PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan model ini, mahasiswa diharapka mampu
merancang asuhan keperawatan pada kasus sederhana dengan
pendekatan proses keperawatan, memperhatikan aspek legal etis.
2. Tujuan khusus
a. Membuat anamnesa penyakit melalui pengkajian keperawatan
b. Menegakkan diagnose keperawatan yang dapat diangkat
berdasarkan kasus pemicu
c. Merancang tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah keperawatan berdasarkan kasus pemicu
1
d. Membuat evaluasi keperawatan berdasarkan tindakan yang telah
dilakukan
e. Melatih kemampuan dalam membuat dokumentasi keperawatan
f. Memahami prinsip etik dan legal keperawatan dalam melakukan
asuhan keperawatan berdasarkan kasus pemicu
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Skenario
B. Kata Kunci
Mendengar suara-suara orang berbicara
Melihat orang dating untuk mencelakainya
Lemas
Bercerita panjang lebar tentang penyakitnya
Merasa diriny mengidap skizifrenia
3
berupa suara , penglihatan, pencepan, perabaan, atau penciuman. Pasien
seakan stumulus yang sebenarnya tidak ada.
D. Problem Tree
Penampilan diri
terganggu
E. Pertanyaan Penting
1. Apa pengertian dari halusinasi dan sebutkan manifestasiklinisnya ?
2. Apa saja data yang di temukan dari kasus Tn.R ?
3. Tentukan diagnose keperawatan yang dapat diangkat dari kasus Tn.R ?
4
4. Berikan tindakan keperawatan yang dapat mengatasi masalah
berdasarkan kasus Tn.R ?
5. Buatlah kriteria dari setiap diagnose berdasarkan tindakan yang telah di
lakukan !
6. Bedasarkan data yang ada,buatlah contoh dokumentasi keperawatan !
7. Buatlah contoh prinsip etik dan legal keperawatan dalam menghadapi
kasus klien !
5
Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
Tremor
Ketidak mampuaan untuk mengikuti petunjuk
Perilaku menyerang teror seperti panik
Sangat potensial melakukan bunu diri atau membunuh orang lain
Kegiatan fisik yang mereflesikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi
Menarik diri atau katatonik
Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks
Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
2. Berdasarkan kasus TN.R, data yang diperoeh adalah
a. DS:
Klien mengatakan mendengar suara-suara orang berbicara di
telinga
Klien mengatakan merasa melihat orang untuk mencelakainya
Klien mengatakan adanya suara-suara untuk menyuruhnya
bunuh diri
Klien menagatakan telah berusaha mengatakan kepada orang lain
tapi tidak ada yang mempercainya
b. DO:
Klien tampang lemas
Klien tampang kurang dalam merespon
Klien tampak sulit berhubungan dengan oang lain
3. Diangnosa kepeawatan yang di angkat berdasarkan kasus ialah :
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Kurangnya sumber
social ( isolasi social yang buruk dari keluarga dan lingkungan,
depresi berat)
b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain kerusakan koknitif
(halusinasi).
6
4. Berdasarkan kasus, interfensi pada setiap diagnosa meliputi:
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Kurangnya sumber
social ( isolasi social yang buruk dari keluarga dan lingkungan,
depresi berat)
- Dorong pasien untuk mengungkapkan secara ferbal konsekuensi
dari perubahan fisik dan emosi yang mempengaruhi konsep diri
- Pertahankan lingkungan dalalm tingkat stimulus yang rendah
- Ciptakan lingkungan psiko social
- Kembangkan orientasi kenyataan
- Singkirkan semua benda berbahaya
- Lindungi klaien dan keluarga dari bahaya halusinasi
- Tingkatkan peran serta keluarga pada tiap tahap perawatan dan
jelaskan prinsip-prinsip tindakan pada halusinsi
- Salurkan perilaku merusak pada kegiatan fisik selanjutnya
lakukan fiksasi bila di perlukan beri obat-obatan anti psikotik
sesuai dengan yang dapat menurunkan kecemasan dan
menstabilkan mood dan menurunkan stimulasi kekeasan terhadap
diri sendiri
b. Resiko perilaku terhadap orang lain
- Tahan/mengontrol pasien bertanggung jawab atas/nya
perilakunya
- Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien akan
mempertahankan control atau kondisinya
- Konsultasikan dengan keluarga untuk mentapkan data dasar
kognitif pasien
- Tetapkan batas degan pasien
- Menahan diri dari berdebat atau tawar menawar mengenai batas
yang di tetapkan dengan pasien
- Menetapkan rutinitas
7
- Menetapkan pergeseran-pergeseran ke konsistensii daalam
lingkungan dan rutinitas perawatan
- Menggunakan pengulangan secara konsisten dapat dari rutinitas
kesehatan sebagai cara menetapkan mereka
- Menghindari gangguan peningkatan aktifitas fisik yang sesuai
- Membatasi jumlah perawat memanfaatkan suara, berbicara
lembut rendah
- Menghindari kesendirian pasien mengarahkan perhatian dari
sumber agitasi
- Menghindari memproyeksikan gambar mengancam
- Menghindari berdebat dengan pasien
- Mengabaikan perilaku yang tidak pantas
- Mencegah perilaku agresif-pasif
- Pujian upaya pengendalian diri
- Mengobati seperlunya
- Menerapkan pergelangan tangan/kaki/hambatan dada yang di
perlukan
5. Kriteria hasil dari setiap diagnose adalah:
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri. Kurangnya sumber
social ( isolasi social yang buruk dari keluarga dan lingkungan, depresi
berat)
Dapat menahan diri mencederai diri sendiri
Intervensi awal untuk mencegah respon agresif diperintahkan
hasulinasi
Pasien dapat mengartikan sentuhan sebagai ancaman
Mencegah kemungkinan cedera pasien atau orang lain karena
adanya perintah dan halusinasi
Perawat harus jujur pada pasien sehingga pasien menyadari bahwa
suara itu tidak ada
8
Keterlibatan pasien dalam kegiatan interpersonal, akan menolong
klien kembali dalam realitas.
b. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain kerusakan koknitif
(halusinasi).
Dapat mengidentifikasi faktor yang menyebabkan perilaku
kekerasan
Dapat mengidentifikasi cara alternative untuk mengatasi masalah
Dapat mengidentifikasi system pendukung di komunitas
Tidak menganiaya orang lain secara fisik,emosi atau seksual.
Dapat menahan diri dari menghancurkan barang orang lain
Dapat mengidentifikasi kapan marah,frustasi atau merasa agresif.
6. Contoh bentuk dokumentasi keperawatan
IMPLEMENTASI EVALUASI
Data DO
9
Klien tampang lemas
Klien tampang kurang dalam
merespon
Klien tampak sulit berhubungan
dengan orang lain
Tr/ :
10
- Otonomi : berdasarkan kasus, perawat harus menghargai keputusan
keluarga klien sebagai walinya untuk menentukan keputusan terbaik
bagi klien.
- Beneficience : perawat berkewajiban untuk melakukan hal yang tidak
membahayakan pasien atau orang lain dan secara aktif berkontibusi
bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya
- Nonmaleficience : perawat menghindari hal-hal yang dapat
menimbulkan bahaya bagi pemberian askep
- Keadilan : perawat berkewajiban untuk berlaku adil kepada
pasiennya serta sesuai dengan kebutuhan pasien
- Kejujuran : perawat berkewajiban untuk mengatakan kebenaran
terhadap apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh
klien kepada keluarganya
H. Informasi Tambahan
11
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi yang menggunakan aktifitas sebagai
stimulus dan berkaitan dengan pengalaman atau kehidupan. Menurut Keliat dam
Akemat (2005) dikutip Hamid (2008) ,TAK yang sesuai untuk pasien dengan
masalah utama perubahan sensori perepsi : halusinasi adalah aktivitas berupa
stimulasi dan persepsi. Ada empat terapi aktifitas kelompok yaitu : terapi
aktivitas kelompok aktivitas sosialisasi , stimulasi persepsi , stimulasi sensori
dan orientasi realita.
J. Analisis Informasi
DAFTAR PUSTAKA
12
Azizah, L.M. 2011.Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Direja, A.H.S.2011. Buku Ajar Asuhan Keperwatan jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Ernafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.
Trans Info Media
13