pasien mengembangkkan topik pembicaraan) wah bagus

sekali, Nah ibu apa kegiatan yang biasa ibu lakukan pada jam ini? Bagai mana

kalau kita menemani teman ibu yang sedang menyiapkan makan siang di

ruang makan sambil menolong teman ibu bisa bercakap-cakap dengan teman

yang lain. Mari bu.. (dampingi pasien ke ruang makan) apa yang ingin ibu

bincangkan dengan teman ibu. ooh tentang cara menyusun piring diatas meja

silahkan ibu( jika pasien diam dapat dibantu oleh perawat) coba ibu tanyakan

bagaimana cara menyusun piring di atas meja kepada teman ibu? apakah

harus rapi atau tidak? Silahkan bu, apalagi yang ingin bu bincangkan..

silahkan.

Oke sekarang piringnya sudah rapi, bagai mana kalau ibu dengan teman ibu

melakukan menyusun gelas diatas meja bersama… silahkan bercakap-cakap

ibu.

3. Terminasi.

a. Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C

dan bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di

ruang makan? Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?

b. RTL

Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan

bercakap-cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang.

Mau jam berapa ibu latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.

c. Kontrak yang akan datang :

Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan

dengan 4 orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan

harian lain, apakah ibu bersedia?

Waktu :

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10:00 ? Baiklah ibu besok saya

akan kesini jam 10:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi

Assalamualaikum

Tempat :

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu?

3. STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) ISOLASI SOSIAL

a. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien.

Data subjektif :

 Klien mengatakan masih malu berinteraksi dengan orang lain.

 Klien mengatakan masih sedikit malas ber interaksi dengan orang lain.

Data objektif :

 Klien tampak sudah mau keluar kamar.

 Klien belum bisa melakukan aktivitas di ruangan.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3. Tujuan.

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.

b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.

b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.

c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

b. Proses Pelaksanaan

1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?

b. Evaluasi/ Validasi :

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan

kesepian? Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan

otrang lain? Apa kegiatan yang dilakukan sambil bercakap-cakap?

Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan bercakap-cakap, apakah

sudah dilakukan? Bagus ibu.

c. Kontrak :

Topik :

Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan

mendampingi bu berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak,

serta bercakap-cakap dengan teman sekamar saat melakukan kegiatan

harian. Apakah ibu bersedia?

Waktu :

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?

Tempat :

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah ibu, bagaimana jika kita menuju ruang dapur, disana para juru

masak sedang memasak dan jurumasak disana berjumlah lima orang

disana. Bagaimana jika kita berangkat sekarang? Apakah ibu sudah siap

bergabubg dengan banyak orang? Nah ibu sesampainya disana ibu

langsung bersalaman dan memperkenalakan diri seperti yang sudah kita

pelajari, ibu bersikap biasa saja dan yakin bahwa orang-orang disana

senang dengan kedatangan ibu. baik lah bu kita berangkat sekarang ya bu.

(selanjutnya perawat mendampingi pasien di kegiatan kelompok, sampai

dengan kembali keruma).

Nah bu, sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman saat

melakukan kegiatan harian, kegiatan apa yang ingin bu lakukan? Ooh


merapikan kamar baiklah dengan siapa ibu ingin didampingi? Dengan Nn.

E? baiklah bu. kegiatannya merapikan tempat tidur dan menyapu kamar

tidur ya bu( perawat mengaja pasien E untuk menemani pasien merapikan

tempat tidur dan menyapu kamar, kemudian memotivasi pasien dan teman

sekamar bercakap-cakap.

3. Terminasi.

a. Evaluasi subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan juru masak di

dapur ? kalau setelah merapikan kamar bagaimana ibu? apa pengalaman

ibu yang menyenangkan berada dalam kelompok? Adakah manfaatnya

kita bergabung dengan orang banyak?

b. RTL :

Baiklah ibu selanjutnya ibu bisa menambah orang yang ibu kenal. Atau

ibu bisa ikut kegiatan menolong membawakan nasi untuk dimakan oleh

teman-teman ibu. jadwal bercakap-cakap setiap pagi saat merapikan

tempat tidur kita cantumkan dalam jadwal ya ibu. setiap jam berapa ibu

akan berlatih? Baiklah pada pagi jam 08:00 dan sore jam 16:00.

c. Kontrak yang akan datang :

Topik :

Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu dalam

melakukan berbincang-bincang saat menjemput pakaian ke laundry.

apakah ibu bersedia?

Waktu :

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00

Tempat :

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah B besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok

B. saya permisi Assalamualaikum.

4. STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4) ISOLASI SOSIAL

a. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.

Data subjektif :

 Klien mengatakan sudah mau berinteraksi dengan orang lain.

 Klien mengatakan mampu berinteraksi dengan orang lain.

Data objektif :

 Klien sudah mau keluar kamar.

 Klien bisa melakukan aktivitas di ruangan.

2. Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial.

3. Tujuan.

a. Klien mempu berkenalan dengan dua orang atau lebih.

b. Klien dapat memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegitan harian pasien.

b. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.

c. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.

b. Proses Pelaksanaan

1. Fase Orentasi.

a. Salam Terapeutik.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu. Apakah ibu masih kenal dengan

saya?

b. Evaluasi/ Validasi :

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? masih ada perasaan kesepia,

rasa enggan berbicara dengan orang lain? Bagaimana dengan kegiatan

hariannya sudah dilakukan?dilakukan sambil bercakap-cakap kan ibu?

sudah berapa orang baru yang ibu kenal? Dengan teman kamar yang lain

bagaimana? Apakah sudah bercakap-cakap juga? Bagaiman perasaan

ibu setelah melakukan semua kegiatan? Waah ibu memang luar biasa.

c. Kontrak :

Topik :
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan

mendampingi ibu dalam menjemput pakaian ke laundry atau latihan

berbicara saat melakukan kegiatan sosial. Apakah ibu bersedia?

Waktu :

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

Tempat :

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklak, apakah bu sudah mempunyai daftar baju yang akan di ambil?

(sebaiknya sudah disipakan oleh perawat) baiklah ibu mari kita berangkat

ke ruangan laundry.(komunikasi saat di ruangan laundry).

Nah ibu caranya yang pertama adalah ibu ucapkan salam untuk ibu siti,

setelah itu ibu bertanya kepada ibu Siti apakah pakaian untuk ruangan

melati sudah ada? Jika ada pertanyaan dari ibu siti ibu jawab ya.. setelah

selesai, minta ibu siti menghitung total pakaian dan kemudian ibu ucapkan

terimakasih pada Ibu siti.. Nah sekarang coba ibu mulai ( perawat

mendampingi pasien)

3. Terminasi.

a. Subjektif dan objektif :

Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap saat menjemput

pakaian ke ruangan laundry? Apakah pengalaman yang menyenangkan

bu?

b. RTL :

Baiklah bu, selanjutnya ibu bisa terus menambah orang yang ibu kenal

dan melakukan kegiatan menjemput pakaian ke ruangan laundry.

c. Kontrak yang akan datang

: Topik :

Baik lah bu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang

kebersihan diri. apakah ibu bersedia?

Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00

Tempat :

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok

bu. saya permisi Assalamualaikum


STRAREGI PELAKSANAAN HARGA DIRI RENDAH

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)

a. Kondisi Klien

DO :

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif

tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,

cemas dan takut

DS :

Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh/ tidak tahu apa-apa,

mengkritik diri sendiri., klien mengungkapkan perasaan malu terhadap diri

sendiri, klien mengungkapkan rasa bersalah terhadap sesuatu/ seseorang

b. Diagnosa Keperawatan: harga diri rendah

c. Tujuan

1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dengan aspek positif yang

dimiliki

1. Pasien dapat menilai kemampan yang dapat digunakan

2. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan

3. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

4. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang

sudah dilatih

c. Tindakan Keperawatan

1. Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,

2. Membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan

3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

4. Melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal

pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana

harian.

d. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum..................Boleh Saya kenalan

dengan Mas? Nama Saya………….. boleh panggil Saya............Saya

Mahasiswa Profesi Keperawatan Unand, Saya sedang praktik di sini

dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang. Kalau

boleh Saya tahu nama Mas siapa dan senang dipanggil dengan sebutan

apa?”

b. Evaluasi/validasi

“Bagaimana perasaan Mas hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?

Ada keluhan tidak?”

c. Kontrak

“Bagaimana , kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan

kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan

mana yang masih dapat T dilakukan di rumah sakit. Setelah kita nilai

,kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih “

“Dimana kita duduk untuk bincang-bincang? bagaimana kalau di

ruang tamu Berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit saja?

2. Kerja

“ Mas ,apa saja kemampuan yang T miliki ? Bagus ,apa lagi?

Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa Mas

lakukan ? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapa? Mencuci

piring.............dst”.

“Wah ,bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang Mas miliki”.

“ Mas dari lima kegiatan kemampuan ini ,yang mana yang masih dapat

dikerjakan di rumah sakit ?

Coba kita lihat ,yang pertama bisakah ,yang kedua............sampai 5

(misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan).Bagus sekali ada 3 kegiatan

yang masih bisa kerjakan di rumah sakit ini.

“Sekarang ,coba Mas pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di

rumah sakit ini”. “O yang nomor satu ,merapikan tempat tidur? Kalau
begitu,bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur

Mas”.Mari kita lihat tempat tidur Mas ya.

Coba lihat ,sudah rapikah tempat tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur ,mari kita pindahkan dulu

bantal dan n selimutnya.bagus!Sekarang kita angkat spreinya dan

kasurnya kita balik.”Nah,sekarang kita pasang lagi spreinya ,kita mulai

dari atas ya bagus! Sekarang sebelah kaki ,tarik dan masukkan ,lalu

sebelah pinggir masukkan .Sekarang ambil bantal,rapikan dan letakkan di

sebelah atas kepala. Mari kita lipat selimut ,nah letakkan sebelah bawah

kaki ,bagus!”

“Mas sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali .Coba

perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan ?Bagus”

“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau

Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa

melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .

3. Terminasi :

“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan

latihan merapikan tempat tidur ? yach?, Mas ternyata banyak

memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini.

Salah satunya , merapikan tempat tidur , yang sudah Mas praktekkan

dengan baik sekali

Coba ulangi bagaimana cara merapikan tempat tidur tadi, Bagus sekali..

“Sekarang ,mari kita masukkan pada jadual harian . Mas,Mau berapa kali

sehari merapikan tempat tidur. Bagus ,dua kali yaitu pagi-pagi jam

berapa? Lalu sehabis istirahat ,jam 16.00”

“ Coba Mas lakukan dan jangan lupa memberi tanda M (mandiri) kalau

Mas lakukan tanpa disuruh , tulis B(bantuan ) jika diingatkan bisa

melakukan ,dan T ( tidak) melakukan .

“Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Mas masih ingat

kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapikan
tempat tidur? Ya bagus,cuci piring …. Kalau begitu kita akan latihan

mencuci piring besok ya jam 08.00 pagi di dapur sehabis makan pagi

Sampai jumpa ya…Assalamu’alaikum

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

a. Kondisi

DO : Klien tampak tenang, sudeh mau menghargai dirinya sendiri.

DS : Klien menyatakan sudah mau berinteraksi dengan lingkungannya.

b. Diagnosa Keperawatan: Harga Diri Rendah

c. Tujuan

Klien dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki yang lain (yang belum dilakukan)

d. Tindakan Keperawatan.

Klien dapat merencanakan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai

kemampuan.

2. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan

3. Minta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan dirumah sakit

4. Bantu klien melakukannya, kalau perlu beri contoh

5. Beri pujian atas kegiatan dan keberhasilan klien

6. Diskusikan jadwal kegiatan harian atau kegiatan yang telah dilatih

e. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi :

“assalammua ‘laikum, Mas… masih ingat saya??? baguss

Bagaimana perasaan Mas pagi ini ? Wah tampak gembira”

“ Bagaimana Mas, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin tadi

pagi ? Bagus ( kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi ),

Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua, masih ingat apa kegiatan

itu Mas “Ya benar kita akan latihan memcuci piring didapur ruangan ini”

“Waktunya 10 menit, mari kita ke dapur”


2. Kerja :

“Mas, sebelum kita memcuci piring kita perlu siapkan dulu

perlengkapanya, yaitu serabut tepes untuk membersikan piring, sabun

khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, Mas bisa

mneggunakan air yang mengalir dari kran ini, oh ya jangan lupa sediakan

tempat sampah untuk membuang sisa – makanan.

“sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“setelah semuanya perlengkapan tersedia, Mas ambil satu piring koto, lalu

buang dulu sisa makanan yang ada dipiring tersebut ketemapat sampah,

kemudian Mas bersikan piring tersebut dengan menggunakan sabut tepes

yang sudah diberikan sabun pencuci piring, setelah selesai disabuni bilas

dengan menggunakan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di

piring tersebut, setelah itu Mas bisa mengkeringkan piring yang sudah

bersih tadi di rak yang sudah tersedia didapur, nah selesai

“sekarang coba Mas yang melakukan”

“Bagus sekali, Mas dapat mempraktekkan cuci piring dengan baik,

sekarang dilap tanganya

3. Terminasi :

“bagaimana perasaan Mas setelah latihan cuci piring”

Coba ulangi cara mencuci piring…baguss

“ bagaimana kalau kegiatan cuci piring ini dimasukan menjadi kegiatan

sehari – hari Mas. mau berapa kali Mas mencuci piring ? bagus sekali

Mas mencuci piring tiga kali setelah makan”

“besok kita akan latihan untuk kemampuan ke tiga, setelah merapikan

tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar

kita akan latihan mengepel”

“mau jam berapa? Sama dengan sekarang ?

sampai jumpa…Assalamu’alaikum

CATATAN:
Strategi pelaksanaan selanjutnya, sama dengan SP 2 dengan kegiatan yang

dimiliki sesuai kemampuan pasien lainnya (yang belum dilatih)


STRATEGI PELAKSANAAN WAHAM

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1

Proses Keperawatan

a. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, nonton televisi sambil duduk di kursi

b. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran

c. Tujuan khusus

 Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Fase Orientasi

“Hallo, selamat siang pak’

“ Bagaimana kabar bapak hari ini? Aduh bapak hari ini tampak segar

sekali? Sudah makan pagi apa belum? Menunya masih ingat apa tadi ?”

“ Kenalkan, nama saya ade ariani , biasa dipanggil Ade”. Nama bapak

siapa?, suka dipanggil siapa? O…nama bapak Don, suka dipanggil pak

Doni ya, baiklah.”

“Saya mahasiswa Profesi Keperawatan Unand, Saya bertugas di sini

selama 14 hari, saya akan merawat bapak selama saya bertugas di sini,

tiap hari kita akan ketemu dan bincang-bincang”

“ Hari ini kita akan bincang-bincang untuk lebih saling mengenal,

waktunya ± 15 menit cukup tidak pak?”. Dimana kita bicara? Bagaimana

kalau sambil duduk di teras?”

“Di depan sana pak, ok baiklah kalau begitu.”

2. Fase Kerja

“Bagaimana perasaan dan keadaan pak hari ini?”


“Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang-

bincang?”

“ Pak nggak usah kawatir karena kita berada di tempat yang aman. Saya

dan perawat-perawat di sini akan selalu menjadi teman dan membantu Pak

parmin”

“Pak Doni, bisa saya tahu sekarang identitas Bapak, baik alamat,

keluarga, hobi atau mungkin keinginan sekarang?”

“Wah terima kasih Pak Doni karena sudah mau berkenalan dengan saya

dan sekarang saya akan memberitahu identitas saya, Pak Doni mau kan

mendengarkan?”

“Nah karena kita sudah saling mengenal maka sekarang kita berteman,

jadi Pak Doni tidak perlu sungkan lagi bila ada masalah bisa diceritakan

pada saya, Pak Doni mau kan berteman dengan saya?”

3. Fase terminasi

“Sementara itu dulu yang kita bicarakan ya Pak?”

“Coba bisa diulang tadi, nama saya siapa?”

“ Wah, bagus sekali Pak bisa ingat nama saya.”

“Saya sangat senang bisa berkenalan dengan Pak Doni dan Pak Doni

sudah bisa mengungkapkan perasaan dengan baik dan mau berkenalan

dan berteman dengan saya.”

“Besok kita ketemu lagi ya? Dan bincang-bincang lagi tentang cara

mempraktekkan membina hubungan dengan orang lain dan

membicarakan kemampuan yang dimiliki Pak Doni, jam 10.30 WIB,

tempatnya disini lagi, bagaimana bapa Doni setuju?”

“Baiklah, saya minta pamit dulu, terimakasih, sampai bertemu besok ya?”

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2

a. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, duduk sendiri, sambil duduk di meja makan,

tatapan mata kosong,


2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran

3. Tujuan khusus

 Klien dapat membina hubungan saling percaya dan

 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki

b. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Fase Orientasi

“Selamat pagi pak Doni?”

“Apa kabar? Bagaimana keadaan hari ini? Semalam bisa tidur

tidak? Tadi makan pagi dengan lauk dan sayur apa?”

“Kemarin kita sudah berkenalan, masih ingat kan nama saya?

Belum lupa kan?”

“ Bagus sekali pak parmin mampu mengingat nama saya.”

“ Melanjutkan pertemuan kita kemarin dan sesuai dengan

kesepatan kita, hari ini kita akan mencoba mempraktekkan

kembali dalam membina hubungan dengan orang lain dengan

cara berkenalan baik dengan sesama klien maupun dengan

perawat, dan kita juga akan membicarakan tentang kemampuan

yang dimiliki pak Doni. Waktunya 30 menit saja, kita ngobrol

di kursi ruang depan bagaimana pak?

2. Fase Kerja

“Penampilan pak Doni hari ini bagus, rapi dan bersih, bagus sekali pak

dipertahankan ya….?”

“ Sudah mandi ya pak tadi, bapak kelihatan segar sekali.”


“ pak Doni seperti yang sudah saya sampaikan tadi, saya ingin melihat pak

berkenalan dengan teman (klien) dan perawat, coba sekarang bapak praktikkan”

“Bagus sekali, ternyata bapak mampu berkenalan. Bagaimana senang kan

punya banyak teman.”

” pak Doni sudah tahu nama teman-temannya yang berada di sini ya, coba

disebutkan kembali.” bagus pak, dipertahankan ya!”

“Sekarang pak Doni berkenalan dengan perawat juga ya…ayo ini ada pak

perawat, silahkan berkenalan juga.” “Wah hebat pak Doni berani berkenalan

dengan pak perawat yang baru di lihat. Bagaimana senang kan mempunyai

kenalan banyak. Nah, coba sebutkan dengan siapa saja tadi yang sudah diajak

berkenalan. Hebat sekali pak, daya ingatannya bagus sekali.”

“pak Doni sekarang kita akan membicarakan kemampuan yang dimiliki oleh

bapak. Kalau saya lihat selama di ruangan ini pak Doni jarang beraktivitas, Jadi

saya ingin tahu kemampuan atau ketrampilan yang dimiliki oleh bapak apa saja?

Misalnya menyapu, mengepel, merapikan tempat tidur sendiri dll. Wah hebat

sekali. Selain itu apa lagi pak. Bagus sekali ternyata bapak pandai mengukir ya.

bapak kalau di rumah pekerjaannya mengukir ya? Tapi apakah ibu bisa

mengerjakan apa yang disebutkan tadi?”

“Kalau dirumah aktivitas sehari-hari apa yang pak kerjakan? Oh ya, di sini

pak Doni bisa juga melakukan, bisa dianggap rumah sendiri jadi harus

dipertahankan kemampuan yang dimiliki. Terus pak Doni bisa juga menonton

TV, melakukan aktifitas seperti di rumah ataupun merawat diri seperti mandi,

gosok gigi, keramas dll.”

3. Fase Terminasi

“Sementara cukup di sini dulu ya, pembicaraan kita”

“Saya senang bapak Doni mau mengobrol dengan saya. Tadi pak Doni sudah

bagus bisa berkenalan dan mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki

dengan baik, pertahankan ya….”


“Besok kita akan bertemu lagi, berbincang lagi tentang kebutuhan-kebutuhan

pak Doni yang belum terpenuhi, bapak setuju?” Bagaimana kalau jam 10.00

lagi. Disini lagi ya Pak?”

“Baik, saya permisi dulu, bapak bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya

terimakasih ya atas waktunya?”

3. STRATEGI PELAKSANAAN 3

a. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tenang, kooperatif, duduk dengan teman (pasien) yang lain, tanpa ada

pembicaraan,

2. Diagnosa Keperawatan

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan liingkungan berhubungan

dengan perubahan isi pikir : waham kebesaran

3. Tujuan khusus

 Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan dapat

berhubungan dengan realitas.

b. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SP)

1. Fase Orientasi

“Hallo, Selamat siang pak Doni ?”

“Apakah ada yang dikeluhkan atau dipertanyakan sebelum kita mulai

bincang-bincang?”

“ sesuai dengan janji kita kemarin, kita kan akan berbincang-bincang tentang

kebutuhan bapak yang sudah terpenuhi dan kebutuhan bapak yang belum

terpenuhi, bagaimana pak sudah siap.”

“ Baiklah, kita mulai saja ya pak.”


2. Fase Kerja

“Selama di sini apa saja kebutuhan bapak yang sudah terpenuhi. Kebutuhan

apa yang belum terpenuhi?”

“Berkaitan dengan kemampuan yang bapak miliki, kalau di sini terpenuhi

tidak?”

“bapak pernah merasa sakit, cemas atau marah, kepada siapa? Lalu

bagaimana cara pak Doni menghilangkan perasaan itu?”

“Jika kebutuhan tidak terpenuhi lalu apa yang bapak pikirkan? Merasa curiga

atau biasa saja?”

“pak Doni jika mau kita bisa membuat jadwal untuk kegiatan ibu sehingga

kebutuhan bapak terpenuhi semua” Bisa kan?”

“Sekarang saya ingin tahu bapak merasa asing tidak di lingkungan yang

sekarang?”

“bapak mengenal tidak dengan semua teman-teman yang berada disini tidak

bingung kan dengan hari, tanggal dan jam?”

“Apakah bapak mampu untuk bekerja sama dengan teman-teman yang

disini?”

“bapak kalau ada yang dikeluhkan, bapak bisa berbicara dengan saya ya.”

“ bapak kemarin kan sudah berkenalan dengan teman-teman yang ada di sini,

bapak bisa bekerja sama dengan mereka. Semua yang ada di sini adalah

teman bapak.”

“ Wah, bagus sekali pak Doni. Sudah bisa berbincang-bincang dengan

temannya. Pertahankan ya pak.”

“ Baiklah karena waktu kita sudah habis, kita lanjutkan besok pagi lagi

bagaimana?”

3. Fase Terminasi

“Sementara cukup disini dulu ya, pembicaraan kita”

“Saya senang pak Doni mau mngobrol dengan saya. Tadi pak Doni sudah

bagus bisa mengungkapkan kemampuan apa yang dimiliki dengan baik,

pertahankan ya….”
“Besok kita akan bertemu lagi, berbincang tentang ini lagi, o Iya boleh pak.”

“ Besok kita bertemu lagi di tempat seperti biasa di halaman, jam 10.00 WIB,

OK”.

“Baik, saya permisi dulu, bapak bisa melanjutkan kegiatan yang lainnya

terimakasih ya?”
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1

a. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang

diajukan.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan Khusus

a. Pasien dapat mengidentifikasi PK

b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK

c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya

d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.

e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny

4. Tindakan Keperawatan

SP 1 Klien :

Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda

dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan

cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan

nafas dalam).

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi :

“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Ade ariani ,

saya biaya dipanggil Ade. Saya perawat yang akan merawat ibu selama 2

minggu ini,. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi

selama 2 minggu ini saya yang merawat ibu.

Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”

“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”

“masih ada perasaan kesal atau marah?


“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah

yang ibu rasakan,”

“ Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10

menit“ “Dimana kita akan bincang-bincang?

“Bagaimana kalau diruang tamu?”

2. Fase Kerja :

“ apa yang menyebabkan ibu R marah?

Apakah sebelumnya ibu R pernah marah?

Terus penyebabnya apa?

Samakah dengan yang sekarang?

Pada saat penyebab marah itu ada, seperti rumah yang berantakan,

makanan yang tidak tersedia, air tak tersedia ( misalnya ini penyebab

marah klien), apa yang ibu R rasakan?“

Apakah ibu R merasa kesal, kemudian dada ibu berdebar-debar, mata

melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”“ apa yang ibu

lakukan selanjutnya”

“ Apakah dengan ibu R marah-marah, keadaan jadi lebih baik?

“ Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik selain marah-marah?

“maukah ibu belajar mengungkapkan marah dengan baik tanpa

menimbulkan kerugian?

” ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah, hari ini kita

belajar satu cara dulu,

“ begini bu, kalau tanda- marah itu sudah ibu rasakan ibu berdiri lalu tarik

nafas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan secara perlahan-lahan dari

mulut seperti mengeluarkan kemarahan, coba lagi bu dan lakukan sebanyak

5 kali. Bagus sekali ibu R sudah dapat melakukan nya.

“ nah sebaiknya latihan ini ibu R lakukan secara rutin, sehingga bila

sewaktu-waktu rasa marah itu muncul ibu R sudah terbiasa

melakukannya”.
3. Fase Terminasi :

“ Bagaimana perasaan ibu R setelah berbincang-bincang tentang

kemarahan ibu? ”

“ Coba ibu R sebutkan penyebab ibu marah dan yang ibu rasakan dan apa

yang ibu lakukan serta akibatnya.

“Baik, sekarang latihan tandi kita masukkan ke jadual harian ya Bu”

” berapa kali sehari ibu mau latihan nafas dalam ?” Bagus..

“Nanti tolong ibu tulis M, bila ibu melakukannya sendiri, tulis B, bila ibu

dibantu dan T, bila ibu tidak melakukan”

“baik Bu, bagaimana kalau besok kita latihan cara lain untuk mencegah

dan mengendalikan marah ibu R.

”Dimana kita akan latihan, bagaimana kalau tempatnya disini saja ya Bu?”

“Berapa lama kita akan lakukan, bagaimana kalau 10 menit saja”

“Saya pamit dulu Ibu…Assalamu’alaikum.”

2. STRATEGI PELAKSANAAN 2

a. Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.

2. Diagnosa Keperawata

Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan khusus

a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

kedua

b. Mengevaluasi latihan nafas dalam

c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal

d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua

4. Tindakan Keperawatan

SP 2 klien :

Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke

dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan


dengan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan

harian cara ke dua.

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi

“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya

Anwar” “sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.

“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah hal yang menyebabkan ibu marah?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah dengan

kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”

“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”

“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya Bu”

2. Fase Kerja

“ Kalau ada yang menyebabkan ibu marah dan muncul perasaan kesal, selain nafas

dalam ibu dapat memukul kasur dan bantal.”“ Sekarang mari kita latihan memukul

bantal dan kasur mari ke kamar ibu? Jadi kalau nanti ibu kesal atau marah, ibu

langsung kekamar dan lampiaskan marah ibu tersebut dengan memukul bantal dan

kasur.Nah coba ibu lakukan memukul bantal dan kasur, ya bagus sekali ibu

melakukannya!”“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan

marah, kemudian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”

3. Fase Terminasi

“ Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“ Coba

ibu sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”

“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari ibu. Pukul berapa ibu

mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?

Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lalu

kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya Bu.“

sekarang ibu istirahat, 2 jam lagi kita ketemu ya Bu, kita akan belajar

mengendalikan marah dengan belajar bicara yang baik. Sampai

Jumpa!” Assalamu’alaikum
3. STRATEGI PELAKSANAAN 3

a.Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

Klien kooperatif, tenang, ada kontak mata saat berbicara, sesekali nada bicara agak

tinggi.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan khusus

a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara

sosial/verbal

b. Mengevaluasi jadual harian untuk dua cara fisik

c. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

d. Menyusun jadwal latihan mengungkapkan secara verbal

4. Tindakan Keperawatan

SP3 klien :

Membantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara sosial/verbal

(evaluasi jadwal harian tentang dua cara fisik mengendalikan perilaku kekerasan,

latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal ( menolak dengan baik, meminta

dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik), susun jadwal latihan

mengungkapkan marah secara verbal

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN.

1. Fase Orientasi

“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” bagus Ibu,,,ya saya Anwar”,

sesuai dengan janji saya 2 jam yang lalu sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana bu, sudah dilakukan tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal? Apa

yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”“Coba saya lihat jadual

kegiatan hariannya. “Bagus,

“Bagaiman kalau kita sekarang latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau ditempat yang

sama?”

“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaiman kalau 10 menit?”

2. Fase Kerja

“Sekarang kita latihan cara bicara ibu baik untuk mencegah marah. Kalau marah

sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah

lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga

caranya bu: 1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan suara yang rendah serta

tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin ibu mengatakan penyebab

marahnya karena makanan tidak tersedia, rumah berantakan, Coba ibu minta

sediakan makan dengan baik:” bu, tolong sediakan makan dan bereskan rumah”

Nanti biasakan dicoba disini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba

ibu praktekkan . Bagus bu. “

Yang kedua : Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin

melakukannya, katakan: ‘maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada

kerjaan’. Coba ibu praktekkan . Bagus bu.”

Yang ketiga Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang

membuat kesal ibu dapat mengatakan:’Saya jadi ingin marah karena perkataan mu

itu’Cobapraktekkan.Bagus.”

3. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah

dengan bicara yang baik?’

“Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari.”“Bagus

sekali, sekarang mari kita masukkan dalam jadwal. Berapa kali sehari ibu mau

latihan bicara yang baik? bisa kita buat jadwalnya?”

“Coba masukkan dalam jadwal latihan sehari-hari, misalnya

meminta obat, makanan dll. Bagus nanti dicoba ya bu!”

“ Bagaimana kalau besok kita ketemu lagi?”

“ besok kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah ibu yaitu

dengan cara ibadah, ibu setuju? Mau dimana bu? Disini lagi? Baik sampai nanti ya
Ibu…Assalamu’alaikum

4.STRATEGI PELAKSANAAN 4

a.PROSES KEPERAWATAN

1. Kondisi klien

Klien tenang, kooperatif, bicara jelas.

2. Diagnosa Keperawatan

Risiko perilaku kekerasan

3. Tujuan khusus

Pasien dapat mencegah/ mengendalikan PK nya secara spiritual,

4. Tindakan Keperawatan

SP 4 klien :

Bantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual

(diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan

sosial/verbal, latihan beribadah dan berdoa, buat jadwal latihan ibadah/ berdoa)

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orientasi

“ Assalamu’alaikum Ibu R, masih ingat nama saya” Betul Ibu

“Bagaiman bu, latihan apa yang sudah dilakukan? Apa yang dirasakan setelah

melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaiman rasa marahnya?”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah

yaitu dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaiman kalu ditempat biasa?”

“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?”

2. Fase kerja

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa ibu lakukan! Bagus, yang mana

yang mau di coba?”“Nah, kalau ibu sedang marah coba langsung duduk dan

langsung tarik nafas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar

rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.“Ibu

bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana? Coba
sebutkan caranya?”

3. Fase terminasi

“Bagaiman perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga

ini?”“ Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadwal kegiatan ibu. Mau berapa kali

ibu sholat. Baik kita masukkan sholat …….dan ……(sesuai kesebuatan pasien).”

“Coba ibu sebutkan lagi cara ibadah yang dapat ibu lakukan bila ibu sedang

marah”“Setelah ini coba ibu lakukan sholat sesuai jadwal yang telah kita buat

tadi”

“ 2 jam lagi kita ketemu ya bu,nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol

rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat! “

“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk

mengontrol rasa marah ibu, setuju bu?”….Assalamu’alaikum


SRATEGI PELAKSANAAN DEFISIT PERWATAN DIRI

1. STATEGI PELAKSANAAN 1 :

a. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien.

Klien mngatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju.

Klien terlihat kotor, rambut tidak disisr, baju agak kotor, bau dan menolak

diajak mandi.

2. Diagnosa Keperawatan.

Defisit Keperawatan Diri

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri.

c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.

d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.

e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

b. Menjelaskan kebersihan yang baik.

c. Membantu klien mempraktekkan cara kebersihan yang baik.

d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orentasi.

“ Assalamu’alaikum, selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Ade ariani ,

saya biaya dipanggil Ade . Saya perawat yang akan merawat ibu selama 2

minggu ini. Hari ini saya dinas pagi dari jam 7 sampai jam 1 siang, jadi

selama 2 minggu ini saya yang merawat ibu.

Nama ibu siapa? Dan senang nya dipanggil apa?”

“ Bagaimana perasaan ibu R saat ini?”

Apakah ibu sudah mandi?.

Baiklah Bu, bagaimana kalau kita mendiskusikan tentang kebersihan diri?


Berapa lama Bu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.

2. Fase kerja.

Masalah kebersihan diri

Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut ibu apa kegunaan mandi? Apa

alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut ibu apa manfaatnya

kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat

diri dengan baik seperti apa? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri

masalah apa menurut ibu yang bisa muncul? Sekarang apa saja alat untuk

menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita mandi, cuci rambut, gosok gigi apa

saja yang disiapkan? Benar sekali, ibu perlu menyiapkan pakaian ganti,

handuk, sabun sikat gigi, odol, shampo serta sisir. Wah bagus sekali, ibu bisa

menyebutkan dengan benar.

Masalah berdandan

apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja tina

menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan kita sisiran dan

bedandan? Jadi bisakah ibu sebutkan alat yang digunakan untuk berdandan?

Betul, bagus sekali sisir, bedak dan lipstik.

Masalah makan dan minum

Berapa kali ibu makan sehari? Iya bagus ibu makan 3 kali sehari. Kalau

minum sehari berapa gelas bu? Betul, minum 10 gelas perhari. Apa saja yang

disiapkan untuk makan? Dimana ibu makan? Bagaimana cara makan yang

baik menurut ibu? Apa yang dilakukan sebelum makan? Apa pula yang

dilakukan setelah makan?

Masalah BAB dan BAK

Berapa kali ibu BAB sehari? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya ibu

BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya?

Kita sudah bicara tentang kebersihan diri, berdandan, berpakaian, makan dan

minum serta BAB dan BAK. sekarang bisakah ibu cerita bagaimana cara

melakuakn mandi, keramas dan gosok gigi. Ya benar


pertama ibu bisa siram seluruh tubuh ibu termasuk rambut lalu ambil shampo

gosokkan pada kepala ibu sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.selanjutnya

mabil sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air

sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari

arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi ibu mulai dari depan ke belakang.

Bagus lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu

sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. Ibu bagus sekali melakukannya.

Selanjutnya ibu bisa pasang baju dan sisir rambutnya dengan baik

3. Terminasi.

Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya

kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakuakan kebersihan diri?

Sekarang coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi? Apa saja alat untuk

menjaga kebersihan diri, bagaimana cara menjaga kebersihan diri? Bagus

sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar. Bagaimana perasaan ibu setelah

mandi? Coba lihat dicermin, lebih bersih dan segar ya.

Baiklah ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari berappa kali bu? Ya bagus

mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu. Nanti

ibu kemasukan ke jadwal ya bu. Jika ibu melakukanya secara mandiri makan

ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh

keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu

tulis T. apakah ibu mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.

Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara

berdandan. apakah ibu bersedia?

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu?? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu.

saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

2. STATEGI PELAKSANAAN 2 :

a.Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien.
Klien mengatakan sudah mandi

Klien mengatakan malas menyisir rambut

Klien terlihat lebih segar

Klien rambut terlihat tidak disisir

2. Diagnosa Keperawatan.

Defisit perawatan diri.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.

a. Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)

b. Pasien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri (Berdandan).

c. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (berdandan) dengan bantuan

perawat.

d. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandiri.

e. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan diri

(Berdandan)

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Menjelaskan cara berdandan yang benar.

c. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan

memasukkan dalam jadwal.

d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah mandi?.Tampak

bersih sekali, rambut juga sudah disisir, kukunya sudah digunting yah? Bagus

sekali. Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu

lakukan. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya.

Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga

sudah, keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah
1 x seminggu, kalau ini masih dibantu kemaren ya bu. Yang masih dibantu

sama suster nanti ibu melakukannya sendiri.

Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan latihan

berdandan. Apakah ibu bersedia?

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah ibu, sebelum berdandan alat apa saja yang harus disiapkan? Ya benar

sekali sisir, bedak dan lipstik. Bagaimana cara ibu berdandan? Apakah

menyisir rmabut dulu? Bagaimana cara ibu menyisir? Sekarang sisir rambut

dulu ya. Bagus sekali coba lihat dikaca, sudah rapi? Apa kebiasaan ibu

berdandan apakah ibu memakai bedak? Lanjutka dengan merias muka, bagus .

ibu tampak cantik. Apakah ibu mau pakai lipstik? Iya pakainya tipis saja.

Coba lihat dikaca cantik ya.

3. Terminasi.

Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara berdandan? Lebih cantik

dan rapi ya? Bisa tina sebutkan lagi apa saja alat yang diperlukan untuk

berdandan? Yah bagus sekali. Sekarang coba sebutkan caranya

bagaimana? Wah tina memang hebat.

Baiklah ibu kita sudah melakukan berdandan kita masukan kedalam

jadwal ya. Berapa kali akan ibu lakukan? Dua kali sehari? Sehabis mandi

yaa? Jadi tina bisa tulis dijadwal harian setiap habis mandi, tina bisa

langsung berdandan. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai

jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas

2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan

habis mandi

Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang

kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang benar, apakah ibu

bersedia?
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? ? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa

besok bu. saya permisi Assalamualaikum WR,WB.

3. STATEGI PELAKSANAAN 3 :

MELATIH CARA MAKAN DAN MINUM YANG BAIK.

a. Proses Keperawatan.

1. Kondisi Klien

Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambut

Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar

Klien terlihat lebih segar dan rambut terlihat rapi

Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan benar.

Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum

2. Diagnosa Keperawatan.

Defisit Perawatan Diri.

3. Tujuan Tindakan Keperawatan.

a. Pasien dapat mengetahui peralatan yang digunakan untuk makan.

b. Pasien dapat mengetahui cara-cara makan dan minum yang baik dan

benar

c. Pasien dapat melaksanakan makan dan minum yang baik dan benar

dengan bantuan perawat.

d. Pasien dapat melaksanakan cara makan dan minum yang baik secara

mandiri.

4. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Menjelaskan cara makan dan minum yang baik dan benar.

c. Membantu pasien mempraktikkan cara makan dan minum yang benar

dan memasukkan dalam jadwal.

d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Hari ini saya lihat ibu sudah bersih

ya, rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak, kukunya sudah digunting,

bajunya juga cantik. Bagus sekali. Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus

sekali ternyata sudah ibu lakukan. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus sekali

ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri,

gosok gigi sehari juga sudah, keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri,

gunting kuku juga sudah 1 x seminggu, sudah dilakukan secara mandiri. Jadi

tina sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan dilakukan sama

siapa bu? Oh sudah sendiri bagus sekali. Kalau berpakaiannya bagaimana?

Dilakukan sendiri, bagus sekali.

Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan bicara

tentang kebutuhan makan dan minum, cara makan dan

minum. Apakah ibu bersedia?

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau30 menit?

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah ibu, sekarang kita akan diskusikan tentang kebutuhan makan pada

orang dewasa sepertin ibu dalam satu hari. Kebutuhan makan perhari dewasa

untuk perempuan antara 2000-2200 kalori dan untuk laku-laki antara 2400-

2800 kalori setiap hari. Biasanya pada orang dewasa membutuhkan semua itu

didapat dari makanan seperti makanan pokok untuk memberi rasa kenyang :

nasi, jagung, ubi jalar, singkong, dll selain itu perlu juga lauk seperti : lauk

hewani berupa daging ayam, ikan dll serta lauk nabati seperti kacang-

kacangan, hasil olahan tahu, dan tempe. Sayur diberikan untuk memberikan

rasa segar dan melancarkan proses menelan makanan, karena biasanya

dihidangkan dalam bentuk berkuah : sayur dan umbian, kacang-kacangan,

buah dan susu sebagai pelengkap, akan lengkap ditinjau dari kecukupan gizi
serta minum 8-10 gelas (2500ml) sehari. Bagaimana tina apakah sudah

mengerti?

Kalau kita mau makan alatnya apa saja tina? Jadi harus ada gelas piring dan

sendok yah, sekarang piring gunanya untuk apa? Ya benar sekali untuk

menaruh makanan, selanjutnya sendok untuk apa? Kalau gelas disiapkan

untuk apa? Bagus sekali tina sudah bisa menjawab dengan benar, bagaimana

kebiasaan sebelum , saat maupun sudah makan? Makan dimeja makan ya?

Sebelum makan kita harus cuci tangan pakai sabun. Ya mari kita

praktekkan.setelah itu duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita

berdoa dulu. Silakan tina yang pimpn. Bagus. Mari kita makan. Saat makan

kita harus mnyupakan makan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya mari kita

makan. Setelah kita mkan kita bereskan piring dan gelas yang kotor. Ya betul

dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus.

3. Terminasi.

Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar makan dan minum? Alat apa saja

yang kita gunakan untuk makan? Setelah makan pa saja yang kita lakuakan?.

Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara makan dan minum kita

masukan kedalam jadwal ya. Berapa kali akan ibu mau makan? tiga kali

sehari? Kalau pagi jam berapa? Sianbg? Malam? Jadi tina bisa tulis dijadwal

harian. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal yah bu, mandi

2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali seminggu, gunting

kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan habis mandi pagi dan sore.

Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang BAB dan

BAK, apakah ibu bersedia?

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? ? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok bu.

saya permisi Assalamualaikum …


4. STATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : MELATIH BAB DAN BAK YANG

BAIK.

a. Proses Keperawatan.

a. Kondisi Klien.

Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambur

Klien mengatakan sudah makan pagi dengan baik

Klien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan benar.

Klien terlihat bersih dan segar. Rambut tersisir dengan rapi

Klien terlihat BAK sembarangan.

b. Diagnosa Keperawatan.

Defisit Perawatan Diri.

c. Tujuan Tindakan Keperawatan.

a. Pasien dapat mengetahui cara-cara BAB dan BAK yang baik dan

benar.

b. Pasien dapat melaksanakan cara BAB dan BAK yang baik secara

mandiri.

d. Tindakan Keperawatan.

a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.

b. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik dan benar.

c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Fase Orentasi.

Assalamualaikum bu, Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya?

Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Hari ini saya lihat ibu sudah

bersih ya, rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak, kukunya sudah

digunting, bajunya juga cantik. Bagus sekali. Kalau gosok giginya

bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu lakukan. Bagaimana makan

dan minum hari ini? Jam berapa? Jam 8 ya. Coba saya lihat jadwalnya?

Bagus sekali ibu sudah melakukannya. Mandi 2 x sehari sudah dilakukan

dengan mandiri, gosok gigi sehari juga sudah, keramas 2 minggu sekali
juga sudah mandiri, gunting kuku juga sudah 1 x seminggu, sudah

dilakukan secara mandiri. Jadi tina sudah bagus tentang kebersihan

dirinya. Kalau berdandan dilakukan sama siapa bu? Oh sudah sendiri

bagus sekali. Kalau berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus

sekali. Kalau makan dan minum masih dibantu yah. Besok harus sudah

melakukannya sendiri yah. Ibu bisa kan ibu pasti bisa karea ibu hebat.

Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan bicara

tentang cara BAB dan BAK. Apakah ibu bersedia?

Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?

Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?

2. Fase Kerja.

Baiklah ibu, ibu BAB dan BAK dikamar mandi yah? Hati-hati pakaian

jangan sampai kena ya. Lalu jongkok diwc? Bagaimana cara ibu cebok?

Bagus sebaiknya ibu cebok yang bersih setelah BAB dan BAK. yaitu

dengan menyiram air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya.

Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran /tinja yang

ada dianus kebagian kemaluan kita. Setelah tina selesei cebok, jangan

lupa tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja / air

krncing itu tidak tersisa dikaskus/ WC. Jika tina membersihkan

membersihkan tinja/ air krncing seperti ini, berarti tina ikut mencegah

penyebaran kuman berbahaya yang ada pada kotoran / air kencing.

Setelah selesei membersihkan tinja/air kencing, tina perlu merapikan

pakaian sebelum keluar dari wc. Pastikan resleting sudah tertutup dengan

rapi. Dan setelah itu jangan lupa cuci tangan pakai sabun ya bu.

3. Terminasi.

Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan cara BAB dan

BAK? Apa saja yang dilakukan saat BAB Dan BAK? Bagus sekali bu.

Nahsekarang coba ibu sebutkan cara perawatan diri yang telah kita

pelajari dan latih? Bagus sekali.


Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara BAB dan BAK. masukan

kedalam jadwal ya. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai

jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas

2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan

2 kali sehari habis mandi pagi dan sore, makan 3 kali sehari dan minum 8-

10 gelas sehari. BAB dan BAK ditempatnya. Bagaimana bu bisa

dilakukan sesuai jadwal. Bagus sekali ibu mau mencoba melakukannya

Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang

halusinasi, apakah ibu bersedia?

Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00

Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang

tamu? ? Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa

besok bu. saya permisi Assalamualaikum ….


STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

1. STRATEGI PELAKSANAAN 1
a. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung,
tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat mengidentifikassi beratnya masalah resiko bunuh diri.
c. Klien dapat mengidentifikasi benda benda berbahaya dan
mengamankannya.
d. Klien dapat melatih cara mengendalikan dari dorongan bunuh diri :
menyebutkan daftar aspek positif dan berlatih berpikir aspek positif.
4. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri
b. Mengidentifikassi benda-benda yang dapat membahayakan pasien dan
mengamankannya
c. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
d. Melatih cara mengendalikan bunuh diri
e. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal kegiatannya.
b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… perkenalkan nama saya
Mahasiswa Profesi Unand, saya senang dipanggil Ade. Saya mahasiswa
yang akan merawat Bapak selama 2 minggu. Nama Bapak siapa?
Senangnya dipanggil siapa?”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa ada masalah sampai Bapak
begini ?”
c. Kontrak
“Baiklah Pak bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah
Bapak ? Tujuananya agar saya dapat membantu mengatasi masalah
tersebut. Mau dimana kita berbincang – bincang ? Bagaimana kalau di
sini saja ? Berapa lama mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit ?”
2. Fase Kerja
“Bagaimana perasaan Bapak setelah bencana ini terjadi ? Apakah dengan
bencana ini Bapak merasa paling menderita di dunia ini ? Apakah Bapak
kehilangan kepercayaan diri ? Apakah Bapak merasa tak berharga atau
bahkan lebih rendah daripada orang lain ? Apakah Bapak merasa bersalah
atau mempersalahkan diri sendiri ? Apakah Bapak sering mengalami kesulitan
berkonsentrasi ? Apakah Bapak berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin
bunuh diri atau berharap bahwa Bapak mati? Apakah Bapak pernah mencoba
untuk bunuh diri ? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang Bapak
rasakan ?”
“Baiklah, tampaknya Bapak membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya tidak akan membiarkan Bapak
sendiri. Saya akan memeriksa seluruh isi kamar Bapak ini untuk memastikan
tidak ada benda – benda yang membahayakan Bapak.”
“Bapak, apakah Bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri
bapak ? Coba sebutkan apa saja benda-benda tersebut. Bagus sekali Bapak,
Bapak tahu benda-benda yang dapat membahayakan diri Bapak. Apakah salah
satu benda tersebut ada dikamar Bapak ? Kalau ada benda tersebut jangan
Bapak dekati atau pegang ya Pak”
“Pak, apa yang Bapak lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau
keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya Bapak harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi Bapak jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga
atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan. Paham Pak ? Saya
percaya Bapak dapat mengatasi masalah Bapak”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ? Coba
Pak jelaskan lagi bagaimana jika Bapak mulai mempunyai keinginan untuk
mengakhiri hidup. Bagus, Bapak minta perawat atau orang lain untuk minta
bantuan yaa”
b. RTL
“Bapak, selama kita tidak bertemu, bila Bapak melihat benda-benda yang
dapat membahayakan Bapak, segera jauhi, dan Bapak segera minta bantuan
pada orang orang disekitar jika keinginan untuk mengakhiri hidup mulai
muncul lagi”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah sekarang Bapak saya tinggal dulu. Bagaimana kalau besok
bertemu lagi untuk bercakap cakap tentang berpikir positif pada diri sendiri
? Tempatnya mau dimana Pak ? Bagaimana kalau di taman Pak? Jam
berapa Pak ? Bagaimana kalau jam 09.00 ? Baiklah Pak selamat
beristirahat”
2. STRATEGI PELAKSANAAN 2
a. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung,
tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan Keperawatan
a. Klien dapat berlatih mengendalikan diri dengan berpikir positif terhadap
diri sendiri.
b. Klien dapat memasukkan kegiatannya dalam jadwal hariannya.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi kegiatan sebelumnya
b. Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri dengan berpikir
positif terhadap diri sendiri.
c. Membantu klien memasukkan kegiatannya dalam jadwal harian.

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… masih ingat dengan saya Pak ? Ya
benar saya X”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa kemarin atau hari ini ada
keinginan bnuh diri lagi Pak ? Bagus. Masih ingat apa yang harus Bapak
lakukan jika ada keinginan bunuh diri ? Iya bagus sekali segera minta
bantuan pada orang lain”
c. Kontrak
“Baiklah Pak sesuai kontrak kita kemarin, sekarang kita akan bercakap
tentang pikiran positif Bapak terhadap diri sendiri. Berapa lama mau
bercakap ? Bagaimana kalau 20 menit ? Dimana mau bercakap Pak ?
Bagaimana kalau disini ?”

2. Fase Kerja
“Apa yang Bapak tidak sukai dari anggota tubuh Bapak ? Oh tangan. Bisa
Bapak jelaskan alasan Bapak tidak suka dengan tangan Bapak ? Oh jadi
karena tangan Bapak tidak dapat menyelamatkan anak Bapak dari bencana ya
? Pak, semua bagian yang diciptakan oleh Tuhan itu semuanya bermanfaat
dan harus kita syukuri. Jadi sebaiknya kalau Bapak merasa anggota tubuh
tersebut tidak Bapak sukai, cobalah dari sekarang Bapak mulai mencoba
menyukainya dengan menggunakannya untuk hal hal yang Bapak sukai. Saya
dengar Bapak pandai melukis ya ? Bagus Pak, Bapak dapat memulai
menyukai tangan Bapak dengan cara melukis. Bagaimana kalau kita melukis
Pak ? Ayoo silahkan Pak. Wah bagus sekali yah Pak lukisannya, nanti Bapak
bisa melukis lagi ya kalau ada waktu”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ? Saya
senang jika Bapak mulai sekarang mencoba menyukai anggota tubuh
Bapak yang Bapak anggap tidak suka. Coba Pak jelaskan lagi apa yang
harus Bapak lakukan jika ada waktu luang ? Iya bagus”
b. RTL
“Pak, bagaimana kalau jadwal melukis ini kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian Bapak ? Mau dilakukan sehari berapa kali ? Sehari sekali
ya Pak”
c. Kontrak yang akan datang
“Baiklah sekarang bapak saya tinggal dulu, kapan kita bisa bertemu
lagi Pak? Bagaimana kalau besok ?Baiklah besok kita akan membahas
tentang cara melakukan hal yang baik ketika sedang mengalami
masalah. Mau dimana kita berbicara Pak ? Bagaimana kalau di sinilagi
Pak ?Mau jam berapa Pak ? Bagaimana kalau jam 10.00 ? Baik besok
kita bertemu lagi di taman jam 10.00 ya Pa ? Apakah Bapak setuju ?
Baiklah Pak selamat beristirahat. Wassalamualaikum”

3. STRATEGI PELAKSANAAN 3
a. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung,
tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Pasien dapat menggunakan pola kopingnya ketika ada massalah
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan pasien
b. Menilai pola koping yang bisa dilakukan
c. Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
d. Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… masih ingat dengan saya Pak ? Ya
benar saya X”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa kemarin atau hari ini ada
keinginan bunuh diri lagi Pak ? Bagus. Masih ingat apa yang harus Bapak
lakukan jika ada keinginan bunuh diri ? Iya bagus sekali segera minta
bantuan pada orang lain”
c. Kontrak
“Baiklah Pak sesuai kontrak kita kemarin, sekarang kita akan bercakap
tentang apa yang harus Bapak lakukan jika ada masalah. Berapa lama mau
bercakap ? Bagaimana kalau 20 menit ? Dimana mau bercakap Pak ?
Bagaimana kalau disini ?”

2. Fase Kerja
“Bapak, ketika Bapak sedang mangalami masalah, apa yang Bapak lakukan ?
Apalagi Pak ? Bagus sekali Bapak ini. Jadi kalau Bapak sedang mengalami
masalah seperti itu, Bapak bisa melakukan hal-hal yang membuat Bapak
sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang positif, seperti apa yang bapak katakan
tadi, misalnya : melukis, main bola, menyapu halaman dan shalat. Sekarang
coba Bapak sebutkan lagi kegiatan-kegiatannya ! Iya bagus Pak. Bagaimana
kalau kita melukis lagi Pak ? Wah lukisan Bapak bagus sekali ya, kapan kapan
saya bisa diajari ya ?”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah apa yang kita bicarakan tadi ? Saya
senang jika Bapak melakukan kegiatan-kegiatan yang tadi kita bicarakan.
Sekarang coba Bapak sebutkan kembali apa yang sudah kita bicarakan
tadi. Bagus”
b. RTL
“Bapak, selama kita tidak bertemu, Bapak bisa melakukan kegiatan-
kegiatan tadi, seperti main melukis, bola, menyapu, dan shalat. Kemudian
Bapak mari kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian Bapak ya”
c. Kontrak yang akan datang
“Bagaimana kalau besok kitabertemu lagi untuk membahas tentang
membuat rencana untuk masa depan. Dimana kita akan berbicara Pak ?
Bagaimana kalau di taman lagi Pak? Mau jam berapa Pak ? Bagaimana
kalau jam 10 lagi ? selamat beristirahat. Wassalamualaikum”

4. STRATEGI PELAKSANAAN 4
a. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
Klien mengatakan lebih baik mati saja, sudah bosan hidup, ekspresi murung,
tak bergairah, ada bekas percobaan bunuh diri, menyendiri
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko bunuh diri
3. Tujuan
Pasien dapat membuat rencana masa depan yang realistis
4. Tindakan Keperawatan
a. Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien
b. Mngidentifikasi cara mencapai masa depan yang realistis
c. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis

b. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum..!!! Selamat pagi… masih ingat dengan saya Pak ? Ya
benar saya X”
b. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Apa kemarin atau hari ini ada
keinginan bunuh diri lagi Pak ? Bagus. Masih ingat apa yang harus Bapak
lakukan jika ada keinginan bunuh diri ? Iya bagus sekali segera minta
bantuan pada orang lain dan menyibukkan diri”

c. Kontrak
“Baiklah Pak sesuai kontrak kita kemarin, sekarang kita akan bercakap
tentang cara mencapai keinginan Bapak. Berapa lama mau bercakap ?
Bagaimana kalau 20 menit ? Dimana mau bercakap Pak ? Bagaimana kalau
disini ?”

2. Fase Kerja
“Bapak, apa keinginan Bapak dari dulu sampai sekarang? Apalagi Pak?
Apakah masih ada ? Sampai saat ini sudah ada keinginan Bapak yang sudah
tercapai ? Wah hebat…..yang belum tercapai apa Pak ? Harapan Bapak sangat
bagus sekali, Bapak bisa berusaha semampu Bapak dengan cara yang sabar,
lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Kegagalan bukan akhir dari sebuah harapan
Pak, namun cobaan yang nantinya akan membawa Bapak ke arah yang bapak
harapkan selama ini. Jadi, selalu berusaha menjadi yang terbaik ya Pak, kejar
cita-cita Bapak sampai dapat dan ingat, kejar harapan itu sesuai kemampuan
Bapak”.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif
“Bagaimana perasaan Bapak setelah bercakap cakap ? Saya senang jika
Bapak melakukan apa yang sudah tadi kita bicarakan. Coba Bapak
sebutkan kembali apa yang seharusnya kita lakukan ketika kita
menginginkan sesuatu! Pintar sekali Bapak ini”
b. RTL
“Bapak, selama kita tidak bertemu, Bapak bisa melakukan hal seperti tadi
untuk mencapai keinginan Bapak yang nyata, Bapak mesti lebih sabar,
lebih giat, ikhtiar dan berdoa. Jangan sampai menyerah ya Pak”
c. Kontrak Yang Akan Datang
“Bagaimana kalau kita besok bertemu lagi untuk melihat semua manfaat
dari yang sudah kita pelajari bersama Pak ?. Jam berapa Pak ? Bagaimana
kalau jam 9 ? Dimana ? Bagaimana kalau disini lagi ? Baiklah, sampai
jumpa”

Anda mungkin juga menyukai