LIA BARETA
KELOMPOK I
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Menstruasi
1. Definisi
Menstruasi merupakan proses alamiah yang terjadi
pada perempuan. Menstruasi merupakan suatu perdarahan
yang teratur pada uterus sebagai tanda bahwa organ
kandungan telah berfungsi matang. Umumnya remaja yang
mengalami menstruasi pertama pada usia 6-12 tahun
(Kusmiran, 2014).
Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari
luruhnya dinding sebelah dalam rahim (endometrium).
Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima
implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio
lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi secara periodik,
jarak waktu antar menstruasi dikenal dengan satu siklus
menstruasi (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Menstruasi adalah proses keluarnya darah atau
perdarahan yang secara teratur atau periodik dan siklik.
Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan pelepasan
dari endometrium. Proses menstruasi ini terjadi bila ovum
tidak dibuahi oleh sperma (Fahmawati, 2009).
2. Siklus Menstruasi
Pola siklus menstruasi merupakan pola yang
menggambarkan jarak antara hari pertama menstruasi dengan
hari pertama menstruasi berikutnya. Pada umumnya siklus
menstruasi berlangsung selama 28 hari. Siklus normal
berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada
tiap perempuan, namun beberapa perempuan memiliki siklus
yang tidak teratur. Panjang siklus menstruasi dihitung dari
hari pertama menstruasi yang kemudian dihitung sampai
dengan hari perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
(Saryono, 2009). Siklus menstruasi bervariasi pada
perempuan dan hampir 90% perempuan memiliki siklus 25-
35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28
hari, namun beberapa perempuan memiliki siklus yang tidak
teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan. (Wijayanti, 2009).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi,
pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2
sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran
darah menstruasi terdiri dari fragmen- fragmen kelupasan
endrometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila
kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan dengan
berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan
darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem
fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata
banyaknya darah yang hilang pada perempuan normal selama
satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa
kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14
gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per gr, volume darah
ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan
kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi
untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per
tahun (Heffner, 2008).
3. Fase Menstruasi
Menurut Redeer, dkk (2011) siklus menstruasi dibagi
menjadi tiga fase: proliferasi, sekresi, dan iskemik. Siklus
menstruasi berhubungan langsung dengan siklus ovarium, dan
keduanya di bawah pengaruh hormon, seperti yang akan dijelaskan
pada bagian berikut
a. Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium menjadi sangat tipis.
Selama minggu berikutnya, endometrium mengalami
proliferasi dengan sangat jelas. Sel-sel pada permukaan
endometrium menjadi lebih tinggi, sementara kelenjar yang
terdapat di endometrium tersebut menjadi lebih panjang dan
lebih luas. Akibat perubahan ini, ketebalan endometrium
meningkat enam atau delapan kali lipat. Kelenjar- kelenjarnya
menjadi lebih aktif dan menyekresi zat yang kaya nutrisi.
Setiap bulan selama siklus menstruasi ini (sekitar hari ke lima
sampai hari ke empat belas), sebuah folikel de Graaf
berkembang mendekati bentuk terbesarnya dan menghasilkan
peningkatan jumlah cairan folikular. Cairan ini mengandung
hormon estrogenic estrogen. Karena estrogen menyebabkan
endometrium tumbuh atau berproliferasi, fase siklus menstruasi
ini disebut fase proliferasi. Kadang kala fase ini disebut fase
estrogenic atau fase folikular.
b. Fase Sekresi
Setelah pelepsan ovum dari folikel de Graaf (ovulasi), sel-sel
yang membentuk korpus luteum mulai menyekresi hormon
penting lainnya, yaitu progesterone, selain estrogen. Kondisi ini
menambah kerja estrogen pada endometrium sedemikian rupa
sehingga kelenjar menjadi sangat kompleks, dan lumennya
sangat berdilatasi dan berisi sekresi.
d. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan
adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan
menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk
membatasi perdarahan pada haid.
b) Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi
selama 3 siklus. Angka kejadian berkisar antara 1-5 %.
(Purwoastuti & Walyani, 2015)
c. Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi,
diantaranya:
1) Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid,
seperti gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit
kepala.
2) Mastadinia.
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum
menstruasi.
3) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff
dapat juga disertai dengan perdarahan/ bercak.
4) Dismenorea
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada
bagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas
sehari-hari.
5) Perdarahan di luar menstruasi
Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi
(metroragia). Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang
bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan
hormonal terjadi gangguan poros hipotalamus hipofisis,
ovarium (indung telur) dan rangsangan estrogen dan
progesterone dengan bentuk pendarahan yang terjadi di luar
menstruasi, bentuknya bercak dan terus menerus, dan
pendarahan menstruasi berkepanjangan. Keadaan ini
dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon tubuh, yaitu
kadar hormon progesteron yang rendah atau hormon
estrogen yang tinggi.
B. Konsep Oligomenorea
1. Definisi
Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus menstruasi
memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami menstruasi yang
lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus
menstruasi ini berlangsung selama lebih dari 3 bulan, maka kondisi
tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder. Oligomenorea biasanya
terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium.Gangguan hormon tersebut menyebabkan
lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga
menstruasi menjadi lebih jarang terjadi.
Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid
pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause.
Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi
normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi
pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan
keseimbaangan hormon dalam tubuh. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup
baik. Siklus haid biasanya juga ovulatoar dengan masa proliferasi lebih
panjang dari biasanya
Oligomenore yang terjadi pada remaja, seringkali disebabkan karena
kurangnya sinkronisasi antara hipotalamus, kelenjar pituari & indung
telur. Hipotalamus mengatur pengeluaran hormon yang mengatur
kelenjar pituari. Kemudian kelenjar pituari akan merangsang produksi
hormon yang mempengaruhi pertumbuhan & reproduksi. Pada awal &
akhir masa reproduksi wanita, beberapa hormon tersebut dapat menjadi
kurang tersinkronisasi, sehingga akan menyebabkan terjadinya haid yang
tidak teratur.
2. Etiologi
Oligomenore biasanya berhubungan dengan anovulasi atau
dapat juga disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan
hipofise-hipotalamus, dan menopouse atau sebab sistemik seperti
kehilangan berat badan berlebih. Oligomenore dapat juga terjadi pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini
dihasilkan androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal.
Oligomenore dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional,
penyakit kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk.
Oligomenorrhe dapat juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal
seperti pada awal pubertas. Oligomenore yang menetap dapat terjadi
akibat perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium luteal,
ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila siklus tiba-tiba
memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau
pengaruh penyakit.
Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada :
1. Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium
(PCOS)-Stress dan depresi
2. Sakit kronik
3. Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa,
bulimia)
4. Berat badan berlebihan atau penurunan berat badan berlebihan
5. Olahraga berlebihan, misal atlit
6. Adanya tumor yang melepaskan estrogen
7. Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang
menghambat pengeluaran darah menstruasi
8. Penggunaan obat-obatan tertentu, dsb.
3. Manifestasi Klinis
Periode siklus menstruasi yang lebih dari 35 hari sekali, dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Haid yang tidak teratur dengan
jumlah yang tidak tentu. Pada beberapa wanita yang mengalami
oligomenore terkadang juga mengalami kesulitan untuk hamil. Bila kadar
estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami
osteoporosis dan penyakit kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki
resiko besar untuk mengalami kanker uterus.
4. Pengobatan
Pengobatan oligomenore tergantung dengan penyebab, berikut uraiannya
a. Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita
yang mendekati menopouse tidak memerlukan terapi. Perbaikan status
gizi pada penderita dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki
keadaan oligomenore. Oligomenore sering diobati dengan pil KB
untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Terapi ini
disesuaikan dengan hormon apa yang lebih dibutuhkan. Contoh : Pada
oligomenore yang disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka
terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung
estrogen, seperti : Lynoral, Premarin, Progynova, dll.
b. Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah
maka terapi yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang
mengandung estrogen, seperti : postinor. Pada oligomenore yang
disebabkan keduanya memiliki ketidakseimbangan hormonal yang
sama untuk jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat
dilakukakn terapi dengan pil kombinasi yang mengandung estrogen
dan progesteron dengan jumlah seimbang seperti : Mycrogynon 50,
Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon, Microgynon 30, Mikrodiol,
Nordette, dll. Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin
diperlukan. Adanya tumor yang mempengaruhi pengeluaran hormon
estrogen, maka tumor ini perlu di tindak lanjuti seperti dengan operasi,
kemoterapi, dll
5. Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan
stress emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya
kelainan haid lebih lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenore
mengarah pada infertilitas atau tanda dari keganasan.
6. Oligomenorea pada masa premenopause
Oligomenorea merupakan salah satu tahap yang terjadi pada masa
premenopause. Panjangnya siklus bisa melebihi 42 hari. Premenopause
terjadi pada usia sekitar 40-an. Siklus menstruasi memanjang, mulai 2
sampai 8 tahun sebelum menopause. Bila panjangnya siklus melebihi 42
hari, menopause dapat diramalkan berikutnya dalam 1 atau 2 tahun.
Perubahan siklus menstruasi pada masa premenopause ditandai oleh
peningkatan FSH dan penurunan kadar inhibin, tetapi kadar LH tetap
normal dan sedikit peningkatan estradiol. Menopause terjadi ketika
jumlah folikel-folikel menurun dibawah suatu ambang rangsang yang
kritis, kira-kira jumlahnya hanya 1000 folikel dan tidak tergantung umur.
Dalam penelitian ovarium manusia, percepatan kehilangan mulai terjadi
ketika seluruh jumlah folikel-folikel mencapai kira-kira 25000., suatu jumlah
yang dicapai normal pada usia 37-38 tahun. Kehilangan ini berkaitan dengan
meningkatnya FSH. Peningkatan FSH merefleksikan penurunan kualitas dan
kapabilitas dari folikel-folikel yang menua, dan penurunan sekresi inhibin
menghasilkan suatu pengaruh umpan balik negative pada sekresi FSH oleh
kelenjar hipofise. Kadar inhibin A dan inhibin B pada fase luteal menurun
dengan usia semakin tua dan mendahului peningkatan FSH .
Peningkatan FSH berkaitan hanya dengan suatu penurunan inhibin B,
dalam respons, konsentrasi estradiol meningkat sedikit. Penurunan
produksi inhibin dapat merefleksikan dengan baik suatu pengurangan
jumlah folikel-folikel, atau suatu penurunan fungsi kapasitas dari folikel-
folikel yang lebih tua atau keduanya. Hubungan terbalik dan ketat antara
FSH dan inhibin menunjukkan bahwa inhibin adalah suatu petanda dari
kemampuan folikel ovarium yang sensitive dan bahwa pengukuran FSH
adalah suatu penaksiran klinis dari inhibin. Karena itu perubahan pada
tahun-tahun reproduktif berikutnya merefleksikan penurunan reaktivitas
folikuler dan kemampuan sebagai ovarium yang berumur tua. Penuruan
sekresi inhibin oleh folikel ovarium terjadi mulai dini sekitar usia 35
tahun, tetapi menjadi cepat sesudah usia 40 tahun. Ini digambarkan
dalam penurunan kesuburan yang terjadi dengan bertambahnya usia.
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan